Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

BAB 1

1.1. Latar Belakang

Reaksi-reaksi kimia dapat terjadi dalam keadaan gas, cair, larutan, dan
padatan. Reaksi kimia dalam gas memerlukan pengendalian suhu dan tekanan.
Reaksi dalam padatan memerlukan suhu sangat tinggi, sedangkan reaksi dalam
larutan mudah dikendalikan. Reaksi dalam larutan secara teknologi lebih
sederhana dan umumnya dilakukan dalam larutan. Untuk melakukan reaksi dalam
larutan, Anda perlu memahami komposisi dan sifat-sifat larutan. Salah satunya
adalah sifat kelistrikan larutan.
Larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang
membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang
membentuk larutan tidak berubah. Arti homogen menunjukkan tidak ada
kecenderungan zat-zat dalam larutan terkonsentrasi pada bagian-bagian tertentu,
melainkan menyebar secara merata di seluruh campuran. Sifatsifat fisika zat yang
dicampurkan dapat berubah atau tidak, tetapi sifat-sifat kimianya tidak berubah.
Ada dua komponen yang berhubungan dengan larutan, yaitu pelarut dan zat
terlarut. Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat
lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan. Zat
terlarut adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih sedikit dalam
sistem larutan. Selain ditentukan oleh kuantitas zat, istilah pelarut dan terlarut
juga ditentukan oleh sifat fisikanya (struktur). Pelarut memiliki struktur tidak
berubah, sedangkan zat terlarut dapat berubah.
Bergantung pada sifat zat terlarut, ada larutan yang dapat menghantarkan listrik
ada juga yang tidak dapat menghantarkan listrik. Larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit, sedangkan larutan yang tidak
dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan nonelektrolit.

1.2. Tujuan

1. Mengkaji definisi zat terlarut


2. Mengkaji zat padat terlarut (TDS) sebagai Estetika karakteristik air minum
3. Distribusi zat terlarut antara dua fasa cairan
4. Jenis pelarut dan terlarut
5. Konsentrasi

C. Landasan Teori
Titik beku adalah suhu pada P dimana terjadi perubahan wujud zat cair ke
padat. Pada tekanan 1 atm, air membeku pada suhu 0 C, karena pada suhu itu
tekanan uap air sama dengan tekanan uap es. Selisih antara titik beku pelarut
dengan titik beku pelarutan disebut penurunan titik beku.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa di ambil dari penulisan makalah ini :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian atau definisi dari zat
terlarut.
2. Mahasiswa dapat mengetahui zat terlarut pada titik beku.
3. Dapat mengetahui jenis zat terlarut dan pelarut
4. Konsentrasi zat terlarut
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Jenis metode pemisahan ada berbagai macam, yang paling populer adalah
ekstraksi pelarut atas ekstraksi air. Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu
zat terlarut diantara dua fasa yang tidak saling bercampur. Contohnya benzen,
karbon tetraklorida atau kloroform, dengan besaran zat terlarut dapat ditransfer
pada jumlah yang berbeda dalam dua fase pelarut. Tujuan ekstraksi adalah
memisahkan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan pelarut
(Gozan, 2006).
Ekstraksi adalah pemisahan dan penarikan komponen campuran dari campuran
lainnya. Ekstraksi campuran-campuran merupakan suatu teknik dimana suatu
larutan dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut lain yang tidak tercampurkan dan
menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut ke dalam pelarut kedua
tersebut. Larutan adalah campuran homogen zat terlarut dan pelarut. Larutan bisa
berbentuk gas, padatan, dan cair. Pelarut berperan sebagai medium bagi zat
terlarut serta berperan dalam reaksi kimia dalam larutan karena pengendapan atau
penguraian. Pelarut yang umum digunakan adalah air (Chang, 2005).
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu zat terlarut dari larutannya didalam air
oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air. Sering sekali
campuran bahan padat dan air tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan
metode pemisahan mekanis atau termis. Contohnya karena komponennya salinh
bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu
kecil dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Tujuan dari ekstraksi adalah untuk
mengambil zat terlarut dari suatu pelarut ke pelarut lain (Prameswari, 2004).
Distribusi merupakan penyebaran aktivitas zat terlarut yang dilarutkan dalam dua
pelarut yang tidak saling melarutkan. Hukum distribusi yang dinyatakan oleh
Nerast bahwa suatu zat terlarut akan membagi diri antara dua pelarut yang tidak
saling melarutkan sedemikian rupa. Hukum distribusi adalah suatu metode yang
digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain, asalkan
keduanya tidak bercampur dengan sempurna satu sama lain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi koefesien distribusi diantaranya yaitu temperatur yang digunakan,
jenis pelarut, jenis terlarut dan konsentrasi (Kasmiyatin, 2010)

PEMBAHASAN
A. Definisi Zat Terlarut
Zat terlarut (soluot) adalah zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan.sedangkan larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua zat atau
lebih. Zat yang jumlahnya lebih banya dari zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan
dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses cencampuran zat terlarut dan pelarut
disebut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi baik pada larutan atupun
sistem disversi, zat terlarut dapat berupa padatan,cairan atau gas. Bahkan bila zat
terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalammembedakan peran pelarut dan zat
terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecul dari pelarut. Namun, bila kuantitas
zat terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskanmanakah pelarut mana zat
terlarut. Dalam kasus yang terakhir ini, Anda dapat sebutkomponen 1, komponen
2, dst.

ZAT TERLARUT PELARUT CONTOH


Gas gas udara, semua campuran gas
Gas cair karbon dioksida dalam air
Gas padat hidrogen dalam platina
Cair cair alkohol dalam air
Cair padat raksa dalam tembaga
Padat padat perak dalam platina
Padat cair garam dalam air

B. Golongan Zat Terlarut


Campuran merupakan gabungan dua atau lebih zat, dimana dalam
penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing
(Chang 2004:7). Campuran terdiri atas heterogen dan campuran heterogen.
Campuran homogen susunan campurannya di bagian adalah sama. Contoh
campuran homogen adalah larutan.. Larutan adalah campuran dari homogen dari
dua atau lebih zat. (Chang,2004:90). Zat yang dicampurkan adalah zat terlarut dan
zat pelarut.
Zat terlarut berjumlah lebih sedikit daripada zat pelarut. Pada larutan,
emua zat terlarut akan larut dalam air.

C. Total Zat Padat Terlarut (TDS) Sebagai Petunjuk Estetika Karakteristik


Air Minum
Total zat padat terlarut (Total Dissolved Solids, sering disingkat dengan
TDS) adalah suatu ukuran kandungan kombinasi dari semua zat-zat anorganik dan
organik yang terdapat di dalam suatu cairan sebagai: molekul, yang terionkan atau
bentuk mikrogranula (sol koloida) yang terperangkap. Secara umum definisi
operasionalnya adalah bahwa zat padat harus cukup kecil untuk lolos dari
penyaringan melalui saringan berukuran 2 m (mikrometer). Total zat padat
terlarut secara normal hanya dibahas untuk sistem air tawar, karena salinitas
meliputi sebagian dari ion-ion yang merupakan definisi dari TDS. Aplikasi dasar
dari TDS ialah studi mengenai mutu air untuk aliran, sungai, dan danau, meskipun
TDS secara umum tidak dianggap sebagai suatu zat cemar yang utama (misalnya,
TDS tidak dianggap terkait dengan efek kesehatan) TDS digunakan sebagai satu
petunjuk estetika karakteristik air minum dan sebagai suatu indikator agregat dari
adanya pengukuran yang luas kontaminan-kontaminan zat kimia.
Sumber utama bagi TDS dalam penerimaan air adalah limpasan pertanian dan
perumah-an, pencucian kontaminasi tanah dan titik sumber polusi debit air dari
instalasi pengolahan industri atau limbah.
Konstituen-konstituen zat kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat,
nitrit, natrium, kalium dan klorida, yang ditemukan dalam limpasan zat hara,
limpasan badai air umum air limpasan dari dari iklim bersalju di mana jalan diberi
garam untuk menghilangkan es. Zat-zat kimia mungkin kation-kation, anion-
anion, molekul-molekul atau aglomerasi di atas tingkat seribu molekul atau lebih
kecil, asalkan mikro-granula terbentuk. Unsur-unsur TDS yang lebih eksis dan
berbahaya adalah pestisida yang muncul dari limpasan air permukaan. Total zat
padat terlarut tertentu yang terjadi secara alami muncul dari pelapukan dan
pelarutan batuan dan tanah. Amerika Serikat telah menetapkan baku mutu air
sekunder 500 mg/liter untuk menyediakan air minum palatabilitas.

Total zat padat terlarut dibedakan dari total zat padat yang melayang (total
suspended solids, disingkat TSS), pada yang terakhir ini tidak dapat melewati
saringan 2 mikrometer dan masih tanpa batas tersuspensi dalam larutan.

Istilah zat padat yang dapat mengendap atau settleable solids mengacu
pada benda dengan ukuran berapa pun itu tetap tidak akan tersuspensi atau terlarut
dalam sebuah tangki penampungan tidak terpengaruh oleh gerak, dan tidak
termasuk baik TDS maupun TSS. Zat padat yang dapat mengendap mungkin
termasuk partikel yang lebih besar atau molekul-molekul tak larut.
1. Pengukuran TDS
Dua cara dasar pengukuran TDS ialah gravimetri dan konduktivitas. Cara
gravimetri adalah cara paling akurat dan meliputi penguapan pelarut cairan dan
pengukuran massa residu yang tertinggal. Cara ini adalah yang terbaik, meskipun
memakan waktu. Bila garam-garam anorganik yang meliputi mayoritas besar
TDS, cara gravimetri tetap sangat tepat.
Konduktivitas listrik dari air terkait secara langsung dengan konsentrasi zat-zat
padat terionisasi terlarut dalam air. Ion-ion dari zat-zat padat terlarut dalam air
memberikan kemampuan bagi air untuk menimbulkan arus listrik, yang dapat
diukur menggunakan conductivity meter konvensional atau TDS meter. Bila
dikorelasikan dengan pengukuran TDS laboratorium, konduktivitas memberikan
nilai bagi konsentrasi TDS, biasanya tingkat akurasinya 10%.
2. Simulasi Hidrologis
Model pengangkutan hidrologis digunakan untuk meng-analisa secara
matematis pergerakan TDS di dalam sistem sungai. Model-model yang paling
umum dialamatkan pada limpasan air permukaan, yang memungkinkan variasi
dalam jenis penggunaan lahan, topografi, jenis tanah, tutupan vegetasi, curah
hujan, dan praktek pengelolaan lahan (misalnya, tingkat aplikasi pupuk. Model
limpasan air telah ditingkatkan ke tingkat akurasi yang baik dan memungkinkan
evaluasi praktek pengelolaan lahan alternatif pada dampak terhadap kualitas air
sungai.
Model bak digunakan untuk mengevaluasi lebih komprehensif total zat padat
terlarut dalam bak tangkapan dan secara dinamis di sepanjang berbagai jangkauan
aliran.
Model DSSAM dikembangkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA)
Amerika Serikat. Model transpor hidrologi secara aktual berdasarkan pada metrik
muatan-zat cemar yang disebut Total Maximum Daily Load (TMDL), yang
tertuju pada TDS dan zat-cemar kimia khas. Suksesnya model ini berkontribusi
terhadap komitmen Dewan yang diperluas hingga penggunaan protokol yang
menggaris-bawahi TMDL dalam kebijakan nasional untuk pengelolaan banyak
sistem sungai di Amerika Serikat.
3. Implikasi Praktis
Tingkat TDS tinggi umumnya menunjukkan air sadah, yang dapat menyebabkan
timbulnya kerak di dalam pipa, katup, dan saringan, mengurangi kinerja dan
menambah biaya perawatan sistem. Efek ini dapat terlihat dalam akuarium, spa,
kolam renang, dan sistem pengolahan air reverse osmosis. Secara khas, dalam
aplikasi tersebut, total zat padat terlarut seringkali diuji, dan membran filtrasi
harus diperiksa agar dapat mencegah efek-efek yang tidak menguntungkan.
Dalam kasus hidroponik dan akuakultur, TDS sering dipantau untuk menciptakan
lingkungan kualitas air yang menguntungkan bagi produktivitas organisme. Untuk
tiram air tawar, trouts, dan seafood lainnya yang bernilai tinggi, produktivitas
tertinggi dan keuntungan ekonomi dicapai dengan menirukan TDS dan tingkat pH
dari setiap spesies dengan lingkungan aslinya. Untuk penggunaan hidroponik,
total zat padat terlarut dianggap merupakan salah satu petunjuk terbaik dari
ketersediaan zat hara bagi tanaman air yang di-kembangkan.
Karena ambang batas dari kriteria estetika yang dapat diterima untuk air minum
manusia ialah 500 mg/L, tidak ada kekhawatiran umum atas bau, rasa, dan warna
pada tingkat jauh lebih rendah daripada yang diperlukan untuk bahaya. Sejumlah
penelitian telah dilakukan dan menunjukkan beragam reaksi spesies mulai dari
tidak toleran sampai toksisitas langsung karena TDS tinggi. Sejumlah hasil harus
terus-menerus diinterpretasikan, sebagai hasil toksisitas yang benar akan
berhubungan dengan konstituen kimia yang spesifik. Namun demikian, beberapa
informasi numerik adalah panduan yang berguna untuk risiko alami dalam
mengungkap organisme air atau hewan darat ke tingkat TDS tinggi. Kebanyakan
ekosistem perairan yang melibatkan fauna ikan campuran dapat mentolerir tingkat
TDS 1000 mg/l.

Fathead minnow (Pimephales promelas), misalnya, melepaskan konsentrasi


LD50 dengan 5600 ppm berdasarkan pada pajanan 96 jam. LD50 adalah
konsentrasi yang diperlukan untuk menyebabkan efek mematikan terhadap 50%
populasi yang terpajankan. Daphnia magna, satu contoh yang baik dari satu
anggota utama rantai makanan, ada-lah sejenis crustacea plankton, kira kira 0,5
mm panjangnya, memiliki LD50 sekitar 10.000 ppm TDS selama 96 jam pajanan.

Ikan-ikan yang baru memijah dan ikan belum dewasa tampaknya lebih sensitif
terhadap tingkat DTS tinggi. Sebagai contoh, ditemukan bahwa konsentrasi 350
mg/L TDS mengurangi pemijahan Striped bass (Morone saxatilis) di wilayah San
Francisco Bay-Delta, dan bahwa konsentrasi di bawah 200 mg/L menunjukkan
kondisi pemijahan lebih sehat. Di Sungai Truckee, EPA menemukan bahwa ikan
remaja Lahontan cuttrout tunduk pada kematian yang lebih tinggi bila terkena
stres polusi termal dikombinasikan dengan tinggi konsentrasi total zat padat
terlarut.
Untuk hewan-hewan terestrial, unggas biasanya memiliki batas atas yang aman
dari paparan TDS sekitar 2.900 mg/L, sedangkan untuk sapi perah diukur
memiliki batas atas yang aman dari sekitar 7.100 mg/l. Penelitian telah
menunjukkan bahwa paparan TDS diperparah dengan toksisitas ketika penyebab
stres lain ada, seperti pH abnormal, kekeruhan tinggi, atau oksigen terlarut
berkurang dengan stressor yang terakhir hanya bertindak dalam kasus Animalia.
4. Klasifikasi Air
Air dapat diklasifikasi berdasarkan jumlah TDS pere liter:
Air tawar 5000 mg/L TDS
TDS meter
Sebuah TDS meter menunjukkan Total Dissolved Solids (TDS) dari suatu
larutan, yaitu konsentrasi zat padat terlarut di dalamnya. Karena zat-zat padat
terionisasi terlarut seperti garam-garam dan meniral-mineral menaikkan
konduktivitas suatu larutan, maka TDS meter mengukur konduktivitas larutan
tersebut dan menaksir TDS dari itu.
Zat-zat padat organik terlarut seperti gula dan partikel-partikel padat mikroskopis
seperti koloid, tidak secara signifikan mempengaruhi konduktivitas suatu larutan
sehingga TDS meter tidak melibatkan mereka dalam pembacaannya.
Satuan dari TDS
TDS meter suatu alat ukur yang menampilkan secara khas Total Zat Padat
Terlarut (TDS) dalam bagian per juta (ppm). Misalnya, satu pembacaan TDS
dengan 1 ppm akan menunjukkan terdapat 1 milligram zat padat terlarut dalam
setiap kilogram air.

D. Distribusi Zat Terlarut Antara Dua Fasa Cairan


Hal-hal yang mempengaruhi kesetimbangan :
1. Perubahan Konsentrasi
Bila kedalam sistem ditambahkan gas oksigen maka posisi kesetimbangan
akan bergeser untuk menetralkan efek penambahan oksigen.
2. Tekanan
Bila tekanan dinaikkan keseimbangan akan bergeser ke kiri. Yaitu mengarah
pada pembentukan NO2 dengan bergesernya kekiri maka volume akan berkurang
sehimgga akan mengurangi efek kenaikan tekanan.
3. Pengaruh Perubahan Suhu
Jika suhu dinaikkan maka keseimbangan akan bergeser ke kanan. Ke arah
reaksi yang endotermik, sehingga pengaruh kenaikan suhu dikurangi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi diantaranya :
1. Temperatur yang digunakan
Semakin tinggi suhu, maka reaksi semakin cepat sehinggga volume titrasi
menjadi kecil akibatnya berpengaruh terhadap nilai K.

E. Jenis Pelarut dan Terlarut


Apabila pelarut yang digunakan adalah zat yang mudah menguap maka akan
sangat mempengaruhi volume titrasi. Akibatnya berpengaruh pada perhitungan
nilai k.
Apabila zat akan dilarutkan adalah zat yang mudah menguap atau higroskopis
maka akan dipengaruhi normalitas atau konsentrasi zat tersebut. Akibatnya
mempengaruhi nilai K.
Pelarut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pelarut aprotik
Pelarut ini tidak menerima maupun memberi proton dan dalam keadaan ini
bersifat netral, tidak bereaksi, tetapan dielektriknya rendah, tidak terurai menjadi
ion-ion dalam sistem pelarut, hingga ia tidak bereaksi baik dengan asam maupun
basa. Pelarut Contohnya, kloroform, toluen, CCl4, hidrokarbon. Pelarut aprotik
berguna unutuk mempelajari reaksi asam dan basa yang bebas dari pengaruh
pelarut.
2. Pelarut protofilik
Pelarut yang bersifat dapat menerima proton dari zat terlarut, disebut juga
pelarut basa , dengan reaksi sebagai berikut:
HB + pelarut pelarut H+ + B
Contohnya : NH4OH, amine, ketone, aseton, dan eter.
Asam lemah bila dilarutkan dalam pelarut protofilik maka keasamannya akan
meningkat yang disebut efek levelling
3. Pelarut protogenik
Pelarut yang bersifat memberi proton (donor proton). Jika basa lemah
dilarutkan dalam pelarit protogenik maka kebasaannya akan meningkat.
Contohnya : HF, Asam Sulfat, asam acetat, asam format, dan HCl.
4. Pelarut amfiprotik
Pelarut ini bekerja sebagai penerima proton, dan pemberi proton. Contoh
untuk pelarut ini adalah golongan alkohol, air, asam acetat glasial.

Asam acetat bisa bersifat asam dengan reaksi :


CH3COOH CH3COO + H+
Tetapi bila asam asetat dilarutkan dalam asam yang lebih kuat misalnya HClO4,
asam asetat bersifat basa dengan reaksi :
CH3COOH + HClO4 CH3COOH2+ + ClO4
Ion CH3COOH2+ dapat bereaksi dengan basa dengan cara memberikan proton.
Maka zat yang bersifat basa lemah akan berubah sifatnya menjadi basa yang lebih
kuat, sehingga titrasi antara basa lemah oleh HClO4 dapat dilangsungkan bila zat
tersebut dilarutkan dalam asam asetat glasial.

F. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan jumlah zat terlarut dalam sejumlah larutan
tertentu. Berbagai macam satuan konsentrasi larutan dapat digunakan untuk
menjelaskan secara kuantitatif jumlah relatif dari zat terlarut dan pelarut. Para ahli
kimia menggunakan empat macam satuan konsentrasi, antara lain
1) Persen massa ( W/W%)
Persen massa adalah perbandingan antara massa zat terlarut terhadap
masa larutan yang kemudian dikalikan dengan 100%.
Persen massa = [massa zat terlarut / (massa zat terlarut + massa pelarut)] x
100%
Persen massa = [massa zat terlarut massa larutan] x 100%

2) Faksi Mol (x)


Fraksi mol merupakan perbandingan antara jumlah mol suatu komponen
terhadap jumlah mol total semua komponen. Fraksi mol zat terlarut (xt) adalah
perbandingan antara jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol total dalam
larutan. Sedangkan fraksi mol pelarut (xp) adalah perbandingan antara jumlah mol
pelarut terhadap jumlah mol total larutan.
Xt = mol zat terlarut / ( mol zat terlarut + mol perlarut )
Xp = mol pelarut/ ( mol pelarut + mol pelarut )
Xp + xt = 1
3) Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut per liter larutan.
M = mol zat terlarut / liter larutan
M = ( gram zat terlarut / Mr zat terlarut) x
( 1l000 / mL larutan )
4) Molalitas
Molalitas didefenisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per kilogram
pelarut
m = mol zat terlarut / kg pelarut
m =(gram zat terlarut / Mr zat terlarut0 x
(1000 /g pelarut)
Beberapa sifat larutan bergantung pada sifat khusus dari zat terlarutnya.
Dengan kata lain, pengaruh yang dapat diamati tentang larutan tersebut
bergantung pada sifat alamiah zat terlarutnya. Sebagai contoh, larutan garam
menghantarkan listrik. Larutan yang mengantar kation nikel berwarna hijau,
sedangkan , sedangkan larutan yang mengandung kation tembaga berwarna biru.

Ada juga penggolongan larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut, khususnya hannya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Sifat ini
disebabkankoligatif larutan yaitu sifat yang bergantung pada jumlah zat terlarut
yang ada. Yang termasuk termasuk sifat koligatif larutan antara lain:
a) Penurunan tekanan
b) Penurunan titik beku
c) Tekana osmosis

a. Penurunan Tekanan Uap


Jika suatu cairan dimasukkan dalam wadah tertutup, cairan tersebut akhirnya
akan menguap, dan melekul molekul gas tersebut menyebabkan adanya tekanan
diatas cairan. Tekanan yang disebabkan karena adanya melekul melekul dari
cairan yang menguap disebut Tekanan Uap cairan.
Jika cairan yang sama digunakan sebagai pelarut dalam suatu larutan, maka
tekanan uap cairan akan menurun. Hal ini disebabkan karna partikel- partikel zat
terlarut didalam cairan akan menempati ruangan permukaan, sehingga pelarut
tidak dapat menguap dengan mudah. Sering kali, terdapat gaya tarik- menarik
antara zat terlarut dengan zat pelarut, yang menyebabkan pelarut lebih sukar
menguap. Dengan kata lain, adanya zat terlarut menyebabkan penurunan tekanan
uap cairan.
Jika zat pelarut bersivat nonvolatil ( sukar menguap ), maka tekanan uap
larutan selalu lebih rendah dibandingkan tekanan uap pelarut murni. Hubungan
antara tekanan uap larutan dengan tekanan uap pelarut murni bergantung pada
konsentrasi zat terlarut didalam larutan.
b. Kenaikan Titik Didih
Setiap cairan mempunyai suhu didih tertentu(pada tekanan atmosfer tertentu).
Suhu ini disebut titik didih cairan. Jika cairan tersebut digunakan sebagai pelarut
dalam suatu larutan, maka akan diamati bahwa titik didih larutannya akan selalu
lebih tinggi dibandingkan cairan murninya (pelaru). Hal ini di kenal dengan
istilah kenaikan titik didih.
Adanya zat terlarut yang sukar menguap menyebabkan pelarut takkan mudah
menguap dengan mudah. Oleh karena itu, diperlukan energi yang lebih besar(
konsekuensinya suhu semakin tinggi) untuk menguapkan pelarut.

c. Penurunan Titik Beku


Setiap cairan mempunyai suhu beku tertentu. Jika suatu cairan digunakan
sebagai pelarut, dapat diamati bahwa titik beku larutan tersebut ternyata selalu
lebih rendah dibandingkan titik beku cairan murninya ( pelarut ) hal ini
disebabkan penurunan titik beku
Adanya zat terlarut menyebabkan entropi (ketidak teraturan) pelarut semakin
tinggi. Dengan demikian, untuk mengubah pelarut dari fasa cair menjadi fasa
padat diperlukan usaha ekstra. Hal ini mengakhibatkan titik beku larutan lebih
rendah dibandingkan pelarutnya.
d. Tekanan Osmosis
Osmosis merupakan peristiwa perpindahan pelarut melalui membran semi
permiable kedalam larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi.
Tekanan yang diberikan pada sisi yang lebih pekat untuk menghentikan proses ini
disebut tekanan osmosis
Pelarut selalu mengalir melalui membran semipermiable dari sisi yang lebih
encer kesisi yang lebih pekat. Semakin pekat larutan, semakin tinggi tekana yang
diberikan untuk menghentikan osmosis (semakin besar tekanan osmosisnya)
Sama dengan sifat koligatif lainnya, besarnya tekanan osmosis berbanding
lurus dengankosentrasi larutan. Dua larutan yang memiliki konsentrasi yang sama,
akan memiliki tekanan osmosis yang sama, maka lar4utan yang lebih pekat
dikatakanhipertonis sementara larutan yang lebih encer dikatakan hipotonis.
Sifat koligatif larutan elektrolit berbeda dibandingkan sifat koligatif larutan
nonelektrolit. Hal ini terjadi karna sifat zat elektrolit akan terionisasin meng
hasilkan ion-ion yang bebas dalam larutan, sehingga satu u akan menjadi dua atau
lebih partikel ketika dilarutkan,sebagai contoh, setiap partikel NaCl akan terurai
menjadi dua ion, Cl Dengan demikian, sifat sifat koligatif CaCl2 0,1 m adalah
tiga x sifat koligatif larutan larutan glukosa 0,1 m ( nonelektrolit)

e. Larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit


Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantar listrik dengan
baik.Larutan elektrolit memiliki daya hantar listrik yang berfariasi. Larutan kuat
memiliki daya hantar listrik yang jauh lebih baik daripada larutan elektrolit lemah.
Zat terlarut dalam elektrolit kuat akan terionisasi sempurna, sehingga
menghasilkan ion-ion bebas dalam jumlah besar. Derajat ionisasi zat terlarut (a)
sebesar 1 . Yang termasuk kategori larutan elektrolit kuat adalah asam kuat (HCl),
basa kuat ( NaOH ) dan garam yang mudah larut ( NaCl ).
Larutan nonelektrolit merupakan larutan yang tidak menghantarkan
listrik,sebab zat terlarut tidak terionisasi menghasilkan ion-ion bebas. Derajat
ionisasi zat terlarut (a) sebesar 0. Yang termasuk kategori larutan non
elektrolit adalah senyawa berbasis karbon (hidro karbon dan senyawa organik)
Interaksi Pelarut Zat Terlarut
Berhubungan dengan kelarutan suatu zat dalam pelarut, maka akan terjadi
interaksi antara pelarut- pelarut, pelarut zat pelarut terlarut dan zat-zat terlarut.
Nilai atau diskripsi kualitatif beberapa parameter fisika kimia dan zat terlarut dan
pelarut dapat membantu mendapatkan gambaran mengenai keterlarutan suatu
obat, beberapa faktor dan konsep yang penting untuk meramal suatu obat adalah:
1) Polaritas
2) Co Solvency
3) Parameter Kelarutan
4) Suhu
5) Salting out
6) Salting in
7) Hidrotopi
8) Pembentukan Kompleks
9) Efek bersama ion
10) Ukuran partikel
11) Ukuran dan bentuk melekul
12) Stuktur air
a. Polaritas
Aturan yang terkenal yaitu like dissolves bahwa melekul- melekul dengan
distribusi muatan yang sama dapat larut timbal balik yaitu polar, sedangkan
melekul non polar akan larut dalam media non polar. Konsep polaritas kurang
jelas apabila diterapkan dalam kelarutan yang rendah, terbentuk miseldan
berbentuk hidrak padat.
b. Konsolven
Campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu untuk digunakan
untuk membuat larutan obat. Konsolven dapat dipandang sebagai modifikasi
polaritas dari sistem pelarut terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru
yang terjadi interaksi tidak mudah diduga oleh individu pelarutn masing- masing
dalam sistem campuran. Konsolven supaya dibedakan dari fenomena yang sangat
erat hubungannya seperti pelarut ( solubilisasi ) dan didrotopi.

c. Parameter Kelarutan
Dikembangkan oleh hildbrand untuk sebagai alat peramal kelarutan cairan
dan substansi amorf dalam banyak macam pelarut dari industri.
d. Suhu
Kebanyakan senyawa farmasetis pada kenaikan suhu akan naik
kelarutannya, kecuali senyawa metilselulosa dan kalsium hidroksida. Proses
eksoterm dapat digambarkan:
Zat terlarut + pelarut <> larutan.
Jika pada peristiwa eksoterm, bila suhu dinaikan maka kelarutan zatnya
karena reaksi bergeser kekiri. Sedangkan pada peristiwa endoterm, bila suhu
dinaikan maka kelarutan zatnya akan bertambah, karena reaksi bergeser kekanan.
e. Salting out
Peristiwa pengendapan zat terlarut ( biasanya zat organik ) disebabkan
oleh penambahan jumlah besar garam yang sangat mudah larut pada larutan air
dari senyawa organik. Peristiwa ini merupakan kompetisi antara garam dan
senyawa organik terhadap melekul pelarut yaitu air. Contoh peristiwa ini adalah:
camphora dan elium manthae pepiritae dalam air aromatik. Larutan metilselulosa
dalam air oleh penambahan Nacl.
Mekanisme peristiwa ini adalah bahwa peristiwa metilselulosa dan air
merupakan inkompetible dengan interaksi NaCl dengan air sebagai hasil terjadi
dehidrasi dari metilselulosa dan mengakhibatkan peristiwa salting out
f. Salting in
Merupakan peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik
dengan penambahan suatu garam dalam larutannya. Sebagai contoh adalah
globulin tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam larutan garam encer didalam
air.
g. Hidrotopi
Merupakan peristiwa bertambahnya larutan dengan senyawa yang tidak
larut atau sukar larut dengan penambahan suatu senyawa lainyang bukan zat
surfaktan (S.a.a. ). Mekanismenya mungkin salting in, kompleksasi atau
kombinasi beberapa faktor.
h. Pembentukan Kompleks
Ialah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat
yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut. Sebagai contoh
larutan iodium dalam larutan KI atau Nal dalam air. Disini terjadi senyawa
kompleks triodida.
Juga larutan coffein didalam larutan natrii salisilat atau natri benzoat
dalam air. Senyawa kompleks ini bersifat reversible, mudah terjadi diosiasi dan
melepas zat aktifnya dan memberi zat terapi.
i. Common ion effect
Obat yang tak larut sering dibuat sebagai suspensi, disini ada
keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya. Sebagai contoh
adalah suspensi procain penicilin. Dengan penambahan procain Hcl yang mudah
larut dalam air akan mengurangi penicilin ion dalam larutan, karena produk
kelarutan suatu senyawa pada suhu konstan adalah tetap.
j. Ukuran partikel
Efek ukuran partikel dari zat terlarut dalam sifat keterlarutan terjadi bila
hanya partikel mempunyai ukuran dalam sub mikro dan akan terlihat kenaikan
kira- kira 10% dalam kelarutannya. Kenaikan ini disebabkan adanya energi bebas
permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel yang kecil.
k. Ukuran dan bentuk melekul
Sifat-sifat dapat melarutkan dari air sebagian besar disebabkan oleh
ukuran yang kecil dari melekulnya. Zat cair dapat mempunyai polaritas, konstante
dielektrik dan ikatan hidrogen dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa
ionik, disebabkan ukuran partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair
untuk menembus dan melarutkan kristal. Bentuk dari melekul zat terlarut juga
merupakan faktor didalam stuktur dari air. Efek bentuk dari melekul zat terlarut
terhadap kelarutannya didalam suatu pelarut lebih banyak merupakan efek
entropi.

l. Stuktur dari air


Stuktur air merupakan anyaman molekul 3 dimensi dan stuktur ikatan
hidrogen menentukan sifat sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut. Stuktur
dapat dimodifikasi secara kualitatif dan kuantitatif oleh banyak faktor seperti
suhu, permukaan dan zat terlarut.
Stuktur air adalah peka terhadap banyak faktor yang dapat memperkuat,
melemahkan, mengubah atau memecah seluruhnya. Faktor faktor ini termasuk
suhu, zat terlarut non polar, ion monovolen dan polivalen, S.a.a., makromolekul
dan permukan.

G. Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
yang lalinnya pelarut organik.
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan.
Dari kesimpulan diatas Ekstraksi pelarut adalah benda cair atau gas yang
melarutkan benda cair, padat, atau gas yang menghasilkan sebuah larutan melalui
suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya.
Hukum Distribusi atau Partisi
dapat diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut
tertentu. contohnya bila banyaknya iod diubah-ubah , angka banding konsentrasi-
konsentrasi itu selalu kontsan dengan syarat temperaturnya konstan.
Konsentrasi Iod dalam Karbon disulfida= C2 = Kd
Konsentrasi Iod dalam air C1
Kd = dikenal dengan koefisien distribusi atau partisi

Hukum distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka suatu temperatur
yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat angka banding berubah dengan
sifat dasar kedua pelarut itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung
pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. harga angka banding berubah
dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur.
Penerapan Ekstraksi Pelarut Dalam Analisis Kualitatif.
1. mengeluarkan bbrom dan iod dari dalam larutan air, bila larutan
iod dalam air dikocok dengan karbon disulfida, konsentrasi iod dalam
lapisan karbon disulfida yang terjadi kira-kira 400 kali konsentrasi
dalam air. lapisan karbon disulfida dapat dipisahkan dengan bantuan
corong pisah dan proses itu diulang. dengan cara ini konsentrasi iod
dalam larutan air dapat dikurangi menjadi begitu kecil, meskipun secara
teoritis tidak dapat menjadi nol.
2. Berbagai Uji Dalam Analisis Kualitatif, (i) Kromium pentoksida
lebih dapat larut dalam amil alkohol (eter) dari pada dalam air, dengan
mengocok larutan encer dalam air dengan amil alkohol (eter). diperoleh
suatu larutan pekat dalam amil alkolhol, dan adanya krmoat atau
hidrogen peroksida yang dinyatakan oleh warna biru.
3. Studi Hidrolisis, terdapat kesetimbangan antara garam, hidrolisis
dapat ditulis sebagai Garam + Air Asam + Basa. konsentrasi dapat
ditentukan dengan cara distribusi antara air dan pelarut lain, seperti
benzena atau klorofrom.
4. Penentuan Susunan Ion Halida yang Kompleks, Iod jauh lebih
dapat larut dalam Kalium iodida dalam air dibandingkan dalam air. hal
ini disebabkan oleh terbentuknya ion tri iodida. kesetimbangan berikut
berlangsung seperti I2 + I- I3-.dengan menentukan konsentrasi iod
dalam larutan karbon tetra klorida, konsentrasi iod bebas dalam larutan
air dapat dihitung menggunakan koefisien distribusi yang diketahui, dan
dapat diketahui konsentrasi ios total, diperolah konsentrasi ion tidak
bebas sebagai I3- dengan memperkurangkan harga ini dari konsentrasi
awal kalium iodida, dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas. tetapan
kesetimbangan K = [I-] x [I2] / [I3-], kemudian dapat dihitung metode
yang sama telah digunaknan untuk mempelajari kesetimbangan antara
brom dan bromida: Br2 =Br- Br3-.
Pengukuran distribusui juga telah dilakukan untuk membuktikan adanya ion
tetraaminokuprat (II), dalam suatu larutan air ber amoniak dari tembaga sulfida,
dengan diperiksanya perisi amonia bebas antara klorofrom dan air.
H. Teori Asal Usul Garam di Laut
Mula-mula diperkirakan bahwa zat-zat kimia yang menyebabkan air laut asin
berasal dari darat yang dibawa oleh sungai-sungai yang mengalir ke laut, entah itu
dari pengikisan batu-batuan darat, dari tanah longsor, dari air hujan atau dari
gejala alam lainnya, yang terbawa oleh air sungai ke laut. Jika hal ini benar
tentunya susunan kimiawi air sungai tidak akan berbeda dengan susunan kimiawi
air laut. Namun tabel 2 menunjukkan bahwa ada perbedaan besar dalam susunan
kimiawi kedua macam air tersebut. Jadi dugaan itu tidak benar. Lalu dari mana
sebenarnya asal garam-garam tersebut.

Menurut teori, zat-zat garam tersebut berasal dari dalam dasar laut melalui proses
outgassing, yakni rembesan dari kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke
permukaan dasar laut. Bersama gas-gas ini, terlarut pula hasil kikisan kerak bumi
dan bersama-sama garam-garam ini merembes pula air, semua dalam
perbandingan yang tetap sehingga terbentuk garam di laut. Kadar garam ini tetap
tidak berubah sepanjang masa. Artinya kita tidak menjumpai bahwa air laut makin
lama makin asin.
Zat-zat yang terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya diukur dengan
istilah salinitas dapat dibagi menjadi empat kelompok, yakni:

1.Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg.


2.Gas terlarut : CO2, N2, dan O2.
3.Unsur Hara : Si, N, dan P.
4.Unsur Runut : I, Fe, Mn, Pb, dan Hg.
Konstituen utama merupakan 99,7% dari seluruh zat terlarut dalam air laut,
sedangkan sisanya 0,3% terdiri dari ketiga kelompok zat lainnya. Akan tetapi
meskipun kelompok zat terakhir ini sangat kecil persentasenya, mereka banyak
menentukan kehidupan di laut. Sebaliknya kepekatan zat-zat ini banyak
ditentukan oleh aktivitas kehidupan di laut.
Selain zat-zat terlarut ini, air juga mengandung butiran-butiran halus dalam
suspense. Sebagian dari zat ini akhirnya terlarut, sebagian lagi mengendap ke
dasar laut dan sisanya diurai oleh bakteri menjadi zat-zat hara yang dimanfaatkan
tumbuhan untuk fotosintesis.

I. Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi didasarkan pada perbedaan koefisien distribusi zat terlarut
dalam 2 larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur. Ekstraksi
dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor yaitu:
1. Kemudahan dan kecepatan proses .

2. Kemurnian produk yang tinggi.

3. Rendah polusi.

4. Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya

5. Efektivitas dan selektivitas yang tinggi. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan
yang tidak dapat bercampur memiliki banyak kemungkinan untuk terjadi
pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya bukanlah analitis namun
preparatif, ekstraksi pelarut yang merupakan suatu langkah penting dalam urutan
yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik
atau biokimia.

6. Dalam analisis penentuan suatu ion logam, ekstraksi dapat digunakan untuk
memisahkan ion logam tersebut dari ion logam yang lainnya yang akan
mengganggu identifikasi dan penentuan kadarnya. Melalui proses ekstraksi, ion
logam dalam pelarut air ditarik keluar dengan suatu pelarut organik. Secara
umum, tujuan dari ekstraksi adalah untuk memisahkan suatu komponen dan
campurannya dengan menggunakan suatu pelarut.

7. Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah


mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau
system ion berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang
lebih ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka
proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ektsraksi
berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat
diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat.

8. Tiga metode dasar pada ekstraksi pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi
bertahap (bath), ekstraksi kontinyu dan ekstraksi counter current. Ekstraski
bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya yaitu cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan
konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah itu tercapai
lapisan didiamkan dan dipisahkan, metode ini sering digunakan untuk pemisahan
analitik. Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang
dilakukan.

9. Salah satu penggunaan penting dalam proses ekstraksi pelarut adalah penentuan
logam-logam secara spektrofotometrik pada daerah sinar tampak. Banyak reagen
organik membentuk kompleks khelat berwarna dengan logam-logam tetapi
kompleks yang terbentuk kebanyakan tidak larut dalam air, kompleks-lompleks

10. logam khelat tersebut umumnya larut dalam pelarut organik.Oleh karena
itu,mudah diekstraksi.

11. Satu hal kunci yang sangat menentukan pertimbangan desain proses ekstraksi
adalah pemilihan solven yang akan digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan di
antaranya: a. Reproksivitas: kemampuan untuk melakukan kontak antara pelarut
dengan suatu zat teralrut.
b.Selektivitas: kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan salah satu komponen
zat terlarut. Bandingkan rasio kesetimbangan solute tiap fasa.
c.Koefisien distribusi: nilai ratio yang dalam kesetimbangan yang menunjukkan
kemampuan zat terlarut terdistribusi dalam pelarut.
d.Ketidak larutan (insolubility) pelarut tidak boleh larut dalam cairan karier. e.
Recoverability kemampuan pelarut untuk dapat dimurnikan (recover )
Pertimbangkan hambatan (misal: azeotrop).
f.Kerapatan: menunujukkan konsentrasi zat terlarut dalam solven. Penurunan
karapatan zat C kelarutannya semakin banyak dalam pelarut.
g.Tegangan permukaan: menunjukkanan dua jenis cairan untuk bercampur.
h.Reaktivitas kimia: adanya kemampuan untuk bereaksi secara kimiawi antara
cairan sehingga dapat diketahui apakah dua larutan dapat dicampurkan tanpa
bereaksi. i.Viskositas, tekanan uap dan titik beku nilai rendah memudahkan
penyimpanan. Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap yaitu sebagai
berikut.

J. Cara Menentukan Kekuatan Larutan Elektrolit


kekuatan larutan elektroit ditentukan oleh beberapa faktor :

1. Jenis larutan elektrolit


, Tentu saja elektrolit kuat dalam konsentrasi yangsama atau hampir sama
mempunyai kekuatan jauh lebih besar jika dibandinglarutan nonelektrolit. Sebab
dalam larutan non elektrolit lemah hanyasebagian kecil larutan yang terurai
menjadi ion2nya (misal dengan derajatdissosiasi = 0,00001 berarti yang terurai
hanya 0,001% dari totalkonsentrasinya) sedangkan larutan elektrolit kuat hampir
semuanya terurai(100% dari konsentrasi terurai)

2. Kadar/Konsentrasinya
, Bila sama jenisnya (sama2 elektrolit lemah atausama2 elektrolit kuat)
kekuatan larutan elektrolit ditentukan olehkonsentrasinya...semakin besar
konsentrasi maka semakin besar kekuatannya.karena semakin banyak yang
mengion.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut (Anonim, 1995). Larutan ada dua macam yaitu solutio dan mixtura. Bila
solution hanya mengandung satu jenis obat yang dilarutkan sedangkan mixtura
menggunakan lebih dari satu bahan obat yang dilarutkan. Molekul-molekul dalam
larutan terdispersi secara merata, sehingga menjamin keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur (
Anonim,1995). Keuntungan bentuk sediaan larutan antara lain - campuran
homogen - dosis mudah diubah-ubah dalam pembuatan - dapat diberikan dalam
larutan encer kapsul atau tablet lambung, sedangkan bila dalam bentuk tablet atau
kapsul sulit diecerkan - kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi -
mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna, dan hal ini untuk pemakaian obat
pada anak-anak - untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan
Kerugian bentuk larutan antara lain: - volume bentuk larutan lebih besar - ada obat
yang tidak stabil dalam larutan - ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya
dalam larutan ( Anief, 2005).
Dalam suatu larutan (solutio) terdapat dua komponen utama yaitu pelarut (
solven) dan zat terlarut ( solute). Adapun pemilihan solven didasarkan atas: -
toksisitas rendah - viskositas - rasa, baud an warna - kecocokan dengan bahan lain
- ekonomis. Pelarut yang sering digunakan adalah air. Namun dapat pula
menggunakan pelarut lain seperti gliserol, alcohol, propilen glikol, dan minyak
lemak, aseton, isopropyl akohol, dsb. Untuk memberi nama larutan, terdapat satu
ketentuan umum yaitu: - jika larutan tersebut pelarutnya air maka dinamakan
solutio diikuti dengan nama zat aktif - jika larutan tersebut pelarutnya bukan air
maka dinamakan sesuai pelarutnya. Contoh : solution champhora oleosa ( pelarut
minyak ), solution champhora spiritusa ( pelarut spiritus ). Hal- hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan solution yaitu: - PH Basa lemah seperti alcohol,
atropine, codein, morfin tidak terlalu larut dalam air sehingga pelarut yang
digunakan adalah asam encer. Zat organic berupa asam lemah seperti fenobarbital
dan sulfonamide akan mengendap dalam larutan alkalis, membentuk garam yang
dapat larut dalam air. - Suhu Panas pelarutan negatif zat menyerap panas dan
kelarutan zat akan meningkatkan adanya kenaikan suhu.
Sedangkan panas pelarutan positif yaitu zat akan berkurang kelarutannya
seiring dengan kenaikan suhu, zat akan melepas panas. - Ukuran partikel Semakin
kecil ukuran partikel maka semakin luas permukaannya sehingga frekuensi kontak
dengan pelarut makin banyak dan proses pelarutan akan makin cepat. -
Pengadukan Semakin kuat pengadukan maka semakin banyak pelarut tak jenuh
bersentuhan dengan obat sehingga semakin cepat terbentuk larutan. Kelarutan
suatu zat terutama tergantung luas permukaan zat. Pemanasan dalam proses
pelarutan akan menaikkan kecepatan difusi. Jika reaksi yang terjadi eksoterm
maka pelarutan dengan pemanasan harus diperhatikan karena berbahaya.
Misalnya pada Hydras nutrias. Pemanasan harus dihindari jika : - Senyawa terurai
dengan pemanasan Contoh : Luminal Natrium terurai menjadi fenil etil asetil
ureum hexamine terurai menjadi formaldehid dan ammonia. - Kelarutan senyawa
menurun dengan pemanasan Contoh : calcii hydroxyda, calcii hypophosphite,
natrium sulfat anhidris.
DAFTAR PUSTAKA
Misnani. 2010. Praktikum Teknik Lingkungan Total Padatan
Terlarut.http://misnanidulhadi.blogspot.com/. diakses 17 Juni 2012.

Oram, B. 2010. Total Dissolved Solids, http://www.water-


research.net/totaldissolved solids.htm. diakses tanggal 17 Juni 2012.
Tarigan, M.S, dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA. SAINS.
VOL.7. NO. 3
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas.Jakarta : Erlangga
Brady, James.1986. Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta : Erlangga
Hardjono. 2001. Kimia Dasar . Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Keenan, Klenifelter. 2000. Kimia untuk Universitas Jakarta :
Gramedia.Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Surabaya
:
Erlangga.Syukri, S. 1999.Kimia Dasar I.Bandung : Institut Tekhnologi
Bandunghttp://idrissetiawanalwysclever-skiripsi.blogspot.com/2012/07/makalah-
kimia-larutan-elektrolit-
dan.htmlhttp://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/larutan-elektrolit-dan-
non-elektrolit.html
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Edisi 3. Jilid 2. Erlangga,
Jakarta.
Gozan. 2006. Adsorbsi Leaching dan Ekstraksi Pada Industri Kimia. UI Press,
Jakarta.
Kasmiyatin, M. 2010. Ekstraksi Asam Asetat dan Asam Oksalat : Pengaruh
Konsentrasi Solut Terhadap Koefisien Distribusi. UNTAG, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai