Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU BEDAH

ISLAM
INDONESIA
STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
FAKULTAS
Untuk Dokter Muda
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda Muhammad Novryanto Tanda Tangan
NIM / NIPK 10711153
Tanggal Ujian
RSUD Dr.R Goeteng Taroenadibrata
Rumah sakit
Purbalingga
Gelombang Periode

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 42 tahun
Alamat : Kembaran Wetan
Agama : Islam
Mondok di bangsal : Menur
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 8 Juni 2016
Nomor RM : 354XXX

II. ANAMNESIS
Diberikan oleh : Pasien
Keluhan Utama : Benjolan pada lipat paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Paseien datang dengan keluhan benjolan pada lipat paha kanan sejak 1 minggu yang
lalu. Benjolan awalnya muncul dan dapat masuk kembali, awalnya tidak dirasakan nyeri
dan nyeri tekan, namun sekarang terasa nyeri walaupun tidak ditekan. Benjolan muncul
pada saat aktivitas berat, mengejan dan batuk, sedangkan benjolan akan menghilang ketika
posisi berbaring dan istirahat. Pasien tidak mengeluhkan ada gangguan pada saat buang air
kecil maupun buang air besar, pasien tidak mengeluhkan demam, atau muntah. Namun
pasien mengeluhkan mual. Pasien belum berobat ke dokter sebelumnya
Riwayat Penyakit Dahulu :

1
6 tahun lalu pasien pernah mengalami hal serupa dan menjalani operasi untuk
menangani penyakitnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluhan serupa (-)

Kebiasaan & Lingkungan :


Pasien sering membawa atau memikul barang berat akibat tuntutan pekerjaan

Anamnesis Sistem :
Sistem Saraf : pusing (-), kejang (-), demam (-)
Sistem Respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-)
Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
Sistem Digestive : Mual (+), muntah (-), diare (-), nyeri epigastrium (+),
Sistem Urogenital : BAK (+) N, warna kuning (+)
Sistem Integumentum : kulit pucat (-) gatal (-)
Sistem Musculoskeletal : benjolan (+), nyeri (-), panas (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


Status generalis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
A. Tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu aksila : 36,5 0C
B. Pemeriksan Fisik Umum :
a. Kepala-leher :
Kepala : normochepali, deformitas (-).
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-), massa (-).
b. Thorax-Cardiovascular :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-), sela iga dalam batas
normal.

2
Palpasi : gerakan dinding dada simetris, iktus kodis (+)
Perkusi : paru : sonor ; jantung : pekak.
Auskultasi : Cor : S1S2 regular, tunggal, murmur (-).
Pulmo : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-.
c. Abdomen-Pelvic-Inguinal :
Inspeksi : Distensi (-), Massa (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) N.
Palpasi : Nyeri Tekan (+)
Perkusi : Timpani pada semua kuadran
Pelvic : Terlihat bekas operasi (+), tidak teraba massa, nyeri tekan
suprapubik (-).
Inguinal : Tampak kelainan pada sisi kanan, benjolan (+), pembesaran
KGB (-), nyeri tekan (-).
d. Ekstremitas atas-axilla :
Deformitas -/-, edema -/-, akral hangat, pembesaran KGB (-).
e. Ekstremitas bawah :
Deformitas -/-, edema -/-, akral hangat.
C. Pemeriksan Fisik lokal (Status lokalis) :
Regio Suprapubik
a) Inspeksi : Tidak tampak massa
b) Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Regio Genitalia Eksterna
a) Inspeksi : Tidak tampak massa, tidak tampak pembesaran scrotum.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Region iguinal (pemeriksaan khusus hernia)
a) Inspeksi : tampak benjolan (+)
b) Palpasi : Finger test (teraba benjolan di ujung jari), Thumb test (tidak teraba
benjolan), Ziemen test (teraba benjolan di jari ke 2)
c) Auskultasi : terdengar bising usus/peristaltik (+)

IV. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Laboratorium darah Rutin

3
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
HB 11,9 g/dl 11,7-15,5
LEUKOSIT 10,6 103/ul 3,6-11
HEMATOKRIT 36 % 35-47
ERITROSIT 4,9 106/ul 3.8-5,2
TROMBOSIT 674 103/ul 150-440
MCV 73 fL 80-100
MCH 24 Pg 26-34
MCHC 33 g/dL 32-36

DIFF COUNT
EOSINOFIL 3 % 1-3
BASOFIL 0 % 0-1
NETROFIL SEGMEN 71 % 50-70
LIMFOSIT 20 % 25-40
MONOSIT 5 % 2-8

CLOTHING TIME 4.15 menit 35


(CT) 3.30 menit 25
BENDING TIME (BT)

KIMIA KLINIK 176,9 mg/dL 100-150


GDS 38,7 mg/ dL 10-50
UREUM 1,09 mg/ dL 0,6-1,1
CREATININ

V. DIAGNOSIS :
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

4
Diagnosis Banding :
Hernia Inguinalis medialis Dextra
Hernia femoralis dextra
Limfadenopati

VI. Tindakan/ Terapi


Medikamentosa :
Inj. Ceftriakson 2 x 1 amp
Inj. Asam traneksamat 2 x 1
Inj. Ketorolac 2 x 1 amp

Non-medikamentosa :
Dipasang kateter

Tindakan Operasi :
Hernioktomi & hernioplasti

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad Bonam
Quo ad fungsionam : Ad Bonam

DASAR TEORI
HERNIA ABDOMINALIS

5
I. DEFINISI
Menurut Sjamsuhidajat & de Jong (2011), hernia merupakan penonjolan isi
rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia
terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Menurut Dorland (2002), hernia merupakan penonjolan bagian organ atau
jaringan melalui lobang abnormal. Isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo-apneurotik dinding perut.

II. ANATOMI
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada laki-laki maupun perempuan. Canalis
inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas ligamentum inguinale. Dinding canalis
inguinalis di bentuk oleh muskulus obliqus externus abdominis dan di bentuk oleh facsia
abdominalis (Snell, 2006).
Canalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-
4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan
eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum
uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus
pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus genitofemoralis, ductus
deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis (Snell, 2006).
Kanalis inguinalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar.
Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan
aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils adalah bagian paling
penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah (Suprohaita, dkk., 2000).
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum
inguinal menjadi batas inferior. Tepi muskulus rectus abdominis menjadi batas medial
trigonum Hasselbach. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct
hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect
(Sjamsuhidajat & de Jong, 2011).

6
Gambar 1. Canalis inguinalis

Gambar 2. Segitiga Hesselbach's

Bagian bagian hernia :


1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.

2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, dan jaringan penyangga usus (omentum).

7
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

Gambar 3. Bagian-bagian Hernia

III. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia antara lain :
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
4. Hernia yang disebabkan fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara
lain:
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang
sering mengejan, baik saat BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh.
Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit.
Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya
jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat
penyokong pada LMR.

c. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.


d. Penyakit yang melemahkan dinding perut.
e. Merokok

8
f. Diabetes mellitus

IV. Klasifikasi
Menurut Sjamsuhidajat & de Jong (2011), hernia juga dibedakan berdasarkan
lokasinya, antara lain :
Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk
ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia
inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga
lemah. Penyebab pasti hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding,
akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan
tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan
akibat sembelit, dll). Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu :
Hernia inguinalis medialis atau direk adalah penonjolan langsung ke depan
melalui trigonum hasselbach. Hernia ini sering disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraabdomen atau kelemahan otot dinding di
trigonum hasselbach. Hernia direk sering terjadi pada laki-laki usia lanjut.
Hernia ini tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. Hernia
direk berbentuk bulat dan terjadi secara bilateral.
Hernia inguinalis lateralis atau indirek adalah penonjolan dari perut di
lateral pembuluh epigastrika inferior karena keluar melalui anulus dan
kanalis inguinalis yang terletak di lateral pembuluh darah epigastrik
inferior. Hernia indirek ini tampak tonjolan berbentuk lonjong. Pada bayi
dan anak, hernia ini disebabkan oleh kelainan bawaan atau congenital
berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat
proses turunnya testis ke skrotum. Apabila hernia berlanjut, tonjolan bisa
sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis. Hernia indirek dapat
terjadi pada 2 tempat yaitu sebelah kanan berisi sekum dan sebagian kolon
ascenden serta sebelah kiri berisi sebagian kolon descenden.

9
Gambar 4. Hernia inguinalis direk dan indirek
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui
kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha. Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba,
posterior oleh fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika
jaringan fasia dari dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel
atau elevantiasis skrotum

Gambar 5. Macam-macam hernia

10
Menurut Sjamsuhidajat & de Jong (2011), hernia dibedakan menurut sifat dan
keadaannya menjadi :
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri,
aktivitas berat atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring, istirahat atau
didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya, terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera
dilakukan untuk menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

V. PATOFISIOLOGI
1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan
testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis
inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah
ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat

11
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu
jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding
rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan,
obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.
Pria lebih sering dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat
semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi
usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila
terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,
konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema
sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.

VI. GEJALA DAN TANDA KLINIS


a. Gejala Klinis
Tanda pertama hernia adalah adanya benjolan pada lipat paha yang timbul
pada saat mengejan, batuk atau mengangkat beban berat dan akan hilang saat
berbaring atau istirahat. Pada bayi dan anak sering disertai dengan gelisah, sering
menangis dan perut kembung (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011).
Tanda selanjutnya pada hernia adalah nyeri pada perut bawah. Benjolan yang
timbul bisa disertai dengan rasa sakit yang terus menerus. Rasa sakit juga biasanya
muncul yang disertai dengan demam. Jika usus terjepit dalam waktu yang lama akan
menimbulkan mual dan muntah. Pada umumnya hernia direct akan memberikan
gejala yang sedikit dibandingkan hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya
lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi (Sjamsuhidajat & de Jong,
2011).
b. TANDA KLINIS
Tanda Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri
dan berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit
untuk dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara
memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis
inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya
12
pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat
dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk
dan hernia dapat didiagnosa (Way, 2003).
Pada inspeksi Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan
akan terlihat simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan
menghilang pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis
akan terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat
berbaring (Way, 2003).
Pada palpasi Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya
tahanan pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan
terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien
diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa
pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia
ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga
dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya
dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan.
Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat
sebelum dilakukan operasi (Way, 2003).

VII. DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang saat istirahat atau berbaring.
Hernia inguinal
o Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.

13
2. Palpasi
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diartikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka
dapat diartikan sebagai hernia inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti
hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltik didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

14
Cara pemeriksaan fisik sederhana untuk hernia sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Pemeriksaan Ziemen Test :


1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.

15
Pemeriksaan Thumb Test :
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Angka leukosit meningkat, yaitu > 10.000-18.000/mm3
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan
spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk
membedakan hernia incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab
lain dari suatu massa yang teraba di inguinal.
CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia
obturator (Kingsnorth & Bowley, 2011).

16
VIII. Daignosis Banding
Menurut Grace & Borley (2006), diagnosis banding untuk hernia adalah :
- Hidrokel
- Varicocele
- Limfoma
- Retroperitoneal sarcoma
- Tumor testis
- Epididimitis
- Nodus limfatikus
- Kista sebasea
- Hematoma
- Aneurisma artery femoralis
- Psoas abses

IX. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pengobatan non operatif direkomendasikan hanya
pada hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy:
membuka dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding
posterior abdomen kanalis ingunalis.
Herniotomy : Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis
obliqus eksterna dibuka sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia
dipisahkan dari m.creamester secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis
internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya dan kembalikan ke kavum abdomen
kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya melakukan herniotomy
dan tidak memerlukan herniorrhapy (Jones, 2013).

17
Gambar 6. Herniotomy
Herniorrhapy : Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan
atau non-absorbable mesh dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik
operasi dapat bermacam-macam tekhnik bassini dan shouldice paling banyak
digunakan. Teknik operasi liechtenstein dengan menggunakan mesh diatas defek
mempunyai angka rekurensi yang rendah (Michael & Jeremy, 2005).
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.dikenal
berbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil annulus inguinalis internus
dengan jahitan terputus,menutup dan memperkuat fascia transversa, dan
menjahitkan pertemuan muskulus transversus internus abdominis dan muskulus
oblikus internus abdominis yang dikenaldengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini,atau menjahitkan fasia
transversa,muskulus trasnversus abdominis, muskulus oblikus internus abdominis
ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay. Bisa juga dilengkapi dengan
syntetic mesh yaitu berupa tambalan berupa jaring-jaring sintetis yang berfungsi
menguatkannregio inguinal; Beberapa tehnik yang populer diantaranya
o Lichtenstein (mesh yang datar diletakkan di ventral defek)
o Kugel (mesh diletakkan di dorsal defek)
o Plug and Patch (mesh diletakkan di dorsal defek dan ditutup dengan
tambalan type Lichtenstein)
18
o Prolene Hernia System ( 2 lapis mesh diletakkan di ventral dan dorsal
defek) (Corcione, 2004).
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena potensinya
menimbulkan komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih berat dibandingkan resiko
yang minimal dari operasi hernia (khususnya bila menggunakan anastesi local).
Khusus pada hernia femoralis, tepi kanalis femoralis yang kaku meningkatkan resiko
terjadinya inkarserasi.

X. Komplikasi
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan hernia.
Awalnya akan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam
hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan
pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinus. Kalau isi hernia usus akan terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011).
Hernia inkaserata ini dapat terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali
lagi ke rongga abdomen. Organ yang terinkaserasi biasanya usus, yang ditandai dengan
gejala obstruksi usus disertai muntah, perut kembung, konstipasi dan terlihat adanya
batas udara-air pada saat foto polos abdomen. Pada anak wanita organ yang sering
terinkaserasi adalah ovarium. Apabila aliran darah ke dalam organ berkurang terjadilah
hernia strangulasi (Shochat, 200).
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh
sendiri, hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi. Komplikasi
yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis terjadi kurang dari 1%
pada pasien yang menjalani herriorraphy. Perbandingan komplikasi berat dan ringan dari
teknik open dan laparoscopic herniorrhaphies.

19
DAFTAR PUSTAKA

A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran


(ed 3rd). Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
Corcione, Francesco. 2004. New Procedures in Open Hernia Surgery. Springer : Italia.
Dorland, W. A. N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto (Alih Bahasa).
Jakarta : EGC.
Grace, Pierce, A., Borley, Neil, R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Erlangga : Jakarta.
Jones, Daniel B,. 2013. Hernia Surgery. Lippincott Williams & Wilkins : China.
Kingsnorth, Andrew., Bowley, Douglas. 2011. Fundamentals of Surgical Practice.
Cambridge University Press : New York.
Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. 2005. Clinical Surgery (ed 2nd).
Sabiston, David, C., Gordon, Robert, G., 2011. Sabiston Atlas Bedah Umum. Binarupa
Aksara Publisher : Tanggerang.
Shochat, Stephen. Hernia Inguinalis. 2000. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidrajat R, de Jong W., 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah (ed. 3rd). Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
Snell, Richard S,. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Liliana Sugiharto
(Alih Bahasa). Jakarta : EGC.
Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.

20

Anda mungkin juga menyukai