PENDAHULUAN
penggunaan yang berlebihan, iritasi, atau infeksi.1 Laringitis kronik adalah proses
inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu
yang lama. Laringitis kronik terjadi karena pemaparan oleh penyebab yang terus
Angka kejadian untuk laringitis kronik lebih banyak diderita oleh pria dari pada
wanita.2
Etiologi dari laringitis kronik dapat disebabkan oleh infeksi virus, infeksi
tuberculosis, infeksi jamur, sifilis, pajanan terhadap debu, kebiasaan merokok dan
non spesifik dan spesifik. Laringitis kronik non spesifik dapat disebabkan oleh
infeksi kronik saluran napas atas atau bawah, asap rokok) dan faktor endogen
adalah komplikasi dari satu atau lebih faktor eksogen yang berlangsung lama yang
dapat merusak pita suara, terutama kebiasaan merokok, batuk pada penyakit paru
1
obstruktif kronik (chronic obstructive pulmonary disease, COPD), ingus yang
turun mengalir dari hidung atau sinus paranasal (postnasal drip), pengeringan
untuk tidak banyak bicara, menjauhkan pasien dari faktor pemicu seperti asap, dan
2
BAB II
LARINGITIS KRONIK
1. Anatomi Laring
Laring terletak di bagian anterior leher setinggi korpus vertebra servikal III-
berfungsi sebagai katup untuk melindungi jalan-jalan udara dan menjaga supaya
jalan udara selalu terbuka, terutama sewaktu menelan. Laring juga berfungsi
Kerangka laring terdiri dari sembilan tulang rawan yang berhubungan melalui
ligamentum dan membran. Dari sembilan tulang rawan terdapat tiga yang tunggal
(kartilago tiroid, kartilago krikoid, dan kartilago epiglotik), dan tiga tulang rawan
kuneiforme).6
3
Gambar 1. Laring penampang lateral6
4
Kartilago tiroid adalah yang terbesar dari tulang rawan laring. Bagian dua
laring (adams apple), kedua lembar berpisah untuk membentuk insisura tiroid
atas sebagai kornu superior dan ke bawah sebagai kornu inferior. Tepi superior
dan kedua kornu superior kartilago tiroid dihubungkan dengan os hioid oleh
membrana tiroid. Bagian median membrana tiroid ini yang lebih tebal, dikenal
utama pada kedua sendi ini adalah rotasi dan gerak luncur kartilago tiroid yang
kartilago krikoid lebih kecil daripada kartilago tiroid, tulang rawan ini lebih tebal
dan lebih kuat. Kartilago krikoid dihubungkan pada tepi bawah kartilago tiroid
oleh ligamentum krikotiroid media dan pada kartilago trakeal I oleh ligamentum
5
kartilago tiroid. Disini laring terletak paling dekat pada kulit dan paling mudah
dicapai.6
Kartilago aritenoid berbentuk seperti limas bersisi tiga. Tulang rawan ini
sebelah anterior sebuah prosesus vokal, dan sebuah prosesus muskular yang
menonjol ke lateral dari alasnya. Apeks kartilago aritenoid dilekatkan pada plika
menjungkit ke depan dan ke belakang, dan rotasi. Gerak-gerak ini penting untuk
vokal yang elastis terdapat antara persatuan kedua lembar kartilago tiroid di
segitiga dan ke arah superior dibatasi oleh ligamentum vokal, ialah ligamentum
krikotiroid media.6
menyerupai daun dan terletak di belakang radiks lingua serta os hioid dan di
6
depan aditus lraring, membentuk bagian superior dinding anterior dan tepi
superior aditus laring. Bagian superior epiglotis adalah lebar dan bebas, dan ujung
yang dibentuk oleh kedua lembar kartilago tiroid. Permukaan anterior kartilago
kuadrangular adalah selembar jaringan ikat submukosa yang tipis, dan terbentang
ini yang bebas membentuk ligamentum vestibular yang dilapisi secara longgar
oleh plika vestibular. Plika vestibular ini terletak superior dari plika vokal dan
7
2. Bagian dalam laring
Kavum laring meluas dari aditus laring yang merupakan sarana untuk
untuk beralih ke dalam lumen tenggorok. Kavum laring dibedakan menjadi tiga
Ventrikulus laring yang terletak antara plika vestibular dan di atas plika vokal (ke
lateral ventrikulus laring meluas sebagai sinus laring; dari masing-masing sinus
sebuah sakulus laring yang buntu, menonjol ke atas antara plika vestibular dan
yang meluas dari plika vokal ke tepi inferior kartilago krikoid, dan disini bersatu
8
Plika vokal (tali suara sejati) mengendalikan pembentukan bunyi. Puncak
kavitas laringis, dan alasnya bersandar pada lamina kartilago tiroid. Di dalam
dari jaringan elastis dan berasal dari ligamentum krikotiroid; 2. Sebuah muskulus
3. Otot-otot laring
sebagai otot-otot depresor os hioid dan laring, sedangkan otot-otot suprahioid dan
mengadakan gerak pada bagian laring, mengubah panjang dan ketegangan plika
vokal, serta luas dan bentuk rima glotis. Semua otot intrinsik laring, kecuali satu,
4. Saraf-saraf laring
Saraf-saraf laring berasal dari nervus vagus (nervus kranial X) melalui ramus
interna dan ramus eksterna nervus laringeus superior dan nervus laringeus
cabang nervus vagus yang terletak pada ujung superior trigonum karotis. Saraf ini
9
berakhir menjadi dua cabang di dalam sarung karotis (carotid sheath): nervus
laring interna (sensoris dan otonom) dan nervus laring eksterna (motoris). Nervus
laringeus interna yang lebih besar antara kedua cabang terminal tadi, menembus
membran tiroid bersama arteri laring superior dan mengantar serabut sensoris
kepada membran mukosa laring yang terdapat superior dari plika vokal, termasuk
konstriktor faring inferior dan kemudian menembus otot ini dan mempersarafinya
m.krikotiroid yang dipersarafi oleh nervus laring eksterna. Nervus laring rekuren
juga membawa serabut sensoris kepada membran mukosa laring inferior dari plika
vokal. Bagian akhirnya, yakni nervus laringeus inferior, memasuki laring dengan
10
melintas di sebelah dalam tepi inferior muskulus konstriktor faring inferior. Saraf
ini terpecah menjadi ramus anterior dan ramus posterior yang mengiringi arteri
inferior, memasok darah kepada laring. Arteri laring superior mengiringi ramus
laring inferior mengiringi nervus laring inferior dan memasok darah kepada
11
Vena-vena laring mengikuti arteri-arteri laring. Vena laring superior biasanya
bersatu dengan vena jugular interna. Vena laring inferior bersatu dengan vena
tiroid inferior atau pleksus vena-vena tiroid yang beranastomosis pada aspek
anterior trakea.6
Pembuluh limfe yang berasal dari laring di atas plika vokal mengiringi arteri
laring superior melalui membrana tiroid dan ditampung oleh kelenjar limfe
servikal superior profunda. Pembuluh limfe dari laring di bawah plika vokal
6. Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal. Disini
mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan
Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis
dan a.laringeus superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari
bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior
supraklavikular.
12
Gambar 7. Pembuluh limfe laring
7. Fisiologi Laring
serta fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah makanan dan
benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima
laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago
Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea
dapat dibatukkan keluar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang
Fungsi respirasi dari laring adalah dengan mengatur besar kecilnya rima
13
vokal kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka
(abduksi).8
yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong
berteriak, mengeluh, menangis, dan lain-lain. Fungsi lain laring adalah untuk
fonasi, dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi
rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokal. Bila plika vokal dalam
belakang. Plika vokal kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi.
depan, sehingga plika vokal akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika
A. Definisi
Laringitis adalah suatu peradangan pada kotak suara (laring) yang dapat
menyebabkan suara serak atau hilangnya suara. Laringitis yang berlangsung lebih
14
Pada peradangan ini, seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, dan
9. Epidemiologi
pertama kehidupan 107 kasus dari 961 anak. Laringitis atau croup mempunyai
puncak insidensi pada usia 1-2 tahun. Sebelum usia 6 tahun laki-laki lebih mudah
1.43 : 1. Kurang lebih 15% dari para penderita mempunyai riwayat croup pada
keluarganya.2
10. Etiologi
Laringitis kronik dapat menyebabkan pita suara menjadi tegang dan cedera.
a. Refluks gastroesofagus
15
c. Konsumsi alkohol yang berlebihan
e. Sinusitis kronik
difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis dapat
juga terjadi saat menderita suatu penyakit atau setelah sembuh dari suatu penyakit,
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang
merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan
16
Tabel perbedaan etiologi yang mendasari terjadinya laringitis akut dan kronis.
Laryngitis
Acute (Short-lived) Chronic (longer term)
Infectious
Bacterial X
Viral X
Fungal X X
Contact
Reflux X X
Pollutants X X
Smoking X
Inhaled Medications X
Caustic Ingestions X X
Medical
Vocal misuse X X
Vocal abuse X
Trauma X X
Allergic
Allergies X X
Dehydration X X
17
Dry Atmosphere X X
Mouth Breathing X X
Medications X X
Thermal
Closed-Space Fire X X
Crack Pipe X X
10. Klasifikasi
Laringitis kronik terdiri dari laringitis kronik spesifik dan laringitis kronik
nonspesifik.9
a. Laringitis Tuberkulosa
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering
tuberkulosanya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang
sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru,
Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernafasan, sputum yang
18
fossa inter aritenoid, kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis,
4 stadium yaitu: 9
i. Stadium infiltrasi
kadang pita suara terkena juga, pada stadium ini mukosa laring tampak pucat.
rata, tampak bintik-bintik yang berwarna kebiruan. Tuberkel itu makin besar,
meregang. Pada suatu saat, karena sangat meregang, maka akan pecah dan
timbul ulkus. Pada stadium ini pasien dapat merasakan adanya rasa kering
ditenggorokan, panas dan tertekan di daerah laring, selain itu juga terdapat
suara parau.
Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini
menelan yang hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena radang (khas),
Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan yang paling
sering terkena ialah kartilago aritenoid dan epiglotis. Dengan demikian terjadi
19
kerusakan tulang rawan, sehingga terbentuk nanah yang berbau, proses ini
akan melanjut dan terbentuk sekuester. Pada stadium ini pasien dapat terjadi
afoni dan keadaan umum sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila
pasien dapat bertahan maka proses penyakit berlanjut dan masuk dalam
stadium fibrotuberkulosis.
Gejala klinis:
- Hemoptisis
- Nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengn nyeri
- Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologi) terdapat proses aktif
Selain dari 4 stadium ini kita juga bisa menanyakan riwayat pasien
sebelumnya tentang batuk yang produktif, berat badan menurun, nafsu makan
20
Gambar 9. Laringitis Tuberkulosa
termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca
b. Laringitis Luetika
21
Disebabkan oleh kuman treponema palidum, sudah sangat jarang
dijumpai pada bayi ataupun orang dewasa. laring tidak pernah terinfeksi pada
stadium pertama sifilis. Pada stadium kedua, laring terinfeksi dengan tanda-
tanda adanya edema yang hebat dan lesi mukosa berwarna keabu-abuan.
Pada stadium ketiga, terbentuknya guma yang nanti akan pecah dan
Gejala klinis yang ditemukan adalah suara parau dan batuk yang kronis.
Disfagia timbul bila gumma terdapat dekat introitus esofagus. Pada penyakit
ini, pasien tidak merasakan nyeri, mengingat kuman ini juga menyerang
saraf-saraf di perifer.
Pada pemeriksaan, bila guma pecah, maka ditemukan ulkus yang sangat
dalam, bertepi dengan dasar yang keras, berwarna merah tua serta
menyebabkan nyeri dan menjalar sagat cepat, sehingga bila tidak terbentuk
Prognosis pada penyakit ini kurang bagus pada gumma yang sudah
22
2. Laringitis Kronik Nonspesifik
Sering merupakan radang kronis yang disebabkan oleh infeksi pada saluran
zat-zat yang membuat iritasi,seperti asap rokok, alkohol yang berlebihan, asam
lambung atau zat-zat kimia yang terdapat pada tempat kerja.Terlalu banyak
menggunakan suara, dengan terlalu banyak bicara, berbicara terlalu keras atau
menyanyi (vokal abuse). Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis,
Gejala klinis yang sering timbul adalah suara parau yang menetap, rasa
tenggorokan dan suara yang nyaring pada pagi hari kemudian diikuti oleh suara
tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak hingga suara
yang hilang total, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, sakit tenggorokan,
23
Pada pemeriksaan tampak chorda vokalis yang merah, tebal karena edema
dan gerakan baik, mukosa menebal, hiperemi, permukaan tidak rata, kadang
dengan mendehem. Bila penyebabnya adalah zat yang dihirup, maka hindari zat
iritatif tersebut. Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang diisi air panas
mungkin biasa membantu. Bila penyebab dari laringitis kronis ini adalah GERD,
1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok tidak
2. Minum banyak air. Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat
24
abnormal peda pita suara dan meningkatkan pembengkakan. Berdehem juga
Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset bertahap
dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya akumulasi mukus
mukus endolaringeal tebal dalam kadar ringan hingga sedang, eritema dan edema
lipatan pita suara serta inkompetensi glotis episodik selama fase fonasi.
Pada kasus laringitis kronis alergi, tatalaksana meliputi edukasi kepada pasien
fexofenadine dipilih karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi mukus
11. Patofisiologi
menyebabkan perubahan yang ireversibel pada mukosa laring. Proses reaktif dan
25
Gambar 11. Laringitis12
Proses peradangan dapat merusak jaringan epitel dari laring sampai ke bagian
gerakan silia epitel terganggu, maka akan terjadi stasis mukus pada dinding
posterior laring dan sekitar plika vokal dapat merangsang batuk yang reaktif.
26
12. Gejala Klinis
Gejala laringitis kronik, antara lain: suara yang serak, parau dan lemah; batuk
kering; tenggorok terasa kering; nyeri tenggorok; suara yang semakin lama
semakin melemah.14
Jika gejala yang terjadi lebih dari 3 minggu, maka pasien mengalami
laringitis kronik.15
13. Diagnosis
pita suara eritema dan edema, terdapatnya sekret dan permukaan pita suara yang
terlihat ireguler. Perhatikan pula mobilitas dari pita suara dan adanya obstruksi
jalan napas.15
Pada laringitis kronik dapat dilakukan pemeriksaan fisik seperti di bawah ini,
antara lain: otot-otot bantu pernapasan yang digunakan pada saat respirasi harus
diperiksa, jika ditemukan maka auskultasi jalan napas dan pemeriksaan pulse
oksimetri harus dilakukan; pada kasus infeksi, demam atau parameter lain yang
dan leher merupakan hal mutlak yang harus dilakukan ; kelenjar tiroid, laring dan
rutin; lidah, tonsil dan nasofaring, serta sinus untuk menentukan sumber infeksi;
trakeobronkial dan paru harus dipikirkan sebagai penyebab pontesial dari infeksi;
mukus (terutama pada bagian posterior laring), eritema, dan edema, merupakan
27
temuan yang non-spesifik dari laringitis; beberapa kondisi tertentu dapat
yang menyerupai gambaran tuberkulosis dan kanker sel skuamosa pada laring;
epiglotis dan pita suara harus diperiksa; pemeriksaan stroboskopi dapat membantu
Iatrogenic Vocal Fold Scar; stenosis subglotis; sulkus vokal; lesi vascular pita
Contact granulomas. Disebut juga contact ulcer terbentuk sebagai hasil dari
trauma pada jaringan laring. Dalam respon terhadap trauma, epitel pita suara dapat
rusak, membentuk ulcer, ataupun jaringan granulasi. Lesi yang terbentuk berupa
Berbeda dengan nodul pada pita suara yang biasanya berupa kalus hipertrofi.
Gejala yang ditimbulkan biasanya pasien merasa ada benda asing di tenggorok,
Iatrogenic vocal fold scar. Dapat terjadi akibat trauma tumpul laring atau
lebih sering akibat operasi, cedera iatrogenik setelah insisi atau pengangkatan lesi
pada plika vokal. Pada proses penyembuhan digantikan oleh jaringan fibrosa yang
dapat menurunkan fungsi plika vokal. Gejala yang timbul berupa disfonia.
28
Stenosis subglotis. Penyempitan jalan napas dimulai dari subglotis hingga
atas trakea. Dan juga penyempitan tulang rawan krikoid yang merupakan tulang
rawan di saluran jalan napas. Penyempitan ini biasa terjadi karena luka pada laring
yang berada di bawah plika vokal namun plika vokal juga dapat terkena dan
menyebabkan disfonia.
14. Penatalaksanaan
bronkus yang mungkin menjadi penyebab laringitis kronik. Pasien diminta untuk
1. Terapi medis
yang dapat mengatasi patogen gram positif dan gram negatif. Antibiotika yang
perubahan pola hidup adalah faktor yang jauh lebih penting dalam mencegah
lingkungan berasap; hindari makanan dan minuman 2-3 jam sebelum tidur untuk
mencegah sekresi aktif asam lambung selama tidur; tinggikan kepala ketika tidur,
yang akan melindungi laring dari refluks asam lambung selama tidur; obat-obatan
yang dapat mengurangi produksi asam lambung pada pasien yang mempunyai
29
2. Terapi operatif
B. Komplikasi
suprainfeksi akut pada laringitis kronik dan edema atau stenosis sekunder akibat
proses lama yang telah terjadi; kerusakan struktur pita suara yang permanen;
C. Prognosis
kronik tersebut.
30
BAB III
KESIMPULAN
Laringitis adalah suatu peradangan pada kotak suara (laring) yang dapat
menyebabkan suara serak atau hilangnya suara. Laringitis yang berlangsung lebih
inhalasi asap rokok atau polusi udara (seperti gas-gas kimia), iritasi dari inhalers
gastrointestinal esofagus.
dapat merusak jaringan epitel dari laring sampai ke bagian posterior dari dinding
mukosanya. Hal tersebut mempengaruhi fungsi utama dari laring dimana proses
pengeluaran mukus dari trakeobronkial dapat terganggu. Saat gerakan silia dari
epitel terganggu, maka akan terjadi stasis mukus pada dinding posterior dari laring
dan sekitar plika vokal dapat merangsang batuk yang reaktif. Mukus yang
yang menebal.
31
Pemeriksaan tidak langsung dari jalan napas dengan menggunakan cermin,
pita suara eritema dan edema, terdapatnya sekret dan permukaan pita suara yang
terlihat ireguler.
bronkus yang mungkin menjadi penyebab laringitis kronis. Pasien diminta untuk
32
DAFTAR PUSTAKA
2. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit
3. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery, 6th ed.
http://www.beliefnet.com/healthandhealing/getcontent.aspx?cid=11713
33
8. Dhillon, R.S. ,East C.A.. Ear, Nose, and Throat and Head and Neck
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/laringitis/
http://academic.kellogg.edu/herbrandsonc/bio201_mckinley/Respiratory%20Sy
stem.htm
http://hendri6780.blogspot.com/2010/10/laringitis-akut.html
manchester.co.uk/node/3
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/19721.htm
15. Banovetz JD.Gangguan Laring Jinak. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
34