Anda di halaman 1dari 4

RUMAH KAKI SERIBU: KEARIFAN BUDAYA ARFAK

Rumah kaki seribu disebut Imbeny dalam bahasa Hatam adalah rumah tradisional
masyarakat di Pegunungan Arfak, Manokwari. Imbeni berbentuk rumah panggung dengan tiang-
tiang penyangga puluhan tiang. Pembuatan imbeny diawali dengan pemancangan cowa (tiang
induk) di bagian tengah bangunan yang terdiri dari 4 tiang utama. Tiang utama terbuat dari kayu
bufuren atau jenis kayu biyem. Sedangkan tiang-tiang penyangga: Iyeiya (tiang samping
keliling) dan hawa (tiang silang) terbuat dari jenis kayu bimpas, bini, bigan, birab, mica atau
kicoua. Imbeni sejatinya merupakan identitas kultural orang Arafk.
Rumah kaki seribu terdiri dari tujuh lantai, yaitu ninghima, ngimabaha, priba, bitawa,
bumnewa, tindanga dan icowa. Susunan tujuh lantai itu terkait dengan kisah purba tentang tujuh
turunan asal usul orang Arfak. Rangka atap imbeni terdiri dari ngowa, botdiyei, botnai, bieisigua,
biylima, mangbeya, iybouwa, dan iytaba, adapun atapnya terdiri dari piena dan cawa. Sedangkan
bagian dinding terdiri dari janga (ram untuk sandaran kulit kayu), honga (kulit kayu), hongdringa
(dinding luar), hongsiwa (dinding sekat) dan hongiya (kulit kayu untuk alas tidur).
Batang-batang pohon yang digunakan untuk mendirikan imbeni dihubungkan dengan Baba (tali
rotan). Sedangkan dinding rumah dibuat dari kulit kayu bemonak dan atap rumah dari daun
pohon kurayak. Bagian dalam rumah terbagi dua ruang, yaitu Nghimsi (ruang perempuan) dan
Nghimdiy (ruang laki-laki). Di dalam Nghimsi terdapat tungku penghangat ruang (atiriemnshi),
tempat untuk tidur (butdip), alas kulit kayu (honggij), alas tikar pandan (kuwongin). Sedangkan
dalam Nghimdiy terdapat tungku api (sirowdip), tempat penyimpanan kayu bakar (fati), tempat
pertemuan (tipow) dan pembatas antar sirowdip dan tipow (ansian). (#)

Rumah Tradisional Kaki Seribu - suku Arfak - Manokwari

Masyarakat Arfak adalah komunitas asli terbesar di kabupaten Manokwari, sebagian besar
berdiam di bagian tengah kepala burung pulau papua. Suku Besar Arfak terdiri dari beberapa sub
suku yaitu, Suogb, Hatam dan Meyah yang memiliki adat dan budaya yang sama namun berbeda
bahasa. Uniknya adalah walaupun berbeda bahasa, masyarakat sub suku dapat saling mengerti.

Kampung-kampung orang Arfak terletak di sekitar Kawasan Cagar Alam Pegunungan Arfak.
Luas Cagar Alam Pegunungan Arfak mencapai 68.325 Ha. Dalam kawasan ini dapat dijumpai
333 Jenis Burung, 4 jenis diantaranya adalah endemik Pegunungan Arfak, 110 jenis mamalia dan
juga merupakan pusat keanekaragaman kupu-kupu sayap burung Ornithopera Sp.

Secara tradisional orang atau suku Arfak tinggal di rumah tertutup yang hanya memiliki dua
pintu, depan dan belakang tanpa jendela. Bentuknya unik, dibangun dengan konstruksi rumah
panggung yang seluruhnya terbuat dari bahan kayu dan rumput ilalang sebagai atap. Mod Aki
Aksa atau Igkojei adalah nama asli rumah tradisional suku besar Arfak; tiang penyangga ini
begitu banyak sehingga orang awam menyebutnya Rumah Kaki Seribu. Saat ini populasinya
semakin berkurang dan hanya bisa ditemui di kampung-kampung, pinggiran distrik pedalaman di
bagian tengah Pegunungan Arfak.
Rumah Kaki Seribu, begitu mereka menyebut bangunan tempat tinggal yang terbuat dari kayu
berbentuk panggung. Berbeda dari kebanyakan rumah adat berbentuk panggung, yang hanya
memiliki tiang penyangga atau kaki di setiap sudutnya saja, rumah tinggal bagi Suku Arfak di
pegunungan ini memiliki banyak kaki. Bahkan jarak setiap kaki-kaki bangunan mereka buat
hanya sekitar 30 centimeter saja. Itulah sebabnya mereka menyebutnya Rumah Kaki Seribu.

Kondisi geografis wilayah Pegunungan Arfak berupa bukit-bukit terjal dengan ketinggian rata-
rata 2000 meter dari permukaan laut. Di beberapa tempat yang kami lalui, sungai mengalir
dengan deras. Tak jarang kendaraan Double Cabin 4x4 yang kami tumpangi harus turun
menyeberangi sungai karena belum tersedianya jembatan. Di ketinggian 2000 meter terdapat dua
buah danau besar Gigi dan Gita. Hutan merupakan pemandangan di kiri-kanan jalan dan di
hampir seluruh wilayah pegunungan.

Kondisi alam seperti itulah dan ditambah lagi dengan suhu udara yang dingin membuat
masyarakat di Pegunungan Arfak harus menyesuaikan diri. Termasuk dalam hal mendirikan
bangunan hunian mereka. Dari cerita yang kami dapat tentang rumah kaki seribu, masyarakat
mendirikan bangunan seperti itu untuk menghindar dari serangan hewan buas dan melindungi
diri dari udara dingin. Itulah mengapa semua rumah adat di Pegunungan Arfak tidak memiliki
jendela.

Rumah Kaki Seribu rata-rata berukuran 8x6 meter. Tinggi panggung sekitar 1 hingga 1,5 meter
dan tinggi puncak atap 4,5 hingga 5 meter. Kaki-kaki rumah terbuat dari batang kayu yang
mereka ambil dari hutan berukuran diameter 10 centimeter. Dinding dan lantai terbuat dari kulit
kayu yang dilebarkan dan disusun rapat, kemudian dibungkus kembali dengan batang-batang
kayu berukuran lebih kecil. Atap terbuat dari daun ilalang yang diikatkan pada tulang-tulang
penyangga yang juga terbuat dari kayu.
Seluruh sambungan kayu tiang, lantai, dinding dan atap diikat dengan tali serat rotan dan serat
kulit kayu. Sebuah tampilan bangunan sederhana namun tetap fungsional, memiliki estetika dan
ciri khas yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai