Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

1. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah dan maksud riset merupakan langkah awal dalam
proses penelitian. sering kali peneliti mengalami masalah untuk mengindentifikasi
suatu masalah. penelitili tidak mugkin dilakukan tanpa merumuskan masalah
terlebih dahulu, oleh karena itu peneliti perlu memahami dan menyatakan dengan
jelas dan tepat dengan menggunakan istilah yang sesuai ketika merumuskan
masalah dalam proposal penelitian yang disusunnya.
Menurut Burns dan Grove (1996), masalah penelitian adalah suatu situasi
yang membutuhkan solusi, peningkatan dan perubahan atau kesenjangan antara
kenyataan dan seharusnya. selanjutnya, Subakir (1995) menyatakan bahwa setiap
kejadian, setiap fenomena yang membangkitkan perhatian, menimbulkan
keingitahuan dan menimbulkan pertanyaan yang saat belum ada jawabnya, atau
masih dipertentangkan, dapat merupakan latar belakang masalah penelitian.
Agar suatu masalah dapat dijadikan masalah riset, peneliti perlu
memerhatikan kriteria masalah penelitan yang baik sebagaimana dikemukakan
oleh subakir (1995) berikut ini:
1. feasible (mampu laksana), jumlah subjek yang adekuat, keterampilan
teknik yang adekuat, waktu dan dana mencukup, bidang yang mampu
dikelola
2. menarik, menarik bagi peneliti
3. novel, menemukan suatu yang baru, menolak atau mengonfirmasi
penemuan terdahulu, mengembangkan dan memperjelas hasil penemuan
terdahulu
4. etis, tidak bertentangan dengan etika penelitian
5. relevan, bagi ilmu pengetahuan dengan kebijakan dan bidang klinik dan
kesehatan dengan arah riset selanjutnya
Masalah harus dinyatakan secara jelas, singkat, dengan menggunakan istilah
yang tepat. pada umumnya rumusan masalah dinyatakan dengan kalimat tanya
dengan memperhatikan komponen sebagai berikut:
1. tentukan batas masalah yang akan diteliti. apa masalah utama dengan
membatasi yang bukan masalah utama seminimal mungkin.
2. istilah harus didentifikasi secara operasional, jika perlu gunakan kamus
istilah.
3. asumsi penelitian harus mempunyai dasar yang kuat,walaupun apa yang
diasumsikan penelitian bisa belum pernah dipikirkan oleh orang lain.
4. manfaat penelitian yang direncanakan untuk dilakukan.
Setelah menulis rumusan masalah, peneliti sebaiknya membahas rumusan
masalah ini dengan mereka yang lebih berpengalaman untuk analisis secara kritis
termasuk cara pemilihan naracoa (sampel) dan pengukuran penelitian. apabila
masalah penelitian terlalu luas, variabel yng akan diteliti dapat dikurangi
sehinggan dapat mempertajam masalah. jika naracoba kurang, perlu
mempertimbangkan kembali kriteria inklusi dan ekslusi atau perpanjangan waktu
penelitian. apabila cara pengukuran dan keterampilan kurang adekuat, penelitian
perlu mempelajari teknik tersebut atau berkerja sama dengan orang lain yang
menguasai teknik tersebut. andaikata masalah kurang relevan, berati peneliti perlu
memodifikasi kembali masalah.

2. Tinjauan Kepustakaan
Menurut Burns dan Grove (1996) tinjauan kepustakaan dilakukan untuk
mendapatkan gambaran apa yang telah diketahui tentang situasi tertentu dan
kesenjangan pengetahuan yang ada pada situasi tersebut. Untuk itu, diperlukan
kepustakaan/literatur yang relevan sebagai sumber yang sangat penting untuk
memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang masalah yang akan diteliti,
sehingga memungkinkan peneliti untuk membangun apa yang telah dikerjakan
oleh peneliti sebelumnya. Teori juga ditelaah untuk mendapatkan kejelasanan
definisi konsep dan menyusun kerangka konsep/teori penelitian. Dengan
demikian, tinjauan kepustakaan diperlukan peneliti untuk mengklarifikasikan
masalah yang diteliti, mengetahui apa yang perlu diteliti lebih lanjut dan apa yang
belum pernah diteliti.
Tinjauan pustaka berisi penelusuran konsep dan teori yang relevan dengan
tujuan penelitian. Teori atau konsep berisi hubungan antar variabel dengan
parameter yang digunakan untuk membuahkan kerangka pikir atau konseptual
dari permasalahan penelitian ( what, why dan how ), sehingga akhirnya dapat di
pahami secara utuh permasalahan penelitiannya.
Merupakan suatu keharusan di pundak peneliti untuk melakukan hal yang
lebih dari sekedar mendata referensi di dalam tinjauannya. Kurangnya kritik yang
memadai tampak jelas sebagai kesalahan utama, mungkin karena hal itu
merupakan kesalahan yang paling sering dilakukan! Contoh, Best (1970)
menyarankan hal-hal ini:
Saat menelusuri kepustakaan terkait, peneliti harus memperhatikan unsur-
unsur penting berikut.
a. Masalah yang dilaporkan atau masalah yang berkaitan erat yang telah
diselidiki.
b. Rancangan belajar, termasuk prosedur pelaksanaan dan alat
pengumpulan data yang digunakan.
c. Populasi yang diteliti.
d. Variabel-variabel yang mungkin memengaruhi temuan.
e. Celah atau kesalahan yang tampak
Fungsi Tinjauan Pustaka
Ada empat fungsi utama tinjauan pustaka. Keempat fungsi tersebut, antara
lain :
1. Untuk menjelaskan alasan mengapa topik cukup penting untuk diteliti.
Contoh, studi tentang perilaku manusia merokok dengan penyakit
vaskular perifer. Tinjauan kepustakaan tentang implikasi kesehatan
bagi individu dan biaya pengobatannya yang dihitung secara ekonomis
dapat disebutkan disini untuk mendukung proyek tersebut.
2. Untuk memberikan pembaca catatan dan uraian kepustakaan terbaru
yang ringkas tentang masalah-masalah yang relevan dengan topik.
Contoh untuk studi mengenai gaya belajar siswa perawat, tinjauannya
dapat mencakup:
a. Catatan ringkas mengenai perkembangan gaya belajar di dunia
pendidikan perawat. Bila ini bukan penelitian historis, bagian ini
ditujukan hanya untuk memberikan pembaca suatu catatan mengenai
bagaimana gaya belajar, dan apakah gaya belajar dalam pendidikan
perawat telah berkembang secara bertahap.
b. Bahasan singkat mengenai gaya-gaya belajar utama.
c. Kebijakan dan pendapat dari badan-badan terkait,misalnya, National
Boards for Nursing, Midwifery and Health Visiting atau Royal
College of Nursing, tentang gaya belajar.
d. Pendapat para pakar di bidangnya seperti yang tercantum di buku
teks atau jurnal.
3. Untuk memberikan makna konseptual dan teiritis yang terdapat pada
topik riset. Contoh, dalam studi tentang ketidakpatuhan terhadap
anjuran medis beberapa kepustakaan tentang Health Belief Theory
seperti Health Belief Model dan Social Learning Theory dapat menjadi
latar belakang untuk memperkuat topik dan isu-isu terkait yang dibahas.
Definisi operasional tentang konsep sering difasilitasi dengan mengulas
bagaimana mereka telah melakukan tugas khusus ini.
4. Untuk membahas riset terkait yang dilakukan pada topik yang sama atau
topik yang serupa (jika belum ada riset terdahulu yang dilakukan tentang
topik yang diusulkan). Keterampilan peneliti dalam memasukkan
aspek-aspek yang relevan dalam studi ini sekaligus kemampuannya
dalam berpikir kritis dan menarik kesimpulan, sangatlah penting.
Prinsip-prinsip
Di dalam kepustakaan yang membahas tentang metodologi, dapat
ditemukan sejumlah prinsip penting. Pada kebanyakan peristiwa, prinsip-prinsip
yang harus dipakai untuk mengarahkan tinjauan pustaka adalah sebagai berikut:
1. Relevansi
Prinsip yang kemungkinan paling penting adalah prinsip relevansi.
Menurut Batey (1977),sumber yang harus dirujuk hanyalah sumber yang
berkaitan dengan proyek riset dan yang memberikan pengetahuan
terkait. Prinsip ini harus menjadi ujian pertama untuk referensi yang
dipilih, untuk disertakan dalam studi manapun.
2. Kedalaman
Prinsip ini harus dipakai terutama pada sumber yang dianggap secara
langsung berhubungan erat dengan proyek riset. Pada situasi ini dibuat
sebuah keputusan, dalam kerangka waktu dan sumber yang terbatas,
untuk tidak melakukan kritik yang mendalam.

3. Menyusun Kerangka Konsep/Kerja Penelitian


Kerangka konsep di gunaka dalam metode riset kuatitatif dan kualitatif.
Dalam study kuatitatif, kerangka kerja merupakan teori yang teruji yang
dihaasilkan dari model konsepsual atau di kembangkan secara induktif, kerangka
teori/konsep merupakan suatu falsafah atau pandangan dunia; teori selaras dengan
falsafah sebagai studi hasil.
Istilah yang perlu di mengerti dalam pengembangan kerangka teori/konsep
yang merupakan komponen dari kerangka konsep, konstruk, variabel, pernyataan
berhubungan, model konsepsual, teori dan peta/skema konsepsual ( conceptual
map ).
Kontruk. Kontruk adalah konsep yang bersifat sangat abstrak dan
mempunyai arti yang sangat umum. Sebagai contoh, respons emosi.
Konsep. Konsep adalah suatu istilah yang secara abstrak menguraikan nama
objaek atau phenomena yang memberi identitas dan arti tersendiri. Contoh,
ansietas atau cemas ( anxiety ).
Variabel. Varibel lebih konkret dan lebih spesifik dari pada konsep dan di
definisikan sedemikian rupa sehingga terukur/nilai numeruk dan dapat
diobservasi. Sebagai contoh, seseorang yang merasa cemas akan mengalami
tangan yang berkeringat, palpitasi meningkat, melakukan gerakan gerakan
tertentu.
Definisi konsep di tetapkan melalui suatu proses yang terdiri atas :
1. Analisis konsep, yaitu suatu strategi untuk mengidentifikasi karakteristik
penting dari suatu konsep.
2. Sintesis konsep, yaitu roses penguraian dan pemberian nama ada konsep
yang belum pernah ada sebelumnya.
3. Derivasi konsep, yaitu mengambil definisi teori dari suatu disiplin ilmu
lain dan memindahkan konsep dari satu disiplin atau bidang ilmu ke
disiplin atau bidang ilmu lain.
Perrnyataan hubungan ( relation statement ). Pernyataan hubungan
sering disebut sebagai proposisi yang merupakan inti dari kerangka teori/konsep
berupa pernyataan yang mengidentifikasi bagaimana/cara konsep-konsep saling
berhubungan ( Avantv & Walker, 1995 ). Hubungan pernyataan mempunyai
berbagai karakteristik, antara lain
1. Arah
2. Bentuk hubungan.
3. Kekuatan hubungan/besarnya pengaruh.
4. Simentri.
5. Urutan.
6. Kemungkinan kejadian ( probability of occurentce ).
7. Keperluan ( necessity ).
8. Heirarki pernyataan.
Arah. Arah hubungan dapat bersifat positif, negative, atau tidak di ketahui.
1. Hubungan yang positif terjadi jika perubahan yang terjadi pada suatu
konsep ( dalam nilai jumlah yang menurun atau meningkat
2. Hubungan yang negative, jika perubahan yang terjadi pada suatu onsep
diikuti perubahan pada konsep lain dengan arah yang bertentangan.
Bentuk hubungan. Ada dua bentuk hubungann garis lurus (linear), yaitu
hubungan antara dua konsep akan tetap konsisten berapa pun nilai dari tiap
konsep, atau kurva (curvilinear), yaitu hubungan antara dua konsep bervariasi
tergantung pada nilai realtif dari konsep tersebut.
Kekuatan hubungan/besarnya pengaruh. Kekuatan atau beasarnya
pengaruh adalah jumlah variasi yang di jelaskan oleh hubungan. Beberapa variasi
dalam suatu konsep mempunyai hubungan dengan vaariasi dari konsep yang lain.
Simetri. Hubungan bisa simetris atau tidak simestris, bergantung pada
timbal balik atau tidaknya hubungan antara satu konsep yang lain.
Urutan. Waktu merupakan faktor penting dalam menjelaskan sifat
urutan/keteraturan suatu hubungan. Apabila kedua konsep terjadi persamaan,
hubungan bersifat concurrent atau bersamaan. Sedangkan jika suatu konsep terjadi
sesudah konsep konsep yang lain, hubungan bersifat sequential atau berurutan.
Kemungkinan kejadian (probability of occurrence). Suatu hubungan dapat
merupakan kepastian atau kemungkinan berdasarkan tingkat kepastian akan ada
atau tidaknya suatu hubungan.
Keperluan (necessity). Pada necessary relationship, satu konsep harus
terjadi agar konsep kedua dapat terjadi.
Hierarki pernyataan. Pernyataan tentang kedua ideb konsepsual yang
sama dapat disusun pada tingkat keabstrakan. Pernyataan dalam konseptual
(proposi umum) merupakan abstrak tingkat tinggi. Pernyataan pada teori
(proporsi spesifik) pada tingkat keabstrak sedang. Sementara hiotesis, abstrak
tingkatv rendah dan lebih spesifik serta dalam lingkup yang lebih sempit.
Model Konseptual. Model konseptual aadalah suatu set konstruk yang
sangat abstrak dan berkaitan yang menjeasakan fenomena secara luas,
mengekspresikan asumsi, dan mencerminkan falsafah. Contoh : Model Roy
menguraikan adaftasi sebagai fenomena utama yang menarik dalam keperawatan.
Roy mengidentifikasikan konstruk yang menurutnya penting dalam beradaptasi
dan bagaimana knstruk ini berinteraksi untuk menghasilkan adaptasi.
Teori. Teori lebih sempit dan spesifik daripda model konsepsual dan data
langsung di uji. Teori terdiri atas rangkaian konsep, pernyataan, hubungan
pernyataan, yang terintegrasi dan menyajikan tentang fenomena dan dapat
digunakan untuk menguraikan, menjelaskan, meramalkan, dan/atau
mengendalikan fenomena suatu disaiplin. Teori terdiri atas :
1. Asumsi : Pernyataan mengenai phenomena sentral suatu disiplin yang
mewakili keyakinan pakar teori.
2. Konsep : Ide abstrak tertlis pada tingkat teoritas yang merupakan
fondasi bagunan suatu teori.
3. Prinsif : pernyataan yang menjelasan ide dengan menghubungkan
konsep dari prisip, sehingga dapat menjadi pedoman untuk riset dan
praktik.
Peta Skema konsepsual
Skema konsepsual ( conceptual map ) merupakan diagram hubungan antara
konsep dan hubungan antara pernyataan. Guna skema konseptual, yaitu untuk
meringkas dan mengintegrasikan hal yang di ketahui tentang fenomena secara
ringkas dan jelas, menjelaskan mana yang berkontribusi atau sebagai penyebab
hasil baik secara langsung maupun tidak langsung.
Langkah menyusun kerangka teori/konsep
Penyusun keranga teori/konsep terdiri atas beberapa langkah :
Memilih dan mendefinisikan konsep. untuk penyusun kerangka
penelitian, dipilih konsep yang relevan dengan fenomena. Dengan demikian,
judul masalah yang menguraikan fenomena merupakan sumber utama konsep
yang di perlukan untuk suatu kerangka study. Konsep mungkin saja pada
awalanya diidentifikasi sebagai variabel dan kemudian di terjemahkan ke dalam
konsep. Tiap variabel utama yang dimasukan dalam studi harus merupakan
pencerminan suatu konsep. Tiap konsep harus didentifikasikan secara konseptual.
Apabila ada dan sesuai, gunakan definisi konseptual dari hasil penelitian teoritis
dan tulis referensinya,
Menyusun peryataan hubungan. Menghubungkan semua konsep dengan
menyusun pernyataan hubungan (relation ststement) merupakan langkah kedua
pengembangan suatu kerangka/konsep penelitiaan. Jika memungkinkan,
hubungan di peroleh dari landasan teoritis dan sumber/referensi. Apabila
pernyataan tentang hubungan belum tersedia, maka penelitian harus mengusulkan
pertanyaan yang baru. Sedapat mungkin mengunakan pernyataan tentang
hubungan antar-konsep yang telah digunakan dalam studi sebelumnya, tanpa
menutup kemungkin untuk mengembangkan sendiri dari teori atau literature yang
ada dengan memerhatikan tahapan berikut ini :
1. Memilih bagian dari teori yang membahas hubungan antara atau dua atau
tiga konsep.
2. Tulis suatu kalimat dari teori yang tampak sebagai hubungan pernyataaan.
3. Ekspresikan hubungan dalam bentuk diagram.
4. Beralih pada pernyataan beerikutnya dan ekspresikan dalam bentuk
diagram.
5. Teruskan sampai semua pernyataan yang berkaitan dengan konsep terpilih
sudah digambarkan dalam bentuk diagram.
6. Periksa keterkaitan antara pernyataan dakam bentuk diagram yang telah
disusun, sehingga secara bertahap akan terlihat secara logis apa yang
dinyatakan oleh teori.
Mengembangkan rangkaian heirarki pernyataan. Rangkaian heirarki
pernyataan terdiri atas proposisi spesifik (pernyataan abstrak yang
mengklarifikasikan hubungan antara 2 konsep atau lebih) dan hipotesis atau
pernyataan penelitian. Jika model konseptual dimasukan dalam kerangka studi,
maka digunakan proposisi umum.
Koping berfokus pada masalah
Status kesehatan
Koping berfokus pada emosi

Hipotesis : Diprediksikan bahwa koping yang berfokus pada penyelesaian


masalah akan mempunyai hubungan langsung yang positif dengan status
kesehatan dan koping berfokus pada emosi akan berhubungan langsung secara
persepsi status kesehatan.
Menyusun peta/skema konseptual. Skema konseptual disusun lebih awal
dalam pengembangan kerangka studi, tetapi penghalusannya dapat dilakukan
diperlukan informasi.

4. Definisi Variabel
Variable adalah suatu konsep yang memiliki variasi nilai. konsep
merupakan degfenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak
suatu fenomena. badan adalah suatu konsep yang tidak mempunyai suatu
keragaman nilai, dan akan menjadi variabel jika dipecah menjadi unsur-unsur
(tinggi badan, berat badan, dan besar badan). keragaman nilai yang terdapat pada
berat badan adalah 40 kg, 50 kg, 60 kg dan seterusnya. keragaman nilai yang
terdapat pada tinggi badan adalah 160 cm, 170 cm, 180 cm, dan seterusnya.
pengertian lain menjelaskan bahan variabel adalah segala sesuatu yang akan
menjadi objek pengamatan penelitian, faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa/gejala yang akan diteliti ditentukan oleh landasan teorinya dan
ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya.
Adapun macam-macam variabel penelitian yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
1. Variabel Indepen (Variabel Bebas) atau Variabel Eksogen
Variabel indepen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,
antedent. variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
seperti telah disebutkan sebelumnya, variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
3. Variabel Tunggal
Variabel tunggal adalah variabel yang berdiri sendiri, tidak ada variabel lain
yang mendampinginya.
4. Variabel Intervening (sela)
Variabel sela merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara
variabel bebas dan variabel terikat. sehingga, variabel bebas tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat.
5. Variabel Pendahulu (Ekstranus)
variabel pendahulu ada atau tejadi mendahului dua variabel yang saling
berhubngan. jika variabel yang saling berhubungan tersebut menjadi tidak ada.
6. Variabel Pengganggu (Confounding)
Jika variabel bebas telah diketahui berpengaruh terhadap variabel terikat,
kemudian dimasukkan variabel lain dan hasilnya berubah atau terbalik, maka
variabel tersebut variabel pengganggu.
7. Variabel Kontrol
variabel control adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan,
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti..
4. Keterbatasan Riset
Telah diuraikan sebelumnya bahwa ada peningkatan kecenderungan untuk
mengandalkan ilmu dan riset sebagai satu-satunya cara memahami keperawatan.
Dapat diperdebatkan bahwa banyak masalah tentang perawat yang tidak
dijelaskan secara gamblang berdasarkan kajian ilmiah. Beberapa diantara nya
adalah masalah moral dan etik. Masalah lainnya adalah tentang isu eksperiensial
yang kompleks, seperti hubungan antara perawat dengan pasien yang menjelang
ajal, yang memang lebih baik disampaikan melalui bentuk riset humanistik bukan
ilmiah. Masalah tersebut tidak dapat diteliti secara adekuat melalui pendekatan
riset positivistik-kuantitatif. Masalah ini mungkin lebih baik, atau mungkin juga
tidak, diteliti dengan pendekatan kualitatif, terutama pada aspek fenomenologi.
Atau masalah tersebut bila dipandang sebagai masalah filosofi moral atau
teologia, mungkin menjadi lebih informatif.
Selain itu, juga telah disebutkan bahwa riset itu sendiri memiliki defek
gender, bahwa sebagai ilmu dulunya riset merupakan disiplin ilmu yang
didominasi oleh kaum pria, sehingga ilmu tersebut menonjolkan bentuk pikiran
yang bersifat maskulin. Namun pandangan ini dianggap benar dalam paradigma
ilmiah positivistik. Riset kuantitatif memberikan tekanan pada objektivitas,
pengukuran, kenetralan, dan pengendalian. Riset ini juga menyingkirkan
subjektivitas, penilaian, keterlibatan, dan intuisi. Bahkan didalam debat tentang
kekuatan riset kuantitatif vesus kualitatif yang diadakan oleh para ahli sosial,
istilah seperti kuat (yang memang bersifat maskulin) dan lunak (bersifat feminim)
sering dipakai.
Pandangan ini tentu saja penting dalam bidang keperawatan, yang
mayoritas praktisinya adalah perempuan. Dengan demikian, ada bahaya nyata
bahwa berdasarkan pendekatan objektif yang memiliki nilai netral, perawat akan
semakin membiarkan dasar pengetahuan mereka hanya menggunakan pendekatan
feminim. Nilai yang dikatakan paling sering ditemukan pada wanita----
kehangatan, cinta, perhatian, intuisi----dan beberapa laiinya, merupakan kekuatan
besar yang melekat dijantung keperawatan, akan dianggap sebagai unsur yang
tidak valid dalam etos keperawatan hanya karena nilai tersebut tidak divalidasi
dari perspektif positivistik(segi maskulin).
Sampai tingkatan tertentu, tren ini dihilangkan dengan munculnya
perspektif riset feminis di dalam keperawatan. Beberapa perawat peneliti (Webb,
1993; Ribbens, 1989; Wilkinson, 1986) menegaskan hak perawat sebagai seorang
perempuan untuk meneliti isu-isu feminist dari pengalaman perspektif perempuan.
Pendekatan seperti itu cenderung mendominasi tradisi riset kualitatif. Riset jenis
ini juga memiliki kekuatan untuk tidak terlalu kaku terhadap asumsi tentang
kenetralan, dan jarak antara peneliti dan yang diteliti. Akan tetapi, tren ini
bertahan di dalam keterbatasan tren itu sendiri. Ada beberapa orang yang
mengatakan bahwa dengan caranya sendiri perspektif kualitatif juga sama
sensasionalnya dengan perspektif positivistik yang didominasi kaum pria. Tokoh
lainnya mengatakan bahwa dalam perkembangan etos dan riset baru, tidak ada
tempat untuk para pengisolasi mental baik yang berasal dari unidisipliner maupun
spesifik gender.

5. Desain Riset
Desain penelitian adalah rancangan penelitian. Desain penelitian ini
ditetapkan dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan
efisien.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dan dijawab dalam setiap
menentukan rancangan penelitian atau evaluasi yang dipilih:
1. Cara pendekatan apa yang akan dipakai?
2. Metode apa yang akan dipakai?
3. Strategi apa yang kiranya paling efektif?
Keputusan rancangan apa yang akan dipakai ditentukan oleh:
1. Tujuannya
2. Sifat masalah yang akan digarap
3. Berbagai alternatif yang cocok untuk dipergunakan penyelidikan
Secara garis besar, menurut Suyanto, desain penelitian dapat dibedakan
berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, yaitu metode kuantitatif dan metode
kualitatif.
1. Metode Kuantitatif
Menurut catatan Wikipedia, penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah
yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-
hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/ atau hipotesis yang
berkaitan dengan fenomena alam. Adapun metode kuantitatif terdiri atas beberapa
hal berikut.
a. Deskriptif
Rancangan penelitian deskriptif hanya dijumpai pada pendekatan
observasional dengan rancang bangun survei atau cross sectional. Pada rancang
bangun cross sectional, variabel penelitian diukur hanya sekali saja, sehingga
variabel mana yang sebagai penyebab dan akibat tidak dibedakan.
b. Korelasi
desain penelitian korelasional bertujuan mendapatkan gambaran tentang
hubungan antara du atau lebih variabel penelitian. Dengan diketahuinya hubungan
variabel tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dan permasalahan yang
diteliti.
Berdasarkan perlakukannya terhadap objek penelitian, desain penelitian
korelasi terbagi menjadi dua jenis:
1. Desain korelasi deskriptif
Desain korelasi deskriptif bertujuan mengetahui hubungan yang terjadi pada
sebuah fenomena. Penggunannya, untuk mengidentifikasi hubungan yang terjadi
sesaat, tanpa perlu kelompok kontrol atau uji coba.

Pendidikan

Pekerjaan
Drop out DPT

Pengetahuan Imunisasi

Gambar 1. Kerangka kerja desain korelasi deskriptif


2. Desain korelasi prediktif
Desain korelasi prediktif digunakan jika penelitian yang akan dilakukan
bertujuan mengetahui fenomena hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, dalam
kerangka kerjanya, variabel penelitian korelasi prediktif dibagi menjadi dua, yaitu
kelompok variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

Gaji Motivasi Kerja Perawat


Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka kerja desain korelasi prediktif


c. Komparasi
Desain penelitian komparasi bertujuan mencari perbandingan antara dua
sampel atau dua uji coba pada objek penelitian. Desain kompasari ini terbagi
menjadi dua jenis, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Desain Kohort
Desain kohort disebut juga desain prospektif karena data yang dikumpulkan
pada penelitian ini bersifat longitudinal. Penelitian ini digunakan untuk mencari
perbedaan antara dua kelompok yang memiliki faktor yang berbeda.

MEROKOK

Ketahanan
BUMIL
frekue
Tidak merokok nsi
sakit
BB
Gambar 3. Kerangka konsep desain kohort
Bayi
2) Desain Case Control
Desain case control disebut juga penelitian retrospektif, kebalikan dari
deasin kohort. Pengamatan dan penilitian sampel dilakukan terlebih dahulu untuk
kemudian ditelusuri faktor resiko atau penyebab yang telah terjadi dimasa lalu.
Contoh, penelitian tentang faktor resiko ibu hamil perokok terhadap kejadian
BBLR. Bayi yang lahir dikelompokan menjadi BBLR dan BB normal, kemudian
dilakukan penelusuran pada ibu bayi yang merokok.
Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut:

Merokok BBLR

Merokok BB normal

Retrospektif
Gambar 4. Kerangka konsep desain case control
d. Kuasi Eksperimen
Metode kuasi eksperimen bertujuan menjelaskan atau mengklarifikasi
terjadinya sebuah hubungan dan menjelaskan hubungan sebab, sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi sebuah fenomena. Jika dibandingkan
dengan metode eksperimen sesungguhnya , metode ini lebih lemah karena
rendahnya pengendalian atau kontrol terhadap subjek penelitian. Oleh karena itu,
penelitian keperawatan yang sering mengalami kesulitan untuk mengontrol subjek
penelitian banyak menggunakan metode kuasi eksperimen ni.
Perlu diketahui, metode kuasi eksperimen terdiri atas beberapa jenis, di
antaranya ada sebagai berikut.
1) Desain Satu Kelompok Post-Test
Desain ini disebut juga desain one shot case study, yaitu sebuah uji coba
yang dilakukan pada sebuah kelompok pada sebuah kelompok tanpa kelompok
kontrol (disinilah letak kelemahan desain ini, yaitu tidak adan kelompok kontrol).
Selanjutnya, uji coba pada kelompok tersebut dinilai atau diukur. Contoh, Efek
penggunaan komunikasi terapeutik pada tingkat kepuasaan pasien dalam
pelayanan keperawatan.
Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut:
Komunikasi Terapeutik Kepuasan pasien

2) Desain satu kelompok Pre-post Test


Sebelum uji coba dlakukan pada sebuah kelompok tanpa kelompok control,
dilakukan terlebih dahulu penilaian atau pengukuran pada kelompok tersebut.
Selanjutnya, dilakukan uji coba kelompok, kemudian uji coba kelompok tersebut
dinilai kembali. Contoh; Perbedaan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan
keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan komunikasi terapeutik.
Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut:

Kepuasan pasien Komunikasi Terapeutik Kepuasan pasien setelah


sebelum di uji Pasien di uji coba di uji coba
coba

Gambar 6. Desain satu kelompok pre-post test

3) Desain The Static Group Comparasion


Desain ini dirancang untuk meneliti pengaruh dari sebuah uji coba terhadap
kelompok objek penelitian dengan membandingkan pada kelompok kontrol.
Contohnya, penelitian tentang Pengaruh kaegel exercise pada pasien
incontinensia urine.
Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut:

Pasien Incontenensia Latihan kaegel Kondisi saat ini

Pasien Incontenensia Latihan tidak kaegel Kondisi saat ini

Gambar 7. Desain the static group comparasion


d. Eksperimen
Metode penelitian ekperimen bersifat objektif, sistematis, dan terkontrol
sebuah fenmena atau menguji sebuah penyebab. Metode ini merupakan metode
terbaik dari metode penelitian kuantitatif lainnya, karena variebel penelitian
dikontrol dan mendapat manipulasi atau tindakan berupa uji coba.
Desain penelitian dengan metode eksperimen ini terbagi menjadi tiga, yakni
sebagai berikut.
1) Desain Post-test dengan pemilihan
Desain ini hampir sama dengan desain kuantitatif eksperimen kelompok the
static comparasion. Perbedaannya, terletak pada pemiilihan sampel, yang dalam
desain ini, sample harus di acak. Desain ini tidak mengukur kelompok sebelum
dilakukan uji coba, baik pada kelompok uji maupun kelompok kontrol. Contoh,
penelitian tentang Pengaruh pemberian tablet FE pada pasien primigravida di
Puskesmas Kota Mayang.
Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut:

Pasien Primigravida Diberi Tablet FE Kadar Hb


Kelompok Uji
di Acak
Pasien Primigravida Tidak Diberi Tablet Kadar Hb
Kelompok Uji FE
di Acak
2) Desain Pre-post Tes dengan Pemilihan
Desain ini hampir sama dengan desain post test dengan pemilihan.
Perbedaannya terletak pada pengukuran , yang sebelum di uji coba, kelompok uji
dan kontrol di ukur atau dinilai terlebih dahulu.
3) Desain Solomon
Desain solomon adalah desain yang merupakan gabungan dari desan pre-
post dengan pemilihan desain post-test dengan pemilihan. Desain ini adalah
desain penelitian yang paling kuat dan cermat dibandingkan penelitian
eksperimen yang lain, karena sangat kompleks dan menghilangkan kelemahan
atau kekurangan desain eksperimen yang lain. Dengan demikian, pada desain
solomon, terdapat empat kelompok; dua kelompok sebagai kelompok uji coba,
dan dua kelompok lainnya sebagai kelompok kontrol.
2. Metode Kualiatif
Menurut Prof. Dr.H. Mudjia Rahardjo, M.Si, tujuan utama penelitian
kualitatif adalah untuk memahami fenomena atau gejala sosial dengan lebih
menitikberatkan pada gambaran yang lengkap tentang fenomena yang dikaji
daripada memerincinya menjadi variabel-variabel yang saling terkait.
Suyanto (2011) membagi jenis penelitian kualitatif menjadi dua.
Diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Fenomenologik
Metode fenoemenologik bersifat induktif, deskriptif, dan dikembangkan dari
sebuah fenomena. Metode ini bertujuan mengetahui gambaran secara keseluruhan.
b. Histories
Metode histories adalah sebuah metode penelitian kualitatif yang
dideskripsikan berupa narasi dan dianalisis berdasarkan kejadian masa lalu. Data
diambil dari catatan, dokumen, laporan, dan benda-benda sejarah.

6. Mengidefinisikan Populasi dan Sampel


a. Pengertian populasi
Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap
hidup, dan sebagainya yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data
penelitian. Apabila kita lihat definisi tersebut, pengertian populasi bisa sangat
beragam sehingga kita harus mendefinisikan populasi tersebut dengan jelas dan
tepat. Pengertian populasi di sana bersifat relatif, pendefinisiannya tergantung dari
si Peneliti, apakah dia ingin mengetahui Populasi Contoh : populasi mahasiswa
STBAJIA Bekasi, populasi dosen bahasa Inggeris bekasi,dll.Kita harus hati-hati
dalam mendefinisikan suatu populasi. Populasi harus didefinisikan dengan jelas
dan tepat. Misalnya, kita ingin mengetahui rata-rata nilai IPK mahasiswa
STBAJIA parameter/sifat/ciri yang ingin diketahui adalah rata-rata nilai IPK
mahasiswa dan obyek yang ditelitinya adalah Mahasiswa STBAJIA.
Populasi dapat dibagi berdasarkan keadaan (kompleksitasnya) dan
berdasarkan ukurannya. Menurut keadaannya populasi dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu Populasi Homogen, dan Populasi heterogen. Berdasarkan ukurannya,
populasi juga dibagi menjadi dua bagian yaitu Populasi terhingga, dan Populasi
tak terhingga.
b. Populasi berdasarkan keadaannya:
Populasi Homogen: populasi dikatakan homogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif seragam satu sama lainnya.
Karakteristik seperti ini banyak ditemukan di bidang eksakta, misalnya air,
larutan, dsb. Apabila kita ingin mengetahui manis tidaknya secangkir kopi, cukup
dengan mencoba setetes cairan kopi tersebut. Setetes cairan kopi sudah bisa
mewakili kadar gula dari secangkir kopi tersebut.
Populasi Heterogen: populasi dikatakan heterogen apabila unsur-unsur dari
populasi yang diteliti memiliki sifat-sifat yang relatif berbeda satu sama lainnya.
Karakteristik seperti ini banyak ditemukan dalam penelitian sosial dan perilaku,
yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia yang bersifat
unik dan kompleks. Misalnya, apabila kita ingin mengetahui rata-rata IQ
mahasiswa STBAJIA angkatan 2009 (berarti rata-rata dari semua Program). Jelas,
rata-rata IQ mahasiswa antar Fakultas kemungkinan besar bervariasi, IQ
mahasiswa program bahasa Inggeris relatif lebih tinggi dibanding dengan rata-rata
IQ mahasiswa program lainnya, sehingga kita bisa mengatakan bahwa populasi
tersebut keadaannya heterogen.
Untuk mengatasi populasi yang heterogen dalam melakukan penelitian,
perlu adanya pengelompokan berdasarkan karakteristiknya, sehingga dari populasi
yang ada digrupkan dalam beberapa kelompok, yang nantinya kelompok-
kelompok tersebut akan hogomen dalam kelompoknya, tetapi kelompok-
kelompok tersebut sangat heterogen diantara kelompkonya. Pada pemisalan
sebelumnya, kelompok identik dengan Fakultas.
c. Populasi berdasarkan ukurannya:
Populasi terhingga: Populasi dikatakan terhingga bilamana anggota
populasi dapat diperkirakan atau diketahui secara pasti jumlahnya, dengan kata
lain, jelas batas-batasnya secara kuantitatif, misalnya:
Tinggi penduduk yang ada di kota tertentu
Panjang ikan di sebuah danau
Populasi tak hingga: populasi dikatakan tak hingga bilamana anggota
populasinya tidak dapat diperkirakan atau tidak dapat diketahui jumlahnya,
dengan kata lain, batas-batasnya tidak dapat ditentukan secara kuantitatif,
misalnya:
Air di lautan
Banyaknya pasir yang ada di Pantai Pangandaran.
Banyaknya anak yang menderita kekurangan gizi
Kedalaman suatu danau yang diukur dari berbagai titik
d. Pengertian sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan
aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi/data yang
menggambarkan sifat atau ciri yang dimiliki populasi. Pengambilan sampel
merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel serta perhitungan
besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
jenis sampling yang digunakan. Menurut Sugiyono (2010) teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, Probability Samping dan
Nonprobability Sampling.
Berikut ini keterangan mengenai sampel tersebut di atas:
1. Probability Samping adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling, adalah suatu metode pemilihan ukuran
sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang
yang sama. Syarat pengambilan sampel secara random/acak meliputi
tahap menetapkan populasi, daftar semua anggota populasi dan
memilih sampel melalui prosedur yang sesuai di mana setiap anggota
mempunyai peluang yang sama sebagai sampel penyelidikan.
b. Proportionate Stratified Random Sampling, teknik ini hampir sama
dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan tingkatan di dalam populasi.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling, adalah teknik yang
hampir mirip dengan Proportionate Stratified Random Sampling
dalam hal heterogenitas populasi. Namun, ketidakproporsionalan
penentuan sampel didasarkan pada pertimbangan jika anggota
populasi berkelompok namun kurang proporsional pembaginya.
d. Cluster Random Sampling, apabila kita menyeleksi anggota sampel
dalam kelompok dan bukan menyeleksi individu-individu secara
terpisah. Pengambilan sampel semacam ini kadang-kadang
dikaitkan dengn pengambilan sampel wilayah, sebab dalam
pelaksanaannya seringkali didasarkan atas letak geografis.
2. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi:
a. Sampling Sistematis adalah suatu strategi pemilihan anggota
sampel yang hanya dapat diperbolehkan melalui peluang dan
sistem untuk menentukan keanggotaan dalam sampel. Teknik ini
juga bisa dikatakan sebagai teknik sampling yang menggunakan
nomor urut dari populasi baik yang didasarkan nomor yang
ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun identitas tertentu, ruang
dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
b. Sampling Kuota, adalah teknik sampling yang menentukan jumlah
sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah
kuota yang diinginkan. Dalam pengambian sampel kuota, kita
mengidentifikasikan kumpulan karakteristik penting dari populasi
dan kemudian memilih sampel yang diinginkan secara non-acak.
Hal ini diasumsikan bahwa sampel-sampel tersebut sesuai dengan
karakteristik populasi yang ditetapkan.
c. Sampling Aksidental,merupakan teknik penentuan sampel secara
kebetulan atau siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti
yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan
akan dijadikan sampel.
d. Purposive Sampling, merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Peneliti
akan berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari
segala lapisan populasi. Sampel purposive dilakukan dengan
mengambil orang-orang yang benar-benar terpilih oleh peneliti
menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel tersebut.
Misalnya orang yang mempunyai tingkat pendidikan tertentu,
jabatan tertentu, mempunyai usia tertentu yang pernah aktif dalam
kegiatan masyarakat tertentu.
e. Sampling Jenuh, adalah sampel yang mewakili jumlah populasi.
Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari
100.
f. Snowball Sampling, adalah teknik penentuan jumlah sampel yang
semula kecil kemuian terus membesar ibarat bola salju. Dalam
sampling ini penelti mulai dengan kelompok kecil yang diminta
untuk menunjuk kawan masing-masing. Kemudian kawan-kawan
itu diminta menunjuk kawan masing-masing, dan begitu seterusnya
sehingga kelompok itu menjadi semakin bertambag besar.
Sampling ini dipilih bila peneliti ingin menyelidiki hubungan antar
manusia dalam kelompok yang akrab, atau menyelidiki cara-cara
informasi tersebar dikalangan tertentu.

7. Metode/Skala Pengukuran dan Menyiapkan Instrument


Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-
masalah yang ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk
memahami permasalahan tersebut hanya mengndalkan pengalaman hidup sehari
hari secara sporadic dan tidak tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat
bagi pemahaman terhadap satu permasalahan (Uhar, 2012:94).
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti.
Dengan demikian imliah instrument yang akan digunakan untuk penelitian
tergangung pada jumlah variable yang ditelti. Jika variablenya lima maka
instrumennya lima.
Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument
harus mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92).
Jenis Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif.
Contohnya timbangan emas sebagai instrument untuk mengukur berat emas.
Jenis-jenis skala pengukuran ada empat : skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan skala ratio.
1. Skala nominal
Skala nominal adalah sekala yang paling sederhana, disusun menurut jenis
(kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan
sebuah karakteristik dengan karakteristik yang lainnya.
Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokkan
atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka
hal itu sama sekali tidak menunjukkan perbedaan kuantitatif tetapi hanya
menunjukkan perbedaan kualitatif (Uhar suharsaputra, 2012:72). Adapun ciri-ciri
dari skala nominal adalah:
a) Kategori data bersifat mutually exclusive (salign memisah).
b) Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang). Hasil
perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan. Angka yang tertera hanya
lebel semata. Tidak mempunyai ukuran baru. Dan tidak mempunyai nol
mutlak.
2. Skala ordinal
Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun
secara runtut dari yang rendah sampai yang tinggi. Skala ordinal sekala yang
diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai skala yang terendah atau
sebaliknya.
3. Skala interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data
yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara menurut (Uhar) dalam
bukunya, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan, menjelaskan
bahwa skala interval adalah skala pengukuran yang mana jarak satu tingkat
dengan yang lain sama. Ciri-ciri dari skala ini menurut Uhara ada lima :
a) Kategori data bersifat saling memisah.
b) Kategori data memiliki aturan yang logis.
c) Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah karaaktristik khusus
yang dimilikinya.
d) Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama
dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e) Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak punya nilai
nol absolut).
4. Skala rasio.
Skala ini adalah sekala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak.
Dengan demikian sekala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas
dan akurat.
Skala sikap
Skala ini hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu
sosiologi dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus mengukur
sikap. Beberapa skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi,
pendidikan dan social antara lain :
1. Skala likert
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan prsepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang terjadi. Hal ini
sudah sepesifik dijelaskann oleh peneliti. Yang selanjutnya disebut sebagai
variable penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-dimensi menjadi sub-
variabel, kemudian menjadi indicator yang dapat dijadikan tolak ukur untuk
menyusun item-item pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan
variabel penelitian (Iskandar, 2009:83).
Penyataan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk skala
likert, yang diungkapkan melalui kata-kata misalnya ; setuju, sangat setuju, tidak
pasti, tidak setuju, sangat tidak setuju.
2. Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu
ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak yakin, setuju-tidak setuju, dll.
3. Semantic defentrial.
Skala differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan simantik,
responden untuk menjawab pernyataan dalam satu garis kontinum yang
bertentangan yaitu
positif negative. Data yang diperoleh biasanya data interval yang digunakan
untuk mengukur sikap seseorang atau kelompok (Iskandar, 2009:84) .
Skala ini berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti :
panas-dingin, baik-buruk, dll. Karakteristik bipolar mempunyai tiga dimensi dasar
sikap seseorang terhadap objek :
a) Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek
b) Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.
c) Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan satu objek
4. Rating scale
Berdasarkan ketiga skala semua data yang diproleh adalah data kualitatif
yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah data mentah yang didapar
berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data
kualitatif yang sudah tersedia, tapi menjawab dari jawaban kuantitatif, dengan
demikian raing scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja.
Pengertian instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah
alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan
dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis
biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi
mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan.
Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
b. Jenis-jenis Instrumen Penelitian
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu
hal-hal yang ia ketahui.
3. Interviu (interview).
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara
langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan
rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
5. Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat
berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi
cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini
dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di
dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-
sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati
responden.
6. Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
dan sebagainya.
c. Langkah-langkah menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan
instrumen penelitian, yaitu:
1.Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.
d. Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1. Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan.
Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih
dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan
untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli.
Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para
ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga
ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar
doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan
dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang
digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan
program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai
validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui
pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah
direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah
ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel
yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau
pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu,
maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan
dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah
terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan,
maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang
tinggi.
e. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat
dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan
dengan test retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara
internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada
pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama
dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di
lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai
bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua
dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara
mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang
dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat
dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang
ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan
dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua
dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam
waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas.
Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat
dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan
teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova
Hoyt.

8. Menyusun rencana pengumpulan dan analisis data


Pengumpulan Data
a. Pengertian
pengumpulan data adalah cara-cara atau alat bantu yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. sebagai alat bantu dalam menggunakan
methode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam
benda, misalnya angket ,perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi,
skala dan sebaginya.
b. Metode pengumpulan data
1. Teknik Observasi :
Pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada obje penelitian.
2. Teknik Komunikasi :
Pengumpulan data melalui kontak dan
hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data.
3. Teknik Kuesioner :
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian
dicatat/direkam.
4. Wawancara :
Pengambilan data melalui wawancara /secara lisan langsung dengan
sumberdatanya, baik melalui tatap muka atau lewat telephone, teleconference.
Jawaban responden direkam dan dirangkum sendiri oleh peneliti.
5. Dokumen :
Pengambilan data melalui dokumen tertulis mamupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang
lain.
6. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus mguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data denga berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data.
Analisis data
a. Pengertian
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan dengan cara mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan
oleh data. Penyajian data dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
informasi yang terkandung dalam data. Di samping itu, teknik penyajian ini
dimaksudkan untuk memperindah tampilan dari suatu laporan penelitian.
b. Jenis-jenis analisis data
Terdapat dua jenis analisis data yaitu analisi data kualitatif dan analisis data
kuantitatif, secara umum tahapan pelaksanaan analisis data adalah data-data yang
diperoleh dari pengamatan di lapangan kemudian dibaca, dipelajari, dan ditelaah
kemudian mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat
abstraksi atau membuat rangkuman yang inti, selanjutnya menyusunnya dalam
satuan-satuan. dan kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.
Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis
data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini,
mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori
substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu
9. Implementasi rencana riset
Implementasi rencana riset yaitu melakukan riset sesuai dengan jenis
instumen yang dipilih dan hasil nya akan diukur dengan menggunakan berbagai
metode pengukuran
10. Komunikasi temuan riset
Riset dikomunikasikan dengan mendiseminasikan laporan riset pada antara
lain masyarakat keperawatan, profesi kesehatan lain, atau bahkan pemakai jasa
pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Achir,Yani S. Hamid. 2007. Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep,Etika dan
Instrumentasi. Jakarta: EGC

Azwar,Azrul.2003. Metodologi Penelitian:Kedokteran dan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara

Ibnu Hadjar.1996.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam


Pendidikan. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan


Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

M. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,


ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta:
Prenada Media.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai

  • Lifleat HD
    Lifleat HD
    Dokumen2 halaman
    Lifleat HD
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 2 3
    Bab 1 2 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 1 2 3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Document 11
    Document 11
    Dokumen5 halaman
    Document 11
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Kebijakan Tentang Pengendalian Hiv
    Kebijakan Tentang Pengendalian Hiv
    Dokumen6 halaman
    Kebijakan Tentang Pengendalian Hiv
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Nyeri
    Leaflet Nyeri
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Nyeri
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • BAB 1.2,3 Hiv
    BAB 1.2,3 Hiv
    Dokumen7 halaman
    BAB 1.2,3 Hiv
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Memerah Asi
    Leaflet Memerah Asi
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Memerah Asi
    LodiaKristinManipada
    100% (1)
  • Pptjenis
    Pptjenis
    Dokumen12 halaman
    Pptjenis
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen8 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1,2,3
    Bab 1,2,3
    Dokumen8 halaman
    Bab 1,2,3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • LukaGangren
    LukaGangren
    Dokumen6 halaman
    LukaGangren
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Mobilisasi
    Leaflet Mobilisasi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Mobilisasi
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen13 halaman
    Bab 1
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • PERAWATAN LUKA DI RUMAH
    PERAWATAN LUKA DI RUMAH
    Dokumen2 halaman
    PERAWATAN LUKA DI RUMAH
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Anemia
    Leaflet Anemia
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Anemia
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen33 halaman
    Bab 2
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • WOC Abal
    WOC Abal
    Dokumen1 halaman
    WOC Abal
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
    Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
    Dokumen5 halaman
    Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Ca Colon
    Ca Colon
    Dokumen5 halaman
    Ca Colon
    Intan Saraswati
    Belum ada peringkat
  • Woc Diabetes Mellitus
    Woc Diabetes Mellitus
    Dokumen4 halaman
    Woc Diabetes Mellitus
    desty s ika
    75% (4)
  • WOC Abal
    WOC Abal
    Dokumen1 halaman
    WOC Abal
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • WOC Revisi
    WOC Revisi
    Dokumen2 halaman
    WOC Revisi
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Woc Seksio Sesaria Risiko dan Komplikasi
    Woc Seksio Sesaria Risiko dan Komplikasi
    Dokumen1 halaman
    Woc Seksio Sesaria Risiko dan Komplikasi
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Pathway DM
    Pathway DM
    Dokumen2 halaman
    Pathway DM
    Stacy Jimenez
    100% (2)
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen22 halaman
    Bab 1
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Dan BAB 3
    BAB 2 Dan BAB 3
    Dokumen18 halaman
    BAB 2 Dan BAB 3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen2 halaman
    Bab 1
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Dan BAB 3
    BAB 2 Dan BAB 3
    Dokumen18 halaman
    BAB 2 Dan BAB 3
    LodiaKristinManipada
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 HD
    Bab 2 HD
    Dokumen2 halaman
    Bab 2 HD
    Bi Ly
    Belum ada peringkat