Anda di halaman 1dari 11

A.

Rise Time (TR) :

Ukuran waktu yang menyatakan keberadaan suatu respon,


Rise time= 5% s/d 95% dari respon steady state

Decay time
Waktu yang diperlukan atom untuk meluruh

(probabilitas) peluruhan ( dN/N) sebanding dengan dt:

Dead Time
Waktu yang digunakan untuk mengoreksi hasil cacahan./ waktu yang dibutuhkan
dalam proses umpan balik sehingga nilaikeluaran sama dengan nilai masukan.

TR LT
%DT %
TR
TR: true time (clock time) waktu yang sebenarnya
Koreksi dead time dilakukan dengan perubahan waktu
pengukuran yang sebenarnya
Resolving time
interval waktu terkecil yang berlalu antara terjadinya dua peristiwa pengion
berturut-turut atau pulsa sinyal, agar alat pengukur bisa mampu memenuhi
fungsinya untuk masing-masing dua kejadian terpisah.
T= td / N n= nomor counting td= waktumati

Real time
system pemrosesan data yang tidak boleh ditunda karena waktu sangat terbatas,
karena jika terjadi penundaan pengolahan data akan mengakibatkan sesuatu
yang fatal.

Resolusi
kemampuan detektor untuk memisahkan dua puncak yang saling berdekatan pada spektrum.
Resolusi= rata-rata FWHM (det semikonduktor) = deltaE (FWHM)/nomor saluran
puncakfoto (E) (det GM)

Efisiensi detektor
suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan detektor
terhadap jumlah radiasi yang diterimanya. Nilai efisiensi detektor dapat dihitung dengan
Persamaan 2 dan sangat ditentukan oleh bentuk geometri dan densitas bahan detektor

R st

Ast .p
dimana :
= efisiensi sistem pada energi tertentu
Ast = aktivitas sumber standar saat saat pengukuran
p = probabilitas pemancaran pada energi tertentu
FWHM
pengukuran dari lebar puncak pada setengah dari tinggi intensitas
FWHM = (x2-x1) (1/2 F maks)

Live Time
Waktu pengukuran
Lt= Intenaitas cacah total / Laju cacah
Aspek Pengukuran
Sebenarnya terdapat banyak sekali aspek pengukuran yang harus
diperhatikan agar dapat memperoleh hasil pengukuran yang akurat akan
tetapi dalam materi ini hanya akan dibahas beberapa aspek yang penting saja.

Waktu Mati (Dead Time)

Proses pengubahan sebuah radiasi menjadi pulsa listrik dan akhirnya


tercatat sebagai sebuah cacahan memerlukan selang waktu tertentu yang
sangat dipengaruhi oleh kecepatan detektor dan peralatan penunjangnya.
Selang waktu tersebut dinamakan sebagai waktu mati (dead time) dari
sistem pencacah karena selama selang waktu tersebut sistem pencacah
tidak dapat mendeteksi radiasi yang datang. Dengan kata lain, radiasi
yang datang berurutan dengan selang waktu yang lebih singkat daripada
waktu matinya tidak dapat dicacah atau tidak terhitung oleh sistem
pencacah.

Karena intensitas radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber bersifat


acak (random) maka terdapat kemungkinan bahwa beberapa radiasi yang
mengenai detektor tidak tercatat, semakin tinggi intensitasnya (laju
cacahnya) semakin banyak radiasi yang tidak tercatat sehingga hasil
pengukuran sistem pencacah lebih sedikit dari seharusnya.

Salah satu metode yang sering digunakan untuk mengeliminasi masalah


waktu mati ini adalah menggunakan persamaan berikut.

Rk adalah laju cacah setelah dikoreksi, Ru adalah laju cacah yang dihasilkan
sistem pencacah dan t adalah waktu mati sistem pencacah. Waktu mati
sistem pencacah ( t ) dapat ditentukan dengan cara pengukuran dua
sumber yang identik.
R1 adalah laju cacah sumber 1, R2 adalah laju cacah sumber 2, R12 adalah
laju cacah sumber 1 dan sumber 2 bersama-sama, sedang Rb adalah laju
cacah latar belakang.

Waktu mati sistem pencacah yang menggunakan detekor GM adalah


sekitar ratusan detik sedangkan detektor NaI(Tl) di bawah 10 detik. Jadi
sumber yang akan digunakan (R1 dan R2) untuk melakukan penentuan
waktu mati sistem pencacah harus disesuaikan. Aktivitas masing-masing
sumber (R1 atau R2) dipilih yang masih belum terlalu dipengaruhi waktu
mati tetapi bila dicacah bersama-sama harus telah dipengaruhi oleh waktu
mati.

Bila aktivitas sumber terlalu kecil sehingga keduanya belum dipengaruhi


oleh waktu mati maka nilai waktu mati yang diperoleh tidak benar,
bahkan sering bernilai negatif, karena pembilang persamaan di atas
bernilai negatif. Sebaliknya bila aktivitasnya terlalu besar maka detektor
akan mengalami saturasi sehingga nilai waktu matinya juga salah, bisa
bernilai negatif karena penyebutnya yang bernilai negatif.

Efisiensi

Efisiensi adalah suatu parameter yang sangat penting dalam pencacahan


karena nilai inilah yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa
listrik yang dihasilkan sistem pencacah (cacahan) terhadap radiasi yang
diterima detektor. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa secara
ideal, setiap radiasi yang mengenai detektor akan diubah menjadi sebuah
pulsa listrik dan akan dicatat sebagai sebuah cacahan. Bila hal itu terjadi
maka sistem pencacah mempunyai efisiensi 100%.

Efisiensi sistem pencacah sangat ditentukan oleh efisiensi detektor yang


mempunyai nilai sangat berbeda-beda antara satu jenis detektor dengan
jenis lainnya. Sebagai contoh detektor sintilasi dapat mempunyai efisiensi
50% untuk radiasi gamma sedang detektor isian gas hanya 5%.
Selain jenis detektornya, efisiensi sistem pencacah juga dipengaruhi
oleh setting atau pengaturan selama melakukan pencacahan, misalnya
jarak antara sumber dan detektor, tegangan kerja, faktor amplifikasi pada
amplifier, batas atas dan bawah pada diskriminator dan sebagainya. Oleh
karena itu nilai efisiensi sistem pencacah harus ditentukan secara berkala
atau bila terdapat perubahan setting pada sistem pencacah.

Hal lain yang mempengaruhi efisiensi sistem pencacah adalah jenis radiasi,
energi radiasi, dan intensitas radiasi. Sangatlah jelas bahwa jensi radiasi
yang berbeda akan mempunyai efisiensi yang berbeda karena proses
interaksi radiasi terhadap materi berbeda-beda, bahkan mungkin suatu
detektor hanya dapat mengukur satu jenis radiasi saja. Sebagai contoh
detektor sintilasi NaI(Tl) hanya digunakan untuk mengukur radiasi
gamma. Yang menjadi persoalan, ternyata efisiensi dipengaruhi, meskipun
sedikit, oleh energi dan intensitas radiasi yang datang.

Resolusi Energi

Resolusi energi adalah suatu parameter yang menunjukkan kemampuan


sistem spektroskopi untuk membedakan dua tingkat energi yang
berdekatan. Nilai ini direpresentasikan sebagai nilai FWHM (full width at
half maximum), yaitu lebar peak energi pada setengah tinggi puncaknya.
Sistem spektroskopi yang mempunyai nilai FWHM sangat kecil disebut
sebagai sistem spektroskopi resolusi tinggi sedangkan sebaliknya adalah
sistem resolusi rendah. Sebagai gambaran sistem spektroskopi gamma
resolusi tinggi mempunyai FWHM sekitar 1,8 keV.

Kalibrasi Energi

Dalam sistem spektroskopi terdapat beberapa langkah konversi pada


pengolahan setiap radiasi menjadi pulsa listrik dan akhirnya menjadi
suatu spektrum distribusi energi radiasi yaitu sebagai berikut:

Energi radiasi dikonversikan menjadi tinggi pulsa listrik oleh


detektor dan amplifier.

Tinggi pulsa listrik dikonversikan menjadi posisi channel dalam


spektrum radiasi oleh ADC dan MCA.

Jadi sebenarnya, sumbu X pada spektrum energi radiasi adalah skala


posisi channel atau skala tinggi pulsa. Agar sumbu X tersebut dapat diubah
menjadi skala energi maka perlu dilakukan kalibrasi energi, yaitu dengan
melakukan pengukuran sumber radiasi standar yang memancarkan
beberapa tingkat energi sehingga kemudian dapat menentukan persamaan
korelasi antara energi dan posisi channel.
Pada sistem MCA yang berbasis komputer, perhitungan kalibrasi energi
tersebut di atas dilakukan secara otomatis menggunakan program aplikasi
spektrometer.

Anda mungkin juga menyukai