Anda di halaman 1dari 1

175.

Ketika junjunganku melihat kesungguhanku di Tariqa, beliau memerintahkan diriku


untuk mematahkan kebiasaan-kebiasaan nafsuku. Beliau, semoga Allah meridhainya
berkata, "Sebagaimana kita memperoleh ilmu tentang hakikat, begitu pula kita
memperoleh beramal atasnya."

Saya tidak mengerti. Maka beliau memegang ha'ikku dengan tangan mulianya, semoga
Allah ridha padanya, lalu mencopotnya dari kepalaku dan membiarkan kepalaku terbuka.
Lalu beliau melipat-lipatnya banyak sekali dan kemudian menggantungnya melingkari
leherku. Beliau berkata padaku, "Demikianlah cara menguji kebaikan!" Jiwaku demikian
terkejutnya karena perilaku itu sehingga kematian terasa lebih mudah baginya dari pada ia
terlihat dalam keadaan seperti ini. Beliau menatapku tanpa bicara hingga ia terasa hampir
mati akibat intensitas beratnya keadaan itu baginya. Lalu aku berdiri sebelum shaykhku
berdiri. Bukan begitu kebiasaanku kepada beliau. Sebaliknya, aku tidak pernah berdiri
sampai beliau telah berdiri. Aku berjalan pergi hingga aku tersembunyi dari beliau oleh
dinding zawiyya. Jiwaku berkata kepadaku, "Apa artinya ini?" Aku tidak punya jawaban
apapun baginya kecuali keinginanku untuk memakaikan ha'ikku kembali di kepalaku
seperti orang-orang lain. Aku tidak melakukannya. Aku berkata, "Shaykh mengetahui
maknanya, namun mengapa engkau begitu terkejut dan kesal? Apakah engkau tidak suka
menjadi rendah? Apakah kamu? Kedudukan apa yang engkau miliki sehingga engkau
tidak puas berada dalam keadaan ini? Apakah engkau hanya ingin tinggal bersama hawa
nafsumu dan apa-apa yang disukainya, lepas bebas tanpa kendali di dalamnya? Demi
Allah, tidak! Engkau tidak akan menikmati itu dan tidak juga engkau akan memilikinya
selama aku mengenalimu dan perilaku menghancurkanmu!" Ia berputus asa dari hawa
nafsu yang dimilikinya ketika ia menyadari bahwa ia tidak akan memperoleh apapun
setelah melihat betapa merahnya mataku karena marah padanya. Ia mentaatiku dalam apa
yang aku kehendaki atasnya. Kekecewaan terbesar dari semuanya adalah jika si faqir bisa
melihat dengan jelas bentuk nafsunya dan lalu tidak mencekiknya hingga itu mati! Salam.

Anda mungkin juga menyukai