Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendisitis.


Hernia inguinalis telah tercatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 SM dan
mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi
pada regio inguinal.
Hampi 75% dari hernia abdomen merupaka hernia inguinalis. Untuk memahami lebih
jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis
dibagi menjadi hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis, dimana hernia
inguinalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingiunalis. Sepertiga
sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Penyebab terbanyak dari hernia adalah adanya
kelemahan pada dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banak
ditemukan pada pria dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 7:1. Prevalensi
hernia pada pria dipengaruhi oleh umur.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya
daerah inguinal.

Gambar 1. Anatomi anterior

Gambar 2. Anatomi posterior


Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia
Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis. Hernia
inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak
langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia
oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia
inguinalis lateralis timbul karena adanya kelemahan anulus intenus sehingga organ-organ
dalam rongga perut (omentum, usus) masuk ke dalam kanalis inguinalis dan menimbulkan
benjolan di lipat paha sampai skrotum. Sedangkan hernia ingunalis medialis timbul karena
adanya kelemahan dinding perut karena suatu sebab tertentu. Biasanya terjadi pada segitiga
hasselbach. Secara anatomis intra operatif antara HIL dan HIM dipisahkan oleh vassa
epigastrika inferior. HIL terletak di atas vassa epigastrika inferior sedang HIM terletak di
bawahnya.

Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus oleh Onset biasanya


dg vasa fascia pada waktu
epigastrica spermatica
inferior interna
Hernia Penojolan Lateral Ya Congenital
ingunalis melewati cincin Dan bisa pada
lateralis inguinal dan waktu dewasa.
biasanya
merupakan
kegagalan
penutupan cincin
ingunalis interna
pada waktu embrio
setelah penurunan
testis

Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa


ingunalis langsung
medialis menembus fascia
dinding abdomen
Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya:
a. Hernia kongenital:
- Hernia kongenital sempurna: karena adanya defek pada tempat-tempat
tertentu.
- Hernia kongetital tak sempurna: bayi dilahirkan normal (kelainan
belum tampak) tetapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia
melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra
abdominal.
b. Hernia akuisita
2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa operasi.
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke cavum
abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera
yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan sebenarnya
gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia, tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda ileus
mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).
3. Berdasarkan arah hernia:
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke arah
luar, misalnya:
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia umbilicalis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica

Gambar 3. Hernia eksterna

b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa
omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
- Hernia diafragmatika traumatika
- Hernia diafragmatika non-traumatika:
Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia Morgagni
Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus
Etiologi

Penyebab terjadinya hernia :

Akibat dari pembedahan sebelumnya.


Kongenital
- Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat tempat
tertentu.
Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0
1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut
karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk, menangis).
Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain:
- Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
- Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya
yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan
ikat penyokong pada LMR.
- Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
- Sikatrik.

Patofisiologi

Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada
fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang
sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.
Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus,
kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup
yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.

Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah
titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen kanal
itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini
seseorang lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada
orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau
karena pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat
BAB.

Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin
lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena kelemahan
trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk
kronis atau hipertrofi prostat.

Diagnosis

Anamnesis

Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan
dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat
terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada
keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan
ini.

Pemeriksaan Fisik

Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas, bising
usus (+), transluminasi (-).

Gejala/tanda Obstruksi usus pada hernia Nekrosis/gangren pada


inkarserata hernia strangulata

Nyeri Kolik Menetap

Suhu badan Normal Normal/meninggi

Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali

Leukosit Normal Leukositosis

Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas


Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik

Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang menyebabkan
nekrosis atau ganggren

Teknik pemeriksaan

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti


jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan
(externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL
dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test,
Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :

Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
- Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
- Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 4

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
- jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
- jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 5

Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar 7
Diagnosis Banding

1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai
bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus.
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal
pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis.

Penatalaksanaan

Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan
orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres
es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada
tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :

Gambar 8. Reposisi dengan posisi trendelenburg


a. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun cara
yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.
Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain
merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis
karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari
testis.

Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang


rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong


dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi :

1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)


2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)

Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi.
Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal
BPH harus dioperasi sebelumnya.

Tehnik Operasi

Incisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinale ke tuberculum


pubicum
Incisi diperdalam sampai sampai nampak aponeurosis MOE : tampak crus medial dan
lateralis yang merupakan anulus eksternus
Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau , dengan bantuan pinset anatomis dan
gunting dibuka lebih lanjut ke kranial sampai anulus internus dan ke kaudal sampai
membuka annulus inguinalis eksternus. Hati2 dengan N.Ilioinguinalis dan
N.Iliohypogastrik. M.cremaster disiangi sampai nampak funiculus spermaticus
Funiculus dibersihkan dicantol dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga nampak
kantong peritoneum
Peritoneum dijepit dengan 2 bh pinset kemudian dibuka selanjutnya usus didorong ke
cavum abdomen dengan melebarkan irisan ke proksimal sampai leher hernia, kantong
sebelah distal dibiarkan
Leher hernia dijahit dengan kromik dan puntung ditanamkan di bawah conjoint tendo
dan digantungkan
Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara :

Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI &
transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya.
kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi canalis inguinalis.

Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus diletakkan
disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap ada.
Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR hilang

gambar 9. Teknik bassini


Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m.transversus abdominis, untuk memperkuat /
menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subcutis
Cara Ferguson dan Bassini dilakukan pada orang dewasa. Cara Halsted dilakukan pada orang
tua, supaya dinding perut lebih kuat. Kemudian luka ditutup lapis demi lapis.

1. Aponeurosis MOE jahit simpul dengan cromic catgut


2. Subcutan fat dijahit simpul dengan catgut
3. Kulit dijahit dengan zyde secara simpul

Tehnik operasi Herniotomi Herniorafi Lichtenstein

Hernia inguinalis lateralis dan medialis:

1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau
anestesi lokal
2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum
3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis
Eksternus)
4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan
kantong hernia diidentifikasi
6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan
tumpul sampai anulus internus
7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan herniotomi
8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis

Komplikasi
Durante Operasi

Lesi funiculus spermaticus


Lesi usus, vu, vasa epigastrica inferior, vasa iliaca ekterna
Putusnya arteri Femoralis

Post Operasi

Hematom, Infeksi, Wound dehisiensi


Atropi testes
Rekurens
Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus
abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m.
transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc
Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis
seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

Shouldice

Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini multi layer, di
klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk menjahit defek
dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang monofilamen sintetis non
absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto. Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:

Langkah pertama:
Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal
dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin
interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin. Dilanjutkan dengan
memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre peritoneal.
Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan
jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior,
usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap superior yang
berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk
lapisan ke dua (gambar A), demikian seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke
ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan
aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C).

Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan
menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar
B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat
(gambar C).

Lichtenstein Tension free

1. Tehnik pemasangan mesh pada Lichtenstein seperti berikut (Wexler, 1997).


Dilakukan terlebih dahulu herniotomi
2. Letakkan bahan mesh ukuran 10x5 cm diletakkan di atas defek, disebelah bawah
spermatik kord.
3. Dilakukan penjahitan dengan benang non absorbsi 3-0 ke arah :
i) Medial : perios tuberkulum pubikum.
ii) Lateral : melingkari spermatik kord.
iii) Superior : pada konjoin tendon.
iv) Inferior : pada ligamentum inguinal.

Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus pada
titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan
terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat. Hal
inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan dibanding
tehnik konvensional lainnya (Abrahamson, 1997).

Penggunaan material sintetis sebagai penutup defek miopektineal dinding belakang


kanalis inguinal memerlukan persyaratan tertentu, prostesis yang dipakai harus cukup kuat
sebagai penyangga, tidak bersikap alergen, mempunyai potensi untuk menimbulkan respon
inflamasi dan cepat berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar integrasi menjadi solid,
prostesis berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori tersebut.
Polypropylene mesh dikategorikan memiliki sifat tersebut serta mampu bersifat permanen
sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung dengan organ visera karena akan
menimbulkan perlengketan serta obstruksi atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen
mesh dipilih sebagai prostesis baku dalam petatalaksanaan hernio plasty (Wexler, 1997).

Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya peregangan sewaktu


rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga perasaan nyeri pasca operasi dapat
berkurang dengan nyata. Diikuti pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih
dini, serta pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja setelah
operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen, 1999). Bax (1999) melaporkan
dengan polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja kasar dan lebih dari 90% pekerja
kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari. Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah
kembali mengemudikan mobil dalam 10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.

Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup lebar
untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi lipatan-
lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis inguinal interna.

Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia
terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.

Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri
abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan
suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.

Prognosis

Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka kekambuhan
setelah pembedahan kurang dari 3%.
BAB IV

ANLISA KASUS

TEORI PASIEN
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal Os dengan keluhan terdapat benjolan pada
organ atau jaringan melalui daerah yang paha kanan yang dirasakan 1 minggu SMRS.
lemah (defek). Benjolan sebesar telur ayam dan benjolan
dirasakan sampai ke buah zakar.
e. Hernia reponibilis: bila isi hernia Pasien mengaku benjolan tidak nyeri dan
dapat keluar masuk. Usus keluar tidak dapat dimasukkan secara manual
jika berdiri atau mengejan dan menggunakan jari. Susah buang air besar.
masuk lagi jika berbaring atau Seringkali pasien merasa mual namun tidak
didorong masuk, tidak ada ada muntah.
keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Dapat direposisi
tanpa operasi.
f. Hernia irreponibilis: organ yang
mengalami hernia tidak dapat
kembali ke cavum abdominal
kecuali dengan bantuan operasi.
Tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan usus. Jika telah
mengalami perlekatan organ
disebut hernia akreta.
g. Hernia strangulata: hernia dimana
sudah terjadi gangguan
vaskularisasi viscera yang
terperangkap dalam kantung
hernia (isi hernia). Pada keadaan
sebenarnya gangguan
vaskularisasi telah terjadi pada
saat jepitan dimulai, dengan
berbagai tingkat gangguan mulai
dari bendungan sampai nekrosis.
h. Hernia inkarserata: isi kantong
terperangkap, terjepit oleh cincin
hernia, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut, dan sudah
disertai tanda-tanda ileus mekanis
(usus terjepit sehingga aliran
makanan tidak bisa lewat).

Pemeriksaan Finger Test : Pada pasien didapatkan impuls berada


diujung Hernia Inguinalis Lateralis
1. Bila impuls diujung jari berarti
Hernia Inguinalis Lateralis.
2. Bila impuls disamping jari Hernia
Inguinnalis Medialis.

Transluminasi (-) Transluminasi (-)

Hernia Inkarserata / Strangulasi dilakukan Pada pasien ini dilakukan operasi Hernioplasti.
operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartzs Manual of Surgery. United States of America: The
McGraw-Hill Companies.
Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom: Blackwell
Publishing Company.
Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm
Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai