PENDAHULUAN
Definisi
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya
daerah inguinal.
b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa
omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
- Hernia diafragmatika traumatika
- Hernia diafragmatika non-traumatika:
Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia Morgagni
Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus
Etiologi
Patofisiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada
fetus, bulan kedelapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis yang
sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal, dekat ginjal, akan masuk kedalam skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis peritonei.
Pada umumnya, ketika bayi lahir telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanal tersebut. Biasanya obliterasi terjadi di annulus inguinalis internus,
kemudian hilang atau hanya berupa tali. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup
yang hasilnya ialah terdapatnya hernia didaerah tersebut.
Setelah dewasa kanal tersebut telah menutup. Namun karena daerah tersebut ialah
titik lemah, maka pada keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen kanal
itu dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis akuisita. Sementara di usia ini
seseorang lebih produktif dan melakukan banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada
orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat, juga bisa oleh karena kegemukan, atau
karena pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga sering mengedan pada saat
BAB.
Hernia pada orang tua terjadi karena faktor usia yang mengakibatkan semakin
lemahnya tempat defek. Biasanya pada orang tua terjadi hernia medialis karena kelemahan
trigonum Hesselbach. Namun dapat juga disebabkan karena penyakit-penyakit seperti batuk
kronis atau hipertrofi prostat.
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti
mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan
dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat
terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada
keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan
ini.
Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan tersebut berbatas atas tidak jelas, bising
usus (+), transluminasi (-).
Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang menyebabkan
nekrosis atau ganggren
Teknik pemeriksaan
Gambar 4
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
- jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
- jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Gambar 5
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Gambar 7
Diagnosis Banding
1. Limfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai
bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilikus.
2. Lipoma kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal
pada hernia femoralis.
3. Abses dingin yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis.
Penatalaksanaan
Konservatif
Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi
spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan
orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres
es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya.
Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada
tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :
Operatif
Herniotomi
Indikasi :
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi.
Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal
BPH harus dioperasi sebelumnya.
Tehnik Operasi
Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis. MOI &
transversus dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya.
kemudian aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi canalis inguinalis.
Bassini
MOI dan transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, Funiculus diletakkan
disebelah ventral, aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga canalis inguinalis tetap ada.
Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis,sehingga LMR hilang
1. Penderita dalam posisi supine dan dilakukan anestesi umum, spinal anestesi atau
anestesi lokal
2. Dilakukan insisi oblique 2 cm medial sias sampai tuberkulum pubikum
3. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE (Muskulus Obligus Abdominis
Eksternus)
4. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
5. Funikulus spermatikus dibebaskan dari jaringan sekitarnya dan dikait pita dan
kantong hernia diidentifikasi
6. Isi hernia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia secara tajam dan
tumpul sampai anulus internus
7. Kantong hernia diligasi setinggi lemak preperitonium , dilanjutkan dengan herniotomi
8. Perdarahan dirawat, dilanjutkan dengan hernioplasty dengan mesh
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
Komplikasi
Durante Operasi
Post Operasi
Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice adalah Bassini multi layer, di
klinik khusus hernia Shouldice digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk menjahit defek
dinding posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang monofilamen sintetis non
absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto. Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan insisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf ilioinguinal
dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke cincin
interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin. Dilanjutkan dengan
memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak pre peritoneal.
Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan
jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior,
usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm. Bagian flap superior yang
berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk
lapisan ke dua (gambar A), demikian seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke
ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar B). Kemudiaan penjahitan
aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat (gambar C).
Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan dibawahnya
dengan jelujur membentuk lapisan ke dua (gambarA). Demikian seterusnya dengan
menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga (gambar
B). Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat
(gambar C).
Karena penjahitan pada tehnik Shouldice dilakukan cara jelujur tidak terputus pada
titik yang berbeda kesegarisannya menyebabkan tarikan yang terjadi menyebar dan
terdistribusi dibanyak titik sehingga rasa nyeri menjadi tidak dominan disatu tempat. Hal
inilah yang menyebabkan keluhan rasa nyeri pasca operasi menjadi lebih ringan dibanding
tehnik konvensional lainnya (Abrahamson, 1997).
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus cukup lebar
untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5 cm), tidak terjadi lipatan-
lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di daerah kanalis inguinal interna.
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini terjadi jika hernia
terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, atau hernia akreta. Di sini
tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia akan
menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong
hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah, dan nyeri
abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia strangulata merupakan
suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang membutuhkan pembedahan segera.
Prognosis
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka kekambuhan
setelah pembedahan kurang dari 3%.
BAB IV
ANLISA KASUS
TEORI PASIEN
Hernia adalah suatu penonjolan abnormal Os dengan keluhan terdapat benjolan pada
organ atau jaringan melalui daerah yang paha kanan yang dirasakan 1 minggu SMRS.
lemah (defek). Benjolan sebesar telur ayam dan benjolan
dirasakan sampai ke buah zakar.
e. Hernia reponibilis: bila isi hernia Pasien mengaku benjolan tidak nyeri dan
dapat keluar masuk. Usus keluar tidak dapat dimasukkan secara manual
jika berdiri atau mengejan dan menggunakan jari. Susah buang air besar.
masuk lagi jika berbaring atau Seringkali pasien merasa mual namun tidak
didorong masuk, tidak ada ada muntah.
keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Dapat direposisi
tanpa operasi.
f. Hernia irreponibilis: organ yang
mengalami hernia tidak dapat
kembali ke cavum abdominal
kecuali dengan bantuan operasi.
Tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan usus. Jika telah
mengalami perlekatan organ
disebut hernia akreta.
g. Hernia strangulata: hernia dimana
sudah terjadi gangguan
vaskularisasi viscera yang
terperangkap dalam kantung
hernia (isi hernia). Pada keadaan
sebenarnya gangguan
vaskularisasi telah terjadi pada
saat jepitan dimulai, dengan
berbagai tingkat gangguan mulai
dari bendungan sampai nekrosis.
h. Hernia inkarserata: isi kantong
terperangkap, terjepit oleh cincin
hernia, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut, dan sudah
disertai tanda-tanda ileus mekanis
(usus terjepit sehingga aliran
makanan tidak bisa lewat).
Hernia Inkarserata / Strangulasi dilakukan Pada pasien ini dilakukan operasi Hernioplasti.
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunicardi, F.C, et al. 2006. Schwartzs Manual of Surgery. United States of America: The
McGraw-Hill Companies.
Grace, P.A. 2002. Surgery at a Glance Second Edition. United Kingdom: Blackwell
Publishing Company.
Dugdale, David C, et al. 2008. Femoral Hernia.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001136.htm
Sari, D.K, et al. 2005. Chirurgica. Yogyakarta: Tosca Enterprise.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta: EGC.