Anda di halaman 1dari 15

Nama Kelompok :

1. M. Ari Bastari 061440411704


2. M. Arifin 061440411705
3. M. Ariq Perdana 061440411706
Kelas : 6 EGC

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT / POME


2.1 Pengertian Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah domestik
(rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable
dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon
dioksida.
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara,
dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit.
Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana
merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global bila
dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang
diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer
tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran
bahan bakar fosil (Anonim, 2008).
Komposisi biogas yang dihasilkan dari hasil fermentasi kotoran hewan dapat
dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Komposisi Biogas
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0,3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0,1-0,5
(Hermawan,dkk, 2007)
2.2 Langkah-Langkah Pembentukan Biogas
Secara umum, langkah-langkah pembentukan biogas ada 3 yaitu :
1. Hidrolisis
Pada tahap hidrolisis, bahan organik di enzimatik secara eksternal oleh enzim
ekstraselular (selulose, amilase, protease dan lipase) mikroorganisme. Bakteri
memutuskan rantai panjang karbohidrat komplek, protein dan lipida menjadi
senyawa rantai pendek. Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi monosakarida
sedangkan protein diubah menjadi peptida dan asam amino (Amaru, 2004).
2. Asidifikasi
Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah senyawa rantai pendek
hasil proses pada tahap hidrolisis menjadi asam asetat (CH3COOH), hidrogen (H2)
dan karbondioksida (CO2). Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat
tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk menghasilkan asam asetat,
bakteri tersebut memerlukan oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang
terlarut dalam larutan. Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting
untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada proses selanjutnya. Selain
itu bakteri tersebut juga mengubah senyawa yang bermolekul rendah menjadi
alkohol, asam organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas metana
(Amaru, 2004).
3. Pembentukan Metana
Pada tahap ini bakteri metanogenik mendekomposisikan senyawa dengan berat
molekul rendah menjadi senyawa dengan berat molekul tinggi. Sebagai contoh
bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk metana
dan CO2. Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama secara simbiosis.
Bakteri penghasil asam membentuk keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri
penghasil metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana menggunakan asam
yang dihasilkan bakteri penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik tersebut,
akan menciptakan kondisi toksik bagi mikroorganisme penghasil asam (Amaru,
2004).
2.3 Kegunaan Biogas
Biogas memiliki kandungan energi tinggi yang tidak kalah dari kandungan
3
energi dalam bahan bakar fosil. Nilai kalori dari 1 m biogas sekitar 6000 watt jam,
setara dengan setengah liter minyak diesel. Oleh karena itu biogas sangat cocok
menggantikan minyak tanah, LPG, butana, batu bara, dan bahan bakar fosil lainnya.
Biogas mengandung 75% metana. Semakin tinggi kandungan metana dalam bahan
bakar, semakin besar kalor yang dihasilkan. Oleh karena itu, biogas juga memiliki
karakteristik yang sama dengan gas alam. Sehingga jika biogas diolah dengan benar,
biogas bisa digunakan untuk menggantikan gas alam. Dengan demikian jumlah gas
alam bisa dihemat. Limbah biogas dapat digunakan sebagai pupuk. Limbah biogas,
yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan pupuk organik
yang sangat kaya akan unsure-unsur yang sangat dibutuhkan tanaman. Bahkan,
unsur-unsur tertentu seperti protein, selulosa, dan lignin tidak bisa digantikan oleh
pupuk kimia. Dengan demikian kita juga bisa mengurangi anggaran untuk membeli
pupuk (Can, 2008).

2.4 Deskripsi Proses Pra Rancangan Pabrik Biogas dari Limbah Cair
Kelapa Sawit

Mikroorganisme sebagai inokulum terlebih dahulu dimasukkan ke dalam


reaktor (R-101) dengan rasio perbandingan volume dengan air sebesar 1:1. Setelah
itu, POME ditampung di dalam kolam penampungan, kemudian di alirkan sebagian
ke dalam tangki pencampuran nutrisi (M-102) untuk memudahkan proses
penambahan nutrisi ke dalam reaktor, karena nutrisi berupa padatan jadi harus
dilarutkan terlebih dahulu ke dalam POME agar memudahkan proses penambahan ke
dalam reaktor, jika nutrisi di tambahkan langsung ke dalam rekator, maka kondisi
reaktor akan sulit dijaga agar tetap di dalam kondisi anaerobik. Sebagian POME
dialirkan ke tangki pencampur NaHCO3 (M-101), penambahan senyawa NaHCO3
dilakukan untuk menetralkan pH di dalam rekator, karena proses fermentasi
berlangsung dengan baik dalam pH 6-8, sehingga perlu ditambahkan senyawa yang
dapat menetralkan pH di dalam reaktor. Dan sisa POME dimasukkan langsung ke
0
dalam reaktor, suhu di dalam reaktor adalah 37 C, dimana bakteri yang digunakan
adalah bakteri mesofillik .
Reaksi yang terjadi di dalam fermentasi POME:
1. Proses Hidrolisis:
C6H12O6 2CH3CH2COOH + O2
C6H12O6 CH3CH2CH2COOH + CH3COOH + O2
2. Proses Asidogenesis
-2
2CH3CH2CH2COOH + SO4 4CH3COOH + H2S
- +
CH3CH2COOH + 3H2O CH3COOH + HCO3 + 2H + 6H2
+
CH3CH2CH2COOH + 2H2O 2CH3COOH + 4H

3. Proses Metanogenesis
- +
HCO3 + 4H2 + 2H 2CH4 + 6H2O
CH3COOH CH4 + CO2

Dari reaktor, akan dihasilkan biogas dan sisa POME yang sudah
terfermentasikan. Reaktor sisa POME akan dialirkan menuju sending pond,
sedangkan gas yang dihasilkan adalah metana (CH4), karbon dioksida (CO2),
Hidrogen sulfida (H2S), oksigen (O2) dan Hidrogen (H2). Gas hasil fermentasi POME
ini akan dialirkan ke generator, dimana biogas akan dibakar di dalam combusition
chamber di dalam generator, kemudian panas yang dihasilkan akan menggerakkan
turbin dan akan menghasilkan listrik sebagai produk utama.
2.5 Sifat-sifat Reaktan, Bahan, dan Produk Pembantu
2.5.1 Limbah Cair Kelapa Sawit (POME)
Sebagai bahan utama yang difermentasikan menjadi biogas adalah limbah cair Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) dengan karakteristik sebagai berikut :
Tabel 2 Karakteristik limbah cair kelapa sawit
No. Parameter Satuan Nilai
1. pH - 7,13
2. TS mg/L 21.000
3. VS mg/L 14.000
4. BOD mg/L 8.000
5. CODcr mg/L 15.000
6. NH4-N mg/L 500
7. VFA mg/L 50
8. Asam Asetat mg/L 0
9. Asam Proponiat mg/L 0
10. n-Hex mg/L 4.300
11. C % 34,3
12. H % 4,68
13. N % 3,53
14. S % -
15. P % -
16. COD:N:P - -
(Yoshimassa, 2009)
2.6.1 Metana (CH4)
Metana merupakan komponen unsur terbesar (70%) di dalam biogas, dengan
karakteristik sebagai berikut :
Tabel 2.3 Karakteristik metana (CH4)

Karakteristik Nilai
Berat Molekul 16,043 g/mol
o
Temperatur kritis -82,7 C
Tekanan kritis 45,96 bar

Fasa padat :
o
Titik cair -182,5 C
Panas laten 58,68 kJ/kg

Fasa cair :
3
Densitas cair 500 kg/m
o
Titik didih -161,6 C
Panas laten uap 510 kJ/kg
Fasa gas :
3
Densitas gas 0,71 kg/m
Faktor kompresi 0,998
Spesifik graviti 0,55
3
Spesifik volume 1,48 m /kg
CP 0,035 kJ/mol.K
CV 0,027 kJ/mol.K
Viskositas 0,0001027 poise
Kelarutan 0,054 vol/vol
1
(Gas encyclopaedia , 1 Maret 2009)
2.6.2 Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan salah satu komponen di dalam biogas yaitu sebesar 30%,
dengan karakteristik sebagai berikut :
Tabel 4 Karakteristik Karbondioksida (CO2)

Karakteristik Nilai
Berat Molekul 44,01 g/mol
o
Temperatur kritis 31 C
Tekanan kritis 73,825 bar
Fasa padat :
Densitas padatan 1562 kg/m3
Panas laten 196,104 kJ/kg
Fasa cair :
1032 kg/m3
Densitas cair o
Titik didih -78,5 C

Panas laten uap 571,08 kJ/kg

Tekanan uap 58,5 bar

Fasa gas :
Densitas gas 1,96 kg/m3
Faktor kompresi 0,9942
Spesifik graviti 1,521
Spesifik volume
0,547 m3/kg
CP
0,037 kJ/mol.K
CV
0,028 kJ/mol.K
Viskositas
0,0001372 poise
Kelarutan
1,7163 vol/vol
2
(Gas encyclopaedia , 2009)
2.6.3 Natrium Bikarbonat (NaHCO3)
Natrium bikarbonat merupakan penetral pH, dengan karakteristik sebagai berikut :
Tabel 2.5 Karakteristik Bikarbonat (NaHCO3)
Karakteristik Nilai
Berat molekul 84,0079 gr/mol
o
Titik lebur 50 C (323 K)
3
Densitas 2,159 gr/cm
o
Kelarutan dalam air 7,89 g / 100 ml pada 18 C
Tingkat kebasaan (pKb) -2,43
Berwarna padatan putih -
Merupakan senyawa ampoterik -
Bersifat endotermis -
Tidak berbau -
(Wikipedia, 2009)

2.6.4 Urea (H2NCONH2)


Urea merupakan zat nutrisi yaitu sumber nutrisi bagi mikroba, dengan karakteristik
sebagai berikut :
Tabel 2.6 Karakteristik Urea ((H2NCONH2)
Karakteristik Nilai
Berat molekul 60,07 g/gmol
Titik lebur 132,7- 135 C
3
Densitas 1,323 gr/cm
o
Kelarutan dalam air 108 gr/100 ml pada 20 C
o
733 gr/100 ml pada 100 C
Tingkat keasaman (pKa) 0,18
Tingkat kebasaan (pKb) 13,82
Berupa padatan berwarna putih -
Kristal berbentuk prismatik -
(Wikipedia, 2009)
2.6.5 Feeri Klorida (FeCl2)
Ferri klorida merupakan zat additif yaitu sumber nutrisi bagi mikroba, dengan
karakteristik sebagai berikut :
Tabel 2.7 Karakteristik Ferri Klorida (FeCl2)
Karakteristik Nilai
Berat molekul 126,751 gr/mol
0
Titik lebur 677 C
0
Kelarutan dalam air 64,4 gr/100 ml pada 10 C
0
105,7 gr/100 ml pada 100 C
3
Densitas 3,16 gr/cm
Agen flokulan dalam pengolahan
-
air limbah buangan
Tidak larut dalam tetrahidrofuran -
Merupakan padatan paramagnetik -
(Wikipedia, 2009)
Penetapan nilai perubahan substrat bahan organik yang akan digunakan
dalam proses metogenik dapat ditentukan dengan reaksi CO2 dan gugus metil.
Pembentukan metana dihasilkan dari selulosa yang dihidrolisis menjadi mono
sakarida, sedangkan pembentukan nitrogen dihasilkan dari protein yang
dihidrolisis menjadi asam amino. Reaksi-reaksi tersebut melibatkan beberapa
senyawa organik seperti asam format, asam asetat, karbon monoksida,
methanol dan metil amin.
Berdasarkan reaksi tersebut, pembentukan asam asetat akan menjadi metana dan
karbon dioksida. Perombakan COD pada proses fermentasi akan digantikan oleh
oksigen untuk mengurangi COD pada proses anaerobik. Dengan demikian secara
stoikiometri COD setara dengan jumlah metana yang dihasilkan atau besarnya
nilai COD untuk berubah menjadi metan setara dengan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk pembentukan karbon dioksida dan air :
CH4 + 2O2 ---- CO2 + 2H 2O
Dari hasil persamaan reaksi tersebut, maka dapat dinyatakan 1 mol COD metan
adalah (2(32 g O2/mol)) = 64 g O2/mol CH4. Volume per mol metan standar
pada kondisi 0oC dan 1 atm adalah 22,414 L, sehingga 1 mol metana setara
dengan COD pada kondisi anaerob adalah 22,414L/64 g COD = 0,35L CH4/g COD.
(Tchobanoglous et al, 2003).
Jika produksi gas pada kondisi 35 0C, maka nilai konversi COD menjadi metan adalah
:
V = n.RT / P
V = (1 mol)(0,082507 atm.L/mol.K) ((273,15+35)K) / 1.0 atm
V = 25,29 L
Dari hasil konversi tersebut secara stoikiometri perubahan COD menjadi metan
pada kondisi temperatur 35 oC adalah (25,29 L/mol)/(64 g COD/mol CH4) =
0,40L CH4/g COD.

Anda mungkin juga menyukai