I. PENDAHULUAN
Konsepsi adalah salah satu keistimewaan manusia yang diberikan oleh Allah.
Menusia diberi kemampuan untuk menginterpretasikan setiap gerak-gerik, langkah, dan
kejadian yang mereka alami sesuai dengan kondisi dan suasana batin yang mereka rasakan.
Penyesuaian hasil interpretasi itu kemudian disempurnakan menjadi konsep-konsep yang siap
diaplikasikan dalam kehidupan mereka di lapangan. Proses pembelajaran seperti inilah yang
membuat manusiasecara langsung maupun tidak langsungsemakin paham akan seluk-
beluk kehidupan, sehingga mereka mampu mengukuhkan eksistensi mereka di muka bumi
sebagai pengelola dan pemberdaya secara utuh dan berkesinambungan.
Kemampuan manusia melakukan konsepsi yang diperoleh dari hasil observasi secara
langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan, menjadikan mereka sebagai makhluk
terbaik yang diciptakan Allah (ahsan al-taqwm). Ide-ide dan pikiran inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lainnya. Berawal dari prakonsepsi,
dilanjutkan dengan konsepsi, kemudian lahir sebuah konsep, dan diakhiri dengan aktualisasi
konsep tersebut dengan tindakan-tindakan konkret.
Sumber ilmu pengetahuan adalah alam. Alam adalah gudang inspirasi, ide, dan motivasi
untuk mengarahkan seseorang mencapai suatu peradaban yang lebih tinggi. Dalam
autobiografi seorang pelaut yang terkenal di zaman dynasti China yaitu Laksamana Chengho
(seorang jenderal) yang pernah melakukan pelayaran ke Afrika dan Asia menyebutkan, alam
telah memberikan motivasi, semangat, dan arahan kepadanya untuk melakukan penjelajahan
ke dunia lain untuk menemukan hal-hal baru. Suatu ide, gagasan, dan motivasi pada awalnya
bersumber dari rasa keingintahuan kita akan sesuatu hal. Rasa keingintahuan ini kemudian
dirangsang oleh alam melalui akal pikiran kita sehingga timbul suatu ide, motivasi, dan
semangat dalam diri. Rasa keingintahuan inilah yang mendasari untuk berkembangnya ilmu
dan pengetahuan.
Materi aql dalam al-Quran terulang sebanyak 49 kali, kecuali satu, semuanya datang
dalam bentuk kata kerja seperti dalam bentuk taqilun atau yaqilun. Kata kerja taqilun
terulang sebanyak 24 kali dan yaqilun sebanyak 22 kali, sedangkan kata kerja aqala, naqilu
dan yaqilu masing-masing satu kali (Qardawi, 1998: 19). Pengertian akal dapat dijumpai
dalam penjelasan ibnu Taimiyah (2001: 18). Lafadz akal adalah lafadz yang mujmal
(bermakna ganda) sebab lafadz akal mencakup tentang cara berfikir yang benar dan
mencakup pula tentang cara berfikir yang salah. Adapun cara berfikir yang benar adalah cara
berpikir yang mengikuti tuntunan yang telah ditetapkan dalam syara. Lebih lanjut, Ibnu
Taimiyah dalam bukunya yang berjudul Hukum Islam dalam Timbangan Akal dan Hikmah
juga menyinggung mengenai kesesuaian nash al-Quran dengan akal, jika ada pemikiran yang
bertentangna dengan akal maka akal tersebutlah yang salah karena mengikuti cara berpikir
yang salah.
1. Definisi Akal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu atau
kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya. Dalam penelitian ini, yang
dimaksud dengan akal adalah gabungan dari dua pengertian di atas, yang disampaikan oleh
ibn Taimiyah dan menurut kamus, yakni daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di
dalamnya terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah atau
bisa benar. Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata
akal.
Akal secara bahasa dari mashdar Yaqilu, Aqala, Aqlaa, jika dia menahan dan memegang
erat apa yang dia ketahui.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas,
membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak
untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan
dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka
lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu.
Syaikh Al Albani berkata,
Akal menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah yaitu sesuatu yang mengekang dan
mengikatnya agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan tidak mungkin bagi orang yang berakal
tersebut tidak lari ke kanan dan kiri kecuali jika dia mengikuti kitab dan sunnah dan mengikat
dirinya dengan pemahaman salaf.
Al Imam Abul Qosim Al Ashbahany berkata,
akal ada dua macam yaitu : thabii dan diusahakan. Yang thabii adalah yang datang
bersamaan dengan yang kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bila
senang, dan menangis bila tidak senang.
Kemudian seorang anak akan mendapat tambahan akal di fase kehidupannya hingga usia 40
tahun. Saat itulah sempurna akalnya, kemudian sesudah itu berkurang akalnya sampai ada
yang menjadi pikun. Tambahan ini adalah akal yang diusahakan.
Adapun ilmu maka setiap hari juga bertambah, batas akhir menuntut ilmu adalah batas akhir
umur manusia, maka seorang manusia akan selalu butuh kepada tambahan ilmu selama masih
bernyawa, dan kadang dia tidak butuh tambahan akal jika sudah sampai puncaknya.
Hal ini menunjukan bahwa akal lebih lemah dibanding ilmu, dan bahwasanya agama tidak
bisa dijangkau dengan akal, tetapi agama dijangkau dengan ilmu.
Menurut al-Qayyim, dia seorang dokter wajib berlaku sesuai dengan duapuluh hal. Perlu
dicatat bahwa butir ke 20 merupakan enam prinsip pengobatan yang menentukan apakah dia
seorang dokter atau tidak.
1. Pertama melakukan diagnosa mengenai jenis penyakit.
2. Mencari penyebab yang ada dibalik penyakit tersebut.
3. Memeriksa pasien untuk menentukan kalau-kalau tubuhnya mampu mengatasi penyakit atau
keadaannya lebih lemah disbanding penyakitnya
4. Memeriksa pasien, perilaku dan kondisinya
5. Meneliti peruzat-peruzat kondisi pasien
6. Mencari tahu umur pasien
7. Meneliti kebiasaannya dan apa yang terbiasa baginya
8. Mengingat pengaruh musim
9. Memasukkan kedalam pertimbangan tempat asal si pasien
10. Mempertimbangkan kondisi atmosfir pada saat dia terserang penyakit
11. mencari obat yang tepat dan sesuai
12. Meneliti keefektifan dan ukuran banyaknya obat
13. Dokter tidak saja bertujuan menyembuhkan penyakit, tetapi juga mencegah apa-apa yang
lebih berat menjadi terjadi.
14. Memilih dan memberi resep dengan obat yang paling sederhana untuk pengobatan, itu
dibenarkan.
15. Dokter meneliti apakah penyakitnya dapat di obati atau tidak.
16. Dokter tersebut tidak boleh mengeluarkan dulu zat-zat busuk (beracun) sebelum menjadi
stabil dan matang
17. Dokter harus sangat luas pengetahuannya mengenai berbagai penyakit jantung dan jiwa serta
cara-cara untuk mengobati penyakit-penyakit semacam itu.
18. Bersikap lembut dan sabar kepada orang sakit, seperti seorang yang lapang dada dan lembut
kepada anak kecil.
19. Dokter harus menggunakan berbagai jenis obat biasa dan obat batin, sekalian dengan
menggunakan mata hatinya.
20. Dokter harus membuat pengobatannya berkisar disekitar enam prinsip utama, yang
merupakan landasan dari profesinya. Pertama, dokter harus memelihara kesehatan. Kedua,
dia harus berupaya dan mengembalikan kesehatan yang hilang. Ketiga, dokter harus
menyembuhkan penyakit. Keempat, setidaknya mengurangi beratnya penyakit. Kelima,
dokter harus mengabaikan mudarat yang lebih kecil dan mengobati yang lebih besar.
Keenam, dokter harus mengabaikan manfaat yang lebih kecil untuk mendapatkan manfaat
yang lebih besar. Ilmu pengetahuan kedokteran berkisar di sekitar enam prinsip dasar ini, dan
dokter yang tidak berpegang kepada yang enam ini bukanlah dokter. Allah-lah yang Maha
Mengetahui.
Ringkasnya: seorang dokter harus kompeten (butir 17). Ia dituntut untuk mampu
membuat diagnosa dan penyebabnya (butir 1-2). ia harus melihat pasiennya secara holistik. Ia
bukan hanya mengobati jasmani tetapi juga rohani (butir 3 10). Ia harus berempati,
memahami penderitaan pasien (butir 18-19). Dan akhirnya ia harus mengobati pasien dengan
efektif dan efisien (butir 11-16).
4. Islam untuk disiplin ilmu gizi
Allah berfirman yang artinya:
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu,
dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. 5:8)
Selanjutnya makanan yang thayyib artinya yang baik, tentunya dari segi ilmu makanan/gizi
yaitu makanan yang cukup mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air.
Kita mengenal pola makanan 4 sehat 5 sempurna, yang terdiri dari:
a. Makanan pokok (nasi/jagung/ketela/sagu/roti/gandum dll)
b. Lauk (ikan/daging/telur/tahu/tempe dll)
c. Sayur (daun ketela/daun pepaya/kembang turi/buah nangka muda dli)
d. Buah (pisang/pepaya/jeruk/duku/jambu/nangka dll)
e. Susu
Jenis makanan yang diperintahkan Allah sebagaimana ayat-ayat di atas telah
mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh sel-sel tubuh kita seperti karbohidrat,
lemak, protein, mineral dan vitamin. Dengan memakan makanan yang memenuhi unsur gizi
ini (thayyib) diharapkan tubuh akan berada dalam keadaan yang optimal sehingga daya
pertahanan tubuh menjadi maksimal dalam menolak segala macam penyakit seperti penyakit
infeksi (Tifus, TBC, Demam Berdarah, Desentri, Hepatitis dll), Penyakit Alergi (Asma,
Gatal-gatal, Pilek dll), Penyakit Degenerasi (Diabetes, Jantung koroner, Stroke, Alzeimer
dll), dan Penyakit Keganasan / Kanker (Payudara, Paru, Hati, Prostat dIl).
5. Islam untuk disiplin ilmu pengetahuan alam dan teknologi
Islam adalah agama yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam hal
pengkajian berbagai fenomena alam. Beberapa ilmuwan Muslim yang telah mengukir
namanya dalam sejarah Ilmu Pengetahuan Alam adalah merupakan bukti tentang bagaimana
Islam sebagai agama universal yang sangat konsen dengan pengembangan ilmu pengetahuan
dari zaman ke zaman. Agama Islam telah memberi pilihan dan panduan kepada manusia
tentang jalan hidup yang akan dilaluinya. Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan lebih
bijaksana untuk menentukan pilihan-pilihan hidup. Nabi Muhammad SAW (Salallahu Alaihi
Wassalam) mengatakan bahwa Ilmu tanpa iman bencana, iman tanpa ilmu gelap. Dengan
demikian harus dilakukan pengkajian fenomena alam dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan alam dalam konteks mempertebal iman, takwa, da sikap rohaniyah kepada
Tuhan dengan berpijak pada sejarah bagaimana kejayaan Islam dalam penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan sejak zaman pertengahan hingga sekarang adalah
merupakan kesinambungan dan perubahan.
a. Menurut ahli sosiologi Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan
teknologi sebagai kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan
pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan
pengulangan. Teknologi bagai pisau bermata dua. Memiliki dampak positif dan negatif.
Dampak positif nya dapat memberi kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, sedangkan
dampak negatif nya adanya ketimpangan dalam kehidupan manusia yang dapat menimbulkan
kehancuran alam semesta.
6. Islam untuk disiplin ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi berhubungan dengan soal bagaimana suatu barang atau jasa diproduksi,
misalnya teknik industri, manajemen atau pengembangan sumberdaya baru. Islam tidak
mengatur secara khusus tentang ilmu ekonomi.
Pilar Sistem Ekonomi Islam (SEI) meliputi:
a. konsep kepemilikan;
b. pengelolaan kepemilikan;
c. distribusi kekayaan di antara individu. Islam mengatur sedemikian rupa kepemilikan yang
memungkinkan individu untuk memuaskan kebutuhannya seraya tetap menjaga hak-hak
masyarakat. Islam membagi kepemilikan menjadi 3: milik pribadi; milik umum; milik
negara.
7. Islam untuk disiplin ilmu pertanian
Mengkaitkan teknologi pertanian dan Islam bagi kami tidaklah hal yang mudah. Hal ini
disebabkan teknologi Pertanian merupakan ilmu pengetahuan terapan sebagai cabang dari
ilmu pertanian. Dalam Al Quran perihal pertanian banyak dibicarakan mulai dari macam
tumbuhan hingga zakat yang harus dikeluarkan. Teknologi pertanian sendiri diartikan sebagai
penerapan ilmu pengetahuan dalam rangka pendayagunaan sumber daya alam (pertanian)
untuk kesejahteraan manusia.
8. Islam untuk disiplin ilmu pendidikan
Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu
adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi.
Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara
lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori, tetapi isi lain juga ada ialah :
1. Teori.
2. Penjelasan tentang teori itu.
3. Data yang mendukung tentang penjelasan itu.
9. Islam untuk disiplin ilmu sosiologi
Sebagai agama yang universal, ajaran Islam bersifat komprehensip dan global dalam
memberikan tuntunan kepada ummat manusia. Universalitas Islam menunjukkan bahwa
ajaran Islam berlaku universal, untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia
sepanjang zaman. Universalitas Islam memberikan peluang terbuka kepada umat Islam untuk
beradaptasi di segala bidang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang terus
berkembang, sehingga ajaran Islam tidak pernah usang di makan zaman, tetap aktual
ditawarkan kepada segenap umat manusia di manapun dan kapanpun waktunya. Hampir
sebagian besar ayat-ayat al-Quran mengandung makna global, sehingga ajaran Islam selalu
aktual menghadapi arus globalisasi sekalipun-yang sekarang ini banyak dibanggakan orang.
Ajaran fundamental Islam yang terangkum dalam rukun Islam dan rukun Iman banyak
berimplikasi sosial. Syahadat misalnya, dalam konteks sosial, pernyataan pengakuan sangat
diperlukan: saksikanlah bahwa saya seorang muslim, minimal untuk menunjukkan kepada
kelompok masyarakat yang bermaksud mengajak berbuat dosa, melakukan perbuatan maksiat
atau menyimpang dari ajaran Islam, agar tidak memaksakan kehendaknya mendukung
perbuatan dosanya. Inilah prinsip hidup bermasyarakat secara islami, saling membantu dan
menolong dalam hal kebaikan dan taqwa, bkan dalam maksiat dan dosa.
10. Islam untuk disiplin ilmu sejarah
Sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu yang sistematis pertama kali disusun oleh umat Islam.
Merekalah yang pertama kali memandang sejarah sebagai sumber ibrah dan pelajaran, untuk
mengenal perjalanan waktu dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. Perspektif seperti ini
diajarkan kepada mereka oleh al-Qur'an dan Nabi Besar Muhammad Saw.
Al-Qur'an mengajarkan kepada umat Islam dasar dan metodelogi perjalanan sejarah dan
menetapkannya sebagai kisah perjalanan yang tersusun rapi dengan berbagai ibrah dan
pelajaran kehidupan. Kitab suci ini membawakan kisah-kisah yang juga disinggung dalam
kitab-kitab suci sebelumnya yang terkadang dengan lebih rinci dan terkadang pula secara
ringkas.
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai. Intinya,
hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan bersepakat untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut
dijadikan pegangan, maka kerukunan adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh
masyarakat manusia. Namun apabila melihat kenyataan, ketika sejarah kehidupan manusia
generasi pertama keturunan Adam yakni Qabil dan Habil yang berselisih dan bertengkar dan
berakhir dengan terbunuhnya sang adik yaitu Habil; maka apakah dapat dikatakan bahwa
masyarakat generasi pertama anak manusia bukan masyarakat yang rukun? Apakah
perselisihan dan pertengkaran yang terjadi saat ini adalah mencontoh nenek moyang kita itu?
Atau perselisihan dan pertengkaran memang sudah sehakekat dengan kehidupan manusia
sehingga dambaan terhadap kerukunan itu ada karena ketidakrukunan itupun sudah
menjadi kodrat dalam masyarakat manusia?.
Pertanyaan seperti tersebut di atas bukan menginginkan jawaban akan tetapi hanya untuk
mengingatkan bahwa manusia itu senantiasa bergelut dengan tarikan yang berbeda arah,
antara harapan dan kenyataan, antara cita-cita dan yang tercipta.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan hubungan dan
interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social, manusia memerlukan kerja
sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material
maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (taawun)
dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat
Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
A. Kerja sama intern umat beragama
Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang mendapat perhatian penting
dalam islam. Al-quran menyebutkan kata yang mengandung arti persaudaraan sebanyak 52
kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik persamaan keturunan, keluarga, masyarakat,
bangsa, dan agama. Ukhuwah yang islami dapat dibagi kedalam empat macam,yaitu :
Ukhuwah ubudiyah atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah.
Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara,
karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama;Adam dan Hawa.
Ukhuwah wathaniyah wannasab,yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan.
Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim.
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk perhatian,
kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi
menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya Seorang mukmin
dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan
yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim
dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan
aqidah.
Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam masyarakat merupakan
salah satu prinsip ajaran Islam.
Salah satu masalah yang di hadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan
dan persatuan sehingga kekuatan mereka menjadi lemah.
Salah satu sebab rendahnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah
karena randahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam.
Persatuan di kalangan muslim tampaknya belum dapat diwujudkan secara nyata. Perbedaan
kepentingan dan golongan seringkali menjadi sebab perpecahan umat. Perpecahan itu
biasanya diawali dengan adanya perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap suatu
fenomena. Dalam hal agama, di kalangan umat islam misalnya seringkali terjadi perbedaan
pendapat atau penafsiran mengenal sesuatu hukum yang kemudian melahirkan berbagai
pandangan atau madzhab. Perbedaan pendapat dan penafsiran pada dasarnya merupakan
fenomena yang biasa dan manusiawi, karena itu menyikapi perbedaan pendapat itu adalah
memahami berbagai penafsiran.
Untuk menghindari perpecahan di kalangan umat islam dan memantapkan ukhuwah
islamiyah para ahli menetapkan tiga konsep,yaitu :
1. Konsep tanawwul al ibadah (keragaman cara beribadah). Konsep ini mengakui adanya
keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan agama yang mengantarkan kepada
pengakuan akan kebenaran semua praktek keagamaan selama merujuk kepada Rasulullah.
Keragaman cara beribadah merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang
ditemukan dalam riwayat (hadits).
2. Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun(yang salah dalam berijtihad pun mendapatkan
ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang
ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi ganjaran oleh Allah , walaupun hasil ijtihad
yang diamalkannya itu keliru. Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang
benar dan salah bukan manusia, melainkan Allah SWT yang baru akan kita ketahui di hari
akhir. Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan orrang yang mengemukakan ijtihad
maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah orang yang memiliki otoritaskeilmuan
yang disampaikannya setelah melalui ijtihad.
3. Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al mujtahid (Allah belum menetapkan suatu hukum
sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid). Konsep ini dapat kita pahami bahwa
pada persoalan-persoalan yang belum ditetapkan hukumnya secara pasti, baik dalam al-quran
maupun sunnah Rasul, maka Allah belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat
islam,khususnya para mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari
ijtihad yang dilakukan itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun
hasil ijtihad itu berbeda-beda.
Ketiga konsep di atas memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam mentolelir adanya
perbedaan dalam pemahaman maupun pengalaman. Yang mutlak itu hanyalah Allah dan
firman-fiman-Nya,sedangkan interpretasi terhadap firman-firman itu bersifat relatif. Karena
itu sangat dimungkinkan untuk terjadi perbedaan. Perbedaan tidak harus melahirkan
pertentangan dan permusuhan. Di sini konsep Islam tentang Islah diperankan untuk
menyelesaikan pertentangan yang terjadi sehingga tidak menimbulkan permusuhan, dan
apabila telah terjadi, maka islah diperankan untuk menghilangkannya dan menyatukan
kembali orang atau kelompok yang saling bertentangan.
Istilah tersebut kemudian diperkenalkan di Indonesia oleh Anwar Ibrahimyang saat itu
menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri Malaysiapada Festival Istiqlal September 1995.
Dalam ceramahnya, Anwar Ibrahim menjelaskan secara spesifik terkait karakteristik
masyarakat madani dalam kehidupan kontemporer, seperti multietnik, kesalingan, dan
kesedian untuk saling menghargai dan memahami.[11] Inilah yang kemudian mendorong
beberapa kalangan intelektual Muslim Indonesia untuk menelurkan karya-karyanya terkait
wacana masyarakat madani. Sebut saja di antaranya adalah Azyumardi Azra dalam bukunya
"Menuju Masyarakat madani" (1999) dan Lukman Soetrisno dalam bukunya
"Memberdayakan Rakyat dalam Masyarakat Madani" (2000).
Kemudian di dalam ranah pemikiran Islam belakangan ini, substansi, karakteristik, dan
orientasi masyarakat madani yang sesungguhnya seperti kehilangan jejak, Menguat dugaan,
hal ini memang sengaja dilakukan oleh beberapa kalangan untuk mereduksi nilai-nilai Islam
yang ideal. Setidaknya integrasi konsep masyarakat madani terhadap konsep civil society
mengindikasikan kalau diskursus tersebut mengalami pembiasan esensi dan proses
integrasinya pun cenderung kompulsif. Inilah kemudian yang menjadi alas an utama betapa
perlunya menghadirkan kembali dan menarasikan secara utuh, ide-ide dalam masyarakat
madani yang pernah diaktualkan Rasulullah di Madinah dalam pembahasan ini. Sehingga
tidak ada lagi tumpang-tindih konsepsi yang mengaburkan cara pandang dan pemahaman
khalayak terhadap diskursus ini.
Hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana Rasulullahyang baru tiba di
Madinah, berikut sambutan masyarakat Madinah yang begitu antusias dengan kedatangan
Rasullangsung melakukan konsolidasi dengan penduduk setempat. Dalam hal ini,
Rasulullah sebagai seorang pemimpin, melihat secara jelas tiga tipologi masyarakat Madinah
dalam perspektif keyakinan dan aliran kepercayaannya.[14] Pertama, penganut agama Islam
yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Merupakan sesuatu yang baru bagi kaum
muslimin, jika di Mekah, hak-hak dan kebebasan kebebasan kaum muslimin dalam beribadah
dan berinteraksi sosial dipasung sedemikian rupa, berikut ketiadaan basis dan kekuatan untuk
melakukan konsolidasi dan proses islamisasi. Maka keadaan di Madinah berbalik 180 dari
keadaan di Mekah, kini mereka memiliki basis dan kekuatan yang mumpunidi samping
melakukan konsolidasi dan proses islamisasiuntuk menggerakkan dan mengelola berbagai
sektor kehidupan bermasyarakat dan bernegara; seperti sektor ekonomi, politik,
pemerintahan, pertahanan, dan lain-lain.
Kedua, penganut agama Yahudi, yang terdiri dari tiga kabilah besar, yaitu Bani Qaynuqa,
Bani Nadhir, dan Bani Qurayzha. Ketiga kabilah inilah yang dulu menghegemoni konstelasi
politik dan perekonomian di Madinah, hal tersebut disebabkan karena keahlian dan
produktivitas mereka dalam bercocok tanam dan memandai besi.[15] Sementara kabilah-
kabilah Arab yang lain masih hidup dalam keadaan nomadik, atau karena keterbelakangan
mereka dalam hal tersebut. Adapun imbasnya adalah pengaruh mereka yang begitu besar
dalam memainkan peranannya yang cenderung destruktif dan provokatif terhadap kabilah-
kabilah selain mereka. Hal tersebut berlangsung dalam tempo yang sangat lama, hingga
akhirnya Rasulullah tiba di Madinah dan secara perlahan mereduksi pengaruh kaum Yahudi
yang oportunistis tersebut dengan prinsip-prinsip agung Islam yang konstruktif dan solutif.
Ketiga, penganut paganisme, dalam hal ini yang dimaksud adalah komunitas masyarakat
Madinah yang masih menyembah berhala seperti halnya penduduk Mekah. Di dalam buku-
buku sejarah, komunitas ini disebut kaum musyrik. Mereka inilah yang masih mendapati
keraguan dalam diri mereka untuk mempercayai dan meyakini kebenaran ajaran yang dibawa
oleh Rasulullah. Namun pada akhirnya komunitas tersebut masuk Islam secara berbondong-
bondong terutama pascaperang Badar.
Setelah membaca dan memahami karakter ketiga golongan tersebut, barulah Rasulullah
melakukan konsepsiyang tidak lain merupakan wahyuyang dilanjutkan dengan
aktualisasi konkret terhadap konsep tersebut. Jika orientasi dakwah Rasulullah di Mekah
adalah memperkokoh akar keimanan para pengikutnya, maka orientasi Rasulullah di
Madinah adalah membangun tatanan keislaman yang meliputi penyampaian dan penegakan
syariat Tuhan secara utuh, dan tatanan kemasyarakatan yang meliputi pembangungan
masyarakat yang memegang teguh prinsip-prinsip agung Islam, berikut nilai dan norma yang
ada pada al-Quran dan petunjuk Nabi. Sementara terkait dengan penganut kepercayaan lain,
seperti kaum Yahudi dan kaum Musyrikin, Nabi membuat sebuah piagam kebersamaan untuk
memperkokoh stabilitas sosial-politik antarwarga Madinah. Piagam inilah yang kemudian
disebut sebagai Piagam Madinah.
Ketujuh karakteristik inilah yang kemudian menjadi paradigma integral setiap Muslim dari
masa ke masa. Dari ketujuh karakteristik tersebut, ada dua karakteristik fundamental yang
menjadi tolak ukur pembangunan masyarakat madani, yaitu humanisme (al-insniyyah) dan
kemoderatan (al-wasathiyyah). lima karakteristik yang lainkecuali al-rabbniyyah
setidaknya bisa diintegrasikan ke dalam kategori toleran (al-samhah). Karena al-
rabbniyah, menurut al-Qaradhawi, merupakan tujuan dan muara dari masyarakat madani itu
sendiri.[16] Pengintegrasian karakteristik-karakteristik tersebut tidak lain merupakan upaya
untuk menyederhanakan konsep masyarakat madani yang dibahas dalam makalah ini, sebab
Islam sendirimenurut Umar Abdul Aziz Quraysymerupakan agama yang sangat toleran,
baik di dalam masalah akidah, ibadah, muamalah, maupun akhlaknya.[17]
Karena itu, dalam aktualisasinya, ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah dengan
mudah diterima oleh nurani dan nalar manusia. Dengan kata lain, ajaran Islam sejatinya
adalah ajaran yang memanusiakan manusia dengan sebenar-benarnya.
Jika kaum kapitalis lebih menjadikan manusia sebagai sosok egois dan pragmatis, sehingga
cenderung mendiskreditkan aspek-aspek sosial dengan mengatasnamakan kebebasan
personal; kaum sosialis melakukan sebaliknya, yaitu cenderung mengebiri hak-hak personal
dengan mengatasnamakan kepentingan sosial. Di sinilah Islam dengan karateristiknya yang
spesial, memiliki cara tersendiri dalam upaya untuk mengatur tatanan kehidupan
manusia.[20] Islam berhasil mengatur hak-hak personal dan hak-hak sosial secara seimbang,
sehingga melahirkan nilai-nilai persaudaraan, kesetaraan, dan kebebasan universal.[21]
Hal lain yang perlu ditekankan pada poin ini adalah bagaimana Islam menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan naluri dan tabiat manusia itu sendiri. Secara naluriah,
setiap manusia memiliki keinginan untuk hidup aman, damai, dan sejahtera dalam konteks
personal maupun komunal. Manusia juga telah diberikan berbagai kelebihan yang tidak
dimiliki oleh makhluk-makhluk Allah lainnya.[22] Dengan keistimewaan-keistimewaan
tersebut, manusia dianggap sebagai makhluk yang paling sempurna. Kesepurnaan itu akan
berimplikasi pada kesempurnaan tatanan hidup bermasyarakat jika manusia mengikuti
instruksi-instruksi Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat al-Isr ayat 23-34.[23]
Dalam catatan sejarahnya, karakteristik ini teraplikasikan secara sempurna pada diri
Rasulullah. Sesuai Hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah pernah mengatakan
dalam penggalan doanya, "Ya Allah, perbaikilah agamaku sebab ia adalah penjaga urusanku.
Perbaikilah pula duniaku karena di sinilah tempat hidupku. Dan perbaikilah pula akhiratku
kerena di sanalah tempat kembaliku."[26]
Jadi, kemoderatan merupakan salah satu karakteristik fundamental Islam sebagai agama
paripurna. Kemoderatan inilah yang sesungguhnya sangat kompatibel dengan naluri dan
fitrah kemanusiaan. Kemoderatan ini juga yang membuat Islam dengan mudah diterima akal
sehat dan nalar manusia. Diakui atau tidak, nilai-nilai kemoderatan inilah yang menjadi
lambang supremasi universalitas ajaran Islam sebagai agama penutup, yang mengabolisikan
ajaran Yahudi yang memiliki tendensi ekstremis dengan membunuh para Nabi dan Rasul
yang Allah utus kepada mereka,[27] sedangkan ajaran Nasrani memiliki tendensi eksesif
dengan menuhankan Nabi Isa al-Masih dan lain-lain.[28]
Dalam hal ini Sayyid Quthb dalam bukunya al-Salm al-lamy wa al-Islmy mengamini
bahwa keseimbangan sosial (al-tawzun al-ijtimiy) merupakan fondasi utama guna
mewujudkan keadilan sosial (al-adlah al-ijtimiyah) di tengah-tengah masyarakat. Nilai
keseimbangan sosial ini dalam tahapannya menjadi tolak ukur untuk mewujudkan
ketenteraman dan kedamaian di dalam kehidupan bermasyarakat dalam konteks
pembangunan masyarakat madani.[30]
3. Islam yang Toleran
Kata toleran merupakan terjemahan dari al-samhah atau al-tasmuh yang merupakan
sinonim dari kata al-tashul atau al-luynah yang berarti keloggaran, kemudahan,
fleksibelitas, dan toleransi itu sendiri.[31] Kata 'toleran' di dalam ajaran Islam memiliki dua
pengertian, yaitu yang berkaitan dengan panganut agama Islam sendiri (Muslim), dan
berkaitan dengan penganut agama lain (Nonmuslim).
Jika dikaitkan dengan kaum Muslimin, maka toleran yang dimaksud adalah kelonggaran,
kemudahan, dan fleksibelitas ajaran Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Sebab pada
hakikatnya, ajaran Islam telah dijadikan mudah dan fleksibel untuk dipahami maupun
diaktualkan. Sehingga Islam sebagai rahmatan li al-lamn benar-benar dimanifestasikan di
dalam konteks masyarakat Madinah pada masa Rasulullah.
Untuk itu, sebagai konsekuensi logis dari Islam sebagai rahmatan li al-lamn yang shlih li
kulli zamn wa makn, maka substansi ajaran Islam harus benar-benar mudah dipahami dan
fleksibel untuk diaplikasikan. Sehingga di dalam perjalanannya, banyak didapati teks-teks al-
Quran dan Hadis yang menyinggung masalah tersebut. Allah berfirman, "Allah tidak
membebani seseorang hamba, melainkan pembebanan tersebut sesuai dengan
kesanggupannya."[32] Demikian juga teks al-Qur'an yang mengatakan, "Allah hanya
menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran sedikit pun."[33]
Maka tatkala ajaran Islam memiliki konsekuensi untuk kompatibel dengan fitrah dan kondisi
manusia, Allah pun mengetahui sifat lemah pada diri manusia sehingga Ia mengatakan,
"Allah hanya menghendaki keringanan untuk kalian, dan manusia telah diciptakan dalam
keadaan lemah."[34]
Adapun teks-teks dari Hadis mengenai keringanan dan kemudahan tersebut dapat dilihat
tatkala Nabi hendak mengutus Muadz dan Abu Musa ke negeri Yaman, dalam hal ini Nabi
berpesan, "Permudahlah, jangan mempersulit."[35] Masih dalam konteks yang sama, Nabi
bahkan mengafirmasi bahwa ajaran agama Islam memang penuh dengan kemudahan dan
fleksibelitas.[36] Di samping itu, Aisyah pernah bercerita tentang tabiat sang Nabi yang
senang dengan kemudahan dan fleksibelitas, ia mengatakan, "Tidak pernah Nabi diberi
pilihan kecuali ia memilih yang paling mudah di antaranya, asalkan tidak ada larangan untuk
hal tersebut."[37]
Inilah bentuk kemudahan dan fleksibelitas ajaran Islam, dan tentu masih banyak teks-teks al-
Quran dan Hadis yang menjadi bukti eternal betapa ajaran Islam sangat mencintai
kemudahan, kasih sayang, dan kedamaian bagi para pemeluknya, maupun terhadap mereka
yang berbeda agama, sebagai upaya mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang
memegang teguh nilai-nilai dan norma keislaman. Sehingga ajaran Islam yang mengarahkan
kepada kekerasan dan sikap kompulsif tidak akan didapati sedikit pun, kecuali pada dua hal;
pertama, ketika berhadapan dengan musuh di dalam peperangan, bahkan Allah
memerintahkan untuk bersikap keras, berani, dan pantang mundur.[38] Hal tersebut
diperintahkan sebagai bentuk konsekuensi dari keadaan yang tidak memungkinkan untuk
bersikap lunak dan lemah lembut, agar totalitas berperang benar-benar tejaga, untuk meraup
kemenangan yang gemilang. Kedua, sikap kompulsif dalam menegakkan dan mengaktualkan
hukuman syariat tatkala dilanggar. Dalam hal ini Allah tidak menghendaki adanya rasa iba
hati dan belas kasih, sehingga hukuman tersebut urung diaktualkan.[39] Sikap kompulsif ini
tiada lain merupakan upaya untuk menghindari penyebab terganggunya konstelasi kehidupan
bermasyarakat yang bermartabat dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma kemanusiaan.
Pada tataran aplikasi realnya, jika kita cermati hukum-hukum Islam seperti salat, zakat,
puasa, haji, dan lain-lain, kita akan mendapati kemudahan dan fleksibelitas di sana. Kita juga
akan mendapati berbagai indikasi augmentatif yangsecara tidak langsungmengukuhkan
eksistensi setiap anggota masyarakat sebagai khalifah di muka bumi, baik aspek personal
maupun sosial, seperti peningkatan mutu kepribadian seseorang, baik yang berbentuk konkret
maupun abstrak; atau perintah untuk membangkitkan kepekaan sosial yang dibangun atas
dasar persaudaraan, egalitarianisme, dan solidaritas.[40] Karena itu, dalam perjalanan
sejarahnya syariat Islam tidak pernah menghambat laju peradaban. Islam justru selalu
mendorong umat manusia untuk melakukan inovasi demi kemaslahatan manusia banyak.[41]
Islamlah yang senantiasa menyeru umat manusia untuk tekun menuntut ilmu dan melakukan
berbagai kegiatan ilmiah guna menunjang eksistensi mereka di dunia ini.[42]
Sedangkan jika kata toleran dikatikan dengan Nonmuslim, maka yang dimaksud adalah nilai-
nilai toleransi yang dipahami oleh khalayak pada umumnya. Dalam hal ini, ajaran Islam
sangat menghargai perbedaan keyakinan. Mereka yang berbeda keyakinan akan mendapatkan
hak-hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Dengan kata lain, Islam benar-
benar menjamin keselamatan dan keamanan jiwa raga mereka, selama mereka mematuhi
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama. Darah mereka haram ditumpahkan
sebagaimana darah kaum Muslimin. Allah berfirman, "Janganlah kalian membunuh jiwa
yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan ketentuan yang sesuai."[43] Rasulullah juga
bersabda, "Barang siapa yang membunuh dzimmi (Nonmuslim yang hidup di daerah kaum
Muslimin dengan ketentuan yang telah disepakati) tanpa alasan yang jelas, maka Allah
mengharamkan baginya masuk surga."[44]
Umar Abdul Aziz Quraisyi menjelaskan bahwa sikap toleran Islam terhadap penganut agama
lain dibangun atas empat dasar: pertama, dasar nilai-nilai keluruhan sebagai sesama manusia,
meskipun dari beragam agama, etnis, dan kebudayaan[45]; kedua, dasar pemikiran bahwa
perbedaan agama merupakan kehendak Allah semata;[46] ketiga, dasar pemikiran bahwa
kaum Muslim tidak berhak sedikit pun untuk menjustifikasi kecelakaan mereka yang
berlainan keyakinan selama di dunia, karena hal itu merupakan hak prerogatif Allah di
akhirat kelak; sedangkan keempat adalah pemikiran bahwa Allah memerintahkan manusia
untuk berbuat adil dan berakhlak mulia, meskipun terhadap mereka yang berlainan
agama.[47]
SIMPULAN
Dengan demikian, ketiga karakteristik Islam yang diaktualkan oleh Rasulullah pada
masyarakat Madinah benar-benar menjadi manifestasi Islam sebagai rahmatan li al-lamn.
Dari ketiga karakteristik inilah prinsip-prinsip agung Islam diturunkan, dan dijadikan sebagai
dasar konstitusi untuk membangun masyarakat madani dalam perspektif Islam. Pada
akhirnya, masing-masing karakteristik tersebut memiliki keistimewaan dan peran tersendiri
dalam upaya untuk membangun tatanan masyarakat madani. Jika karakter yang pertama dan
kedua berfungsi untuk menyolidkan barisan intern kaum Muslimin, maka karakteristik yang
ketiga, selain mengukuhkan, juga berfungsi untuk merangkul segenap pemeluk agama lain
untuk sama-sama membangun tatanan masyakarat yang menjunjung nilai-nilai peradaban dan
kemajuan, dengan orientasi kulminatik yaitu orientasi rabbani. Sehingga titik akhir dari
diskursus ini adalah bahwasanya karakteristik masyarakat Madinah yang paling fundamental
adalah masyarakat yang memegang teguh prinsip agung Islam.
Selanjutnya apa yang yang telah dipaparkan dalam diskursus ini hanyalah secuil dari apa
yang semestinya harus dinarasikan guna mengungkap hakikat Islam yang telah lama luput
atau memang sengaja dibiaskan agar jejaknya hilang dimakan zaman. Berbagai cara
dilakukan untuk mengaburkan konsep Tuhan yang Maha Sempurna untuk mengatur tatanan
umat manusia, dengan memutarbalikkan konsepsi Tuhan dengan konsep buatan manusia
yang dicetuskan di Barat maupun yang lain. Bahkan tidak hanya itu, berbagai tuduhan dan
pelecehan dilemparkan kepada konsepsi Tuhan (dalam konteks akidah, syariat, dan
muamalahnya) sebagai upaya untuk meredupkan riak-riaknya di berbagai belahan bumi.
Apalagi khalayak semakin dipersulit untuk mendapatkan penjelasan yang sebenarnya
mengenai konsep Tuhan tersebut, dengan berpangkunya khalayak pada cendekiawan-
cendekiawan muslim imitatif dan hegemoni media-media massa yangdi dalam
pemberitaannyamemiliki tendensi untuk mereduksi nilai-nilai dan norma kehidupan.
Menurut an-Nabhani, ekonomi merupakan kegiatan mengatur urusan harta kekayaan, baik
menyangkut kegiatan untuk memperbanyak jumlah kekayaan serta menjaga pengadaannya
yang dibahas dalam ilmu ekonomi, maupun kegiatan yang mengatur mekanisme distribusi
kekayaan yang dibahas dalam sistem ekonomi.
Berdasarkan hal ini maka pembahasan tentang ekonomi harus dipisahkan menjadi
pembahasan tentang ilmu ekonomi dengan sistem ekonomi.Ilmu ekonomi adalah ilmu yang
membahas tentang produksi dan kualitasnya serta bagaimana menentukan dan memperbaiki
sarana-sarananya.
Ilmu ekonomi bersifat universal karena merupakan sains murni yang tidak dipengaruhi oleh
pandangan hidup tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem ekonomi membahas
bagaimana distribusi kekayaan dan kepemilikan, serta transaksi yang berkaitan dengan
kekayaan tersebut. Sistem ekonomi bersifat khas dan dipengaruhi oleh pandangan hidup
tertentu.
Dalam ruang lingkup sistem ekonomi inilah Islam menetapkan adanya syariat. Dengan
demikian, dalam konsepsi ekonomi Islam hanya berbicara tentang masalah bagaimana cara
memperoleh kekayaan, mengelola kekayaan, dan bagaimana mendistribusikan kekayaan
tersebut di tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan hal ini hukum-hukum yang berkaitan
dengan ekonomi dibangun berdasarkan pada tiga kaidah, yaitu kepemilikan, pengelolaan
kepemilikan, dan distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat. Selanjutnya ketiga kaidah
ini disebut kaidah perekonomian.
Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi konvensional, yang
mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen provitnya. Berbeda dengan apa yang
ditawarkan sistem ekonomi syariah, dengan instrumen provitnya, yaitu sistem bagi hasil.
Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis maupun komunis.
Ekonomi syariah bukan pula berada di tengah-tengah ketiga sistem ekonomi itu. Sangat
bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan
hampir semua tanggungjawab kepada warganya serta komunis yang ekstrem, ekonomi Islam
menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di
transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Quran, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar
saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Quran dan Sunnah banyak sekali membahas
tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan
pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi. Sebagaimana diungkapkan
dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat
sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik,
karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaan-Nya di bumi. Di dalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat
mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti kelebihan. Dalam Al Quran
surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba
tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
Gagasan dasar sistem keuangan Islam secara sederhana didasarkan pada adanya bagi hasil
(profit and loss sharing). Menurut hukum perniagaan Islam, kemitraan dan semua bentuk
organisasi bisnis didirikan dengan tujuan pembagian keuntungan melalui partisipasi
bersama. Mudharabah dan musyarakah adalah dua model bagi hasil yang lebih disukai
dalam hukum Islam.
Mudharabah (Investasi)
Mudharabah dipahami sebagai kontrak antara paling sedikit dua pihak, yaitu pemilik modal
(shahib al mal atau rabb al mal) yang mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain,
dalam hal ini pengusaha (mudharib) untuk menjalankan suatu aktivitas atau usaha.
Dalam mudharabah, pemilik modal tidak mendapat peran dalam manajemen. Jadi
mudharabah adalah kontrak bagi hasil yang akan memberi pemodal suatu bagian tertentu dari
keuntungan/kerugian proyek yang mereka biayai.
Musyarakah (Kemitraan)
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Politik adalah 'ilmu pemerintahan' atau 'ilmu siyasah', iaitu 'ilmu tata negara'Pengertian
dan konsep politik atau siasah dalam Islam sangat berbeza dengan pengertian dan konsep
yang digunakan oleh orangorang yang bukan Islam.Politik dalam Islam menjuruskan
kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui
sistem kenegaraan dan pemerintahan.la bertujuan untuk menyimpulkan segala sudut Islam
yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahksiyyah untuk menerajui dan
melaksanakan undang undang.Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang
mafhumnya: "Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan
keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu
kekuasaan yang menolong." (AI Isra': 80)
Di atas landasan inilah para 'ulama' menyatakan bahawa: "Allah menghapuskan sesuatu
perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan Nya meIaiui al Qur'an"
Asas asas Sistem Politik Islam Asas asas sistem politik Islam ialah: Hakimiyyah
Ilahiyyah Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi
dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.Tidak mungkin ianya menjadi milik
sesiapa pun selain Allah dan tidak ada sesiapa pun yang memiliki suatu bahagian
daripadanya.Fir man Allah yang mafhumnya: "Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam
kekuasaan Nya." (Al Furqan: 2)"Bagi Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya
segata penentuan (hokum) dan kepada Nya kamu dikembalikan." (A1 Qasas:
70)"Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah." (A1 An'am: 57) Hakimiyyah Ilahiyyah
membawa pengertian pengertian yang berikut:Bahawasanya Allah adalah Pemelihara
alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi Pemelihara manusia, dan
tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat Ilahiyyah Nya Yang
Maha Esa -Bahawasanya hak untuk menghakimi dan mengadili tidak dimiliki oleh sesiapa
kecuali Allah. Oleh kerana itu, manusia wajib ta'at kepada Nya dan ber'ibadat kepada
Nya -Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan hukum sebab
Dialah satu satu Nya Pencipta -Bahawasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak
mengeluarkan peraturan peraturan, sebab Dialah satu satu Nya Pemilik -Bahawasanya
hukum Allah adalah sesuatu yang benar sebab hanya Dia sahaja Yang Mengetahui hakikat
segala sesuatu, dan di tangan Nyalah sahaja penentuan hidayah dan penentuan jalan yang
selamat dan lurus.Hakimiyyah Ilahiyyah membawa erti bahawa teras utama kepada sistem
politik Islam ialah tauhid kepada Allah di segi rububiyyah dan uluhiyyah Nya. Risalah Jalan
kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunan al huda atau jalan jalan hidayah.Jalan
kehidupan mereka berlandaskan kepada segala wahyu yang diturunkan daripada Allah untuk
diri mereka dan juga untuk umat umat mereka.Para rasul sendiri yang menyampaikan hukum
hukum Allah dan syari'at syari'at Nya kepada manusia.Risalah bererti bahawa kerasulan
beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad
s.a.w adalah satu asas yang penting dalam sistem politik Islam.Melalui landasan risalah inilah
maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah di dalam bidang perundangan dalam
kehidupan manusia.Para rasul menyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu
Allah dengan ucapan dan perbuatan mereka.Dalam sistem politik Islam, Allah telah
memerintahkan agar manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah
s.a.w.Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah perintah Rasulullah s.a.w dan tidak
mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan
yang terjadi di antara mereka.Firman Allah yang mafhumnya: "Apa yang diperintahkan
Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi kamu, maka
tinggatkanlah." (Al Hasyr: 7)"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk
dita'ati dengan seizin Allah." (An Nisa': 64)
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka bergelimang daiam
kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan
jahannam itu adalah seburuk buruk tempat kembali." (An Nisa: 115)"Maka demi Tuhanmu,
mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya." (An Nisa': 65)Khalifah Khalifah bererti perwakilan. Dengan pengertian ini, ia
bermaksud bahawa kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai wakil Allah.Ini juga
bermaksud bahawa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah, maka
manusia dikehendaki melaksanakan undang undang Allah dalam batas batas yang
ditetapkan.Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia
hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenarnya.Firman Allah
yang mafhumnya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya
Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi... " (Al Baqarah: 30)"Kemudian Kami
jadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi sesudah mereka supaya Kami memperhatikan
bagaimana kamu berbuat." (Yunus: 14)Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah
selama mana ia benar benar mengikuti hukum hukum Allah.Oleh itu khilafah sebagai asas
ketiga dalam sistem politik Islam menuntut agar tugas tersebut dipegang oleh orang
orang yang memenuhi syarat syarat berikut: -Mereka mestilah terdiri daripada orang
orang yang benar benar menerima dan mendukung prinsip prinsip tanggungjawab yang
terangkum di dalam pengertian khilafah -Mereka tidak terdiri daripada orang orang zalim,
fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta bertindak melanggar batas batas yang ditetapkan
oleh Nya -Mereka mestilah terdiri daripada orang orang yang ber'ilmu, berakal sihat,
memiliki kecerdasan, kea'rifan serta kemampuan intelek dan fizikal -Mereka mestilah
terdiri daripada orang orang yang amanah sehingga dapat dipikulkan tanggungjawab
kepada mereka dengan aman dan tanpa keraguanPrinsip prinsip Utama Sistem Politik
Islam Prinsip prinsip sistem politik Islam terdiri daripada beberapa perkara di antaranya:
Musyawarah - Prinsip pertama dalam sistem politik Islam ialah musyawarah. -Asas
musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua negara dan
orang orang yang akan menjawat tugas tugas utama dalam pentadbiran ummah.<p> </p>-
Asas musyawarah yang kedua pula adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan cara
perlaksanaan undangundang yang telah dimaktubkan di dalam al gur'an dan al
Sunnah.<p> </p>-Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan jalan
menentukan perkara perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui proses
ijtihad.Ke'adilan Prinsip kedua dalam sistem politik Islam ialah keadilan. Ini adalah
menyangkut dengan ke'adilan sosial yang dijamin oleh sistem sosial dan sistem ekonomi
Islam.Ke'adilan di dalam bidang bidang sosioekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa
wujudnya kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya.
Di dalam perlaksanaannya yang luas, prinsip ke'adilan yang terkandung dalam sistem politik
Islam meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku di dalam kehidupan
manusia, termasuk ke'adilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang
bersengketa di hadapan pihak pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antaxa ibu
bapa dan anak anaknya. Oleh sebab kewajiban berlaku 'adil dan menjauhi perbuatan zalim
adalah merupakan di antara asas utama dalam sistem sosial Islam, maka menjadi peranan
utama sistem politik Islam untuk memelihara asas tersebut.Pemeliharaan terhadap ke'adilan
merupakan prinsip nilai nilai sosial yang utama kerana dengannya dapat dikukuhkan
kehidupan manusia dalam segala aspeknya.Kebebasan Prinsip ketiga dalam sistem politik
Islam ialah kebebasan. Kebebasan yang dipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan
yang berteraskan kepada ma'ruf dan kebajikan.Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenar
adalah di antara tujuan tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta
asas asas bagi undang undang perlembagaan negara Islam.Persamaan Prinsip keempat
dalam sistem politik Islam ialah persamaan atau musawah.Persamaan di sini terdiri daripada
persamaan dalam mendapat dan menuntut hak hak, persamaan dalam memikul
tanggungjawab menurut peringkat peringkat yang ditetapkan oleh undang undang
perlembagaan dan persamaan berada di bawah taklukan kekuasaan undang undang. Hak
Menghisab Pihak Pemerintah Prinsip kelima dalam sistem politik Islam ialah hak rakyat
untuk menghisab pihak pemeriritah dan hak mendapat penjelasan terhadap tindak
tanduknya.Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan
musyawarah dalam hal hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran negara dan
ummah.Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota di dalam
masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran.Hak ini dalam
pengertian yang luas juga bererti hak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan
keputusankeputusan pihak pemerintah.Prinsip ini berdasarkan kepada firman Allah yang
mafhumnya: "Dan apabila ia berpaling (daripada kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerosakan padanya, dan merosak tanaman tanaman dan binatang ternak, dan
Allah tidak menyukai kebinasaan." (Al-Baqarah: 205)
"..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu mengikut
hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang
orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab yang berat, kerana mereka
melupakan hari perhitungan." (Sad: 26)Tujuan Politik Menurut Islam Tujuan sistem
politik Islam ialah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang
tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syari'at Islam.Tujuan utamanya ialah
untuk menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam.Dengan adanya pemerintahan yang
mendukung syari'ah, maka akan tertegaklah al Din dan berterusanlah segala urusan manusia
menurut tuntutan tuntutan al Din tersebut. Para fuqaha Islam telah menggariskan sepuluh
perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam. -
Memelihara keimanan menurut prinsip prinsip yang telah disepakati oleh 'ulama' salaf
daripada kalangan umat Islam -Melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan
menyelesaikan masalah di kalangan orang orang yang berselisih -Menjaga keamanan
daerah daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan damai -
Melaksanakan hukuman hukuman yang ditetapkan syara' demi melindungi hak hak
manusia -Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar -Melancarkan jihad terhadap golongan yang
menentang Islam -Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai
mana yang ditetapkan oleh syara' -Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan
daripada perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros ataupun secara
kikir -Mengangkat pegawai pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan
negara dan menguruskan hal ehwal pentadbiran negara -Menjalankan pengaulan dan
pemeriksaan yang rapi di dalam hal ehwal amam demi untuk memimpin negara dan
melindungi al Din.
Fakta umat Islam di masa sekarang berada pada salah satu masa terburuknya sejak cahaya
Islam muncul di Makkah dan benderang di Madinah. Keadaan umat Islam sekarang lebih
buruk daripada masa-masa suram ketika bangsa Mongol menghancurkan Baghdad,
membunuh khalifah dan menjadikan jalanan Baghdad basah oleh darah umat Islam. Masa itu
memang merupakan masa yang sangat suram bagi umat Islam, namun kondisi umat Islam
sekarang lebih buruk dari masa tersebut.kondisi umat islam saat ini memburuk, bisa dilihat
dari berbagai bidang manapun.
umat Islam telah berhasil dikelabuhi oleh berbagai gerakan westernisasi yang berakibat
adanya trend di kalangan umat Islam untuk meniru Barat dan merasa asing serta phobi pada
Islam sendiri. Kini pemikiran islam banyak yang terkontaminasi oleh skularisme dan
liberalisme. Dari segi sosial budaya umat Islam lebih menyukai meniru Barat dalam banyak
hal seperti model berpakaian, cara bergaulan, bahasa dan simbol-simbol budaya lainnya.
Kemudian ini juga berlanjut dengan menganggap baik segala apa yang berasal dari Barat dan
sebaliknya menganggap yang dari Islam itu jelek dan ketinggalan jaman, bahkan sampai pada
taraf anti yang berbau arab karena diidentikkan dengan islam.
umat Islam jelas ketinggalan meskipun secara personal banyak umat Islam yang canggih
keilmuannya, namun sayang kurang mendapatkan tempat di negara-negara Islam atau
memang loyaslitasnya kepada agama dan bangsanya kurang.
Umat islam Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk maju kedepannya.selain karena
jumlah umat yang besar, umat islam di Indonesia relative tidak terlalu mengalami
pergolakan-pergolakan yang saat ini tengah melanda Timur Tengah. Selain itu, SDA yang di
miliki sangat banyak dan seharusnya umat bisa menguasai itu di bandingkan orang-orang
barat yang notabene nya adalah orang asing. Umat islam sejauh ini sudah memiliki peranan
yang besar dalam kehidupan bernegara di Indonesia, namun masih kurang mampu untuk
menselaraskan dengan kehidupan beragama.karena itu, peningkatan moralitas umat islam
Indonesia harus digencarkan kembali melalui pembaharuan-pembaharuan yang sifatnya tidak
bertentangan dengan dasar-dasar islam dan di lain pihak juga dapat membentuk karakter
bangsa Indonesia yang adalah muslim .
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang
mengamalkan kebaikan bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka
dan Dia benar-benar akan merubah keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang masih kafir setelah janji itu maka mereka itulah
orang-orang yang fasik (An-Nur : 55 )
MEMBANGUN KELUARGA ISLAMI
Nikah merupakan sunnah Rasul yang sangat sakral, karenanya nikah juga merupakan
ikatan yang sangat kuat. Oleh karena itu, pernikahan dan walimatul 'arusy harus dilaksanakan
yang sesuai dengan ajaran Islam. Sesudah pernikahan berlangsung, kehidupan berumah
tanggapun harus dijalani dengan sebaik-baiknya meskipun tantangan dan godaan menjalani
kehidupan rumah tangga yang Islami sangat banyak.Untuk menjalani kehidupan rumah
tangga yang Islam, ada beberapa hal yang harus mendapat perhatian suami dan isteri.
"Orang yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik dengan keluarganya dan
aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku". (HR. Thabrani)
3. Saling Menutupi Kekurangan
Suami dan istri tentu saja memiliki banyak kekurangan, tidak hanya kekurangan dari segi
fisik, tetapi juga dai sifat-sifat. Oleh karena itu, suami istri yang baik tentu saja menutupi
kekurangan-kekurangan itu yang berarti tidak suka diceritakan kepada orang lain, termasuk
kepada orang tuanya sendiri.
Disusun oleh :
Nur wahyu Irawadi /13-2012-009
BANDUNG
2016