Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh,
dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268). Kanker
adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan
kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi digen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale,
2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brooker, 2001 : 72). Kanker kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle &
Langman, 2000 : 805). Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang
tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah
suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat
disekitar kolon (usus besar).

B. Etiologi
Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu :
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan),
kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
c. Kondisi ulserative
Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3
kali lebih banyak daripada anak anak yang orangtuanya sehat (FKUI, 2001 : 207).

C. Patofisiologi kanker kolon


1. Anatomi Fisiologi Kolon
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon
menanjak (ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon
sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering
disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon
kiri" (http://id.wikipedia.org).

Gambar : usus halus dan usus besar


2. Patologi
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau
disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada
stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam
waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat
terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335)

Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati). Kanker kolon dapat
menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke system portal.
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker
menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan
ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi
dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177).

A. Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209)
:
A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : Kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : Kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : Kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu
sampai empat buah.
C2 :kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas & tidak dapat dioperasi lagi.

B. Manifestasi Klinis kanker kolon


Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.
Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga
stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar
dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan
hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik).
Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan
mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi
kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan
berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat
terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat
mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala gejala pada tungakai
atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering
berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat alat tersebut. Gejala yang mungkin
dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).

C. Stadium Klinis
Tabel : stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong,
2000 : 143).
TIS Carcinoma in situ
T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2 Sudah mengenai otot dinding
T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4 Sama dengan T3 dengan fistula
N Limfonodus terkena
M Ada metastasis

D. Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan Medis


1. Pemeriksaan penunjang
a. Endoskopi : pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b. Radiologis. Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke
paru.
c. Ultrasonografi (USG) Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan
untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d. Histopatologi Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e. Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan (FKUI, 2001 : 210).

2. Penatalaksanaan Medis
Bila sudah pasti karsinima kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
a. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah
terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan
sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic
sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c. kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada
kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam
obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).

E. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah: adanya
nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi,frekuensi, durasi, berhubungan dengan
makan atau defekasi), pola eliminasiterdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan
konsistensi feses,mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup
riwaya tmasa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; danterapi obat
saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak danserat serta jumlah
komsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting
Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising ususdan palpasi
abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat.Spesimen feses diinspeksi terhadap
karakter dan adanya darah

2. Diagnosa keperawatan utama


Pasien dengan tipe Ca Colon mempunyai diagnosa keperawatan seperti dibawah ini:
a. Resiko tinggi terhadap luka b.d efek dari tumor dan kemungkinan metastase.
b. Ketidakefektifan koping individu b.d gangguan konsep diri.
Diagnosa keperawatan tambahan
a. Nyeri b.d obstruksi tumor pada usus besar dengan kemungkinan menekan organ yang
lainnya.
b. Gangguan pemeliharaan kesehatan b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit,
program diagnosa dan rencana pengobatan.
c. Ketidakefektifan koping keluarga : Kompromi b.d gangguan pada peran, perubahangaya
hidup dan ketakutan pasien terhadap kematian.
d. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b.d program diagnosa.
e. Ketakutan proses penyakit
f. Ketidakberdayaan b.d penyakit yang mengancam kehidupan dan pengobatannya.
g. Gangguan pola sexual b.d gangguan konsep diri.

3. INTERVENSI/IMPLEMENTASI
a. Tujuan
Tujuan utama dapat mencakup
1) Eliminasi produk sisa tubuh yang adekuat
2) Reduksi / penghilangan nyeri
3) Peningkatan toleransi aktivitas
4) Mendapatkan tingkat nutrisi optimal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolik
5) Penurunan ansietas; memahamitentang diagnosis
6) Prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang
7) Mempertahankan penyembuhan jaringan optimal
8) Perlindungan kulit periostomal yangadekuat; penggalian dan pengungkapan perasaan dan
masalah tentang kolostomi dan pengaruhnya pada diri sendiri;

b. Intervensi Keperawatan PraOperatif


1) Mempertahankan eliminasi
Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau
Laksatif dan enema diberikan sesuai resep
Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi total disiapkan
untuk mejalani pembedahan.

2) Menghilangkan Nyeri
Analgesic diberikan sesuai resep
Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan TVatau
radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien
Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : perubahan posisi, gosokan punggung, dan
teknik relaksasi

3) Meningkatkan Toleransi Aktivitas


Kaji tingkat toleransi aktivitas pasien
Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring yang adekuat dalam
upaya untuk menurunkan keletihn pasien.
Terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat.
Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi
mengenai tindakan pengamanan harus diikuti
Aktivitas post op ditingkatkan dan toleransi dipantau.

4) Memberikan Tindakan Nutrisional


Bila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein, karbohidrat serta rendah residu
diberikan pada pra op selama bberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan
meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltic berlebih.
Diet cair penuh 24 jam pra op, untuk menggantikan penipisan nutrient, vitamin danmineral.
Penimbangan BB harian dicatat, dan dokter diberitahu bila terdapat penurunan BB pada saat
menerima nutrisi parenteral.

5) Mempertahankan Keseimbangan Cairan & Elektrolit


Catat masukan dan haluaran, mencakup muntah, yang akan menyediakan data akurat
tentang keseimbangan cairan
Batasi masukan maknan oral dan cairan untuk mencegah muntah.
Berikan antiemetik sesuai indikasi
Pasang selang nasogastrik pada periode pra op untuk mengalirkan akumulasi cairan dan
mencegah distensi abdomen
Pasang kateter indwelling untuk memantau haluaran urin setiap jam. Haluaran kurang dari30
ml / jam dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapat disesuaikan.
Pantau pemberian cairan IV dan elktrolit, terutama kadar serum untuk mendeteksihipokalemia
dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan gastrointestinal
Kaji TTV untuk mendeteksi hipovolemia : takikardi, hipotensi dan penurunan jumlahdenyut.
Kaji status hidrasi, penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, urine pekat,
serta peningkatan berat jenis urine dilaporakan.

6) Menurunkan Ansietas
Kaji tingkat ansietas pasien serta mekanisme koping yang digunakan
Upaya pemberian dukungan, mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan
menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi.
Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan atau pertanyaan yang diajukar
oleh pasien.
Atur pertemuan dengan rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter
bila pasien mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis.
Penderita stoma lain dapat diminta untuk berkunjung bila pasien mengungkapkan minat
untuk berbicara dengan mereka.
Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan relaksasi
dan perilaku empati.
Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, bila perlu. Kadangkadang
kecemasan berkurang, bila pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan selama
periode pra opdan mengetahui kemungkinan post op. beberapa pasien akan lebih senang
jika diperbolehkan untuk melihat hasil pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk
tidak mengetahuinya.
7) Mencegah Infeksi
Berikan antibiotic seperti kanamisin sulfat ( Kantrex ), eritromisin (Erythromycin),
dan Neomisin Sulfat sesuai resep, untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka
persiapan pembedahan usus.
Preparat diberikan per oral untuk mengurangi kandungan bakteri kolondan melunakkan
serta menurunkan bulk dari isi kolon.Selian itu, usus juga dapat dibersihkan dengan enema,
atau irigasi kolon.

8) Pendidikan Pasien Pra Operatif


Kaji tingkat kebutuhan pasien tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan
tingkatfungsi yang diinginkan pasca op.
Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan,
penampilandan perawatan yang diharapkan dari luka pasca op, teknik perawatan
kolostomi, pembatasan diet, control nyeri, dan penatalaksanaan obat dimsukkan ke dalam
materi penyuluhan.

c. Intervensi Keperawatan Pasca Operatif


1) Perawatan Luka
Luka abdomen diperiksa dngan sering dalam 24 jam pertama, untuk meyakinkan bahwaluka
akan sembuh tanpa komplikasi ( infeksi, dehidens, emoragik, edema berlebihan ).
Ganti balutan sesuai kebutuhan untuk mencegah infeksi.
Bantu pasien untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan napas dalam
untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi.
Pantau adanya peningkatan TTV yang mengindikasikan adanya proses infeksi
Periksa stoma terhadap edema ( edema ringan akibat manipulasi bedah adalah normal
),warna ( stoma sehat adalah mera jambu ), rabas ( rembesan berjumlah sedikit adalahnormal
), dan perdarahan ( tanda abnormal ).
Bersihkan kulit peristoma dengan perlahan serta keringkan untuk mencegah iritasi,
berikan pelindung kulit sebelum meletakkan kantung drainase.
Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi dengan
cermatuntuk tanda hemoragik. Luka dapat mengandung drain atau tampon yang diangkat
secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberapa
minggu. Proses ini juga dipercepat dengan irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang
dilakukan dua atautiga kali sehari.
Dokumentasikan kondisi luka perineal, adanya perdarahan, infeksi atau nekrosis.

2) Citra Tubuh Positif


Dorong pasien untuk mengungkapkan masalah yang dialami serta mendiskusikan
tentang pembedahan dan stoma (bila telah dibuat).
Ajarkan pasien mengenai perawatan kolostomi dan pasien sudah harus ulai
untuk memasukkan perawatan stoma dalam kehidupan sehari hari.
Berikan lingkungan yang kondusif bagi pasien serta berikan dukungan dalam meningkatkan
adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.
Boyle P, Langman, J.S. 2000. ABC of colorectal cancer. Epidemiology. BMJ : GLOBOCAN.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine ; 64 manifestasi klinis dan 146 penyakit medis. Erlangga :
Jakarta.
Effendi, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Ferlay, J. F. Bray, P. Pisani and Parkin, D.M. 2002. Cancer Incidence, Mortality and Prevalence.
IARCPress : GLOBOCAN.
Ferlay, J. F. Bray, P. Pisani and Parkin, D.M. 2004. Worldwide IARC Cancer Base No. 5. version 2.0.
IARCPress : Lyon.
FKUI. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II Ed 3. FKUI : Jakarta.
FKUI. 2008. Kamus Kedokteran, Ed. 5. FKUI : Jakarta.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC:Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Usus_besar Juni 2008 anatomi fisiologi usus.
http://www.roche.co.id/bahasa/disease/disease_colorectal_cancer_id.htm Juni 2008 kanker
kolorektal.
Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC : Jakarta.
Tambayong, Jan, dr. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil
NOC, Ed.7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai