Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan

sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang dapat diragikan. Proses terjadinya karies gigi merupakan

fenomena multifactor, yaitu factor host, mikroflora mulut, substrat, dan waktu.

Hal ini lah yang menyebabkan gigi seseorang mengalami karies. Karies

dapat diklasifikasikan menjadi karies superficial, karies media, dan karies

propunda. Apabila seseorang mengalami karies media atau sudah mengalami

karies propunda, besar kemungkinan karies ini bias berkembang menjadi pulpitis

reversible ataupun ireversibel.

Jika pulpa hancur, gigi menjadi lebih lemah dan rapuh, serta jaringan

pulpa akan mati dan gigi cenderung lebih gelap dan berwarna abu-abu. Gigi

sulung dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa perawatan. Terdapat dua

golongan perawatan pulpa pada gigi sulung yaitu perawatan pulpa konservatif

yang berupa perlindungan pulpa indirect, direct, dan pulpotomi. Yang kedua

ialah perawatan pulpa radikal yaitu pulpektomi diikuti dengan pengisian saluran

akar. Sedangkan perawatan pulpa pada gigi permanen muda hampir sama

dengan perawatan pada gigi sulung. Namun hal lain yang perlu diperhatikan

pada gigi permanen muda dengan kalainan pulpa atau pulpa yang mengalami

trauma adalah kebutuhan untuk melanjutkan penutupan apeks secara normal

atau merangsang penutupan apeks yang atipikal.


2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Penyakit Pulpa

Secara umum penyakit pulpa dapat disebutkan sebagai kelainan pada

jaringan pulpa (saluran akar gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf) dan

jaringan sekitar akar gigi (periapikal) akibat inflamasi oleh:

1. Faktor fisik seperti panas dan dingin

Kondisi ini ada hubungannya dengan tumpatan yang dalam dan besar, trauma

fisik pada mahkota, atau preparasi mahkota yang berlebihan

2. Faktor kimiawi

Yaitu bahan kimia yang mengiritasi dentin yang terbuka

3. Invasi bakteri

Sering terjadi pada karies yang dalam baik sudah atau belum terjadi perforasi

atau pulpa

Apabila terjadi satu atau lebih dari faktor penyebab tersebut di atas, maka

akan terjadi keradangan pada jaringan pulpa. Penyakit pulpa yang menyebabkan

penyakit periodontitis adalah inflamasi pulpa (terutama pulpitis akut) dan

nekrosis pulpa. Penyakit-penyakit periodontal yang berasal dari gangguan di

pulpa umumnya disebut sebagai Pulpo-Periapical Pathosis.

2.2 Penyakit Pulpa

Diagnosis penyakit pulpa didasarkan pada tanda dan gejala klinis oleh

karena sedikit atau tidak adanya korelasi antara data histologik penyakit pulpa

dan gejalanya. Diagnosis penyakit pulpa sebagai berikut :


3

2.2.1 Pulpitis reversibel.

Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan-

sampai-sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu

kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa

sakit yang berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada

pulpa yang mengalami inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera

setelah stimuli dihilangkan.

Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama

dingin, aplikasi dingin merupakan suatu cara yang bagus untuk menemukan

dan mendiagnosis gigi yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel

secara normal bereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada

pemeriksaan radiografi jaringan periapikal adalah normal.

Anamnesa :

Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin

Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus

Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan

Pemeriksaan Objektif :

Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan

Intra oral :

Perkusi (-)

Karies mengenai dentin/karies profunda

Pulpa belum terbuka

Sondase (+)

Chlor etil (+)


4

Gambar 2.1 : pulpitis reversible

2.2.2 Pulpitis irreversibel.

Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis

reversibel. Pulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang

persisten, dapat simptomatik atau asimptomatik yang disebabkan oleh

stimulusnoksius. Pulpitis irreversibel akut menunjukkan rasa sakit yang

biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau dingin, atau rasa sakit timbul

secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk beberapa menit sampai berjam-

jam, dan tetap ada setelah stimulus termal dihilangkan.

Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, suatu paroksisme rasa sakit

dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : perubahan temperatur, terutama

dingin; bahan makanan manis atau masam; tekanan makanan yang masuk

ke dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan

sikap berbaring yang menyebabkan kongesti pembuluh darah pulpa. Rasa

sakit biasanya tetap berlangsung meski penyebabnya dihilangkan, dan dapat

dating dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Pasien dapat
5

melukiskan rasa sakit sebagai menusuk, tajam-menusuk, atau menyentak-

nyentak, dan umumnya adalah parah. Rasa sakit dapat sebentar-sebentar

atau terus-menerus tergantung pada tingkat keterlibatan pulpa dan

tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus eksternal

Gambar 2.2: pulpitis Irreversibel

Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, tes termal dapat mendatangkan

rasa sakit yang bertahan setelah penghilangan stimulus termal. Pada tingkat

belakangan,bila pulpa terbuka, dapat bereaksi secara normal. Hasil

pemeriksaan untuk tesmobilitas, perkusi dan palpasi adalah negative.

Anamnesa :

Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus

menjalar kebelakang telinga

Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit

Pemeriksaan Objektif :

Ekstra oral : tidak ada kelainan

Intra oral :

o Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan

o Pulpa terbuka
6

o Sondase (+)

Khlor ethil (+)

Perkusi (+)

2.2.3 Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah kondisi

irreversibel yang ditandai dengan dekstruksi jaringan pulpa. Nekrosis pulpa

dapat terjadi secara parsial maupun total. Etiologi primer dari nekrosis pulpa

adalah iritan akibat infeksi bakteri. Luasnya proses nekrosis berkaitan

langsung dengan besarnya invasi bakteri.

Gambar 2.3: Nekrosis Pulpa

Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan

gejala rasa sakit. Sering, diskolorisasi gigi adalah indikasi pertamabahwa

pulpa mati. Penampilan mahkota yang buram atau opak hanya

disebabkankarena translusensi normal yang jelek, tetapi kadang-kadang gigi

mengalamiperubahan warna keabua-abuan atau kecoklat-coklatan yang

nyata dan dapatkehilangan kecemerlangan dan kilauan yang biasa dipunyai.

Adanya pulpa nekrotik mungkin ditemukan hanya secara kebetulan, karena


7

gigi macam itu adalahasimptomatik, dan radiograf adalah nondiagnotik.

Gigi dengan nekrosis sebagiandapat bereaksi terhadap perubahan termal,

karena adanya serabut saraf vital yangmelalui jaringan inflamasi di

dekatnya.

Diagnosis

- Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang meluas

ke pulpa atau karies di bawah tumpatan.

- Pulpa mungkin sudah terbuka.

- Waktu mencapai jalan masuk ke lubang pembukaan akan terlihat

suatu lapisan keabu-abuan yang menyerupai buih meliputi pulpa terbuka

dan dentin sekitarnya. Probing ke dalam daerah ini tidak menyebakan rasa

sakit pada pasien hingga dicapai daerah pulpa yang lebih dalam. Pada

tingkat ini dapat terjadi sakit dan perdarahan.

- Bila pulpa tidak terbuka oleh proses karies, dapat terlihat sedikit nanah jika

dicapai jalan masuk ke kamar pulpa.

Tabel 2.1: Terminologi Diagnosis Penyakit Pulpa

Diagnosa Nyeri Spontan Perkusi Sondase Vitalitas Gigi

Pulpitis Reversible (-) (-) (+) (+)

Pulpitis Ireversible (+) (+/-) (+) (+)

Nekrosis Pulpa (-) (-) (+) (-)

2.3 Penjalaran Penyakit Pulpa

Penyakit Pulpa yang menyebabkan penyakit periodontitis adalah inflamasi

pulpa (terutama pulpitis akut) dan nekrosis pulpa. Penyakit-penyakit periodontal


8

yang berasal dari gangguan di pulpa umumnya disebut sebagai Pulpo-Periapical

Pathosis.

Mekanisme umum yang terjadinya pulpo-periapical pathosis adalah.

1. Ekstirpasi pulpa menyebabkan luka karena rusaknya jaringan di region

apical atau jaringan di bawahnya.

2. Overekstensi dari instrument intrakanal sebagai hasil dari pengukuran

panjang saluran akar yang tidak akurat, sehingga merusak jaringan periapikal.

3. Manipulasi instrument yang tidak tepat dalam salauran akar, sehingga

mendorong debris dentin dan mengalirkan cairan dan komponen toksik dari

jaringan nekrosis ke dalam periapeks.

4. Keberadaan mikroorganisme pada pulpa vital dan steril setelah pembukaan

saluran pulpa

Pulpo periapikal pathosis dapat digolongkan menjadi dua yaitu penyakit-

penyakit yang simtomatik (menampakkan gejala yang jelas dan khas) dan

penyakit yang asimtomatik (tidak menunjukkan gejala khas). Simtomatik

(Periodontitis Apikal Akut dan Abses Periapikal Akut), dan Asimtomatik

(periodontitis apikalis kronis, periapical granuloma, chronic periapical abses dan

kista periapikal).

2.3.1 Periodontitis apikal akut

Periodontitis apikalis akut adalah radang akut pada ligament

periodontal, bisa terjadi pada gigi vital yang disebabkan oleh trauma oklusi,

kecelakaan, infeksi melalui sulkus ginggiva, dan pada gigi non vital yang

diakibatkan oleh nekrosis pulpa atau instrumentasi yang berlebihan.5


9

Gejala klinisnya rasa sakit yang menetap dan menekan, gigi terasa

lebih panjang dari gigi lainnya .

Gambar 2.4: Gambaran radiografi dari periodontitis apikalis akut

Sumber : Ingle J.I. Endodontics 5th ed. 2002.p.180.

2.3.2 Periodontitis Apikalis kronis

Periodontitis apikalis kronis biasanya diawali dengan periodontitis

apikalis akut atau abses apikalis. Peridontitis apikalis kronis merupakan

proses inflamasi yang berjalan lama dan lesi berkembang dan membesar

tanpa ada tanda dan gejala subyektif. Tes vitalitas tidak memberikan respon

karena secara klinis pulpa yang terlibat telah nekrosis. Tes perkusi memberi

respon non-sensitif, sedangkan untuk tes palpasi memberikan respon non

sensitif. hal ini menunjukkan keterlibatan tulang kortikal dan telah terjadi

perluasan lesi ke jaringan lunak.

Secara histologi periodontitis apikalis kronis dapat digolongkan

menjadi menjadi granuloma dan kista. Granuloma merupakan jaringan

granulasi yang terbentuk sebagai respon jaringan periapikal yang kronis

terhadap inflamasi dan proses nekrosis jaringan pulpa. Pembentukan

granuloma dimulai dengan terjadinya proliferasi sel epitel di periapeks,

sehingga membentuk jaringan granulasi akibatnya sel yang berada di tengah

masa epitel tidak mendapatkan suplai nutrisi. Tekanan dalam jaringan


10

granulasi membesar dan menekan jaringan sehat serta tulang di sekitarnya,

sehingga terjadi resopsi tulang yang terlihat secara radiografis. Kista

radikuler merupakan rongga patologis di daerah periapikal yang berisi

cairan semifluid dan dilapisi sel-sel epitel yang merupakan hasil dari

peradangan akibat nekrosis pulpa.

Gambar 2.5: Gambaran radiografi dari periodontitis apikalis kronis

Sumber : Ingle J.I. Endodontics 5th ed. 2002.p.180.

Periodontitis Apikal kronis merupakan lesi periapikal asimtomatik

yang dimanifestasikan secara radiograpi. Gejala umum yakni seperti

timbulnya radiolusensi apikal dan di dukung dengan adanya pulpa nekrose.

2.3.3 Periapikal Granuloma

Periapikal granuloma merupakan bentuk keradangan kronis akibat

infeksi periapikal yang ditandai dengan terbentuknya jaringan granulasi

pada tulang alveolar di daerah apikal gigi.

Periapikal granuloma biasanya tidak menunjukkan gejala subyektif

dan gambaran klinis yang nyata (asimptomatik). Pada anamnesa biasanya

tidak terdapat rasa sakit atau sensitif dan sembuh sendiri. Gigi sudah non-

vital (gangren pulpa) dan biasanya ada rasa sakit ringan (kemeng) pada
11

pemeriksaan perkusi. Pada pemeriksaan roentgenografik tampak gambaran

radiolusen berbatas jelas di sekitar apikal gigi dengan ukuran yang

bervariasi. Pada beberapa kasus radiolusensi yang ada mempunyai batas

yang sangat jelas yang ditandai dengan garis radioopaque atau daerah

scelrotic bone di sekeliling lesi.

Gambar 2.6: Radiografi Periapikal granuloma

Sumber: http://documents.tips/documents/penjalaran-penyakit-pulpa.html (diakses 6 Juni

2017)

Periapikal granuloma merupakan lesi yang berbentuk bulat dengan

perkembangan yang lambat yang berada dekat dengan apex dari akar gigi.

Terdiri dari massa jaringan inflamasi kronik yang berprolifersi diantara

kapsul fibrous yang merupakan ekstensi dari ligamen periodontal.


12

Gambar 2.7: Periapikal Granuloma.

Pasien dengan granuloma periapikal umumnya tidak bergejala, namun

jika terdapat eksaserbasi akut maka akan menunjukkan gejala seperti abses

periapikal.

2.3.4 Kista Periapikal

Kista periapikal adalah kista yang terbentuk pada ujung apeks (akar)

gigi yang jaringan pulpanya sudah nonvital/mati. Kista ini merupakan

lanjutan dari pulpitis (peradangan pulpa). Dapat terjadi di ujung gigi

manapun, dan dapat terjadi pada semua umur. Ukurannya berkisar antara

0.5-2 cm, tapi bisa juga lebih.


13

Gambar 2.8: Kista Periapikal.

Bila kista mencapai ukuran diameter yang besar, ia dapat

menyebabkan wajah menjadi tidak simetri karena adanya benjolan dan

bahkan dapat menyebabkan parestesi karena tertekannya syaraf oleh kista

tersebut. Dalam pemeriksaan rontgen kista radikuler akan terlihat gambaran

radiolusen berbatas jelas.

Gigi penyebab sudan non-vital (gangren pulpa) dan pada tes perkusi

tidak timbul respon sakit. Roentgenogram dari suatu kista radikuler

menunjukkan gambaran radiolusen berbatas sangat jelas dikelilingi oleh

garis berwarna putih di daerah apikal gigi yang bersangkutan.

Gambar 2.9: Radiografi Kista radikuler


14

Tabel 2.2: Perbedaan klinis dan radiologis granuloma, kista, dan abses periapikal

2.4 Penatalaksanaan

Pulpitis Reversible
a). Iritatio Pulpa
Dilakukan tumpatan permanen
b). Hiperemi Pulpa
Dilakukan pulp capping setelah itu baru dilakukan tumpatan yang permanen
Pulpitis Irreversible
a). Dilakukan perawatan saluran akar sampai gejala akut reda, setelah itu
baru dilakukan tumpatan permanen
b). Pemberian antibiotic dan analgesic
c). Dilakukan Exodontia setelah gejala akut mereda
Nekrosis pulpa
Dilakukan exodontia
Periodontitis apikalis akut
Penangaanannya adalah dengan cara meredakan rasa nyeri yang meliputi :
a). open bur
b). Antibiotik & analgesik
c). Perawatan saluran akar atau exodontia
Abses periapikal akut
Penanganannya adalah dengan cara meredakan rasa nyeri yang meliputi:
a). open bur
b). antibiotik & anlgesik
c). Endodontik atau exondontia
Periodontitis apikalis kronis
15

a). Perawatan saluran akar


b) Dilakukan exodontia
Periapikal granuloma
a). Perawatan saluran akar
b). Dilakukan exodontia
Kista periapikal
1. a). Kecil Endodontik dengan reseksi apeks & kuret
b). Besar 1. Enucleasi dengan pencabutan gigi penyebab
2. Marsupialisasi dibuatkan seperti jendela agar cairannya keluar
3. Antibiotik & analgesik
4. Anti inflamasi
2.5. Perawatan Endodontik

Perawatan Endodontik adalah perawatan atau tindakan pencegahan yang

dilakukan untuk mempertahankan gigi vital, gigi yang hampir mati, dan gigi

non-vital dalam keadaan berfungsi dalam lengkung gigi. Tujuan perawatan

endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima

secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan

selama mungkin didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak menimbulkan

keluhan dan dapat berfungsi baik.

2.5.1 Macam Perawatan Endodontik

. PULP CAPPING 1. Direk


2. Indirek

. PULPOTOMI 1. Kalsium H
Endodontik
konvensional 2. Formokresol

PERAWATAN S.A

PULPEKTOMI 1. Vital

2. Non Vital
16

Tabel 2.3 Macam Perawatan Endodontik

Perawatan Endodontik dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

2.5.2 Pulpektomi

Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi

merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami

kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan

jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang

lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih

disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika

seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan

baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.

Indikasi perawatan pulpektomi adalah gigi yang dapat direstorasi,

anak dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi

patologis pada anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan

resorpsi akar tidak lebih dari dua pertiga atau tiga perempat.

a). Pulpektomi Vital

Gambar 2.10: Pulpektomi vital


17

Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi dengan karies yang telah

meluas ke arah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.

b). Pulpektomi Non-vital

Perawatan endodontik untuk pulpa non vital adalah pulpektomi

mortal (pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah pengambilan semua

jaringan pulpa nekrotik dari kamar pulpa dan saluran akar gigi yang non

vital, kemudian mengisinya dengan bahan pengisi.

Pulpektomi non-vital dilakukan pada gigi yang didiagnosis gangren

pulpa atau nekrosis.

2.5.2 Pulpotomi

Pulpotomi disebut juga pengangkatan sebagian jaringan pulpa,

kemudian diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan

menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan pulpa vital

di akar gigi. Biasanya jaringan pulpa di bagian korona yang cedera atau

mengalami infeksi dibuang untuk mempertahankan vitalitas jaringan pulpa

dalam saluran akar. Pulpotomi dapat dipilih sebagai perawatan pada kasus

yang melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya

gigi tersebut untuk dicabut.

Berdasarkan bahan dressing yang digunakan, pulpotomi

diklasifikasikan menjadi pulpotomi kalsium hidroksida, dan pulpotomi

formokresol.

a. Pulpotomi Kalsium Hidroksida

Kalsium hidroksida digunakan karena kemampuannya membentuk

jembatan dentin dan memelihara vitalitas sisa pulpa.


18

b. Pulpotomi Formokresol

Formokresol merupakan bahan yang mendisinfeksi dan memfiksasi

jaringan pulpa.

Gambar 2.11 Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol

2.5.3 Pulp Capping

Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa

lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Bahan yang biasa

digunakan untuk pulp capping ini adalah kalsium hidroksida karena dapat

merangsang pembentukan dentin sekunder secara efektif dibandingkan

bahan lain. Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke

jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat

mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa

dapat terhindarkan. Teknik pulp capping ini ada dua yaitu direct pulp

capping dan indirect pulp capping.

a) Direk Pulp Caping

Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan

langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi

oleh saliva, kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis
19

semen zinc okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa dan

biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi

di restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan

lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini berhasil

maka pulpa di sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan dapat terjadi

proses perbaikan.

Indikasi:

Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan

besar tidak lebih dari 1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih

serta tidak ada gejala.

Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau

karena karies dan lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak

ada gejala.

Pulpa masih vital.

Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa

terpotong oleh bur pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat

invasi bakteri maupun kontaminasi saliva.

Gambar 2.12 Direct Pulp Caping


20

b) Indirek Pulp Caping

Istilah ini digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif

di atas sisa dentin karies. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan

karies dari tepi kavitas dengan bor bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan

ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin

tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai

yaitu zinc okside eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang

diletakan di dasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi

karies diharapkan jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis terhadap

lapisan pelindung dengan membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini

berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi. Biasanya atap

kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi

maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau

tindakan yang lebih radikal lagi yaitu amputasi pulpa (pulpotomi).

Indikasi

Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke

pulpa tetapi tidak mengenai pulpa.

Pulpa masih vital.

Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen.

Gambar 2.13: Indirect pulp capping


21

2.5.4 Tahap-Tahap Perawatan Saluran Akar (Triad Endodontik)

Perawatan saluran akar yaitu pembersihan dan pembentukan saluran

akar, merupakan salah satu fase dalam perawatan endodontik yang paling

penting. Langkah pertama dalam preparasi saluran akar yaitu membuat jalan

masuk ke kamar pulpa untuk menghasilkan penetrasi garis lurus ke orifis

saluran akar. Langkah selanjutnya yaitu eksplorasi saluran akar, ekstirpasi

jaringan pulpa yang masih tertinggal dan debridement jaringan nekrotik

kemudian diikuti dengan instrumensasi.

Preparasi saluran akar bertujuan untuk :

a. Membersihkan rongga pulpa dan saluran akar dari sisa jaringan

pulpa, kotoran, dentin yang lunak atau terinfeksi

b. Menghilangkan obstruksi

c. Melebarkan saluran akar sehingga meninggikan daya kerja

antibiotik, obat-obatan pada bagian yang terinfeksi.

d. Menghaluskan dinding saluran akar sedemikian rupa sehingga

pengisian saluran akar yang akan dilakukan menjadi lebih baik.

Perawatan saluran akar dibagi menjadi 3 tahap penting yaitu:

preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar, dimana ketiganya harus

dilakukan secara berurutan untuk menunjang keberhasilan perawatan.

a. Preparasi saluran akar

Preparasi biomekanis saluran akar yaitu pembuangan jaringan

pulpa dengan cara ekstirpasi jaringan yang vital maupun nekrotik.

Preparasi saluran akar yang ideal meliputi 4 tahap, yaitu menentukan

arah saluran akar, membersihkan saluran akar, membentuk saluran

akar, dan preparasi daerah apikal. Preparasi saluran akar ini merupakan
22

salah satu triad endodontik yang harus dilakukan karena sangat

mempengaruhi hasil pengisian serta perawatan selanjutnya. Cara

preparasi yang baik adalah tetap mempertahankan kontruksi di bagian

apikal dan bentuk asli dari saluran akar bagian sepertiga apikal, oleh

karena itu diperlukan pengukuran panjang gigi dimana untuk

mempermudah prosedur preparasi sehingga dapat mencegah luka

pada jaringan periapikal serta mendapatkan patokan untuk pemilihan

bahan pengisi saluran akar.

b. Sterilisasi saluran akar

Selama proses preparasi saluran akar dilakukan irigasi untuk

membersihkan sisa jaringan pulpa, jaringan nekrotik dan serbuk

dentin. Tujuan irigasi saluran akar yaitu mengeluarkan debris,

melarutkan jaringan smear layer, antibakteri, sebagai pelumas.

Sterilisasi saluran akar ini berfungsi untuk menghilangkan semua

bentuk mikroorganisme dalam saluran akar agar benar-benar dalam

keadaan steril. Sebaiknya dalam pemilihan bahan sterilisasi harus

memilih bahan yang tidak mengiritasi jaringan periapikal serta mudah

dalam penggunaannya. Sebaiknya hanya diletakan diatas oriface

dengan menggunakan gulungan kapas kecil yang sebelumnya ditetesi

bahan sterilisasi seperti (ChKM) chlorophenol camphormental.

c. Pengisian saluran akar

Pengisian saluran akar bertujuan untuk memberikan penutupan

yang sempurna dalam saluran akar, mencegah terjadinya kebocoran

melalui jaringan periradikuler kedalam sistem saluran akar.

Penutupan ini akan mencegah bakteri dan racun mengalir menuju


23

jaringan periapikal serta sebaliknya sehingga saluran akar tetap steril

dari iritasi yang berasal dari jaringan apikal. Pengisian saluran akar

diperoleh dengan memasukkan suatu bahan pengisi ke dalam ruangan

yang sebelumnya ditempati oleh jaringan pulpa, sehingga mencegah

infeksi berulang. Bahan pengisi saluran akar dari bahan utama yang

berbentuk padat misalnya guta perca, dan bahan semipadat yang

berbentuk pasta disebut siler saluran akar. Bahan pengisi saluran akar

yang ideal mampu mengisi sistem saluran akar secara sempurna

sampai batas apikal dan tidak sampai masuk ke jaringan periapikal

sehingga menutup rongga pulpa dari kamar pulpa tepat pada

penyempitan apikal.

Siler adalah substansi yang membantu menghasilkan perlekatan yang

kuat antara dua permukaan. Tujuan dari siler saluran akar adalah untuk

mencegah rekolonisasi bakteri serta rekontaminasi dari sistem saluran akar,

untuk mencegah pertumbuhan bakteri residu pada sistem saluran akar serta

untuk menghilangkan celah antara bahan pengisi utama dan dinding saluran

akar.
24

Gambar 2.14: Teknik Perawatan Saluran Akar

2.5.5 Kriteria Keberhasilan Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar dikatakan berhasil apabila tidak peka terhadap

perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit

periodontium, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda

infeksi atau pembengkakan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak

menyenangkan. Berdasarkan gambaran radiografi, suatu perawatan

dianggap berhasil bila ligamen periodontium normal atau sedikit menebal

(kurang dari 1 mm), radiolusen pada bagian apeks hilang, lamina dura

normal, tidak ada resorpsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar,

padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks.

Keberhasilan perawatan saluran akar juga dapat dilihat dari beberapa

faktor anatara lain adanya lesi periradikular sebelum dan sesudah

perawatan, kualitas pengisian dan efektifitas penutupan bagian korona.


25

Gambar 2.19 Perawatan saluran akar


26

BAB III

KESIMPULAN

Pulpa berasal dari jaringan mesodermal dan membangun dentin primer

selama perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative

sebagai respon terhadap stimulasi selama odontoblas masih utuh. Pulpa bereaksi

terhadap stimuli panas dan dingin yang hanya dirasakan sebagai rasa sakit. Pulpa

mempunyai hubungan dengan jaringan periradikuler gigi dan dengan

keseluruhan jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika ada penyakit pada pulpa,

jaringan periodontium juga akan terlibat. Demikian juga perawatan pulpa yang

dilakukan, akan dapat mempengaruhi jaringan disekitar gigi.

Secara umum penyakit pulpa dapat disebutkan sebagai kelainan pada

jaringan pulpa (saluran akar gigi yang berisi pembuluh darah dan saraf) dan

jaringan sekitar akar gigi (periapikal) akibat inflamasi oleh faktor fisik, kimiawi

dan invasi bakteri. Apabila terjadi satu atau lebih dari faktor penyebab tersebut

di atas, maka akan terjadi keradangan pada jaringan pulpa.

Perluasan inflamasi dapat digolongkan menjadi dua yaitu penyakit-

penyakit yang simtomatik (menampakkan gejala yang jelas dan khas) dan

penyakit yang asimtomatik (tidak menunjukkan gejala khas). Simtomatik

(periodontitis apikalis akut dan abses periapikal akut), dan Asimtomatik

(periodontitis apikalis kronik, dental granuloma, abses periapikal kronik dan

kista periapikal).

Perawatan Endodontik merupakan perawatan atau tindakan pencegahan

yang dilakukan untuk mempertahankan gigi vital, gigi yang hampir mati, dan

gigi non-vital dalam keadaan berfungsi dalam lengkung gigi. Tujuan perawatan
27

endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima

secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan

selama mungkin didalam mulut. Beberapa macam perawatan endodontik

diantaranya pulpektomi, pulpotomi, pulp capping.

Indikasi Perawatan Endodontik: Karies yang luas, Email yang tidak di

dukung oleh dentin, Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik

pada gigi vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital, Saluran akar yang

dapat dimasukkan instrument, Kelainan jaringan periapeks pada gambaran

radiografi kurang dari sepertiga apeks, Mahkota gigi masih bisa direstorasi dan

berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar restorasi jembatan), Gigi tidak

goyang dan periodonsium normal, Foto rontgen menunjukan resorpsi akar tidak

lebih dari sepertiga apikal, tidak ada granuloma pada gigi sulung, Kondisi pasien

baik, Pasien ingin giginya di pertahankan dan bersedia untuk memelihara

kesehatan gigi dan mulutnya, Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.

Perawatan saluran akar dikatakan berhasil apabila tidak peka terhadap

perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit

periodontium, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi

atau pembengkakan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan.
28

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan Gigi Anak. Ed.2. Jakarta : Widya Medika, 1992
:hal 3-14

Arif, MA. 2013. Identifikasi Bakteri Anaerob Pada Saluran Akar Gigi Dengan
Periodontits Apikalis Kronis. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Fragiskos, DF. dkk. Oral Surgery. Berlin: Verlag Berlin Heidelberg, 2007: 301-308.

Grossman IL, Oliet S, Rio CED. Ilmu endodontik dalam praktik. Ed.11. Jakarta
:EGC, 1995 : hal 1-19, 71-109.

Ingel J.I, Bakland LK. Endodontisc 5th ed. London: BC. Decker; 2002. p. 178-86.

Mohpul, Aziz. 2013. Studi Perbandingan Kasus Flare-Up Pada Perawatan


Endodontik Pasien Poliklinik Gigi Di RSUD Haji Dan RSU Labuang Baji Makassar Tahun
2008-2012. Makasar: Universitas Hasanuddin.

Rejeki, Sri, drg., MARS., dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.
Universitas FK-UWKS.

Tarigan, Rasinta. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti) Edisi 2 Revisi. Jakarta: EGC
(penerbit buku kedokteran), 2006: 59-63.

Walton, RE. dkk. Prinsip Dan Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta: EGC
(penerbit buku kedokteran), 2008: 74-83.

Yamin, IF. 2012. Identifikasi Bakteri Pada Saluran Akar Gigi Nekrosis. Skripsi.
Makasar: Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai