Pengendalian keamanan pangan yang meliputi Tata Cara Produksi dan Tata
Cara Higiene diuraikan pada bagian 4-7.
Tabel 6 Perbandingan persyaratan the BRC Global Standard for Food Safety isu
5 dan 6
TOTAL Klausul 64 86
Subklausul 223 208
Sub Subklausul 47 46
Perubahan jumlah total klausul pada Standar isu 6 sekitar 25% akibat
pemindahan atau penggabungan beberapa klausul sehingga setiap klausul
mengandung suatu hal nyata. Beberapa klausul baru ditambahkan atau mengalami
pergeseran bagian,dan banyak persyaratan yang lebih diperinci pada setiap
klausulnya. Dari penelitian ini didapatkan bahwa pada isu 6 terjadi pengurangan
jumlah klausul yaitu dari 223 subklausul menjadi 208 subklausul. Bagian yang
mengalami perubahan terbesar adalah bagian 3 yaitu dari 52 menjadi 30
39
subklausul atau berkurang sekitar 70%. Bagian lainnya yang juga mengalami
perubahan nyata adalah bagian 4 yaitu penambahan sekitar 25% klausul dari72
subklausul(dengan 18 sub-subklausul)pada isu 5 menjadi 90 subklausul(dengan
28 sub-subklausul) pada isu 6. Perubahan pada bagian ini adalah karena adanya
penambahan 19 klausul baru terutama terkait pengendalian benda asing (klausul
4.10). Perubahan persyaratan pada subklausul secara rinci akan dibahas pada sub-
subbab pada pembahasan penelitian berikutnya.
Pada BRC isu 6 beberapa klausul ditetapkan sebagai klausul fundamental.
Klausul fundamental berisikan persyaratan yang menyangkut suatu sistem yang
harus dibangun, dipelihara dan dikendalikan di perusahaan yang mempengaruhi
integritas dan keamanan produk yang dihasilkan. Klausul fundamental ditandai
dengan tanda bintang pada bagian atas klausul. Kegagalan pada klausul
fundamental (misal temuan Mayor saat audit) mengakibatkan tidak akan
dikeluarkannya sertifikat pada audit awal atau ditariknya sertifikat pada audit
perpanjangan sertifikasi. Dibutuhkan audit lanjutan pada keseluruhan sistem
untuk mengumpulkan bukti-bukti pemenuhan. Pada isu 6, yang menjadi klausul
fundamental adalah klausul terkait komitmen manajemen seniorperbaikan
berkelanjutan (klausul 1.1), rencana HACCP (klausul 2), audit internal (klausul
3.4), tindakan koreksi (klausul 3.7), daya telusur (klausul 3.9), housekeeping dan
higiene (klausul 4.11), pengendalian operasional (klausul 6.1), dan pelatihan bagi
karyawan (klausul 7.1). Klausul fundamental isu 6 ini tidak berbeda dari isu 5,
hanya terjadi perubahan penomoran klausul akibat pergeseran klausul-klausul
pada isu 6.
Tabel 7 Kajian perubahan klausul BRC isu 6 terhadap BRC isu 5 pada bagian
1 tentang komitmen manajemen senior
Kebijakan keamanan dan mutu pangan 1.1.1 3.1 Pada isu 6, kebijakan perusaaan harus
ditandatangani pimpinan perusahaan dan
dikomunikasikan ke semua karyawan.
Sedangkan pada isu 5 tidak disyaratkan.
Sasaran mutu, dalam perbaikan 1.1.2 3.1, 3.1.1, Pada isu 6, sasaran mtu harus dipantau dan
keamanan, keabsahan dan mutu 1.2, 1.3, setiap 3 bulan dilaporkan ke manajemen
dan 1.4 senior. Sedangkan pada isu 5 tidak
disyaratkan.
Meeting program, minimal bulanan 1.1.4 Tidak disyaratkan dalam BRC isu 5
Manajemen senior menyediakan 1.1.5 Tidak disyaratkan dalam BRC isu 5
kebutuhan orang dan keuangan
Standar terbaru yang asli, hard copy 1.1.7 Tidak disyaratkan harus dimiliki perusahaan
atau versi elektronik yang orisinil dalam BRC isu 5
Announced recertification audit 1.1.8 1.11 BRC isu 5 belum memperkenalkan istilah
dilakukan sebelum batas tanggal yang announced audit
tertera di sertifikat
Opening meeting dan closing meeting 1.1.9 1.12 BRC isu 6 : para manajer departemen
pada audit sertifikasi the Global terkait atau utusannya hendaklah ada
Standard for Food Safety selama audit.
Sosialisasi tanggung jawab karyawan 1.2.2 Tidak disyaratkan dalam BRC isu 5
dan instruksi soal pekerjaan
Tabel 8 Kajian perubahan klausul pada BRC isu 6 terhadap isu 5 pada bagian
2 tentang rencana keamanan pangan-HACCP
Tim Keamanan Pangan HACCP Codex 2.1: 2.1.1 2.1: 2.1.1, 2.1.2, Penggabungan klausul
Alimentarius, Langkah 1 2.1.3, dan 2.1.4
Pendaftaran semua bahaya potensial pada 2.7: 2.7.1, 2.6: 2.6.1, 2.6.2, Isu 6, 2.7.3 memasukkan isu
tiap tahapan proses, lakukan analisa bahaya 2.7.2, dan 2.7.3 dan 2.6.3 pengendalian dengan prerequisite
dan tetapkan metode untuk mengontrol programmes. Sedangkan pada isu 5
bahaya yang teridentifikasi - Codex tidak disyaratkan.
Alimentarius Langkah 6, Prinsip 1
Pengendalian untuk tiap CCP - Codex 2.10: 2.10.1, 2.9: 2.9.1, 2.9.2, Penggabungan klausul, 2.10.2: data
Alimentarius Langkah 9, Prinsip 4 2.10.2 dan 2.9.3 elektronik
Prosedur verifikasi Codex Alimentarius 2.12: 2.12.1 2.11: 2.11.1, Penggabungan klausul
Langkah 11, Prinsip 6 2.11.2
Pengkajian Rencana HACCP 2.14: 2.14.1 2.13: 2.13.1, Pada isu 6 menghilangkan soal
2.13.2 perubahan tanggung jawab karyawan/
manajemen, dan menambahkan isu
baru;emergence of a new risk
A.2.2. Klausul 2.7; Daftarkan semua bahaya potensial yang ada pada tiap
tahapan proses, lakukan analisa bahaya dan tetapkan metode untuk
mengontrol bahaya yang teridentifikasi-Codex Alimentarius
Langkah 6, Prinsip 1
Dalam BRC isu 5, klausul terkait Langkah 6 prinsip 1 HACCP adalah
klausul 2.6. Selain itu, pada klausul 2.7.3. dijelaskan bila pengendalian bahaya
dilakukan dengan prerequisite programmes, maka hal ini hendaknya dinyatakan
dan perlu dilakukan validasi. Hal baru ini adalah terkait dimasukkannya
persyaratan terkait prerequisite programmes pada klausul 2.
A.2.3. Klausul 2.10;Menetapkan suatu sistem pengendalian untuk tiap
CCP-Codex Alimentarius Langkah 9, Prinsip 4
Tidak ada perubahan persyaratan mendasar pada isu 6 ini, akan tetapi mulai
menyinggung soal catatan elektronik sesuai dengan perkembangan teknologi saat
ini. Jika catatan pemeriksaan CCP dilakukan secara elektronik, maka tetap harus
ada bukti bahwa catatan tadi diperiksa dan diverifikasi. Bila dengan cara manual
biasanya verifikasi hasil pemeriksaan pada form atau checklist ditandai dengan
paraf atau tanda tangan, maka dalam catatan elektronik hal tersebut dilakukan
dengan cara yang berbeda misalnya memasukkan file yang telah diperiksa dalam
folder dengan password tertentu atau file tadi diganti menjadi format file lain
untuk tujuan membedakan dari file yang belum diverifikasi.
A.2.4. Klausul 2.14; Mengkaji Rencana HACCP
Tidak ada persyaratan yang dirubah terkait kajian rencana HACCP pada isu
6 ini. Terdapat satu hal baru soal kapan perlu dilakukan kajian rencana HACCP
yaitu bila timbulnya risiko-risiko baruseperti pemalsuan bahan baku.
pada isu 5 terkait penanganan produk yang tidak sesuai dimasukkan ke dalam
klausul 3.8. Persyaratan audit internal (3.4) dikembangkan menjadi harus adanya
inspeksi proses atau lingkungan (3.4.4). Persyaratan terkait pemasok bahan baku
dipisahkan dari pemasok jasa (3.5.3). Terdapat persyaratan baru terkait
manajemen proses produksi yang dilakukan diluar perusahaan (3.5.4). Kajian
perubahan klausul isu 6 terhadap isu 5 pada bagian 3 selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9 Kajian perubahan klausul BRC isu 6 terhadap isu 5 pada bagian 3
tentang sistem keamanan dan mutu pangan
Prosedur dan Instruksi kerja 3.1.1, 3.1.2, dan 3.2.1, 3.2.2 dan Pada isu 6, prosedur harus jelas, tidak
(3.1.3) 3.1.3 3.7.1.2 samar, dalam bahasa yang sesuai,
terperinci, dilengkapi dengan foto, diagram,
atau gambar.
Penyimpanan catatan 3.3.1 3.7.3.1 Pada isu 6, catatan elektronik harus memiliki
pengendalian cadangan. Pada isu 5 tidak disyaratkan.
Waktu penyimpanan catatan 3.3.2 3.7.3.4 Isu 6, lamanya penyimpanan catatan : umur
simpan ditambah 12 bulan.
Catatan temuan audit dan 3.4.3 3.5.3, 3.5.4, 3.5.5 Penggabungan klausul.
tindakan koreksi dan 3.5.6
Audit lingkungan dan kondisi 3.4.4 Klausul baru, disyaratkan bulanan. Pada isu
5 tidak disyaratkan.
Prosedur penerimaan, kajian risiko 3.5.1.1 3.6.2 Pada isu 6, dilakukan berdasarkan kajian
dan pemasok RM risiko.
Dokumen dan prosedur penerimaan 3.5.2.1 5.5 Pada isu 6 disyaratkan memiliki daftar RM
RM dan spesifikasinya. Pada isu 5 tidak
disyaratkan.
Kajian Spesifikasi produk akhir 3.6.5 3.7.2.4 Isu 6, disyaratkan minimal tiap 3 tahun.
Pada isu 5 tidak disyaratkan.
Prosedur penanganan 3.7.1 3.8.1. 3.8.2, 3.8.3, & Verifikasi tindakan perbaikan dan identifikasi
ketidaksesuaian 3.8.4 akar masalah. Pada isu 5 tidak disyaratkan.
Prosedur penangan produk yang 3.8.1 5.6.1, 5.6.2, 5.6.3, & Menperinci persyaratan soal penyerahan ke
tidak sesuai 2.10.2 pemilik merek, catatan keputusan
penggunaan/ pembuangan dan catatan
pemusnahan
Pengujian sistem daya telusur 3.9.2 3.9.2 Data lengkap terkumpul maksimal 4 jam.
Pengujian prosedur recall dan 3.11.3 3.11.5 & 3.11.6 Minimal setiap tahun dan dilengkapi data
withdrawal waktu-waktu kunci.
Informasi recall ke Badan 3.11.4 Persyaratan baru, dalam 3 hari kerja. Pada
Sertifikasi isu 5 tidak disyaratkan.
46
diakui oleh GFSI (3.5.4.2). Proses produksi yang dilakukan harus dipastikan
sesuai kontrak terkait proses dan spesifikasi produk (3.5.4.3). Perusahaan juga
harus melakukan prosedur pemeriksaan dan pengujian produk yang
disubkontraktorkan saat barang diterima, meliputi pemeriksaan visual, kimia
dan/atau mikrobiologi, tergantung kajian risiko (3.5.4.4).
A.3.5. Klausul 3.6; Spesifikasi
Pada isu 6 klausul 3.6.5 disyaratkan soal perlu dilakukannya kajian
spesifikasi produk akhir setiap kali terjadi perubahan (misal bahan baku, proses)
atau setidaknya setiap tiga tahun. Penetapan waktu minimal tiga tahun ini
sebelumnya tidakdisyaratkan secara spesifik pada isu 5 (klausul 3.7.4.2).
A.3.6. Klausul 3.7; Tindakan Koreksi
Klausul 3.7.1 mensyaratkan dilakukan tindakan koreksi terhadap
ketidaksesuaian, untuk selanjutnya tindakan koreksi tadi diverifikasi apakah telah
efektif. Selain itu akar masalah terjadi ketidaksesuain harus diketahui agar dapat
dilakukan tindakan koreksi yang sesuai. Menurut Juran (1995) masalah yang
paling berat dalam tindakan koreksi adalah bila terjadi perubahan yang sporadis
dan penyebabnya pun tidak segera dapat diketahui. Dalam hal ini hambatan
terutama terjadi dalam mendiagnosa penyebab. Diagnosa harus dilakukan
menggunakan cara dan peralatan seperti autopsi yaitu menentukan dengan tepat
gejala-gejala yang ditunjukkan oleh produk dan proses; perbandingan produk
yang dibuat sebelum dan sesudah gangguan terjadi untuk menemukan perubahan
yang ada juga perbandingan produk yang baik dengan yang jelek sesudah
gangguan terjadi; perbandingan antara proses sebelum dengan sesudah gangguan
terjadi untuk melihat parameter proses apa yang telah berubah; dan rekonstruksi
kronologi yaitu melakukan pemeriksaan rekaman dalam skala waktu (jam, hari
dan lain-lain).
A.3.7. Klausul 3.8; Penanganan Produk yang Tidak Sesuai
Isi dari klausul 3.8.1 tentang Penanganan Produk yang Tidak Sesuai pada
dasarnya tidak berbeda dari isu 5 (klausul 5.6.1, 5.6.2, 5.6.3, dan 2.10.2). Akan
tetapi ditambahkan persyaratan harus adanya prosedur penyerahan ke pemilik
merek jika memang diperlukan, misalnya oleh produsen pangan yang
memproduksi private label atau pabriknya digunakan untuk memproduksi barang
48
(security) pada klausul (4.2); dan peralatan deteksi dan penghilangan benda asing
dalam sistem pengendalian benda asing pada produk (klausul 4.10). Perubahan
lain adalah dimasukkannya beberapa persyaratan spesifik terkait pembagian area
menjadi low-risk area, high-care area dan high-risk area serta konsekuensinya
pada fasilitas karyawan dan aturan higiene karyawan. Kajian perubahan klausul
pada BRC isu 6 terhadap isu 5 terkait Standar Pabrik dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Kajian perubahan klausul BRC isu 6 terhadap isu 5 pada bagian 4
tentang standar lingkungan pabrik
Perencanan keamanan 4.2.1 4.2.3, 4.2.4 dan Tambahan persyaratan pada isu 6,
4.2.5 yaitu dikaji tiap tahun.
Akses ke area produksi 4.2.2 4.2.1, 4.2.2 dan Pada isu 6, harus memiliki prosedur
4.2.3 penilaian.
Persyaratan alur proses dan pemisahan 4.3.5 4.3.1.10 Tambahan persyaratan yaitu
karyawan di high-care area pemisahan fisik. Pemisahan
memperhitungkan alur produk, asal
bahan, peralatan, karyawan, limbah,
aliran udara, kualitas udara, dan
persyaratan utilities.
Persyaratan alur proses dan pemisahan 4.3.6 4.3.1.8 Pada isu 6, mensyaratkan pemisahan
karyawan di high-risk area fisik.
Rencana saluran pembuangan air jika 4.4.4 Klausul baru. Area dan lokasi peralatan
terdapat high-care area atau high risk area yang dipasang dapat mencegah arus
balik limbah cair.
Pintu luar pada area produk terbuka 4.4.9 4.3.2.5 Pada isu 6 mensyaratkan tidak dibuka
4.3.2.5.1 sepanjang produksi kecuali pada
peristiwa darurat.
Persyaratan udara pada high-risk area 4.4.13 Pada isu 6, mensyaratkanarea harus
disuplai dengan udara yang telah
disaring.
Kualitas mikrobiologi dan kimia air proses 4.5.1 4.4.1 Pada isu 6, mensyaratan air dianalisa
tahunan.
Jadwal pemeliharaan atau sistem 4.7.1 Pada isu 6, mensyaratkan jadwal harus
pemantauan kondisi tersedia.
Bila terjadi kerusakan alat dan diperlukan 4.7.2 Klausul baru. Alat tadi diperiksa pada
kegiatan perbaikan jangka waktu tertentu.
Bahan untuk pemeliharaan peralatan dan 4.7.5 4.6.4, 4.6.8 Jika berisiko baik kontak atau tidak
pabrik kontak langsung dengan produk, misal
oli atau pelumas pada isu 6
mensyaratkan harus food grade.
Aturan pencucian tangan setelah dari 4.8.7 4.7.5 Pada isu 6 mensyaratkan terpasang
toilet peringatan jelas sebelum masuk area
produksi.
Pengunaan bahan kimia berbau tajam 4.9.1.2 Klausul baru. Hal ini dipastikan tidak
atau meninggalkan noda mengkontaminasi produk.
Penggunaan staples dan klip kertas 4.9.2.2 4.8.3.4 Pada isu 6 melarang digunakan di area
produk terbuka. Pada isu 5 tidak
disyaratkan.
Peralatan deteksi dan untuk 4.10: 4.10.1 4.8.6: 4.8.6.1, Memperinci persyaratan jenis-jenis
menghilangkan benda asing 4.8.6.2, peralatan untuk deteksi/penghilangan
benda asing.
Tipe, lokasi, sensitifitas alat deteksi 4.10.1.2 5.3.2 Pada isu 6 mensyaratkan hal ini harus
terdokumentasi.
Frekuensi dan metode pembersihan 4.11.1 4.9.1 Tambahan persyaratan pada isu 6,
yaitu ditetapkan berdasarkan kajian
risiko.
Sumber daya dan jadwal pembersihan 4.11.3 4.3.1.4 Tambahan persyaratan pada isu 6,
yaitu sumber daya harus ditetapkan,
jadwal dibuat misal saat mesin tidak
beroperasi.
Peralatan pembersihan 4.11.5 4.3.1.6 Pada isu 6, harus diberi identitas jelas,
disimpan khusus, terpisah untuk high-
care/high-risk area.
Cleaning ini place (CIP) 4.11.6 4.9.2: Menjadi klausul baru tersendiri.
CIP: rencana sistematis layout sistem CIP 4.11.6.2 4.9.2, 4.9.6 Tersedia rencana sistem CIP, pompa
dan laporan inspeksi atau verifikasi penyedot, desain, spray ball, dan
pemisahan peralatan CIP. Pada isu 5
tidak disyaratkan.
Produk pangan untuk pakan ternak 4.12.2 4.10.2 Terpisah dan dikelola sesuai
perundangan terkait.
Catatan pelaksanaan pengendalian hama 4.13.3 4.11.3 Pada isu 6 mensyaratkan pencatatan
bila ada temuan dan rincian perlakuan.
Bait station dan penggunaan racun 4.13.4 4.11.4 Pada isu 6 mensyaratakan investigasi
bila hilang dan dilarang menggunakan
racun di dalam area produksi/gudang.
Survey pengendalian hama oleh ahli 4.13.8 Klausul baru, dilakukan, minimal 3
bulan untuk mengkaji pengendalian
hama di tempat.
Area dengan kontrol suhu tertentu 4.14.2 4.12.2 dan 4.12.3 Pada isu 6, mensyaratkan adanya
peralatan pencatat suhu dengan alarm
atau dicek setiap 4 jam.
pada klausul 4.3.6 dipersyaratkan adanya pemisahan fisik alur produk, bahan,
peralatan, karyawan, sampah, aliran udara, udara dan utilities.
A.4.3. Klausul 4.4; Bangunan Pabrik
Terdapat perubahan persyaratan terkait bangunan pabrik pada isu 6 ini.
Hendaknya tersedia rencana saluran pembuangan limbah di high-care area atau
high-risk area yang menunjukkan arah aliran limbah dan lokasi peralatan untuk
mencegah arus balik limbah cair (4.4.4).Pintu luar yang menuju ke area produk
terbuka tidak boleh dibuka sepanjang produksi kecuali pada peristiwa darurat
(4.4.9). Pada isu 5 belum spesifik menyebutkan larangan membuka pintu luar di
area produk terbuka tersebut. Pintu pada enclosed product area masih boleh
dibuka tetapi dengan pengaturan tertentu. Persyaratan baru lainnya adalah high
risk area hanya boleh disuplai dengan udara yang telah disaring dengan
spesifikasi saringan dan frekuensi penggantian udara yang didokumentasikan
(4.14.13).
A.4.4. Klausul 4.5;Utilities Air, Es, Udara, dan Gas Lainnya
Mutu air yang disuplai ke proses, baik sebagai bahan baku, persiapan bahan
maupun pembersihan di pabrik, hendaknya merupakan air minum (potable),
sehingga tidak menimbulkan risiko kontaminasi. Kualitas mikrobiologi dan kimia
air ini sekarang harus diperiksakan, minimal setiap tahun (klausul 4.5.1). Jika
perundangan masih memperbolehkan penggunaan air yang bukan mutu air minum
(misal untuk gudang, pembersihan ikan), maka air tadi harus memenuhi
persyaratan hukum terkait (klausul 4.5.3). Klausul 4.5.2 memuat persyaratan baru
yaitu pabrik harus memiliki sistem distribusi air, meliputi tangki penampungan,
pengolah air dan daur ulang air. Perencanaan ini digunakan sebagai dasar
sampling air dan manajemen mutu air
A.4.5. Klausul 4.6; Peralatan
Terdapat sedikit persyaratan baru terkait peralatan pada BRC isu 6. Desain
dan penempatan peralatan dipastikan agar peralatan dapat dibersihkan dan
dipelihara dengan baik (4.6.1). Pada isu 6 tidak lagi menyebutkan persyaratan
bahwa jika peralatan dipasang permanen maka peralatan dipastikan dikunci/
melekat ke lantai (4.5.2).
54
pengendalian logam adalah pada klausul 4.9.2.1 yaitu perlu adanya catatan
inspeksi untuk kerusakan dan investigasi jika ada benda logam yang hilang.
Aturan baru lainnya adalah larangan penggunaan staples dan klip kertas di area
produk terbuka (4.9.2.2).
Pada isu 6 terdapat klausul baru 4.9.3.4 yaitu persyaratan tentang produk
yang dikemas dalam wadah kaca atau bahan mudah pecah lainnya. Penyimpanan
wadah kaca atau bahan mudah pecah harus terpisah dari tempat penyimpanan
bahan baku, produk dan kemasan lainnya (4.9.3.4.1).Klausul 4.9.3.4.2
mensyaratkan secara rinci prosedur penanganan bila wadah kaca atau bahan
mudah pecah sampai pecah. Sistem penanganan pecahan wadah harus dibuat
dalam rangka menghilangkan dan membuang produk yang beresiko karena
berdekatan pecahan. Pembersihan lini atau peralatan yang mungkin
terkontaminasi oleh pecahan wadah haruslah efektif. Pembersihan pecahan tadi
tidak boleh mengakibatkan penyebaran pecahan misal dengan penggunaan air
atau udara bertekanan tinggi. Peralatan kebersihan khusus untuk membersihkan
pecahan harus tersedia dengan identitas jelas (misal kode warna). Peralatan
tersebut hendaknya disimpan terpisah dari peralatan kebersihan lainnya. Tempat
sampah tertutup harus disediakan khusus untuk wadah dan pecahan tadi. Catatan
inspeksi peralatan produksi yang dilakukan setelah pembersihan pecahan harus
tersedia dalam rangka memastikan pembersihan yang dilakukan telah benar-benar
menghilangkan resiko kontaminasi lebih lanjut. Orang yang memiliki wewenang
mengijinkan lagi produksi setelah pembersihan harus ditetapkan.
A.4.9. Klausul 4.10; Peralatan Deteksi dan Penghilangan Benda Asing
Klausul 4.10 terkait Peralatan Deteksi dan Penghilangan Benda Asing
banyak mengalami perubahan pada isu 6 ini. Perkembangan kemajuan teknologi
pada peralatan deteksi dan menghilangkan benda asing disebutkan dalam klausul
4.10.1. Tipe, lokasi dan sensitifitas alat hendaklah didokumentasikan oleh
perusahaan (4.10.1.2). Frekuensi pengujian alat ditentukan dengan
mempertimbangan persyaratan konsumen dan kemampuan perusahaan untuk
menetapkan, menahan dan mencegah terpakainya bahan yang tidak sesuai, jika
peralatan tadi mengalami kegagalan (4.10.1.3). Temuan benda asing yang
dideteksi atau dihilangkan hendaklah diinvestigasi. Informasi terkait bahan yang
56
Tabel 11 Kajian perubahan klausul BRC isu 6 terhadap isu 5 pada bagian 5
tentang pengendalian produk
Pembatasan ruang lingkup produk baru 5.1.1 Pada isu 6, mensyaratkan perlunya
pengendalian masuknya bahaya (misal
alergen, kemasan kaca atau risiko
mikrobiologi).
Produk baru dan perubahan pada formula 5.1.2 Pada isu 6, pengesahan dilakukan secara
produk, kemasan atau proses produksi formal oleh ketua tim HACCP atau tim HACCP
yang memiliki otoritas.
Percobaan umur simpan untuk produk 5.1.4 5.1 Pada isu 6, penetapan umur simpan dapat
yang tidak dapat dilakukan dilakukan berdasarkan sains.
Pelabelan 5.1.5 5.1.5 dan 5.1.6 Pada isu 6, mensyaratkan adanya verifikasi
bahan baku dan pelabelan alergen untuk
memastikan sesuai dengan formula produk.
Klaim pada kemasan produk akhir soal asal 5.3.1 3.9.3 dan Penggabungan klausul.
usul, jaminan atau identity preserved dari 5.2.2.1
bahan baku yang digunakan
Catatan pembelian barang untuk daya 5.3.2 Klausul baru. Mass balance test dilakukan
telusur bahan baku dan produk akhir minimal setiap 6 bulan.
Kemasan kontak pangan 5.4.1 5.1 dan 5.4.1 Tambahan persyaratan pada isu 6, bahwa
harus dilengkapi sertifikat kesesuaian atau
bukti lainnya.
Lokasi penyimpanan kemasan 5.4.2 5.4.2 dan 5.4.3 Pada isu 6, menambahkan persyaratan bahwa
lokasi harus jauh dari bahan mentah dan
produk jadi.
Tabel 12 Kajian perubahan klausul BRC isu 6 terhadap isu 5 pada bagian 6
tentang pengendalian proses
Spesifikasi 6.1.1 6.1.1 dan 6.1.3 Pada isu 6, menambahkan meliputi formula
dengan identifikasi alergen, petunjuk
pengadukan, kecepatan, waktu, setting
peralatan, waktu dan suhu proses, pelabelan,
kode dan umur simpan, serta CCP.
Penyimpangan proses pada peralatan 6.1.4 6.1.6 Pada isu 6, menambahkan proses divalidasi
yang kritis terhadap keamanan atau mutu pada frekuensi tertentu berdasarkan risiko dan
produk kemampuan alat.
Jumlah - Pengawasan berat, volume dan 6.2. 6.2 Pada isu 6, menambahkan harus juga sesuai
jumlah persyaratan konsumen
Identifikasi dan pengendalian peralatan 6.3.1 6.3.1 dan 6.3.3 Penggabungan klausul
untuk pengendalian CCP, keamanan dan
keabsahan produk
Pemeriksaan dan adjustment alat ukur 6.3.2 6.3.2 Pada isu 6, menambahkan harus terbaca dan
keakuratan pengukuran sesuai.
harus divalidasi pada frekuensi tertentu berdasarkan risiko dan kemampuan alat,
(klausul 6.1.4).
Terdapat klausul baru 6.1.6 yaitu soal pemeriksaan lini produksi sebelum
memulai produksi atau saat pergantian produk, hendaklah dipastikan lini proses
telah bersih dan siap untuk produksi. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan
semua produk dan kemasan dari produksi sebelumnya telah disingkirkan sebelum
berganti ke produksi berikutnya
A.6.2. Klausul 6.2; Jumlah - Pengawasan berat, volume dan jumlah
BRC mensyaratkan perusahaan hendaknya melakukan sistem pengendalian
jumlah atau berat produk untuk memastikan sesuai persyaratan hukum dinegara
produk dijual, sesuai dengan persyaratan sektor industri dan tambahan pada isu 6
adalah sesuai dengan persyaratan pelanggan.
A.6.3. Klausul 6.3; Kalibrasi dan Pengendalian Alat Ukur dan Pengawasan
Tidak ada perubahan besar pada isu 6 pada klausul 6.3 tentang Kalibrasi
dan Pengendalian Alat Ukur dan Pengawasan. Tambahan persyaratan adalah
bahwa alat harus dibaca dan keakuratannya sesuai dengan yang diinginkan
(klausul 6.3.2). Tindakan koreksi terhadap ketidakakuratan alat yang terkait
keamanan ata keabasahan produk hendaknya dilakukan tindakan untuk
memastikan produk berisiko tidak sampai dijual (klausul 6.3.3).
care area/high risk area. Kajian perubahan klausul isu 6 terhadap isu 5
tentangKaryawan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Kajian perubahan klausul BRC isu 6 terhadap isu 5 pada bagian 7
tentang karyawan
Catatan pelatihan harus tersedia 7.1.4 7.1.4 Pada isu 6, menambahkanpersyaratan bagi
agencies yang merupakan bagian dari perusahaan
Persyaratan higiene karyawan 7.2.1 7.3.1, 7.3.2, Penggabungan klausul, dibuat lebih jelas
7.3.3, 7.3.5,
dan 7.3.6
Pencucian tangan karyawan 7.2.2 7.3.4 Pada isu 6, mewajibkan dilakukan saat masuk ke
produksi
Pemeriksaan plaster dengan strip 7.2.4 7.3.9 Pada isu 6, menambahkan bawah harus lolos test
logam detektor logam, bila di perusahaan tersedia.
Prosedur pemeriksaan karyawan 7.3 7.4 Pada isu 6, menambahkan perhatian pada agency
staff untuk memastikan semua tidak menjadi
sumber penyebaran keracunan.
Persyaratan kesehatan dan kuisioner 7.3.2 7.3.4 Pada isu 6, menghilangkah persyaratan bahwa
bagi tamu dan kontaktor yang masuk harus melalui tes kesehatan.
Pencucian pakaian kerja oleh 7.4.3 7.5.4 Pada isu 6, diperbolehkan jika pakaian tadi
karyawan diperbolehkan melindungi karyawan dari produk yang ditangani
dan hanya digunakan pada area produk tertutup
atau low-risk area.
Persyaratan laundri yang dikontrak 7.4.4 7.5.3 Pada isu 6, menambahkan laundri harus diaudit
untuk pencucian pakaian pada high- langsung atau oleh pihak ketiga, atau memiliki
care area dan high-risk area sertifikat. Memiliki prosedur operasional laundri
untuk memastikan pembersihan efektif, disterilisasi
komersial setelah proses pencucian dan
pengeringan, pemisahan pakaian kotor dan bersih,
pakaian bersih dilindungi dari kontaminasi sampai
diantar ke areanya.
Pada bab B penelitian ini dibahas gap ketersediaan dokumen dalam rangka
pemenuhan persyaratan BRC isu 6 di PT SSI. Dokumen dalam sistem manajemen
keamanan dan mutu pangan secara umum adalah berupa 1) Standar itu sendiri, 2)
dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh Standar (pada buku BRC diantaranya
ditandai warna hijau pada Standar), 3) dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh
organisasi dan 4) catatan-catatan yang dibutuhkan oleh Standar atau organisasi.
Dokumen yang dimaksud berupa Kebijakan Mutu/Visi dan Misi Perusahaan,
manual, prosedur Standard Operationg Procedure (SOP) atau Work Instruction
(WI), catatan/bukti pelaksanaan berupa form atau checklist, atau dokumen luar
misal legislasi, code of practices, SNI, aturan BPOM dan lainnya.
Terdapat pilihan audit dalam sertifikasi Standar BRC isu 6. Audit dapat
dilakukan dalam single visit (sebagai unannounced audit atau announced audit),
atau dapat berupa pilihan dimana audit bagian pertama (bagian 1) adalah
unannounced audit yang berkonsentrasi pada Good Manufacturing Pratices
(GMP) dan setelah itu, dijadwalkan, announced audit (bagian 2) mengkaji
catatan, dokumen dan prosedur. Persyaratan dalam Standar telah diberi kode
warna sebagai panduan soal persyaratan mana yang akan dicakup dalam bagian 1
dan bagian 2 jika pilihan audit ini dipilih. Bagian berwarna orange adalah terkait
GMP sedangkan bagian yang berwarna hijau adalah terkait catatan, sistem dan
dokumentasi (BRC 2011).
Daftar persyaratan dokumen BRC isu 6 dan kajian telah sesuai atau
tidaknya PT SSI memenuhi persyaratan dokumen disajikan pada Tabel 14.
Persyaratan-persyaratan dokumen pada Tabel 14 ini wajib dimiliki oleh
perusahaan, namun perusahaan dapat mengembangkannya menjadi satu atau lebih
dokumen tergantung keadaaan perusahaan masing-masing. Gambaran jumlah
klausul di BRC isu 6 yang mensyaratkan dokumen pada setiap bagian persyaratan
dapat dilihat pada Gambar 2.A. Pada Tabel 14 dapat dilihat ada sekitar 158 jenis
dokumen yang dipersyaratkan. Terdapat 90% subklausul pada bagian 1, 2, 3, dan
6 yang mensyaratkan dokumen. Jumlah dokumen terbesar terdapat pada bagian 4
yaitu sekitar 51 jenis dokumen diikuti bagian 3 yaitu sekitar 31 jenis dokumen.
67
Tabel 14 Hasil kajian kesesuaian antara persyaratan dokumen pada BRC isu 6
dengan dokumen PT SSI
52 3.9.3 Daya telusur untuk pengerjaan ulang atau proses ulang Sesuai
53 3.10.1 Prosedur penanganan keluhan konsumen Sesuai
54 3.10.2 Analisan tren keluhan konsumen Tidak
55 3.11.1 Prosedur pelaporan dan penanganan insiden dan situasi darurat Sesuai
56 3.11.2, 3.11.3, 3.11.4 Prosedur withdrawal dan recall produk dan pengujian prosedur Tidak
Total: 27 subklausul dan 11 sub-subklausul (93% dari 30 subklausul dan 11 sub-subklausul)
Bagian 4 - Standar pabrik
57 4.2.1 Catatan kajian pengaturan keamanan dan risiko potensi terhadap produk Tidak
58 4.2.3 Ijin pabrik Sesuai
59 4.3.1 Rencana pembedaan area di pabrik terkait risiko kontaminasi yaitu enclosed Sesuai
products area, low-risk area, high-care ara, high risk area
60 4.4.4 Rencana saluran air limbahpada high care/high risk area Sesuai
61 4.4.11 Lampu dan penerangan harus diberi pelindung. Jika tidak, maka ada Sesuai
prosedur pemantauan bola lampu dan penerangan tadi
62 4.4.13 Catatan spesifikasi penyaring udara dan frekuensi pergantian udara di high- Not applicable
risk area
63 4.5.1 Pemantauan air proses, catatan analisa kualitas mikrobiologi dan kimia air, Sesuai
titik sampel dan frekuensi analisa air
64 4.5.2 Rencana sistem distribusi air Sesuai
65 4.5.3 Operasional air proses jika tidak menggunakan air dengan mutu air minum Sesuai
66 4.5.4 Sistem pemantauan udara, gas dan uap untuk proses Sesuai
67 4.7.1 Jadwal pemeliharaan atau sistem pemantau kondisi pabrik dan peralatan Sesuai
proses
68 4.7.2 Pemantauan tambahan program pemeliharaan dan catatan hasil Sesuai
pemeriksaannya
69 4.7.4 Prosedur dan catatan pembersihan higiene mesin dan peralatan untuk Sesuai
menghilangkah bahaya kontaminasi setelah selesai pemeliharaan
70 4.8.10 Pemantauan katering di pabrik Tidak
71 4.9.1.1 Proses pengendalian, penyimpanan dan penanganan bahan kimia non- Sesuai
pangan
72 4.9.1.2 Prosedur pencegahan kontaminasi dari bahan yang berbau tajam atau Sesuai
pembentuk noda, misal digunakan untuk perbaikan bangunan
73 4.9.2.1 Kebijakan pengendalian benda logam tajam termasuk pisau, pisau Sesuai
pemontong pada peralatan, jarum dan kawat
74 4.9.3.2 Prosedur penanganan kaca dan bahan mudah pecah Tidak
75 4.9.3.3 Prosedur penanganan kerusakan kaca atau bahan mudah pecah Tidak
76 4.9.3.4.2 Instruksi terkait pengelolaan pecahan wadah, yaitu cara pembersihan, titik Sesuai
pemeriksaan dan pembatasan area terkena pecahan
77 4.9.3.4.3 Catatan kejadian pecahnya wadah di lini produksi Sesuai
78 4.10.1.1, 4.10.1.2, Peralatan deteksi dan/atau penghilangan benda asing: catatan kajian Tidak
4.10.1.3, 4.10.1.4 HACCP terkait penggunaan alat; dokumen tipe, lokasi dan sensitifitas alat;
prosedur pengujian alat; prosedur investigasi asal bahan yang terdeksi atau
dihilangkan oleh alat
79 4.10.2.1 Ukuran mesh atau tekanan saringan dan ayakan dan catatan pemeriksaan Sesuai
temuan atau bahan yang dipisahkan
80 4.10.3.1 Catatan penilaian jika detektor logam tidak digunakan Sesuai
81 4.10.3.4 Prosedur operasional dan pengujian peralatan logam atau x-ray Sesuai
82 4.10.3.6 Prosedur tindakan koreksi dan pelaporan jika pada pengujian detektor Sesuai
logam menunjukkan kegagalan
83 4.10.4.1 Tipe, lokasi dan kekuatan magnet, prosedur pemeriksaan, pembersihan, uji Sesuai
kekuatan dan integritasi alat dan hasil pengujiannya
84 4.10.5.1 Catatan pemeriksaan peralatan sortir optik Sesuai
85 4.10.6.2 Catatan pemeriksaan peralatan pembersihan wadah Sesuai
86 4.11.1 Prosedur pembersihan bangunan, pbarik dan peralatan Sesuai
87 4.11.2 Batasan penerimaan kualitas hasil pembersihan Sesuai
88 4.11.4 Prosedur pemeriksaan kebersihan alat Sesuai
89 4.11.3 Jadwal pembersihan Sesuai
90 4.11.4 Catatan hasil pembesihan Sesuai
91 4.11.6.2 Rencana layout sistem Cleaning in Place (CIP) dan laporan pemeriksaannya Sesuai
92 4.12.1 Catatan pembuangan limbah Sesuai
93 4.12.4 Catatan jumlah limbah berbahaya atau tidak standar yang dihancurkan atau Tidak
dibuang oleh pihak ketiga (spesialis)
94 4.13.1 Jadwal pemeriksaan pengendalian hama Sesuai
95 4.13.3 Dokumentasi dan catatan pengendalian hama Sesuai
96 4.13.7 Catatan pemeriksaan pengendalian hama, perlindungan hama dan Sesuai
rekomendasi higiene serta tindak lanjut pemeriksaan
97 4.13.8 Survey pengendalian hama oleh ahli pengendalian hama Sesuai
98 4.14.1 Prosedur penyimpanan produk Sesuai
69
99 4.14.2 Catatan pemeriksaan suhu ruang penyimpanan produk yang memerlukan Sesuai
suhu tertentu
100 4.14.3 Catatan pengendalian atmosfir ruang penyimpanan (jika memerlukannya) Sesuai
101 4.14.5 Dokumen penerimaan atau identifikasi produk terkait rotasi stok bahan baku, Sesuai
bahan setengah jadi dan produk akhir selama penyimpanan
102 4.15.1 Prosedur pemeliharaan keamanan dan mutu produk selama pengangkutan Sesuai
dan transportasi
103 4.15.2 Catatan pengiriman dan penerimaan barang dan bahan Sesuai
104 4.15.3 Catatan pemeriksaan kendaraan atau container untuk pengiriman barang Sesuai
sebelum digunakan
105 4.15.4 Catatan pemeriksaan suhu transportasi Sesuai
106 4.15.6 Prosedur pembersihan dan catatan pemeriksaan kendaraan dan peralatan Sesuai
yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan barang, misal pipa silo
107 4.15.7 Kontrak transportasi dengan pihak ketiga dan prosedur verifikasi transporter Sesuai
Total: 36 subklausul, 17 sub-subklausul dan 2 sub-sub-subklausul (60% dari 90 subklausul dan 28 sub-subklausul)
Bagian 5 - Pengendalian produk
108 5.1.1 Prosedur pembatasan/larangan ruang lingkup produk baru untuk Tidak
mengendalikan masuknya bahaya
109 5.1.2 Catatan kajian bahaya dan pengesahan ketua tim HACCP untuk semua Tidak
produk baru dan perubahan formula, kemasan atau proses produksi
110 5.1.3 Catatan percobaan dengan mesin produksi Sesuai
111 5.1.4 Protokol dan hasil percobaan umur simpan Sesuai
112 5.1.5 Prosedur pelabelan produk dan verifikasi kesesuai label Sesuai
113 5.1.6 Validasi klaim produk Sesuai
114 5.2.1 Catatan kajian bahan baku, keberadaan dan lingkungan proses terkait Sesuai
alergen
115 5.2.2 Prosedur identifikasi dan daftar bahan baku alergen Sesuai
116 5.2.3 Prosedur identifikasi jalur kontaminasi dan kebijkan serta prosedur Tidak
pengendalian kontaminasi silang alergen pada bahan baku, produk antara
dan produk akhir
117 5.2.4 Prosedur manajemen alergen untuk mencegah kontaminasi silang dari Sesuai
produk yang mengandung alergen ke produk lainnya.
118 5.2.6 Peringatan alergen pada label produk Sesuai
119 5.2.7 Prosedur validasi klaim produk terkait alergen Sesuai
120 5.2.9 Catatan pelatihan penanganan alergen Tidak
121 5.2.10 Catatan pemeriksaan lini proses saat memulai produksi, setelah pergantian Sesuai
produk atau perubahan batch kemasan terkait label produk
122 5.3.1 Prosedur verifikasi klaim produk akhir soal asal usul, jaminan atau identity Sesuai
preserved bahan baku
123 5.3.2 Prosedur daya telusur bahan baku dan produk ahir, termasuk mass balance Sesuai
test terkait klaim produk
124 5.3.3 Catatan proses pembuatan produk dan pengendalian integritas klaim produk Sesuai
125 5.4.1 Sertifikat kesesuaian atau bukti kesesuaian bahan kemasan dengan Sesuai
legislasi dan peruntukan bagi produk
126 5.5.1.1 Jadwal, metode, frekuensi dan batas jelas pengujian produk dan lingkungan Sesuai
127 5.5.1.2 Catatan dan kajian hasil uji dan inspeksi Sesuai
128 5.5.1.3 Prosedur penilaian umur simpan terkait kualitas mikrobiologi, sensori dan Tidak
kimia produk
129 5.5.2.1 Prosedur operasional uji patogen di internal/luar pabrik Sesuai
130 5.5.2.2 Prosedur operasional uji rutin mikrobiologi di pabrik Sesuai
131 5.5.2.3 Prosedur penilaian metode uji yang tidak terakreditasi Sesuai
132 5.5.2.4 Prosedur untuk memastikan reliability hasil analisa Tidak
133 5.6.1 Prosedur pelepasan produk Sesuai
Total: 20 subklausul dan 7 sub-subklausul (84% dari 25 subklausul dan 7 sub-subklausul)
Bagian 6 - Pengendalian proses
134 6.1.1 Spesifikasi dan instruksi kerja untuk proses kunci di produksi Sesuai
135 6.1.2 Prosedur dan catatan pemantauan proses Sesuai
136 6.1.4 Prosedur validasi variasi proses pada peralatan yang kritis terhadap Sesuai
keamanan dan mutu produk
137 6.1.5 Prosedur penetapan status keamanan dan mutu produk jika terjadi Sesuai
kegagalan peralatan atau penyimpanan dari spesifikasi proses
138 6.1.6 Prosedur pemeriksaan lini produksi sebelum memulai produksi atau setelah Sesuai
pergantian produk
139 6.1.7 Prosedur permiksaan produk dikemas dalam kemasan yang benar dan Sesuai
diberi label yang sesuai
140 6.2.1 Metode dan frekuensi pemeriksaan jumlah, serta catatannya Sesuai
141 6.2.2 Catatan pemeriksaan jumlah untuk memastikan sesuai dengan persyaratan Sesuai
konsumen (bila tidak disyaratkan legislasi)
70
142 6.3.1 Prosedur identifikasi dan pengawasan peralatan pengendali CCP, Tidak
keamanan dan keabsahan produk
143 6.3.2 Catatan hasil pemeriksaan dan adjusment alat ukur Tidak
144 6.3.3 Catatan kalibrasi dan daya telusur alat ukur terhadap standar nasional atau Sesuai
internasional
145 6.3.4 Prosedur jika pengukuran dan pemantauan alat ukur tidak beroperasi sesuai Sesuai
batasan
Total: 12 subklausul (dari 92% 13 subklausul)
Bagian 7 - Karyawan
146 7.1.1 Program pelatihan karyawan Tidak
147 7.1.2 Kajian pelatihan dan kompetensi karyawan yang terkait aktivitas CCP Tidak
148 7.1.3 Prosedur pelatihan karyawan Sesuai
149 7.1.4 Catatan/bukti pelatihan Sesuai
150 7.1.5 Kajian kompetensi karyawan terkait pelatihan Sesuai
151 7.2.1 Prosedur higiene karyawan Sesuai
152 7.2.4 Catatan pegujian plester pada detektor logam Sesuai
153 7.2.5 Prosedur pengawasan penggunaan dan penyimpanan obat-obatan pribadi Sesuai
154 7.3.1 Prosedur pemeriksaan kesehatan karyawan Sesuai
155 7.3.2 Prosedur pemeriksaan kesehatan tamu dan kontraktor yang masuk ke area Sesuai
produksi
156 7.3.3 Prosedur penangan karyawan, kontraktor atau tamu yang baru semubh atau Sesuai
kontrak dengan penyakit infeksi
157 7.4.1 Prosedur pemakaian pakaian pelindung di area kerja Sesuai
158 7.4.4 Prosedur operasional laundri untuk high-care/high-risk area Sesuai
Total: 13 subklausul (68% dari 19 subklausul)
90
A
51
30 31
25 26
19 19
12 11 14 13 12 13
51
44
B
31
26 26
20
14 14 12 10 13 11
11 11
5 7 6
0 0 2 2
Pada Gambar 2.B disajikan gambaran telah sesuai atau tidaknya PT SSI
dalam pemenuhan persyaratan dokumen BRC isu 6. Dari gambar dapat dilihat
bahwa semua persyaratan dokumen pada bagian 1 tentang komitmen manajemen
senior dan 2 tentang rencana HACCP telah sesuai atau dipenuhi oleh PT SSI.
Pada bagian 3 tentang sistem manajemen keamanan dan mutu pangan
teridentifikasi 5 macam gap dokumen yaitu terkait manajemen pemasok jasa,
daya telusur, penanganan keluhan konsumen dan prosedur recall. Gap dokumen
yang teridentifikasi pada bagian 4 tentang standar pabrik adalah sejumlah 7
macam yaitu terkait kajian keamanan dan pengendalian benda asing. Terdapat 6
macam gap dokumen pada bagian 5 tentang pengendalian produk yaitu terkait
manajemen alergen. Pada bagian 6 tentang pengendalian proses, terdapat 2
macamgap dokumen yaitu terkait kalibrasi dan pengendalian alat ukur dan
pemeriksaan. Sementara pada bagian 7 tentang karyawan, terdapat 2 macam gap
dokumen teridentifikasi yaitu terkait pelatihan dan kajian kompetensi karyawan
terutama yang terkait CCP, pengendalian mutu dan keamanan produk.
Ketikdaksesuaian dokumen ini berupa prosedur, catatan, atau kajian yang
dipersyaratkan BRC belum tersedia atau dokumen terkait telah ada namun belum
lengkap atau berbeda dari persyaratan. Hal ini dapat disebabkan karena
pengembangan klausul dan lebih rincinya persyaratan pada isu 6 dibandingkan
pada isu 5. Rekomendasi selanjutnya diberikan untuk ketidaksesuaian ini, agar PT
SSI dapat sepenuhnya memenuhi persyaratan pada BRC isu 6.
Pembuatan dan pemeliharaan dokumen termasuk catatan-catatannya
merupakan bukti implementasi dan pembaharuan sistem manajemen keamanan
dan mutu di sebuah perusahaan, yang dapat ditunjukkan kepada pihak auditor atau
pihak ketiga. Pembuatan dan pemeliharaan dokumen akan memperlihatkan
konsistensi dan keefektifan perusahaan dalam pengendalian keamanan, mutu dan
keabsahan produk. Di PT SSI memiliki prosedur (SOP) pengendalian dokumen
untuk memastikan konsistensi pelaksanaan pengendalian dokumen perusahaan.
Dokumen ini meliputi kebijakan mutu perusahaan, sasaran mutu, Manual,
prosedur (SOP/WI), dan form atau catatan pendukung lainnya. Dokumen yang
dikendalikan juga meliputi dokumen eksternal seperti hasil audit dan aturan-
aturan terkait keamanan dan mutu pangan baik di Indonesia maupun negara-
72
negara tujuan ekspor. Prosedur pembuatan Manual, WI, SOP, atau form diatur
dalam SOP Pembuatan Prosedur dan SOP Pengendalian Dokumen (memenuhi
klausul 3.2.1). Sebuah prosedur dibuat berisikan nomor dokumen, tanggal dibuat,
departemen yang mengeluarkan, tanda tangan yang membuat dan yang
mengesahkan, alasan revisi, dan departemen yang didistribusikan. Setiap prosedur
memiliki sebuah daftar amandemen dokumen yang memperlihatkan sejarah
perubahan suatu prosedur. Daftar amandemen berisikan nomor, judul, dan alasan
revisi suatu prosedur. Setiap departemen yang menerbitkan maupun yang
menerima dokumen bertanggung jawab untuk mengumpulkan dokumen,
memelihara dan menyimpannya supaya mudah diambil bila diperlukan serta
mencegah dari kerusakan atau kehilangan.
Departemen yang mengeluarkan prosedur serta departemen QA akan
memegang versi asli dan dokumen dicap MASTER. Departemen penerima
menerima versi fotokopi dan dokumen akan dicap CONTROLLED
DOCUMENT. Bila ada revisi, maka versi sebelumnya dicap REVISED dan
ditarik. Pendistribusian dokumen revisi terbaru disertai dengan penarikan dan
pemusnahan dokumen lama. Penarikan dokumen dimaksudkan untuk mencegah
dokumen yang bukan versi terakhir yang digunakan.
Setiap dokumen revisi atau dokumen baru, wajib diinformasikan ke seluruh
departemen terkait, lewat email dan disosialisasikan melalui brief atau pelatihan.
Bukti sosialisasi tersebut kemudian disimpan bersamaan dengan dokumen asli.
Dokumen tadi juga dilengkapi dengan form distribusi untuk memastikan dokumen
diterima oleh departemen terkait yang seharusnya menerima dokumen tersebut.
Karyawan dilarang untuk mengkopi atau menggandakan dokumen, kecuali oleh
yang berwenang yaitu Manager atau Departemen yang mengeluarkan, misalnya
untuk kepentingan pelatihan.
Dokumen prosedur disimpan pada lemari atau rak di lokasi atau area yang
terkait (gudang, area ball mill mixer, oven, pengemasan dan lainnya), agar
dokumen mudah diakses. Sebagai contoh adalah dokumen prosedur pengadukan
krim ditempatkan di rak dokumen di area ballmill mixer, sehingga mudah dicari
bila diperlukan. Lembaran prosedur ini dilapisi plastik (plasticlamitaned) untuk
menghindari terkena tumpahan minyak atau krim yang banyak digunakan di area
73
ballmill mixer. Contoh lain adalah dokumen spesifikasi bahan baku dan bahan
kemasan diletakkan di ruang QC Incoming, sehingga mudah diperoleh saat
pemeriksaan barang yang datang.
Saat ini PT SSI juga mengembangkan pendistribusian prosedur SOP dan
WI dalam bentuk dokumen elektronik. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan
dokumen, menghemat penggunaan kertas dan membuat penyimpanan lebih
sederhana, serta mengurangi dokumen risiko hilang atau rusak. Pada setiap
prosedur ditetapkan pembatasan akses penggunaan dan pemberian password
untuk membuka atau mengakses setiap dokumen. Pada setiap area ditempatkan
unit komputer yang dapat digunakan karyawan untuk melihat prosedur dalam
format elektronik tersebut. Versi cetak maupun daftar amandemen prosedur tetap
dipegang dan dikendalikan oleh departemen pembuat dan departemen QA.
Prosedur persetujuan dan 3.5.3.1 - SOP Seleksi Evaluasi Pemasok SOP Seleksi dan Evaluasi Pemasok,
pengawasan pemasok jasa - Form Evaluasi pemasok jasa belum mengatur soal pemasok jasa.
Perlu melengkapi data evaluasi bulanan
pemasok jasa.
Kontrak atau perjanjian formal 3.5.3.2 - Kontrak atau perjanjian formal PT SSI belum memiliki pengaturan isi
dengan pemasok jasa kontrak pemasok jasa keamanan
(satpam), pengangkut sampah dan
kantin. Pemasok lainnya sudah sesuai.
Instruksi dan spesifikasi proses 3.6.2 - SOP Mixing Cream/Base Belum setiap SOP proses memasukkan
produksi - SOP General Oven parameter proses penting seperti suhu
- SOP General Packing dan waktu, misal SOP penggilingan
- General Oven Spesification, dan crumb.
- SOP/WI lainnya
Pengujian sistem daya telusur, 3.9.2 - Manual Perusahaan Perlu memasukkan persyaratan 4 jam
termasuk mass balance test - Form keefektifan daya telusur dalam Manual Perusahaan
- Catatan manufacturing review
bulanan terkait daya telusur.
Analisa tren keluhan konsumen. 3.10.2 - Catatan manufacturing review Perlu menempelkan pengumuman bagi
Analisa tersedia bagi karyawan bulanan karyawan soal keluhan konsumen.
terkait. - Form Customer Complaint
Investigation Report
- Form CAR untuk keluhan
konsumen
Prosedur recall produk, Badan 3.11.4 - SOP Penanganan Keluhan Memasukkan klausa baru ini dalam
Sertifikasi Standar diinformasikan Konsumen, Recall, dan SOP terkait.
dalam 3 hari. Withdrawal
75
tertentu atau harus lolos ayakan ukuran tertentu. Pada tahapan pengemasan
produk, kadangkala terjadi produk work in process (wip) berupa tin atau dalam
kemasan kantong plastik. Wip terjadi karena kelebihan jumlah produksi dari yang
yang seharusnya, masalah ketersediaan bahan kemasan atau akibat rusaknya
mesin tertentu sehingga terjadi penumpukan produk dan penundaan produksi.
Jumlah maksimal produk wip yang boleh dibuat belum ditetapkan oleh tim
produksi. Akibatnya terjadi penumpukan wip di area produksi dan
ketidakteraturan lokasi penyimpanan serta pemakaian wip. Oleh karena itu
direkomendasikan agar tim Produksi menyusun angka maksimal wip yang boleh
dibuat. Selanjutnya prosedur baru tadi disosialisasikan ke tim produksi.
B.3.3. Klausul 3.9; Daya Telusur (Traceability)
Kemampuan untuk menelusur atau daya telusur sangat didukung dengan
ketertiban pelaksanaan penggunaan dan pengisian dokumentasi yang ada di semua
departemen yang terlibat dalam proses produksi makanan. Di PT SSI pencatatan
dan pelabelan masih manual yang diatur dalam prosedur pelabelan yaitu SOP
Pelabelan Kode Lot. Daya telusur yang dipersyaratkan dalam BRC ini adalah baik
menelusuri mundur (backward traceability) maupun maju (forward traceability).
Ketepatan dan kecepatan penelusuran produk sangat tergantung pada ketepatan
dan konsistensi pencatatan di form atau checklist dan pemberian identitas atau
pelabelan pada setiap bahan baku dan kemasan, tahapan proses dan produk baik
produk antara/semi jadi maupun produk akhir. Penelusuran harus tepat baik dalam
hal kode lot maupun jumlah produk batau bahan. Setiap bulan departemen QA
melakukan uji coba daya telusur dan melaporkan hasil uji coba dan efektivitas
daya telusur ke manajemen, pada kajian rutin bulanan
Dalam BRC isu 6 terdapat persyaratan baru, yaitu daya telusur ini
hendaklah selesai dilakukan dalam waktu 4 jam (klausul 3.9.2). Namun saat ini di
PT SSI dibutuhkan waktu lebih dari 4 jam untuk pengumpulan keseluruhan data.
Hal ini disebabkan karena data yang diperlukan masih dokumen manual. Oleh
karena itu saat ini perusahaan sedang mengembangkan penelusuran secara
elektronikuntuk mempercepat penelusuran. Daya telusur ini sangat penting dalam
prosedur penanganan keluhan konsumen, peristiwa atau insiden pada produk,
recall atau withdrawal produk. Oleh karena itu dalam SOP terkait penanganan
77
Keputusan recall diputuskan dan dibahas lebih lanjut oleh Crisis Management
Team (CMT) PT SSI.
Setiap keluhan konsumen dibuatkan form CAR (Corrective Action
Request) bagi departemen terkait. Tujuannya adalah agar dilakukan investigasi
mendalam soal keluhan konsumen, menetapkan tindakan koreksi serta tindakan
pencegahan agar tidak terjadi kembali. Setiap bulannya, departemen QA
melaporkan ke pihak manajemen, yaitu dalam manufacturing review bulanan, soal
tren keluhan konsumen. Tren tersebut meliputi jumlah keluhan perbulan dan
tahun berjalan, masalah yang di keluhkan dan asal keluhan yaitu dari distributor
atau pelanggan akhir. Dari pengamatan di lapangan diketahui keluhan konsumen
masih kurang disosialisasikan ke karyawan atau departemen terkait, seperti yang
disyaratkan oleh klausul 3.10.2. Beberapa hal yang direkomendasikan adalah
menempelkan pengumuman pada area strategis agar karyawan mengetahui tren
keluhan konsumen tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
karyawan untuk selalu memperhatikan dan berperan aktif dalam menghasilkan
produk bermutu dan aman.
B.3.5. Klausul 3.11; Manajemen Insiden, Withdrawal dan Recall Produk
Withdrawal dan recall produk dapat terjadi dari keluhan konsumen yang
berpotensi membahayakan keamanan konsumen maupun ketidaksesuaian atau
penyimpangan yang terjadi. Di PT SSI, keputusan melakukan withdrawal dan
recall produk diatur dalam SOPPenanganan Keluhan Konsumen, Recall dan
Withdrawal. Hal ini juga menjadi bagian dalam manual crisis management.
Keputusan recall diambil oleh manajemen dan Crisis Management Team (CMT)
yang dibentuk perusahaan. Manual ini mengatur tata cara menghubungi badan
pemerintah terkait, distributor atau retailer produk dijual, trucker, badan
sertifikasi yang mengeluarkan sertifikat sistem BRC dan SQF jika terjadi kejadian
khusus seperti recall produk. Dalam BRC isu 6 (3.11.4) dipersyaratkan untuk
menghubungi badan sertifikasi bila terjadi withdrawal dan recall dalam waktu 3
hari kerja. Pada akhir 2011 dilakukan pembaharuan manual crisis management
agar memenuhi persyaratan pada Standar BRC isu 6.
Penarikan produk atau recall produk adalah suatu tindakan menghentikan
peredaran pangan karena diduga sebagai penyebab penyakit atau keracunan
79
pangan. Tujuannya adalah mencegah timbulnya korban yang lebih banyak karena
mengkonsumsi pangan yang membahayakan kesehatan (BPOMRI 2003). Menurut
peraturan USDA dan FDA (Product Recall Class I II III 2008) recall dibagi
menjadi 3 kelas yaitu kelas 1 adalah yang paling berat atau berbahaya, kelas 2
adalah berpotensi mengandung bahaya dan kelas 3 adalah yang paling kurang
berbahaya, dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Kelas I adalah suatu situasi dimana penggunaan atau paparan produk
kemungkinan menyebabkan gangguan kesehatan serius bahkan kematian.
2. Kelas II adalah suatu situasi dimana penggunaan atau paparan produk dapat
menyebabkan gangguan kesehatan serius dalam jangka pendekatau tidak
sampai membahayakan jiwa.
3. Kelas III adalah situasi dimana penggunaan atau paparan produk tidak
menyebabkan gangguan kesehatan, berupa ketidaksesuaian produk dengan
aturan legislasi.
Recall produk berdasarkan implementasinya dibagi menjadi 2 yaitu
voluntary recall atau recall yang bersifat sukarela; yaitu recall yang dilakukan
oleh pebisnis pangan tanpa diminta oleh negara dan mandatory recall atau recall
yang bersifat wajib; yaitu recall yang dilakukan oleh instruksi atau perintah dari
kepala BPOM. Tugas badan negara seperti BPOM dalam recall produk adalah
melakukan investigasi distribusi atau pemasaran produk dan mengamankan
produk tersebut serta bertindak sebagai saksi jika produk tadi dimusnahkan
(Indonesia Food Recall System 2010). Keseluruhan proses recall, mulai dari
investigasi penyebab, jumlah produk, pemasaran dan jaluran distribusi, dan
rencana pelaporan baik ke media sosial serta badan negara harus dilaporkan ke
Badan Sertifikasi dalam waktu 3 hari. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
semua insiden ini dapat dikaji dan pelanggan memperoleh kepercayaan penuh
terhadap sertifikat yang telah dikeluarkan (BRC 2011).
80
Catatan kajian pengaturan 4.2.1 - Daftar restricted area (lokasi dan Belum memiliki checklist kajian rencana
keamanan dan risiko potensi orang yang boleh mengakses) keamanan internal (shelf assessment
terhadap produk - Checklist pengecekan rutin oleh Food Defense). Selama ini hanya
petugas kamanan bersifat melengkapi
pertanyaan/kuisioner dari konsumen.
Pemantauan katering di pabrik 4.8.10 - Manual Perusahaan Perlu menempelkan aturan soal
- Hasil analisa produk makanan di pengelolaan kantin, misalnya ketentuan
kantin seberapa lama makanan boleh
- Checklist kebersihan dan sanitasi disimpan dan disajikan sampai habis,
kantin harian pengambilan sampel dan lainnya sesuai
- Aturan pemerintah tentang Aturan Pemerintah.
Jasaboga
Prosedur penanganan kaca dan 4.9.3.2 - Manual Perusahaan Dalam SOP belum ada jenis dan contoh
bahan mudah pecah - SOP Pengendalian Kaca, plastik benda atau peralatan yang termasuk
mudah pecah, dan sejenisnya. kaca, plastik mudah pecah, keramik,
dan barang sejenis yang berpotensi
mengkontaminasi produk.
Prosedur penanganan 4.9.3.3 - SOP Pengendalian Kaca, plastik SOP perlu menjelaskan soal
kerusakan kaca atau bahan mudah pecah, dan sejenisnya penanganan pakaian kerja yang
mudah pecah - Checklist Pemeriksaan Kaca, berpotensi terkontaminasi pecahan dan
Plastik Mudah Pecah, dan penanganan alat kebersihan yang
Sejenisnya digunakan.
- Pemetaan kaca, plastik mudah
pecah, dan sejenisnya
- Form Non Conformity
Prosedur investigasi asal bahan 4.10.1.4 - WI Pengecekan Krim (termasuk Perlu membuat tren temuan pada
yang terdeksi atau dihilangkan Saringan dan Magnetic trap Ball saringan dan magnetic trap dalam
oleh peralatan deteksi dan/atau Mill) Manufacturing review bulanan.
penghilangan benda asing - Form Ball Mill Report
- WI Pengecekan Adonan (termasuk
Saringan)
- Mixer Adonan Report
- WI Pengecekan MD
- Form Pemeriksaan MD
- Tren NC MD
Catatan pembuangan limbah 4.12.1 - SOP WTP Belum memiliki prosedur pencatatan
pembuangan limbah.
Catatan jumlah limbah 4.12.4 - Surat kontrak pembuangan sampah Belum memiliki prosedur mapan dalam
berbahaya atau tidak standar - Surat kontrak pengangkutan limbah pembuangan limbah B3.
yang dihancurkan atau dibuang (lumpur WWTP dan safety tank)
oleh pihak ketiga (spesialis)
Kontrak transportasi dengan 4.15.7 - Kontrak dengan forwarder Belum ada prosedur untuk memastikan
pihak ketiga dan prosedur penyediaan container dan transporter sesuai dengan persyaratan
verifikasi transporter transporter Standar BRC.
masih perlu diperinci lebih lanjut, yaitu misalnya soal penanganan pencucian baju
yang berpotensi terkontaminasi pecahan kaca dan sejenisnya di laundri, prosedur
pembersihan alat kebersihan (misal sapu atau penyedot) yang digunakan untuk
pembersihan pecahan kaca dan sejenisnya dan aturan soal pembuangan pecahan
tersebut. Perincian prosedur ini diperlukan mengingat pecahan kaca merupakan
kelompok penting dari benda asing. Kaca digolongkan sebagai prioritas tinggi
karena berpotensi merobek mulut atau kerongkongan (Edwards 2004).
B.4.4. Klausul 4.10.1; Peralatan Deteksi dan Penghilangan Benda Asing
Penanganan resiko kontaminasi fisik atau kimia serta peralatan deteksi dan
penghilangan benda asing selalu menjadi prioritas tinggi dalam Standar BRC.
Pengembangan persyaratan dalam klausul-klausul isu 6 memperlihatkan
manajemen risiko dari bahan berbeda dan teknologi berbeda yang tersedia untuk
penghilangan kontaminasi. Persyaratan yang ada hanya berlaku tergantung dari
jenis produksi mana yang dipilih (BRC 2011). BRC isu 6 memuat beberapa
persyaratan tambahan soal alat detektor logam (4.10.3). Selain detektor logam, isu
6 mencantumkan persyaratan-persyaratan tersendiri untukmasing-masing jenis
peralatan saringan dan ayakan (klausul 4.10.2), alat detektor logam dan X-ray
(4.10.3), magnet (4.10.4),dan peralatan sortir optik (4.10.5).
PT SSI menggunakan beberapa peralatan untuk mendeteksi dan
menghilangkan benda asing di beberapa tahap proses. Magnetic trap yaitu magnet
yang dapat menarik logam jenis besi digunakan untuk krim, yang dipasang pada
keluaran akhir alat ball mill mixer. Ayakan dengan kawat mesh 30 digunakan
untuk mengayak krim dan adonan hasil pengadukan. Saringan udara digunakan
untuk menyaring udara untuk peralatan udara bertekanan tinggi yang digunakan di
area proses. Detektor logam untuk semua produk digunakan pada tahap akhir
pengemasan. Penggunaan peralatan ini menjadi bagian dalam analisa bahaya pada
rencana HACCP (sesuai klausul 4.10.1.1).
Pada isu 6 dipersyaratkan untuk melakukan investigasi atau kajian terhadap
temuan pada (klausul 4.10.1.3). Semua pemeriksaan dan pengkajian temuan
dikelola oleh departemen QA. Pada manufacturing review bulanan, QA akan
melaporkan kepada manajemen terkait tren temuan pada peralatan tersebut,
investigasi serta analisanya. Selanjutnya akan ditetapkan tindakan perbaikan yang
86
mungkin perlu dilakukan. Investigasi dan kajian temuan telah dilakukan yaitu
untuk detektor logam (CCP). Sejak PT SSI mengkaji standar ini pada Oktober
2011, temuan pada alat lainnya juga diinvestigasi yaitu pada saringan krim,
saringan adonan, dan magnetic trap. Ditemukan investigasi temuan pada alat
saringan udara belum dilakukan. Saringan udara merupakan alat penting karena
udara yang disaring digunakan untuk proses yang kontak dengan produk yaitu
untuk pembuatan bintik pada wafer sebelum dipanggang dan untuk udara
bertekanan tinggi misal penyemprotan alat atau mesin. Potensi bahaya yang ada
kemungkinan berasal dari oli yang digunakan pada mesin saringan akibat program
pemeliharaan alat yang salah atau tidak sesuai prosedur. Kualitas mikrobiologi
udara hasil saringan telah diperiksa secara rutin dan program pemeliharaan alat
saringan telah dilakukan sebagai salah satu prerequisite program di PT SSI untuk
menghilangkan potensi kontaminasi pada udara.
B.4.5. Klausul 4.12; Limbah/Pembuangan Limbah
Penanganan limbah di PT SSI diatur dalam Manual Perusahaan dan di SOP
Water Treatment Plan (WTP). Limbah secara umum di PT SSI dibagi menjadi
limbah cair dan limbah padat. Khusus sampah bahan kimia (misal pencucian alat
semprot tinta kode pada kaleng) dan kemasan bahan kimia ditangani secara
khusus karena termasuk limbah berbahaya dan butuh pengelolaan khusus. Di area
produksi disediakan tempat khusus untuk menampung cairan kimia pembersih
atau botol bekas. Sampah tadi kemudian disimpan di ruang khusus luar produksi,
untuk kemudian diangkut oleh subkontraktor yang berijin.
Gap yang teridentifikasi adalah pencatatan jumlah sampah yang diangkut
belum dilakukan dengan baik dan konsisten, baik dari area produksi atau gudang,
atau area lainnya yang diangkut keluar pabrik (klausul 4.12.4). Pada awal 2012
diterapkan prosedur bahwa sampah yang keluar harus selalu tercatat dan catatan
tersebut dikelola oleh Bagian Umum (General Affair/GA). Aturan ini dituangkan
dalam SOP Pembuangan Sampah.
B.4.6. Klausul 4.15; Pengangkutan dan Transportasi
Dalam pembahasan perbandingan isu 5 dan 6 terkait klausul sebelumnya,
telah disebutkan bahwa terdapat beberapa klausul baru pada isu 6. Salah satu
klausul baru adalah 4.15.7 yang mensyaratkan bila perusahaan melakukan kontrak
87
sampai berpotensi mengkontaminasi produk yang masih terbuka atau yang sedang
diproses. Jenis mesin atau peralatan; lamanya waktu perbaikan sampai mesin
diperbaiki secara permanen;dan besarnya perubahan harus ditetapkan dengan jelas
karena terkait dengan produktifitas proses.Desain dan jenis bahan/alat sementara
yang digunakan selama perbaikan harus dipastikan tidak sampai mencemari
produk, misal menggunakan plastik atau bahan non-stainless stell.
Catatan kajian bahaya dan 5.1.2 - Form Validasi HACCP Belum ada mekanisme validasi dan
pengesahan ketua tim HACCP secara rinci soal sejauh mana
untuk semua produk baru dan perubahan pada mesin/alat produksi
perubahan formula, kemasan atau harus disahkan oleh tim HACCP,
proses produksi misal karena alasan perbaikan.
Prosedur pengendalian 5.2.3 - Rencana HACCP Belum ada prosedur pemisahan saat
kontaminasi silang alergen pada - Form Validasi pembersihan mesin/ adjacent
bahan baku, produk antara dan - SOP Penanganan Alergen cleaning)
produk akhir - SOP Pelabelan kode lot
- Label RM alergen (biru)
- Label wip/krim/crumb/minyak
kurasan produk alergen
- Matrix Pemakaian dan Pencampuran
Cream/Crumb Cream/Crumb Base/
Minyak Kurasan
Catatan pelatihan penanganan 5.2.9 - Program pelatihan Belum ada refreshment training
alergen - Bukti absensi pelatihan terkait penanganan alergen
Prosedur penilaian umur simpan 5.5.1.3 - SOP Keeping Quality Test Masih sedang tahap melakukan
terkait kualitas mikrobiologi, - Form keeping quality test kajian aw semua produk sampai
sensori dan kimia produk - Hasil analisa mikrobiologi produk batas akhir umur simpan.
(keepting testi)
Prosedur untuk memastikan 5.5.2.4 - Sertifikat pelatihan mikrobiologi Belum ada prosedur proficiency test
reliability hasil analisa - Hasil analisa/ proficiency test untuk termasuk frekuensi dan metode
air analisa. Belum melengkapi hasil
- Sertifikat kalibrasi peralatan proficiency test semua laboran.
laboratorium
terjadinya keracunan pangan (Bibek 2001) oleh karena ini keberadaannya dalam
pangan harus dikendalikan.
Adonan wafer terbuat dari bahan baku utama air dan tepung terigu. Nilai
aw air, yang merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam adonan
(lebih dari 50%), adalah 1. Tepung terigu atau tepung-tepungan memiliki aw 0,8-
0,87 (Kusnandar 2010). Oleh karena aw adonan menjadi cukup tinggi dan tidak
akan awet. Dari pengalaman di produksi, adonan yang disimpan lebih dari 2 jam
akan berbusa dan membusuk. Bahan dengan aw tinggi yaitu lebih dari 0,9
cenderung tidak awet dan cepat rusak oleh mikroba maupun oleh reaksi-reaksi
kimia dalam sistem pangan (Kusnandar 2010). Adonan wafer akan mengalami
pemanasan di oven pada suhu sekitar 140 derajat celcius menghasilkan lembaran
kulit wafer. Suhu tinggi ini mampu membunuh mikroba pada adonan. Dari
pemanggangan akan dihasilkan kulit wafer dengan kadar air sekitar 1%. Produk
dengan kadar air 1% akan memiliki aw kurang dari 0,3 (Kusnandar 2010)
sehingga cenderung lebih aman dan awet selama penyimpanan.
Kapang
Aspergillus sp 0,75-0,84
Rhizopus nigricans 0,93
Penicillium sp 0,79-0,81
Khamir
Sacharomyces sp 0,80-0,90
Bakteri
Vibrio parahaemolyticus 0,94
Clostridium perfingens 0,93
Bacillus cereus 0,95
Escherichia coli 0,95
Clostridium botulinum 0,95-0,97
Staphylococcus aureus 0,86
Sumber : Kusnandar (2010)
Krim wafer dibuat dengan bahan utama berupa minyak (sekitar 45%) dan
gula (sekitar 40%). Kadar air yang rendah pada kedua bahan ini, seperti yang
tertera pada spesifikasi bahan, sangat rendah yaitu kurang dari 1%. Gula biasa
digunakan sebagai bahan untuk pengawet karena menurunkan nilai aw. Gula
bersifat higroskopis yang disebabkan oleh kemampuannya membentuk ikatan
hidrogen dengan air. Adanya ikatan hidrogen antara air dan gula ini menyebabkan
92
penurunan jumlah air bebas dan penurunan nilai aw (Kusnandar 2010). Oleh
karena itu krim yang dihasilkan cenderung lebih awet bahkan sampai 1 bulan.
Krim tidak mengalami proses pemanasan yang mampu mematikan bakteri, oleh
karena itu parameter aw merupakan paramater penting dalam keamanan krim.
Nilai aw produk akhir merupakan kombinasi dari nilai aw bahan, nilai aw
krim (yang dibuat tanpa dipanaskan lagi) dan nilai aw kulit wafer setelah
dipanggang. Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
formulasi produk akhir, agar sesuai dengan nilai aw standar yaitu kisaran 0,3-0,6.
Kajian ini juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam perbaikan formulasi dan
proses produksi dalam rangka menghasilkan produk yang aman dan awet.
PT SSI memiliki unit laboratorium mikrobiologi internal yang dikelola
dengan penerapan prinsip-prinsip Good Laboratory Practices dan ISO 17025.
Untuk memenuhi persyaratan pada klausul 5.5.2.4 yaitu terkait reliability hasil
analisa maka pada Oktober 2011 dilakukan proficiency test. Sampai April 2012
salah satu dari dua laboran yang ada telah menjalani proficiency test. Pengujian
ini dilakukan dengan melakukan analisa koliform terhadap 2 buah sampel yaitu
sampel air dan swab test. Titik sampel dan parameter ini dipilih karena koliform
merupakan parameter mikrobiologi yang cukup mempengaruhi baik mutu maupun
keamanan produk. Semua hasil proficiency test ini disimpan dan dipelihara, serta
dikaji sebagai dasar perbaikan.
Verifikasi. Daftar ini berisikan nama alat, kode alat, tanggal kalibrasi/verifikasi
dan tanggal kalibrasi/verifikasi berikutnya, yang ada pada semua departemen
(klausul 6.3.1). Daftar ini dikelola oleh Departemen QA. Pada audit Januari 2012
ini masalah kalibrasi alat menjadi temuan audit karena tidak standar atau batasan
dari kalibrasi atau verifikasi. Oleh karena itu saat ini sedangkan dilakukan kajian
penetapan standar atau batasan kalibrasi atau verifikasi alat.
Prosedur identifikasi dan pengawasan 6.3.1 - SOP Kalibrasi dan Verifikasi SOP belum memperinci
peralatan pengendali CCP, keamanan dan - List kalibrasi dan Verifikasi penentuan kalibrasi atau
keabsahan produk - Label alat (dengan tanggal verifikasi alat.
kalibrasi/ verifikasi)
-
Catatan hasil pemeriksaan dan adjusment 6.3.2 - SOP Kalibrasi dan Verifikasi SOP atau Daftar Kalibrasi dan
alat ukur - Daftar kalibrasi dan Verifikasi alat verifikasi, belum dilengkapi
- Form verifikasi Internal alat erkait dengan toleransi
- Hasil/Sertifikat kalibrasi dan penyimpangan alat dan
verifikasi peralatan prosedur adjustment alat.
Semua karyawan, termasuk karyawan 7.1.1 - Program pelatihan Belum ada prosedur soal
kontrak dan kontraktor, dilatih terlebih kompetensi karyawan pelatihan minimal bagi
dahulu dan diawasi dengan baik selama - Matriks kompetensi karyawan baru.
bekerja. karyawan
Kajian pelatihan dan kompetensi karyawan 7.1.2 - Daftar checker CCP Petugas checker CCP
yang terkait aktivitas CCP - Program pelatihan tahunan kompetensinya belum
- Matriks kompetensi diperbaharui pelatihan dan
karyawan secara rutin.
94
Chocolate-hazelnut
No Bahan baku Bentuk Keterangan
Chocolate Mint
Sulfit >10 ppm
Kacang tanah
Cappuccino
Crustacean
Serealia a)
Kacang b)
Strawberi
Moluska
Mustard
Selederi
Kedelai
Coklat
Vanila
Lupin
Susu
Telur
Wjen
Ikan
1 Gula Butiran
2 Tepung Terigu Bubuk Alergen teridentifikasi
3 Minyak Sawit Cairan
4 Pati Jagung Bubuk
5 Tepung Beras Bubuk
6 Coklat Bubuk
7 Maltodekstrin Bubuk
8 Susu Bubuk Bubuk Alergen teridentifikasi
9 Whey Bubuk Alergen teridentifikasi
10 Krimer Nabati Bubuk Alergen teridentifikasi
11 Garam Butiran
12 Lesitin Kedelai Pasta Alergen teridentifikasi
13 Tepung telur Bubuk Alergen teridentifikasi
14 Pewarna karamel Pasta
(sulfit >10ppm)
15 Pewarna Allura Red Bubuk
40
16 Kopi Bubuk
17 Flavor Vanilla Cairan
18 Flavor Cappuccino Cairan
19 Flavor Mint Cairan
20 Flavor Strawberi Cairan
21 Pasta hazelnut Pasta Alergen teridentifikasi
22 Flavor hazelnut Cairan
a) Serealia yang mengandung gluten dan produknya, yaitu gandum, rye, barley, oats, dan keturunan yang dihibridisasi
b) Tree nuts adalah kacang almond, kacang mede (cashew), brazil nuts, cashews, chestnuts, kacang hazelnut, hickory nuts, macadamia nuts, pecans, pipe
nuts, pistachios, dan walnuts (FSA 2011)
100
Banyak isu terkait status alergen dari lesitin kedelai. Lesitin kedelai
merupakan produk sampingan dari pembuatan minyak kedelai, yang dipakai luas
di industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lainnya sebagai emulsifier.
Kandungan protein pada lesitin kedelai berkisar dari 100-1400ppm. Muller et al.
melakukan studi yang menunjukkan bahwa separuh dari responden penderita
alergi-kedelai, bereaksi dengan lesitin komersial yang masih mengandung residu
protein kedelai. Lesitin terbuat dari berbagai sumber yaitu telur, kedelai, jagung,
dan lainnya. Lesitin kedelai berpotensi menjadi alergen tersembunyi yang tidak
disadari. Aturan pelabelan di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada, mewajibkan
mencantumkan sumber lesitin jika merupakan produk turunan dari salah-satu
bahan alergen utama (Boye et al. 2010).
Harus dipastikan agar hazelnut dan wafer chocolate-hazelnut tidak sampai
mengkontaminasi bahan atau produk lainnya, termasuk produk antara yaitu krim
chocolate-hazelnut dan produk work-in-proces (wip) produk wafer chocolate-
hazelnut. Kajian keberadaan bahan yang mengandung alergen ini selanjutnya akan
dijadikan sebagai dasar kajian manajemen alergen selanjutnya.
akan terputus dan oksigen menjadi bagian dari molekul. Reaksi kimia selanjutnya
berupa reaksi pembentukan radikal bebas baru oleh peroksida sebagai hasil reaksi
oksidasi maka reaksi oksidasi lemak ini bersifat autooksidasi (Kusnandar 2010).
lainnya. Oleh karena itu perlu diatur dan ditetapkan prosedur, agar ada jarak
tertentu antara bahan dengan alergen dan lainnya untuk mengurangi potensi
kontaminasi silang dari bahan yang mengandung alergen.
adalah disebabkan karena proses, mesin dan peralatan masih digunakan secara
bersama-sama antara produk alergen hazelnut dan non-alergen. Tidak ada lini
proses yang didedikasikan sepenuhnya untuk produksi dengan bahan alergen.
Dedicated process line mampu mencegah kontaminasi silang produk
alergen dalam suatu perusahaan. Dedicated equipment akan membutuhkan
pembersihan yang jauh lebih sedikit (Burrows 2010). Dedicated system
merupakan cara paling efektif dalam pengendalian kontaminasi silang alergen.
Sistem pemrosesan yang berdedikasi ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk.
Salah satu aplikasinya adalah seluruh bagian dari fasilitas dibuat tersendiri untuk
produksi produk yang mengandung alergen. Tidak ada lini proses di bagian tadi
yang memiliki hubungan silang ke lini lain di pabrik. Bentuk lainnya adalah
dengan penetapan lini produksi tertentu dan pemisahan peralatan untuk produk
produk yang mengandung alergen. Lini proses lain untuk produk yang tidak
mengandung alergen ditutup, tetapi tidak ada penghubung fisik atau peralatan
yang dipakai bersama antara lini proses tadi (Stone dan Yeung 2010). Di PT SSI
pengaturan dilakukan dengan menetapkan mesin ball mill mixer, oven dan lini
produksi nomor-nomor tertentu saja yang boleh digunakan untuk produksi
alergen. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengaturan, memudahkan
pembersihan dan mengurangi risiko kontaminasi silang. Mesin dan peralatan yang
ada tidak sepenuhnya didedikasikan untuk produksi alergen, jadi masih digunakan
bersama untuk produksi non-alergen. Pengendalian pada tiap mesin atau lini
produksi tadi, dipasang tanda yang menunjukkan bahwa alergen boleh dijalankan
di mesin atau lini tersebut. Sebelumnya pemilihan mesin ball mill mixer, telah
dilakukan kajian internal untuk melihat ada tidaknya potensi krim akan terciprat
keluar saat proses pengadukan di mixer dan potensi mengkontaminasi area
sekitarnya. Mesin dilengkapi dengan pengaduk yang berputar pada kecepatan
tertentu, untuk menghasilkan krim akhir yang rata atau homogen. Dari kajian
didapatkan hasilnya, bahwa bila mesin mixer tertutup, maka tidak ada krim yang
terciprat keluar atau sampai mengenai mixer di sebelahnya yang mungkin sedang
digunakan untuk mengaduk krim selain chocolate-hazelnut. Antara mixer yang
satu dengan terpisah dengan jarak tertentu. Dari hasil pengamatan tersebut
diputuskan tidak perlu adanya pemisahan fisik atau area tersendiri untuk produksi
105
alergen, namun tetap dilakukan pengendalian dengan penutupan mesin saat proses
pengadukan serta pemberian identitas alergen pada mesin. Ball mill mixer yang
digunakan untuk mengaduk krim chocolate-hazelnut tidak ditempatkan di area
terpisah. Ada 2 buah ball mill mixer (dari 8 unit yang tersedia) ditetapkan sebagai
mixer yang hanya boleh untuk mengaduk krim chocolate-hazelnut. Kajian serupa
juga dilakukan pada area oven. Krim atau produk pada suatu oven tidak sampai
mencemari oven atau lini proses di sekitarnya. Antara lini proses yang satu
dengan yang lain terpisah cukup jauh. Pengendalian pada area ini dilakukan
dengan mengatur bahwa hanya oven-oven pada salah-satu lini proses yang
diperbolehkan untuk produksi alergen, yang ditandai dengan identitas berupa
penempelan tanda untuk produksi alergen. Prosedur (dalam SOP/WI) terkait
dibuat sedemikian rupa sehingga mampu mencegah terjadinya kontaminasi silang.
Menurut Stone dan Yeung (2010), bila tidak ada pemisahan produksi alergen
secara fisik atau tertutup sepenuhnya, maka prosedur dan pengawasan ketat
diperlukan untuk menciptakan pengendalian yang sesuai.
Banyak perusahaan besar tidak menginginkan mengembangkan pasar
untuk konsumen alergen karena pasarnya yang kecil dan biaya yang harus
dikeluarkan untuk membangun fasilitas terpisah tadi (Burrows 2010). PT SSI
tidak menerapkan sistem dedikasi lini proses untuk alergen sepenuhnya dengan
mempertimbangkan pasar produk chococolate-hazelnut masih mampu dipenuhi
dari lini proses produksi yang ada. Varian wafer rasa coklat, vanila dan
cappuccino masih lebih diminati dibandingkan rasa lainnya termasuk chocolate-
hazelnut. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bila nantinya permintaan pasar
terhadap produk chocolate-hazelnut terus meningkat dan melebihi kapasitas
produksi, maka perusahaan akan memiliki sistem dedikasi produksi alergen yang
sepenuhnya.
Peralatan pendukung produksi berupa saringan krim, tangki transfer krim,
solet plastik dan tangki krim oven untuk krim chocolate-hazelnut atau produk
chocolate-hazelnut ditemukan masih dipakai bersama dengan produk lainnya.
Tidak ada alat pendukung yang didedikasikan khusus untuk produksi alergen.
Dari penelitian ini didapatkan peralatan pendukung tadi belum memiliki
identifikasi atau penandaan khusus untuk alergen. Oleh karena itu
106
penampakan tidak sesuai sehingga dapat diproses ulang disebut crumb. Crumb
digiling dahulu dengan menggunakan mesin giling khusus sampai didapatkan
tekstur crumb yang halus. Crumbhasil gilingan tadi selanjutnya dapat digunakan
sebagai campuran krim. Hanya crumb produk tertentu yang dapat dicampur pada
krim lain yaitu dengan pertimbangan formulasi bahan, warna produk, warna krim,
dan bau produk, serta mengandung alergen chocolate-hazelnut atau tidak. Contoh
matriks pemakaian crumbpada krim dapat dilihat pada Tabel 22. Crumb produk
chocolate-hazelnut tidak boleh digunakan untuk produk lainnya.
Minyak kurasan bekas menguras ball mill mixer pada proses pembersihan,
dapat digunakan ulang untuk produk krim sejenis atau krim lainnya. Minyak
kurasan bekas ball mill mixer untuk krim chocolate-hazelnut tidak boleh sampai
dipakai untuk krim jenis lainnya. Pemakaian minyak kurasan diatur dalam matriks
yang sama dengan pemakaian crumb yaitu seperti pada Tabel 22.
Chocolate-hazelnut
Chocolate Mint
Cappuccino
Strawberi
Coklat
Vanila
Coklat 1 2 4 4 4 4
Vanila 4 1 4 4 4 4
UNTUK KRIM
Cappuccino 3 2 1 4 3 4
Strawberi 4 3 4 1 4 4
Chocolate Mint 3 1 4 4 1 4
Chocolate-hazelnut 3 1 4 4 4 1
Tabel 23 Contoh pelabelan dan peringatan alergen produk wafer PT SSI untuk
beberapa negara
2 Inggris dan negara Pada Komposisi, dituliskan semua bahan alergen dilengkapi potensi kontaminasi dari pasta
Eropa hazelnut:
a. Contoh komposisi pada wafer coklat adalah sebagai berikut:
Ingredients: ....wheat flour, milk, whey, soy lecithin, eggs....
Allergen warning: this product has been made in a factory which uses nut
ingredients.Contain wheat, flour, milk, whey, soy lecithin, and egg.
No Sumber benda asing Jenis benda asing Pengendalian Pelaksana Form/Checklist yang digunakan Frekuensi
a. Bahan baku atau bahan a. Serangga, potongan PP- Prosedur pemeriksaan bahan QC Incoming - Form RM Incoming Report Setiap kedatangan
kemasan rambut, baku/bahan kemasan setiap kedatangan - Form PM Incoming PM Report barang, setiap lot
barang
b. Kutu pada terigu PP-Prosedur pemeriksaan terigu datang QC Incoming - Form RM Incoming Report Setiap kedatangan
yaitu pengayakan terigu, 10 karung per barang, setiap lot
container/truk
c. Logam: staples dan PP-Pemeriksaan bahan dan kemasan QC Incoming - Form RM Incoming Report Setiap kedatangan barang
klip kertas luar bahan baku/bahan kemasan - Form PM Incoming PM Report
d. Serangga pada palet PP-Prosedur pemeriksaan kondisi palet QC Incoming - Form PM Incoming PM Report Setiap kedatangan, setiap
kayu kaleng saat kedatangan palet
b. Hama dari luar pabrik dan Lalat, serangga terbang a. Pembangunan infrastruktur pabrik: Engineering - Manual Perusahaan Sesuai Jadwal
di dalam pabrik bersayap/tidak bersayap, rapat, tidak berlubang, ventilasi/exhaus Pemeliharaan
nyamuk, dan lainnya. fan dengan kawat mesh nomor 30
b. PP-Pemeliharaan Infrastruktur
c. Pembersihan rutin infrastruktur, General Affair - Master List Pembersihan dan Harian/Mingguan/
termasuk kerangkap baja, langit-langit, Sanitasi Bulanan/Tahunan
exhaust fan - Checklist pembersihan per area
d. Pemeliharaan dan pemeriksaan Engineering - Jadwal pemeliharaan Harian/Mingguan/
infrastruktur - Checklist pemeriksaan Bulanan/Tahunan
e. PP-Pemeliharaan Infrastruktur infrastruktur Harian/Mingguan
f. Pemeriksaan lamput FLT serangga Subkontraktor - Form pemeriksaan lampu FLT
dan alat pengendali hama yang luar serangga
dipasang - Form pemeriksaan perangkap
g. PP-Pengendalian hama masal area dalam dan luar
- Form pemeriksaan umpan tikus
(area luar)
- Form pemeriksaan box seng
(area dalam)
- Form pemeriksaan bettle house
- Spot treatment
No Sumber benda asing Jenis benda asing Pengendalian Pelaksana Form/Checklist yang digunakan Frekuensi
c. Karyawan Jam tangan, perhiasan PP-GMP;Personel hygiene, yaitu Ketua Regu/ - Personel hygiene checklist Setiap shift
(cincin, gelang), kuku larangan penggunaan bila masuk ke are Supervisor
palsu, cat kuku, bulu mata produksi dan gudang.
palsu, dan lainnya
d. Bola baja ball mill mixer Logam besi PP-Pemasangan magnetic trap di ujung Tim ball mill - Belum ada, data langsung Setiap minggu
ball mill mixer mixer direkap oleh QC Online
e. Kotoran atau logam dari a. Rambut, plastik, kertas, PP-Pemasangan ayakan mesh nomor - Tim mixer - Cream mixer Report Setiap batch krim/adonan
bahan baku dan proses benang, dan lainnya 30, di ujung ball mill mixer dan mixer adonan - Base mixer Report
b. Potongan logam, kaca, adonan - Tim ball mill
kawat, batu kerikil, dan mixer
lainnya
f. Mesin/peralatan dan alat Baut, mur, ring, potongan PP-Sanitary Design Review (SDR) Produksi & - Form SDR Setiap pembelian dan
bantu pisau, dan potongan Engineering kedatangan mesin baru
logam lainnya PP-Pemasangan ayakan mesh nomor - Tim mixer - Cream mixer Report Setiap batch krim/adonan
30, di ujung ball mill mixer dan mixer adonan - Base mixer Report
adonan - Tim ball mill
mixer
CCP-Pemasangan detektor logam (metal Checker MD - Form MD Report Pemeriksaan setiap 15
detector/MD) di ujung lini produksi menit
PP-Pre-operation Ketua Regu - Form Pre-Operation Setiap akhir minggu/ total
PP-Tools inspection Ketua Regu - Tools Inspection Report 2 kali per minggu
g. Kegiatan perbaikan dan a. Pelumas atau minyak Prosedur perbaikan dan pemeliharaan di Engineering - Checklist pemeliharaan alat Setiap perbaikan/
pemeliharaan alat/mesin b. Logam saat tidak produksi pemeliharaan
h. Air untuk proses Kotoran PP-Pengolahan air (WWTP) berupa Engineering - Checklist pemeliharaan WWTP Setiap hari
beberapa filter, klorinasi dan UV
i. Udara untuk proses Kotoran dan air a. PP-Peralatan pengolahan udara Engineering - Checklist pemeliharaan filter Setiap hari
b. Filter 50 micron di setiap oven udara
j. Palet kayu a. Potongan kayu a. PP-Pemeriksaan palet kayu pada QC Incoming - Form Incoming PM Report Setiap kedatangan barang
b. Serangga kedatangan kaleng
b. PP-Pemeriksaan palet kayu di Tim gudang - Form Pemeriksaan palet di 2 kali per minggu
gudang gudang
121
Palet kayu masih diperbolehkan digunakan di PT SSI sampai saat ini, tetapi
dibatasi hanya di gudang bahan kemasan dan gudang produk akhir (sesuai klausul
4.9.4.1). Palet kayu digunakan saat pengiriman bahan kemasan berupa kaleng ke
PT SSI. Palet kayu yang rusak atau rapuh merupakan sumber kontaminasi yang
membahayakan produk. Permasalahan yang ditemui terkait palet kayu adalah
palet mudah diserang oleh hama. Cukup sulit mengetahui palet mana yang telah
terinfestasi hama atau tidak. Kumbang kayu mampu menembus kayu dan
meninggalkan telur didalamnya, yang tidak dapat mudah terlihat dengan kasat
mata. Setelah waktu tertentu telur menetas dan menjadi serangga dewasa. Palet
yang terinfestasi serangga biasanya ditandai dengan tumpukan bubuk di sekitar
palet atau lubang-lubang pada palet. Palet yang digunakan pemasok terbuat dari
kayu kelapa karena murah dan mudah didapatkan. Namun jenis kayu ini memiliki
kelemahan karena sangat mudah dimasuki serangga. Palet dari pemasok tidak
difumigasi. Palet merupakan barang yang dapat dipakai hingga berulang kali
(reuse). Oleh karena itu penanganan palet kayu menjadi sangat penting di
perusahaan.
Infrastruktur pabrik harus dirancang, dibangun dan dipelihara secara rutin.
Kondisi bangunan pabrik yang kotor, rusak dan tidak dipelihara dengan baik
menjadi sumber kontaminasi, tempat infestasi dan sarang hama (AIB 1979).
Pintu, jendela dan ventilasi yang terbuka menjadi sumber kontaminasi seperti
debu, pasir, serangga, dan lainnya. Screen kawat yang rusak atau berlubang dan
tidak rapat, menjadi jalur masuknya hama. Kotoran pada langit-langit atau dak
yang kotor dapat jatuh dan mencemari produk di bawahnya. Langit-langit dan dak
serta dinding lembab (akibat kondensasi) dapat mengakibatkan permukaan luar
dinding atau cat terkelupas dan menjadi sumber kontaminasi (sesuai klausul 4.4.1
dan 4.4.6). Struktur bangunan yang tidak halus, banyak lekukan, retak,
mengakibatkan sulit dijangkau saat pembersihan dan pemeliharaan. Penyimpanan
barang-barang di luar yang tidak dijaga baik dapat menjadi sarang bagi hama yang
kemudian dapat masuk ke dalam area proses. Pada audit sertifikasi BRC di PT
SSI pada Januari 2012, diterbitkan temuan minor untuk temuan langit-langit yang
rusak bekaskondensasi air di area penyimpanan retained sample. Hal ini
122
larangan pemakaian jam tangan, perhiasan, tindik pada tubuh yang terbuka, dan
lainnya harus diterapkan dan diawasi dengan efektif. Pakaian khusus area kerja
yang disediakan perusahaan meliputi seragam, kerudung atau topi khusus, masker,
dan sepatu. Pakaian kerja dibersihkan atau dicuci rutin setiap hari di laundri
internal PT SSI. Pencucian ini harus dilakukan untuk memastikan pakaian tadi
tidak menjadi sumber kontaminasi ke produk (Gaze dan Campbell 2004).Pakaian
kerja dibuat sedemikian rupa sehingga tidak berpotensi mencemari produk,
kantong dibuat di bawah pinggang dan tidak berkancing tetapi berperekat velcro.
Rambut harus ditutup sempurna dengan topi atau kerudung khusus area dalam.
Janggut dan kumis harus dipotong pendek atau ditutup sempurna dengan masker.
Area loker tempat penggantian pakaian kerja harus disediakan dalam
jumlah cukup dan pada lokasi yang sesuai. Di lemari loker karyawan tidak
diperbolehkan menyimpan pakaian luar atau barang lainnya agar tidak berpotensi
mengkontaminasi. Ruang ganti pakaian hendaknya disediakan sesuai jenis
kelamin (Gaze dan Campbell 2004). Saat menangani produk, semua karyawan
area produk terbuka dilarang berbincang-bincang langsung di atas produk dan
harus menggunakan masker selama bekerja.
Aturan-aturan terkait karyawan harus disosialisasikan ke semua
departemen, termasuk ke tamu dan kontraktor yang masuk ke area produksi atau
gudang. Aturan-aturan tersebut ditempelkan secara jelas di papan pengumuman di
area strategis seperti loker, area cuci tangan, kantin, WC, dan pintu masuk. Secara
rutin setiap hari, Supervisor atau Ketua Regu area bersangkutan melakukan
pemeriksaan praktik higiene pekerja. Hasil pemeriksaan dicatatkan dalam
Personel Hygiene Checklist, meliputi temuan dan tindakan koreksi yang
dilakukan. Hal-hal tadi sesuai dengan klausul 7.2 pada BRC isu 6. Penerapan
prerequisite programmes, yang termasuk didalamnya adalah higiene karyawan,
perlu diverifikasi melaluia udit atau pemeriksaan rutin untuk mengetahui
keefektifan pelaksanaannya (Gaze dan Campbell 2004).
c. Tahap penerimaan dan penyimpanan bahan baku dan bahan kemasan.
Pengendalian bahan termasuk kemasannya merupakan salah satu kunci
prerequisite programm dalam menciptakan kondisi proses produksi pangan yang
baik (Gaze dan Campbell 2004). Pada tahap penerimaan bahan baku dan bahan
128
bahan kemasan (misal untuk kemasan inner box atau kantong plastik), tidak boleh
menggunakan karet gelang atau bahan yang mudah putus lainnya yang
menyebabkan kontaminasi ke bahan. Metode atau cara membuka kemasan, misal
saat pemeriksaan bahan atau saat bahan akan digunakan, juga menjadi sumber
kontaminasi. Hal ini terjadi terutama bila kemasan dibuka dengan cara disobek,
bukan dipotong, yang mengakibatkan sobekan tadi tercampur dengan bahan baku
(Marsh dan Angold 2004).Aturan-aturan ini disosialisasikan dengan ke QC
Incoming, pihak gudang, dan pemasok. Pemeriksaan di saat kedatangan barang
harus terus dipantau karena beberapa pemasok tidak konsisten menerapkan aturan
tersebut. Pemeriksaan staples dalam praktiknya telah dilakukan saat penerimaan
barang (sesuai klausul 4.9.2.2), tetapi belum dimasukkan kedalam SOP/WI
pemeriksaan bahan baku dan bahan kemasan.
d. Infrastruktur pabrik.
Infrastruktur pabrik hendaklah dijaga dan dipelihara rutin. Kondisi
penyimpanan di gudang dan area proses lainnya dipastikan bersih dan bebas dari
kontaminasi. Pembersihan rutin dilakukan sesuai Master List Pembersihan dan
Sanitasi. Dipastikan tidak ada celah atau lubang yang dapat dimasuki oleh
serangga atau benda asing lainnya. Dari pengamatan terhadap kondisi saluran
pembuangan air, ditemukan desain penutup saluran ini berlubang-lubang cukup
besar sehingga memungkinkan dilewati serangga dari luar. Penanganan dan
pencegahan masalah ini dilakukan melalui prerequisite programmes berupa
pengendalian hama di perusahaan. Pada beberapa tempat, termasuk di area yang
dekat dengan saluran pembuangan air, dipasang alat pemerangkap serangga
berupa lampu UV yang dilengkapi dengan lem untuk memerangkap serangga
yang hinggap di alat.
Bila sedang tidak ada kegiatan memasukkan barang, pintu gudang harus
dipastikan selalu tertutup. Pada pintu gudang sekarang dipasang alarm yang akan
menyala otomatis bila pintu terbuka lebih dari periode tertentu. Alarm ini sebagai
pengingat bagi orang agar segera menutup pintu setelah selesai melakukan
kegiatan. Sesuai klausul 4.4.8 dan 4.4.10, pintu ke area proses harus selalu
ditutup dan hanya boleh dibuka saat kejadian darurat. Pada pintu dipasang
pengumuman atau peringatan agar selalu pintu selalu dalam kondisi tertutup. Di
130
PT SSI di semua ventilasi dan exhaust fan dipasang kawat mesh 30 yang cukup
kecil untuk menahan masuknya serangga dan benda asing dari luar. Secara rutin
screen dibersihkan dengan cara dicuci air. Untuk memudahkan pembersihan
kerangka screen didesain mudah dilepaskan lalu diganti dengan screen cadangan
yang bersih.
Atap bangunan pabrik harus dalam kondisi baik, tidak bocor dan kokoh.
Pada beberapa lokasi di atap diberikan exhaust fan berupa cyclone untuk
mencegah kondensasi karena panas yang berlebih. Langit-langit dibersihkan
secara rutin namun cara pembersihan harus tepat agar tidak menimbulkan
pencemaran ke produk atau area di bawahnya. Kerangka atau struktur dan langit-
langit juga harus dipelihara kondisi kebersihannya. Pembersihan langsung di atas
produk yang terbuka atau bila ada proses dibawahnya harus dihindari.
Pembersihan hanya diperbolehkan dengan cara disedot dengan vacuum cleaner.
Pembersihan dilakukan oleh personel yang terlatih dengan menggunakan
pelindung diri disaat tidak ada produksi atau produk terbuka di bawahnya.
Di dalam manual perusahaan disebutkan bahwa lampu dan mesin yang
terbuat dari kaca haruslah diberi pelindung dan dilarang digunakan di area produk
terbuka. Di PT SSI juga telah ditetapkan prosedur terkait penanganan saat
kejadian pecahnya kaca, sesuai klausul 4.9.3.3. Akan tetapi direkomendasikan
untuk merinci prosedur soal penanganan pencucian baju yang berpotensi
terkontaminasi pecahan kaca dan sejenisnya di laundri. Prosedur pembersihan alat
kebersihan (misal sapu atau penyedot) yang digunakan pembersihan pecahan kaca
dan sejenisnya dan aturan soal pembuangan pecahan tersebut. Kaca termasuk
kontaminasi yang sering terjadi, namun sulit untuk dideteksi dan dihilangkan.
Padahal kontaminasi kaca merupakan kelas yang penting dalam isu kontaminasi
benda asing dan menjadi prioritas tinggi, karena dapat menyebabkan mulut atau
tenggorokan terluka (Edwards 2004).
e. Utilities
Air dan udara yang dipasok untuk proses telah mengalami pengolahan
sehingga tidak menjadi sumber kontaminasi benda asing (klausul 4.5). Air yang
digunakan untuk proses telah mengalami proses pengolahan pada unit Water
Treatment Plan (WTP), yang terdiri dari tahapan pengendapan, penyaringan,
131
klorinasi, dan UV. Secara rutin kualitas air diperiksa di laboratorium untuk
memastikan kualitasnya sesuai dengan standar. Udara yang dipasok untuk
produksi, yaitu untuk udara bertekanan dan semprotan angin yang kontak ke
produk, haruslah dilewatkan pada unit pengolahan udara dengan filter ukuran 50
mikron. Pengolahan udara tadi dan WTP merupakan prerequisite program dalam
analisa bahaya pada rencana HACCP di PT SSI.
f. Mesin atau peralatan proses dan kegiatan perbaikan serta pemeliharaan
Semua alat bantu untuk proses produksi dikendalikan dengan cara diperiksa
rutin jumlah dan kondisinya. Pemeriksaan dilakukan 2 kali per minggu dan
hasilnya dicatatkan dalam Form Tools Inspection. Pemeriksaan dilakukan oleh
Ketua Regu dan diverifikasi oleh Supervisornya. Alat atau mesin biasanya
dibersihkan rutin di akhir minggu. Alat atau mesin tadi dibongkar dengan
melepaskan bagian-bagiannya. Setelah kegiatan pembongkaran maka dilakukan
prosedur Pre-Operation. Pre-operation merupakan kegiatan memastikan jumlah
mur, baut, dan kelengkapan alat atau meisn sesuai jumlahnya dan dalam kondisi
yang baik. Pre-operation dicatatkan dalam form pre-operation yang dilakukan
untuk setiap nomor dan jenis mesin atau alat. Temuan berupa mesin dan alat rusak
ditindaklanjuti dengan perbaikan atau pengggantian. Bila sampai alat atau mesin
tidak lengkap atau ada bagian yang hilang, baik pada Tools Inspection dan Pre-
Operation, maka bagian hilang tadi harus dicari di area sekitar yang mungkin.
Bila tetap tidak ditemukan, maka pihak yang menghilangkan wajib membuat
Berita Acara Kehilangan. Selanjutnya dilakukan penggantian mesin/alat segera.
Dari penelitian ini direkomendasikan perlu dilakukannya kajian lebih mendalam
soal alat mana saja yang perlu dimasukkan dalam pre-operation dan tools
inspection. Misalnya adalah alat/mesin yang sering dicopot atau dipasang dan
pada alat/mesin yang prosesnya bergetar kuat seperti pada ayakan krim atau
adonan. Sedangkan mur atau batu pada alat yang tidak pernah dibongkar seperti
tangki transfer krim atau pada tutup ball mill mixer tidak perlu diperiksa rutin,
cukup dilakukan di akhir minggu.
Cemaran benda asing dapat berasal dari pelumas atau minyak yang
digunakan pada saat kegiatan pemeliharaan. Oleh karena itu hendaklah jadwal
pemeliharaan dilakukan saat mesin atau proses berhenti, misal di akhir shift atau
132
di akhir minggu. Bila terpaksa dilakukan disaat proses, maka harus dipasang alas
atau tutup agar tidak mencemari produk atau area sekitarnya. Pengelasan atau
pembubutan hanya diperbolehkan di area bengkel, di luar area proses.
Direkomendasikan untuk ditetapkan batasan pemeriksaan ulang terhadap
tambahan pemeliharaan peralatan sesuai klausul 4.7.2. Telah disebutkan
sebelumnya proses pelasan berpotensi menimbulkan kontaminasi berupa
potongan logam atau kerak las.
Prosedur umum terkait kajian desain mesin di PT SSI disebut Sanitary
Design Review (SDR). SDR dilakukan oleh bagian Engineering dan Produksi,
dengan dikaji ulang oleh bagian QA. Hasil pemeriksaan tercatat di form SDR.
Temuan-temuan pada SDR harus diperbaiki sebelum mesin atau alat dipakai di
area proses. Mesin dan instalasinya hendaknya didesain sedemikian rupa yang
mampu mencegah masuknya benda asing ke dalam produk (Gaze dan Campbell
2004).
Selama proses, mesin dan peralatan dapat mengalami kerusakan atau
penurunan kualitas misal saringan sobek karena digunakan pada vibrator screen,
bola baja di ball mill mixer yang terpecah karena terus dipakai, las-lasan yang
copot, pisau pemotong wafer di oven yang aus dan lainnya. Oleh karena itu pada
tiap tahapan digunakan alat deteksi atau penghilangan benda asing, seperti yang
disyaratkan pada klausul 4.10. Bila terjadi kerusakan mesin atau peralatan untuk
deteksi dan penghilangan benda asing, berlaku prosedur penanganan
ketidaksesuaian sesuai SOP/WI proses terkait di PT SSI. Hal ini juga berlaku bila
ditemukan benda asing yang melewati batas maksimal yang ditetapkan. Bahan
atau produk terkait yang dihasilkan akan ditahan untuk selanjutnya diinvestigasi
untuk mengetahui penyebab dan tindakan koreksi yang harus dilakukan. Temuan
benda asing selama proses produksi biasanya menjadi sumber perdebatan antara
perusahaan dengan pemasok bahan baku. Identifikasi yang cepat dan akurat dalam
kasus seperti ini menjadi vital untuk dilakukan (Edwards 2004).
g. Kayu dan palet kayu
Bahan baku hanya boleh disimpan di atas palet plastik dan tidak boleh
menggunakan palet kayu. Aturan terkait bahan dari kayu dan penggunaan palet
kayu ini diatur dalam Manual Perusahaan dan lebih diperinci dalam SOP
133