SAMBUTAN
Semoga naskah ini dapat menginspirasi Kepala Sekolah dan Guru untuk memberikan
yang terbaik bagi peningkatan mutu pendidikan di SMA melalui Kurikulum 2013.
Naskah-naskah tersebut akan terus dikembangkan agar menjadi lebih operasional. Oleh
karena itu, sekolah diharapkan memberi saran untuk penyempurnaan lebih lanjut.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah
ini diucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................... i
BAB I.............................................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................................................................ 3
C. Ruang Lingkup............................................................................................................................................ 3
D. Landasan ....................................................................................................................................................... 3
BAB II ............................................................................................................................................................................ 5
PENGERTIAN, PRINSIP PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN SKS ........................................ 5
A. Pengertian Sistem Kredit Semester (SKS) ........................................................................................... 5
B. Prinsip Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) .............................................................. 5
C. Layanan Utuh Pembelajaran dengan SKS ............................................................................................ 7
D. Pengelolaan Sistem Kredit Semester (SKS) ......................................................................................... 8
E. Peta Jalan (Road Map) Penyelenggaraan SKS di SMA ................................................................... 13
F. Pengelolaan SKS pada Masa Transisi ................................................................................................... 14
BAB III ........................................................................................................................................................................ 16
MEKANISME PENYELENGGARAAN SKS ...................................................................................................... 16
A. Mekanisme Penyelenggaraan SKS.................................................................................................... 16
B. Pengelolaan Pembelajaran dengan SKS ......................................................................................... 22
C. Mutasi Peserta Didik .............................................................................................................................. 24
D. Ketentuan Penyelenggaraan SKS ..................................................................................................... 24
E. Cuti Akademik .......................................................................................................................................... 25
BAB IV ......................................................................................................................................................................... 27
PENUTUP................................................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................ 28
Lampiran 1 Contoh Pengaturan Jadwal Kegiatan Belajar ................................................................ 30
Lampiran 2 Instrumen Verifikasi Kesiapan Penyelenggaraan SKS .............................................. 31
Lampiran 3 Contoh Model Pengelolaan Layanan Utuh Pembelajaran ...................................... 33
Lampiran 4 Contoh Kartu Rencana Studi (KRS) .................................................................................. 35
Lampiran 5 Contoh Kartu Hasil Studi (KHS) ......................................................................................... 36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) bahwa Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang.
Memperhatikan kesenjangan antara prinsip penyelenggaraan SKS sebagaimana
dimaksudkan dalam peraturan perundangan dengan penyelenggaraan SKS di lebih dari
100 sekolah sebagaimana dikemukakan di atas, maka Direktorat Pembina SMA
memandang perlu untuk menyusun Panduan Penyelenggaraan SKS agar tetap
konsisten dan koheren dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang
bersifat nasional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
B. Tujuan
Panduan Penyelenggaraan SKS ini bertujuan agar dapat membantu satuan pendidikan
dalam hal berikut.
1. Memahami pengertian, prinsip penyelenggaraan dan pengelolaan SKS secara utuh.
2. Memahami tentang layanan utuh pembelajaran dengan SKS.
3. Mengelola SKS pada masa transisi khususnya bagi lebih dari 100 sekolah
penyelenggara SKS mulai Juli 2017 s.d TP 2019/2020.
4. Menyelenggarakan SKS sesuai dengan mekanisme penyelenggaraan yang benar.
5. Mengelola pembelajaran dengan SKS secara efektif dan bermakna.
6. Menilai dan mengolah nilai hasil belajar.
7. Melayani mutasi peserta didik.
8. Menyelenggaraan SKS sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
C. Ruang Lingkup
D. Landasan
BAB II
PENGERTIAN, PRINSIP PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN SKS
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal
1 menyebutkan bahwa Sistem Kredit Semester selanjutnya disebut SKS adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menyepakati jumlah beban belajar
yang diikuti dan/atau strategi belajar setiap semester pada satuan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajarnya. SKS diselenggarakan
melalui pengorganisasian pembelajaran bervariasi dan pengelolaan waktu belajar yang
fleksibel. Pengorganisasian pembelajaran bervariasi dilakukan melalui penyediaan
unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta
didik. Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel dilakukan melalui pengambilan beban
belajar untuk unit-unit pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh peserta didik
sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing. Unit pembelajaran utuh disebut juga
dengan Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). Unit Kegiatan Belajar merupakan
satuan pelajaran yang kecil yang disusun secara berurutan dari yang mudah sampai ke
yang sukar. Satuan pelajaran tersebut merupakan pelabelan penguasaan belajar
peserta didik terhadap pengetahuan dan keterampilan yang disusun menjadi unit-unit
kegiatan belajar yang melibatkan satuan waktu belajar, misalnya 2x45 menit (90
menit). UKBM tersebut memuat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) serta
strategi pembelajaran individual untuk mencapai ketuntasan beban belajar yang telah
ditentukan. Dalam UKBM di samping sebagai pelabelan penguasaan peserta didik
terhadap pengetahuan dan keterampilan diharapkan juga memberikan dampak
pengiring terbangunnya karakter yang dibutuhkan dalam kehidupan abad 21 seperti
berpikir kritis, bertindak kreatif, bekerjasama, berkomunikasi, dan lain-lain.
Penyelenggaraan SKS di beberapa sekolah selama ini belum semuanya selaras dengan
ketentuan-ketentuan yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester
pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam rangka penguatan/pemantapan
program implementasi penyelenggaraan SKS sesuai dengan NSPK tersebut, setiap SMA
penyelenggaraan SKS wajib memperhatikan dengan sungguh-sungguh prinsip-prinsip
sebagai berikut.
1. Setiap Peserta didik harus diperlakukan dan dilayani sebagai individu yang
unik sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan gaya belajar serta kebutuhan
ekosistem pendidikan yang mendukung. Implementasi SKS dimaksudkan untuk
melayani semua kelompok peserta didik yang termasuk pembelajar cepat,
pembelajar normal, dan pembelajar lambat, jadi, bukan hanya untuk peserta didik
pembelajar cepat (vide Pasal 1, 2, dan 3).
2. Proses belajar dan pembelajaran harus dirancang dan dikembangkan sebagai
proses interaktif yang mengorganisasikan pengalaman belajar untuk membangun
sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta karakter melalui tranformasi
@2017, Direktorat Pembinaan SMA 5
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
Mengacu kepada 2 (dua) pengaturan beban belajar setiap UKBM di atas, maka
penghitungan beban belajar setiap UKBM yang dinyatakan dalam jam pelajaran (JP).
a. RPP mata pelajaran tertentu memuat 1 (satu) pasangan KD, alokasi waktu
misalnya 4 JP (2 pertemuan) dengan 1 UKBM. Dari satuan waktu yang tersedia,
yaitu 4x45 menit (180 menit) minimal 72 menit untuk kegiatan tatap muka dan
paling banyak 108 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri setiap
minggu dalam satu semester.
b. RPP mata pelajaran tertentu memuat 1 (satu) pasangan KD, alokasi waktu
misalnya ada 4 JP (2 pertemuan) dengan 2 UKBM. Dari satuan waktu yang
tersedia, yaitu 4x45 menit (180 menit) minimal 72 menit untuk kegiatan tatap
muka dan paling banyak 108 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri setiap minggu dalam satu semester.
c. RPP mata pelajaran tertentu memuat lebih dari 1 (satu) pasangan KD, alokasi
waktu misalnya 6 JP (3 pertemuan) dengan 1 UKBM. Dari satuan waktu yang
tersedia, yaitu 6x45 menit (270 menit) minimal 108 menit untuk kegiatan tatap
muka dan paling banyak 162 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri setiap minggu dalam satu semester.
d. RPP mata pelajaran tertentu memuat lebih dari 1 (satu) pasangan KD, alokasi
waktu 6 JP (3 pertemuan) dengan 3 UKBM. Dari satuan waktu yang tersedia,
yaitu 6x45 menit (270 menit) minimal 108 menit untuk kegiatan tatap muka
dan paling banyak 162 menit untuk kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri
setiap minggu dalam satu semester.
Berdasarkan 4 (empat) contoh penghitungan beban belajar UKBM di atas, maka
penghingan beban belajar pada setiap UKBM didasarkan pada alokasi waktu dari
pasangan KD dalam RPP setiap minggu dalam satu semester. Apabila dalam RPP
memuat lebih dari 1 (satu) pasangan KD atau memuat 1 (satu) pasang KD namun
tugas belajar dan pengalaman belajar yang dituntut dalam pasangan KD tersebut
banyak, maka 2 (dua) macam RPP tersebut alokasi waktunya banyak. Untuk itu,
beban belajar UKBM dari RPP tersebut banyak. Dengan demikian, beban belajar
pada setiap UKBM disesuaikan dengan tugas belajar dan pengalaman belajar yang
dituntut pada pasangan KD dengan tetap memperhatikan satuan waktu untuk
kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Pengaturan alokasi
waktu pada setiap UKBM secara proporsional harus dilakukan pada saat melakukan
pemetaan KD pada waktu menyusun Promes. Pengelolaan layanan utuh
pembelajaran dengan SKS dapat diilustrasikan pada Lampiran 3.
Pengelolaan SKS memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik di dalam maupun di
luar satuan pendidikan. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan SKS beserta
perannya disampaikan berikut.
1) Pemerintah
Mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan
Menengah Pasal 15 yang menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib memfasilitasi penyelenggaraan SKS di satuan pendidikan sesuai dengan
kewenangan masing-masing, maka peran pemerintah sebagai berikut.
a. Pemerintah Pusat melalui Direktorat Pembinaan SMA Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan memiliki peran sebagai berikut.
@2017, Direktorat Pembinaan SMA 8
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
j.Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar dalam bentuk penilaian formatif
dan sumatif.
k. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya sebagai pembelajar cepat, normal, dan lambat.
6) BK
Mengacu kepada Permendikbud Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah, maka peran BK sebagai berikut.
a. Memberikan layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di satuan
pendidikan penyelenggara SKS, dalam hal: pemahaman diri dan lingkungan,
fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan, penyesuaian diri dengan diri sendiri
dan lingkungan, penyaluran pemilihan pendidikan, pekerjaan dan karir,
pencegahan timbulnya masalah, perbaikan dan penyembuhan, pemeliharaan
kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri peserta
didik, pengembangan potensi optimal, advokasi diri terhadap perlakukan
deskriminatif, dan membangun adaptasi pendidikan dan tenaga kependidikan
terhadap program dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang
pendidikan, bakat, minat, kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan
peserta didik.
b. Membantu peserta didik mencapai perkembangan optimal dan kemandirian
secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.
c. Bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan di luar
satuan pendidikan untuk melaksanakan layanan.
7) Pembimbing akademik (PA)
Satuan pendidikan penyelenggara SKS di samping mengoptimalkan layanan
bimbingan dan konseling juga wajib menyedia PA sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah
Pasal 6 ayat (1), di mana peran PA dilaksanakan oleh Wali Kelas, dengan tugas
sebagai berikut.
a. Membimbing sejumlah peserta didik dalam satu rombongan belajar.
b. Membimbing perkembangan prestasi akademik peserta didik hingga akhir masa
studi.
c. Membimbing peserta didik pada saat pengisian Kartu Rencana Studi (KRS),
pemilihan peminatan, dan pembagian rapor, dan/atau melaksanakan konsultasi
akademik.
d. Membimbing dan mengarahkan pelaksanaan pendalaman minat apabila satuan
pendidikan telah menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi.
e. Membuat laporan hasil penilaian setiap semester.
f. Memberikan pertimbangan dan menetapkan peserta didik yang dapat
mengambil UKBM setiap semester.
g. Menetapkan mata pelajaran yang harus diikuti dalam program remediasi atau
pengayaan.
h. Memantau dan melakukan analisis terhadap data bakat, minat, dan prestasi
yang diperoleh dari BK, serta memberikan rekomendasi konstruktif selama
mengikuti pendidikan di satuan pendidikan agar peserta didik berkembang
potensi akademiknya secara maksimal.
i. Melakukan pendampingan secara intensif sehingga peserta didik dapat
menyelesaikan masa studinya sesuai atau lebih cepat dari kuota belajar di SMA
yaitu 6 (enam) semester.
@2017, Direktorat Pembinaan SMA 12
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
Gambar 2.1 berikut adalah peta jalan (road map) penyelenggaraan SKS di SMA.
Penjelasan Gambar 2.2 mengenai peta jalan penyelengaraan SKS di SMA sebagai
berikut.
1. Sejak Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2016, menunjukkan adanya keragaman
varian implementasi SKS di 106 SMA. Implementasi SKS ini disebut SKS pola lama
(SKS-L). Selanjutnya memperhatikan amanat Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
@2017, Direktorat Pembinaan SMA 13
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
Untuk itu, dibangun satu profil SKS agar tetap konsisten dan koheren dengan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang bersifat nasional sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Implementasi SKS ini disebut SKS pola baru
(SKS-B) sebagaimana dibahas dalam panduan ini.
2. Tahun Pelajaran 2017/2018 sekolah menyelenggarakan 2 macam SKS: peserta
didik baru menggunakan SKS-B, sedangkan kelas XI dan XI menggunakan SKS-L.
3. Tahun Pelajaran 2018/2019 sekolah menyelenggarakan 2 macam SKS: peserta
didik baru dan kelas XI menggunakan SKS-B, sedangkan kelas XII menggunakan
SKS-L.
4. Tahun pelajaran 2019/2020 dan seterusnya sekolah menyelenggarakan SKS-B
untuk semua jenjang.
Masa transisi adalah masa peralihan dari penyelenggaraan SKS-L menuju SKS-B. Berikut
kilas balik layanan pembelajaran SKS-L.
1. Penyelenggaraan SKS dilakukan dengan pola kontinu, di mana:
a. Setiap mata pelajaran selalu muncul tiap semester.
b. Satuan pendidikan menyusun variasi pembelajaran sesuai dengan kecepatan
belajarnya.
c. Struktur kurikulum disusun beragam terdiri atas: empat semester, lima semester,
dan/atau enam semester.
d. Satuan pendidikan dengan jumlah rombongan relatif sedikit (menerima siswa baru
sampai dengan enam kelas) disarankan menggunakan layanan kontinu.
e. Variasi layanan kontinu dapat memunculkan kelas dinamis, artinya terdapat kelas
mayor (utama) dengan mata pelajaran tertentu yang dipilih dan kelas minor sesuai
dengan beban belajar dan tambahan mata pelajaran lainnya.
f. Administrasi penilaian pola kontinu empat semester, pemetaan KD dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut:
1) semester1 mengakomodasi semua KD pada semester 1.
2) semester2 mengakomodasi semua KD pada semester 2 dan semester 3.
3) semester3 mengakomodasi semua KD pada semester 4 dan semester 5.
4) semester 4 mengakomodasi semua KD pada semester 6.
2. Penyelenggaraan SKS dilakukan dengan pola diskontinu, di mana:
a. Satuan pendidikan menyusun serial mata pelajaran dengan jumlah maksimal empat
seri
b. Penyusunan serial mata pelajaran tidak mengubah urutan materi dan kompetensi
(KI dan KD) yang tertuang pada Standar Isi.
c. Satuan pendidikan menyusun Peta Jalan (Road Map) sebagai pilihan yang
disediakan bagi peserta didik sesuai dengan strategi yang dipilih.
d. Variasi layanan diskontinu dapat memunculkan kelas dinamis, artinya terdapat
kelas mayor (utama) dengan mata pelajaran tertentu yang dipilih dan kelas minor
sesuai dengan beban belajar dan tambahan mata pelajaran lainnya.
e. Satuan pendidikan menyediakan struktur kurikulum empat, lima, dan enam
semester (tidak sepenuhnya menggunakan Struktur Kurikulum 2013).
Dua pola penyelenggaraan SKS tersebut tidak sepenuhnya menggunakan Struktur
Kurikulum 2013 dan ada pemampatan ke dalam program kurang dari enam semester.
Untuk itu, perlu dibangun satu sistem penyelenggaraan agar tetap konsisten dan koheren
dengan NSPK yang bersifat nasional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
@2017, Direktorat Pembinaan SMA 14
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
Pada bulan Januari 2017 sampai dengan TP 2018/2019 peserta didik kelas X, XI, dan XII
wajib diberikan penyesuaian layanan utuh pembelajaran hingga peserta didik lulus
dari satuan pendidikan, sedangkan pada TP 2017/2018 dan seterusnya peserta didik
baru wajib dilayani dengan SKS-B. Selama masa transisi satuan pendidikan wajib
melakukan penyesuaian dalam hal berikut.
1. Proses belajardan pembelajaran harus dirancangdan dikembangkan melalui
pembelajaran tatap muka, terstruktur, dan mandiri yang bersifat sistematik dan
sistemik.
2. Menerapkan pembelajaran tuntas.
3. Penguasaan kompetensi peserta didik diukur dari kriteria ketuntasan setiap
Kompetensi Dasar (KD) atau KD masing-masing matapelajaran pada semester
berjalan.
4. Bahan belajar dan pembelajaran harus menggunakan paket belajar utama, yang
dapat berbentuk Buku Teks Pelajaran (BTP) dan/atau modul.
5. Guru dan/atau sekolah harus menyelenggarakan pembelajaran klasikal,
pembelajaran kelompok kecil, dan pembelajaran individual sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik yang bervariasi.
Untuk merealisasi kelima hal di atas, maka satuan pendidikan wajib segera menyusun Unit
Kegiatan Belajar (UKBM) berbasis KD. Penyusunan UKBM wajib mengacu kepada
Pedoman Penyelenggaraan SKS, Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas, dan
Panduan Pengembangan UKBM yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 2017.
BAB III
MEKANISME PENYELENGGARAAN SKS
Mekanisme penyelenggaran SKS secara umum meliputi 3 (tiga) tahap utama, yaitu (1)
persiapan; (2) pelaksanaan; dan (3) monitoring dan evaluasi, seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.1 berikut.
Pelaksanaan
Mengacu kepada 7 Prinsip SKS
c. Guru
1) Mempelajari dan membahas draf dokumen KTSP serta memberikan
masukan untuk finalisasi KTSP.
2) Menyusun Silabus dan RPP sebagai acuan penyusunan UKBM.
3) Menyusun UKBM mengacu kepada Pedoman Penyelenggaraan SKS dan
Panduan Pengembangan UKBM yang diterbitkan oleh Direktorat
Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 2017.
4) Menyiapkan perangkat penilaian formatif dan sumatif.
5) Merancangkan program remediasi dan pengayaan untuk pembelajaran
tuntas yang mengacu kepada naskah Pembelajaran Tuntas yang diterbitkan
oleh Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Tahun 2017.
d. PA dan BK
1) Merancang program layanan dan konsultasi akademik.
2) Menyiapkan perangkat layanan dan konsultasi bimbingan.
3) Memberikan bantuan kepada peserta didik agar dapat berkembang secara
mandiri dan mampu menyelesaikan masalah belajar
4) Membantu peserta didik untuk merancang beban belajar sesuai dengan
kemampuan
5) Membantu peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajar
6) Memberikan motivasi belajar kepada peserta didik agar dapat mencapai
pemenuhan kompetensi secara optimal
2. Pelaksanaan
a. Menerapkan 7 (tujuh) Prinsip Penyelenggaraan SKS
Pada tahap ini setiap satuan pendidikan penyelenggara SKS wajib menerapkan
7 (tujuh) prinsip penyelenggaraan SKS sebagaimana telah disampaikan pada
Bab II, yaitu (1) SKS bukan hanya untuk peserta didik pembelajar cepat saja;
(2) tranformasi pengalaman belajar melalui pembelajaran tatap muka,
terstruktur, dan mandiri; (3) melaksanakan pembelajaran tuntasan
belajar; (4) penilaian acuan patokan berbasis kompetensi dan kenaikan
kelas otomatis; (5) bahan belajar dan pembelajaran berbentuk Buku Teks
Pelajaran (BTP) dan/atau modul berbentuk Unit Kegiatan Belajar Mandiri
(UKBM) berbasis KD; (6) sepenuhnya menggunakan Struktur Kurikulum
2013, tidak boleh ada pemampatan ke dalam program kurang dari enam
semester; dan (7) menyelenggarakan pembelajaran klasikal, pembelajaran
kelompok kecil, dan pembelajaran individual.
b. Beban Belajar dalam Struktur Kurikulum 2013
1. Beban Belajar Peserta Didik
Beban belajar dinyatakan sebagai keseluruhan muatan dan pengalaman
belajar yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester,
dan satu tahun pelajaran sesuai dengan Struktur Kurikulum 2013. Beban
belajar di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri atas; (a)
kegiatan tatap muka, (b) kegiatan terstruktur, dan (c) kegiatan mandiri.
Beban belajar kegiatan tatap muka dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran
per minggu, dengan durasi setiap satu jam pelajaran adalah 45 (empat
puluh lima) menit. Beban belajar kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri
paling banyak 60% (enam puluh persen) dari waktu kegiatan tatap muka
yang bersangkutan (Pedoman Penyelenggaraan SKS Tahun 2017).
Beban belajar satu minggu untuk kelas X adalah 42 (empat puluh dua) jam
pelajaran, kelas XI adalah 44 (empat puluh empat) jam pelajaran, dan kelas
XII adalah 44 (empat puluh empat) jam pelajaran. Beban belajar satu
semester di kelas X dan kelas XI masing-masing paling sedikit 18 (delapan
belas) minggu efektif. Beban belajar di kelas XII semester ganjil paling
sedikit 18 (delapan belas) minggu efektif dan semester genap paling sedikit
14 (empat belas) minggu efektif (Pedoman Penyelenggaraan SKS Tahun
2017). Beban belajar yang harus diselesaikan oleh peserta didik selama 6
(enam) semester minimal 260 jam pelajaran atau 260 sks.
Adapun penjabaran beban belajar masing-masing kelas X, XI dan XII
ditunjukkan pada Tabel 3.1 berikut.
Penjelasan Tabel 3.1 tentang beban belajar sesuai Struktur Kurikulum 2013.
1) Beban belajar dinyatakan dalam bentuk Jam Pelajaran (JP). Untuk itu, beban
belajar keseluruhan mata pelajaran selama 6 (enam) semester sebanyak 260
JP di luar muatan lokal.
2) Pengaturan beban belajar pada mata pelajaran peminatan dan lintas minat
mengacu kepada Permendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan
Pendidikan Dasar dan Menengah pada Pasal 3 ayat (3) bahwa SMA wajib
menyelenggarakan ketiga kelompok peminatan (MIPA, IPS, atau Bahasa dan
Budaya), ayat (10) bahwa peserta didik dapat mengambil 3 (tiga) mata
pelajaran yang tersedia setelah mendapat rekomendasi dari guru BK, dan
ayat (11) mata pelajaran pada setiap peminatan yang tidak diambil
dialihkan ke mata pelajaran lintas minat dan/atau pendalaman minat,
maka ada 2 (dua) kemungkinan pada kelompok C sebagai berikut.
a) 4 Mata Pelajaran (MP) merupakan peminatan, 2 MP merupakan lintas
minat: MP 1 s.d MP 4 merupakan peminatan, sedangkan MP 5 dan MP 6
merupakan lintas minat dan/atau pendalaman minat.
b) 3 MP merupakan peminatan, 3 MP merupakan lintas minat: MP 1 s.d MP
3 merupakan peminatan, sedangkan MP 4 s.d MP 6 merupakan lintas
minat.
cepat, kelas pembelajar normal, dan kelas pembelajar lambat, sekalipun pada
akhirnya ketiga kelompok tersebut akan muncul pada saat dan setelah peserta
didik menyelesaikan UKBM-UKBM.
f. Penentuan dan Pengaturan Jadwal Kegiatan Pembelajaran
Pengaturan jadwal kegiatan belajar berkaitan dengan Beban Belajar yang harus
diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun
pelajaran. Beban Belajar dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada
Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 7 dinyatakan sebagai keseluruhan
muatan dan pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik dalam satu
minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran. Beban Belajar ini digunakan
sebagai acuan dalam mengatur jadwal kegiatan belajar yang dirincikan ke
dalam kegiatan belajar mingguan, bulan, dan semester. Jadwal pembelajaran
diatur sepenuhnya oleh masing-masing satuan pendidikan dengan pimpinan
Kepala Sekolah dan seluruh perangkatnya (contoh pengaturan jadwal kegiatan
pembelajaran ditunjukkan pada Lampiran 1).
g. Sistem Penilaian Capaian UKBM
Penilaian menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan) dengan penetapan
KKM untuk setiap UKBM diatur oleh satuan pendidikan. KKM suatu UKBM
merupakan dasar bagi peserta didik untuk melanjutkan belajar UKBM
berikutnya hingga peserta didik mencapai ketuntasan untuk semua UKBM
dalam suatu mata pelajaran. Penguasaan/capaian belajar setiap peserta didik
tersebut diukur dari penguasaan kompetensi yang dicapai secara individual
setiap KD atau KD masing-masing mata pelajaran pada semester berjalan yang
dituangkan ke dalam Kartu Hasil Studi (KHS) seperti pada Lampiran 5.
Laporan hasil belajar yang dituangkan ke dalam KHS digunakan untuk
keperluan intern sekolah. Apabila seorang peserta didik menyelesaikan hanya
sebagaian saja dari beban belajar yang ditetapkan pada suatu semester, maka
peserta didik tersebut belum bisa menerima rapor namun menerima KHS.
Rapor tersebut akan diberikan jika beban belajar secara keseluruhan dari
suatu semester tersebut telah tuntas. Apabila peserta didik menyelesaikan
beban belajar dalam satu semester sebanyak 2 (dua) semester sekaligus, maka
yang bersangkutan akan menerima 2 (dua) rapor. Dengan demikian sekalipun
menyelesaikan belajar selama 4 semester misalnya, maka mereka tetap
menerima 6 (enam) rapor sesuai semester kurikulum.
h. Penentuan Kriteria Kelulusan:
Kelulusan setiap peserta didik ditentukan oleh penyelesaian seluruh mata
pelajaran secara tuntas dan diakhiri dengan ujian sekolah atau ujian yang
bersifat nasional sebagai penilaian sumatif yang dapat diadakan pada
setiap semester. Ujian Sekolah yang bersifat komprehensip terhadap
keseluruhan UKBM ditentukan oleh satuan pendidikan. Ketentuan ini diatur
dalam Peraturan Akademik masing-masing satuan pendidikan.
3. Pengawasan dan Evaluasi
Pengawasan dan evaluasi dilakukan oleh Dinas Pendidikan melalui Pengawas
Sekolah dengan menggunakan Instrumen Monev atau LPMP bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan atas koordinasi dengan Direktorat Pembinaan SMA. Pengawasan
dilakukan mulai dari persiapan sampai dengan kelulusan peserta didik. Evaluasi
dilakukan secara menyeluruh baik sekolah sebagai institusi maupun guru sebagai
individu pelaksana SKS. Secara institusional, SMA pelaksana SKS dapat melakukan
@2017, Direktorat Pembinaan SMA 20
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
dan penilaian. Hasil evaluasi menjadi data pendukung bagi penguatan mutu
pendidikan melalui penyelnggaraan SKS.
( N i xBi )
IP
Bi
Keterangan:
IP = Indeks Prestasi
Ni = Rata-rata nilai pengetahuan dan keterampilan tiap mata pelajaran
Bi = Beban belajar tiap mata pelajaran (JP)
Tabel 3.2 Contoh Penghitungan Indeks Prestasi Peserta Didik Peminatan MIPA
Pengetahuan Keterampilan
Beban Rerata
No Mata Pelajaran Angka Predik Angka Predi BxN
Belajar (N)
at kat
Kelompok A (Umum)
Pendidikan Agama dan Budi
1. 3 80 B 82 B 81 243
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 2 80 B 80 B 80 160
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 85 A 83 B 84 336
4. Matematika 4 82 B 80 B 81 324
5. Sejarah Indonesia 2 76 B 78 B 77 154
6. Bahasa Inggris 2 78 B 80 B 79 158
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 72 C 76 B 74 148
Pendidikan Jasmani, Olah
8. 3 83 B 85 A 84 252
Raga, dan Kesehatan
Prakarya dan
9. 2 80 B 80 B 80 160
Kewirausahaan
Kelompok C (Peminatan)
10. Matematika 3 80 B 82 B 81 243
11. Fisika 3 79 B 81 B 80 240
12. Kimia 3 82 B 82 B 82 246
13. Biologi 3 85 A 83 B 84 252
14. Ekonomi 3 80 B 80 B 80 240
15. Bahasa Inggris 3 78 B 76 B 77 231
JUMLAH 42 3387
3387
IP 80,64 81
42
Keterangan:
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal
14 ayat (1) menyatakan bahwa beban belajar yang telah diambil oleh peserta didik yang
pindah dari satuan pendidikan antarpenyelenggara SKS, penyelenggara SKS ke
penyelenggara sistem paket, atau penyelenggara sistem paket ke penyelenggara SKS
diakui secara penuh. Hal ini mengamanatkan bahwa satuan pendidikan wajib
memfasilitasi peserta didik yang memerlukan mutasi dari sistem paket ke SKS dan
sebaliknya maupun dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 dan sebaliknya. Adapun
jenis mutasi peserta didik antara lain berikut.
a. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan penyelenggara kurikulum 2013 dari
sistem paket ke SKS.
b. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan penyelenggara kurikulum 2013 dari
SKS ke sistem paket.
c. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan penyelenggara kurikulum 2013
dari SKS ke SKS.
d. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan dari Kurikulum 2006 ke SKS
kurikulum 2013.
e. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan dari SKS kurikulum 2013 ke
Kurikulum 2006.
Proses mutasi peserta didik diatur dalam Peraturan Akademik satuan pendidikan
dengan ketentuan (1) lulus seleksi mutasi; (2) diterima pada semester yang setara dengan
sekolah asal; dan (3) apabila memberikan matrikulasi kepada peserta didik mutasi maka
bahan matrikulasi berupa UKBM-UKBM yang relevan.
Satuan pendidikan diperbolehkan melayani mutasi peminatan atas pertimbangan
Wakasek Bidang Kurikulum dan Guru BK dan ketentuan lain yang diatur dalam Peraturan
Akademik satuan pendidikan.
c. Setiap peserta didik difasilitasi sehingga mampu mencapai ketuntasan belajar dalam
setiap mata pelajaran secara optimal sesuai kecepatan belajarnya.
d. Bagi peserta didik pembelajar lambat dibantu dengan program remediasi,
pembelajar cepat difasilitasi untuk mempelajari paket belajar berikutnya.
e. Bagi peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan seluruh mata pelajaran sesuai
waktu belajar yang tersedia (6 semester) tetap difasilitasi sampai dengan yang
bersangkutan menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang dipersyaratan dalam
Kurikulum.
f. Penilaian hasil belajar peserta didik menggunakan penilaian acuan patokan
berbasis kompetensi dan kenaikan kelas otomatis.
g. Kelulusan setiap peserta didik ditentukan oleh penyelesaian seluruh mata pelajaran
secara tuntas dan diakhiri dengan ujian sekolah atau ujian yang bersifat
nasional sebagai penilaian sumatif yang dapat diadakan pada setiap semester.
h. Sepenuhnya menggunakan Struktur Kurikulum 2013 beserta semua perangkat
pendukungnya yang relevan
i. Pengaturan pengambilan mata pelajaran oleh peserta didik yang dilakukan secara
fleksibel secara individual atau kelompok kecil, di mana seluruh mata pelajaran
yang diwajibkan harus ditempuh oleh setiap peserta didik.
j. Setiap peserta didik memiliki kuota belajar di SMA sama selama 6 (enam) semester,
tidak ada pemampatan ke dalam program kurang dari enam semester.
k. Setiap guru menyelenggarakan pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok
kecil, dan pembelajaran individual sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik
yang bervariasi.
l. Pengaturan jadwal pembelajaran sesuai dengan prinsip layanan utuh
pembelajaran dengan SKS.
2. Bahan belajar dan pembelajaran telah dipersiapkan dengan menggunakan paket belajar
utama dapat berbentuk BTP dan/atau modul, yang berbentuk kemasan unit-unit
pembelajaran utuh individual atau UKBM berbasis KD.
3. Pengelolaan sarana dan prasarana telah siap mendukung penyelenggaraan SKS.
4. Mendapatkan surat ijin penyelenggaraan SKS dari Direktorat Pembinaan SMA atas
rekomendasi dari Dinas Pendidikan Provinsi, melalui mekanisme berikut.
a. Satuan pendidikan mengusulkan berkas untuk mendapatkan rekomendasi dari
Dinas Provinsi dengan menyertakan bukti terkait komponen No. 1 s.d 3.
b. Dinas Pendidikan Provinsi melakukan verifikasi terhadap data usulan
penyelenggaraan SKS dari satuan pendidikan.
c. Dinas Provinsi mengeluarkan surat rekomendasi untuk disertakan ke dalam surat
pengajuan ijin penyelenggaraan SKS ke Direktorat Pembinaan SMA Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (dapat dilakukan secara
kolektif).
d. Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan surat ijin penyelenggaraan SKS.
e. Satuan pendidikan siap menyelenggarakan SKS.
E. Cuti Akademik
Peserta didik diberikan kesempatan untuk cuti akademik dengan mengajukan alasan
yang dapat diterima oleh sekolah antara lain;
1. pertukaran pelajar antarnegara selama 3 12 bulan;
2. pemusatan latihan atau pembinaan prestasi dan
@2017, Direktorat Pembinaan SMA 25
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA
Untuk cuti akademik poin (1) dan (2), Satuan Pendidikan mengeluarkan surat cuti
akademik secara langsung dan ditembuskan kepada Dinas Pendidikan Provinsi.
Sedangkan untuk cuti akademik poin 3, prosedur yang harus dilakukan oleh orang
tua/peserta didik untuk mendapatkan hak cuti akademik, meliputi:
1. orang tua mengajukan surat permohonan Cuti Akademik yang dilampiri berkas atau
dokumen yang relevan;
2. Satuan Pendidikan membahas usulan orang tua bersama Guru BK dan PA;
3. Satuan Pendidikan memberikan rekomendasi untuk menindaklanjuti surat
permohonan cuti akademik dan
4. Satuan Pendidikan mengeluarkan surat keterangan cuti akademik yang
ditandatangani oleh kepala sekolah.
BAB IV
PENUTUP
Panduan Penyelenggaraan SKS ini sangat lengkap dan memuat banyak hal, mulai dari
pengertian, 7 (tujuh) prinsip penyelenggaraan SKS, pengelolaan SKS, layanan utuh
pembelajaran, Peta Jalan (Road Map) penyelenggaraan SKS, pengelolaan SKS pada masa
transisi, mekanisme penyelenggaraan SKS, pengelolaan pembelajaran, penilaian dan
pengolahan nilai, layanan mutasi peserta didik hingga penyelenggaraan SKS sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Untuk itu, setiap SMA penyelenggaraan SKS wajib memperhatikan
dengan sungguh-sungguh ketentuan-ketentuan yang telah dituangkan dalam Pedoman ini.
Selanjutnya, Untuk memahami layanan utuh pembelajaran individu disarankan membaca
Panduan Pembelajaran Tuntas. Sedangkan untuk memahami pengembangan UKBM
disarankan membaca naskah Panduan Pengembangan UKBM. Keduanya diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia,
Tahun 2017.
DAFTAR PUSTAKA
Marzano R.J. and Kendal J.S. (2007) The New Taxonomy of Educational Objectives, Second
Edition,Thousand Oaks: Corwin Press A Sage Company.
Marzano R.J. and Kendal J.S. (2007) The Art and Science of Teaching: A Comprehensive
Framework for Effective Instruction, Alexandria: ASCD.
Marzano R.J. and Kendal J.S. (2008) Designing and Assessing Educational Objectives: Applying
the New Taxonomy, Thousand Oaks: Corwin Press A Sage Company.
Paul R. And Elder L. (2006) Critical ThinkingTools for Taking Charge of Your Learning and
Your Life, Columbus: Pearson Prentice Hall.
Republik Indonesia (1945) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesai Tahun 1945
dengan Amandemen ke IV.
Schrum L. and Levin, B.B. (2009) Leading the 21st Century Schools: Harnessing Technology
for Enggagement and Achievement, London: Sage Ltd.
Trilling, B. and Fadel, C. (2009) 21 st Century Skills: Learning for Life in our Times, San
Fransisco:Jossey Bass.
Jam Ke Hari
Senin-Selasa Rabu-Kamis Jumat Sabtu
1 06.45 07.30 06.45 07.30 06.45 07.30
2 07.30 08.15 07.30 08.15 07.30 08.15
3 08.15 09.00 08.15 09.00 08.15 09.00
4 09.00 - 09.45 09.00 - 09.45 09.00 - 09.45
Istirahat 15 Istirahat 15 Istirahat 15
5 10.00 10.45 10.00 10.45 10.00 10.45
6 10.45 11.30 10.45 11.30 10.45 11.30
7 11.30 12.15 11.30 12.15 Sholat Jumat
Istirahat 30 Istirahat 30 12.45 13.30
8 12.45 13.30 12.45 13.30 13.30 14.15
9 13.30 14.15 13.30 14.15 14.15 15.00
10 14.15 15.00 14.15 15.00
11 15.00 15.45 15.00 15.45
12 15.45 16.30 15.45 16.30
Contoh Pengaturan Jadwal Kegiatan Belajar 5 hari kerja Pada Salah Satu Kelas
Jam Hari
Ke Senin Selasa Rabu Jumat Sabtu
1 Upacara Bahasa PJOK PKWU Biologi
2 Indonesia
3 Bahasa Bahasa Kimia
4 Indonesia Inggris Matematika Bahasa
5 Lintas PAI (Peminatan) Lintas Indonesia
6 Minat 1 MInat 2 Fisika
7 Sejarah
8 Seni Matematika Indonesia Mulok
9 Budaya (Umum) Matematika
10 Kimia PPKn (Umum)
11
12
Nama Sekolah :
NSPN :
Akreditasi/Tahun :
Alamat Sekolah :
Nama Kepala Sekolah :
Nama Wakil Kepala Sekolah :
.,..,..
Mengetahui Petugas/Verifikator
Kepala SMA..
GURU
Kelas
hete
ro
gen
GURU
1
Kelas
hete
ro
gen
GURU
2
c. Layanan kelompok belajar rombongan lintas rombel individu yaitu layanan belajar
lintas rombel kelompok oleh satu guru (setelah mendapatakan layanan pembelajaran,
PD kembali ke kelas asal)
PD PD PD PD PD
PD 1
2 3 10 11 12
PD PD PD Ke PD PD PD
4 5 6 13 14 15
las
PD PD PD PD PD
7 8
PD 9
he 16 17 18
PD PD PD te PD PD PD
19 20 21 28 29 30
ro
PD PD PD PD PD PD
22 23 24 gen 31 32 33
PD
PD
25
PD
26
PD
27
PD
34
35
PD
36
Layanan untuk pembelajar
7
cepat dari rombel lain
PD 1
PD PD PD PD PD (kelas homogen untuk
2 3 10 11 12
sementara selanjutnya
PD
4
PD
5
PD
6
Kel PD
13
PD
14
PD
15 kembali ke kelas asal)
as
PD PD
PD 9
PD PD PD GURU 1
7 8 het 16 17 18
PD PD PD e PD PD PD
19 20 21 28 29 30
rog
PD PD PD PD PD PD
22 23 24 en 31 32 33 Layanan untuk pembelajar
PD PD PD PD
PD
PD
lambat dari rombel lain
35
25 26 27 34 36
7 (kelas homogen untuk
sementara selanjutnya
PD 1
PD
2
PD
3
PD
10
PD
11
PD
12
kembali ke kelas asal)
PD PD PD PD PD PD
GURU 2
4 5 6 Kel 13 14 15
as
PD PD PD PD PD
PD 9
7 8 het 16 17 18
PD PD PD
e PD PD PD
19 20 21 28 29 30
rog
PD PD PD en PD PD PD
22 23 24 31 32 33
PD
PD PD PD PD PD
35
25 26 27 34 36
7
Rombel ke..
CATATAN:
MP 5 DAN MP 6 ADALAH MAPEL LINTAS MINAT
Peserta didik melingkari mata pelajaran pada kolom beban belajar yang
direncanakan untuk diambil
Pengambilan mata pelajaran hanya diperbolehkan pada semester berjalan dan/atau
semester berikutnya (berurutan)
PA memberikan paraf dan tanggal konsultasi pada kolom paraf
................................,...................................
Pembimbing Akademik,
.......................................................................
CATATAN:
MP 5 DAN MP 6 ADALAH MAPEL LINTAS MINAT
BARIS 16 18 ADALAH MATA PELAJARAN TAMBAHAN YANG DIAMBIL
................................,...................................
Pembimbing Akademik,
.......................................................................