Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan sumber energi di Indonesia saat ini masih didominasi oleh

minyak bumi (52,5%), selanjutnya diikuti penggunaan sumber energi lainnya seperti

batu bara (21,5%), gas bumi (19%), air (3,7%), panas bumi (3%) dan energi
terbarukan (0,2%). Cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan hanya mencapai

sekitar 9 miliar barel dengan produksi hanya sekitar 500 juta barel per tahun. Ini

artinya jika terus dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan minyak baru,

diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam jangka waktu 23

(dua puluh tiga) tahun mendatang, dengan demikian sudah saatnya Indonesia mulai

melakukan diversifikasi dan konservasi energi untuk mengurangi ketergantungan

terhadap bahan bakar fosil dan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan,

yaitu salah satunya dengan mengolah bahan berminyak menjadi biodiesel

(Nurdiansyah dan Redha, 2011: 218).

Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang, dan ganggang.

Minyak nabati yang umum digunakan di dunia untuk menghasilkan biodiesel,

diantaranya soybean oil (USA), minyak sawit (asia), dan minyak kelapa (filip

ina). Minyak nabati memiliki komposisi penyusun utama adalah gliserida, yaitu

trimester gliserol dengan asam-asam lemak (C8-C24). Komposisi asam lemak dalam

minyak nabati menentukan sifat fisik-kimia minyak (USU, 2011: 3). Salah satu

bahan yang dapat dijadikan biodiesel yaitu dedak padi.

Dedak saat ini dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Komponen utama pada
dedak padi adalah minyak protein, karbohidrat dan mineral. Komposisi dedak padi

1
2

memiliki kandungan minyak yang relatif cukup besar dibandingkan dengan

komponen minyak lainnya. Minyak dedak mengandung oryzanol yang merupakan

sumber antioksidan alami yang dibutuhkan manusia (Hadipernata, dkk (2012: 103).

Biodiesel dari minyak dedak padi ini digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Sebagai energi alternatif biodiesel tetap saja memiliki beberapa kekurangan.

Salah satunya adalah titik awan yang relatif lebih tinggi dibandingkan solar. Titik

awan yang tinggi disebabkan karena adanya rantai karbon alifatik yang memiliki
ikatan rangkap seperti ester oleat, ester linoleat, dan ester linolenat. Pada suhu rendah

biodiesel ini mudah membeku sehingga mengakibatkan sumbatan pada saluran bahan

bakar. Oleh karena itu dibutuhkan modifikasi struktur untuk memutus ikatan rangkap

pada rantai alifatiknya (Ilyas, dkk., 2016: 8). Berdasarkan latar belakang di atas maka

dilakukan percobaan tentang modifikasi biodiesel untuk mengetahui cara mengubah

struktur ikatan rangkap pada biodiesel.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu:

1. Apakah kalium permanganat (KMnO4) dapat mengoksidasi ikatan rangkap

biodiesel yang diperoleh dari minyak dedak padi ?

2. Berapa nilai konversi modifikasi biodiesel yang diperoleh dari minyak dedak

padi ?

3. Gugus fungsi apa saja yang terdapat dalam sampel minyak dedak padi

dengan spekstroskopi infra red (IR) ?


3

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kalium permanganat (KMnO4) dapat mengoksidasi ikatan

rangkap biodiesel yang diperoleh dari minyak dedak padi.

2. Untuk mengetahui nilai konversi modifikasi biodiesel yang diperoleh dari

minyak dedak padi.

3. Untuk mengetahui Gugus fungsi apa saja yang terdapat dalam sampel

minyak dedak padi dengan spekstroskopi infra red (IR).


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dedak Padi
Dedak saat ini dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Beras merupakan

produk utama dari padi yang mempunyai produk samping berupa menir, beras pecah,

sekam dan dedak. Pada proses penggilingan padi yang berkadar air 14% akan

dihasilkan rendemen beras berkisar 57-60%, sekam 18-20% dan dedak sebanyak 5

juta ton/tahun atau potensi minyak pangan atau minyak kesehatan dari dedak sebesar

750.000 ton/tahun jika rendemen minyak dedak 15% (Hadipernata, dkk (2012: 103).

Gambar. 2.1 Dedak Padi


Komponen dedak padi adalah minyak protein, karbohidrat dan mineral.

Komposisi dedak padi memiliki kandungan minyak yang relatif cukup besar

dibandingkan dengan komponen minyak lainnya yaitu 19,97%. Hanya sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan kandungan karbohidrat yaitu 22,04%. Minyak dedak

padi digolongkan sebagai unstraurated fatty acid/ asam lemak jenuh. Minyak dedak

mempunyai kandungan nilai nutrisi yang tinggi, sehingga pemanfaatannya tidak

hanya sebatas minyak goreng saja namun dapat diproses mejadi berbagai macam

produk turunannya, dan dapat dikembangkan sebagai produk supplement, kesehatan,

4
5

kosmetika. Minyak dedak mengandung oryzanol yang merupakan sumber

antioksidan alami yang dibutuhkan manusia (Hadipernata, dkk., (2012: 103).

B. Asam Lemak
Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom

karbon dari 4 sampai 24, asam lemak memiliki karboksil tunggal dan ekor

hidrokarbon nonpolar yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat

tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak tidak

dapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau jaringan, tetapi terdapat

dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada berbagai kelas lipid yang berbeda,

asam lemakdapat dibebaskan dari ikatan ini oleh hidrolisis kimia atau enzimatik

(Lehninger, 1982: 341-343).

Asamasam lemak dengan 16 dan 18 karbon adalah yang paling dominan.

Ekor hidrokarbon ynag panjang mungkin jenuh sepenuhnya yaitu hanya mengandung

ikatan tunggal. Asam lemak dengan ikatan ganda, seperti asam arakhidonat dengan 4

ikatan ganda, memiliki suatu belokan dan relatif kaku dibandingkan dengan asam

lemak jenuh yang karena kebebasan gerak mengelilingi ikatan tunggalnya bersifat

lebih fleksibel dan memanjang. Asam lemak jenuh dari C12 sampai C24 bersifat padat
mempunyai sintesis lilin, asam lemak tidak jenuh sebaliknya bersaifat cairan

berminyak pada suhu kamar. Asam lemak yang umum dijumpai bersifat tidak larut

dalam air, tetapi dapat terdispersi menjadi misel di dalam NaOH atau KOH encer

yang mengubah asam lemak menjadi sabun, nama ini diberikan pada garam asam

lemak (Lehninger, 1982: 343).


6

C. Modifikasi Biodiesel
Modifikasi biodiesel adalah suatu metode untuk memutus ikatan rangkap

pada rantai alifatiknya. Sebagai energy alternatif biodiesel tetap saja memiliki

kekurangan. Salah satunya adalah titik awan yang relatif lebih tinggi dibandingkan

solar. Titik awan yang tinggi disebabkan karena adanya rantai karbon alifatik yang

memiliki ikatan rangkap seperti ester oleat, ester linoleat dan ester linolenat

(Ilyas,dkk, 2016: 8).

Ada beberapa metode modifikasi yang dapat dilakukan dengan menggunakan

reaksi-reaksi kimia sederhana. Salah satu adanya reaksi oksidasi menggunakan

KMnO4 atau O3. Pada konsentrasi oksidator yang tinggi reaksi ini akan memutus

ikatan rangkap dan menghasilkan produk aldehid, keton, dan atau asam karboksilat

(Ilyas, dkk., 2016: 8).

D. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan. Biodiesel

tidak mengandung berbahaya seperti Pb, bersifat biodegradable, emisi gas buangnya

juga lebih rendah dibandingkan emisi bahan bakar diesel. Biodiesel memiliki efek
pelumasan yang tinggi sehingga dapat memperpanjang umur mesin dan memiliki

angka setana yang tinggi ( > 50) (Aziz., dkk, 2011: 444).

Biodiesel adalah monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang dari minyak

nabati atau lemak hewan. Keunggulan biodiesel dibandingkan dengan bahan bakar

fosil yaitu termasuk bahan bakar yang dapat diperbarui, dapat langsung digunakan

sendiri atau dicampur dengan petroleum diesel, mempunyai flash point (titik nyala)

yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika disimpan dan

digunakan, limbahnya bersifat ramah lingkungan, tidak beracun (bebas dari logam
berat, sulfur dan senyawa aromatik), menghasilkan emisi CO2, SO2, CO dan
7

hidrokarbon yang lebih rendah dari bahan petroleum diesel lainnya. Penggunaan

biodiesel dapat memperpanjang usia mesin diesel karena memberikan pelumasan

lebih baik dari pada bahan bakar petroleum dan tidak memerlukan modifikasi mesin

diesel (Mustafa dan Purwanti, 2010: 1).

E. Metil Ester
Metil ester asam lemak memiliki rumus molekul Cn-1H2(n-r)-1COOCH3

dengan nilai n yang umum adalah angka genap antara 8 sampai dengan 24 dan nilai r

yang umum 0, 1, 2, atau 3. Menurut Heryanto (2002: 7), beberapa metil ester asam

lemak yang dikenal adalah:

1. Metil stearat, C17H35COOCH3 [n = 18 ; r = 0]

2. Metil palmitat, C15H31COOCH3 [n = 16 ; r = 0]

3. Metil laurat, C11H23COOCH3 [n = 12 ; r = 0]

4. Metil oleat, C17H33COOCH3 [n = 18 ; r = 1]

5. Metil linoleat, C17H31COOCH3 [n = 18 ; r = 2]

6. Metil linolenat, C17H29COOCH3 [n = 18 ; r = 3]

Menurut Heryanto (2002: 7), kelebihan metil ester asam lemak dibanding

asam-asam lemak lainnya :

1. Ester dapat diproduksi pada suhu reaksi yang lebih rendah.

2. Gliserol yang dihasilkan dari metanolisis adalah bebas air.

3. Pemurnian metil ester lebih mudah dibanding dengan lemak lainnya karena

titik didihnya lebih rendah.

4. Metil ester dapat diproses dalam peralatan karbon steel dengan biaya lebih

rendah daripada asam lemak yang memerlukan peralatan stainless steel.


8

F. Titik awan (cloud point)

Titik kabut atau titik awan (cloud point) adalah temperatur suatu minyak

keruh bagaikan berkabut, tidak lagi jernih pada saat di dinginkan. Jika temperatur

diturunkan lebih lanjut akan di dapat titik tuang (pour point). Temperatur ini adalah

titik temperatur terendah yang menunjukkan mulai terbentuknya Kristal paraffin

yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik ini dipengaruhi oleh derajat

ketidakjenuhan (angka iodium). Semakin tinggi ketidakjenuhan, titik tuang akan


semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi oleh panjang rantai karbon. Semakin

panjang rantai karbon, semakin tinggi titik tuangnya (Nurhayati, 2014: 29).

SNI menetapkan titik kabut FAME maksimum sebesar 18C sehingga relatif

aman karena biosolar mensyaratkan titik tuang maksimum 18C, dengan ketentuan

ini, FAME ex minyak sawit (BMS: biodiesel minyak sawit atau POME: palm oil

methyl ester) dapat digunakan dengan baik di sebagian besar daerah tropis karena

memiliki titik kabut 12-14C. FAME contohnya minyak jarak bisa digunakan di

daerah sub tropis dan dataran tinggi di daerah tropis karena titik kabutnya dapat

mencapai 3C (Nurhayati, 2014: 29).

Titik nyala (flash point) atau titik kilat adalah titik temperatur terendah yang

menyebabkan bahan bakar dapat menyala. Penentuan titik nyala berkaitan dengan

keamanan dalam penyimpanan dan penanganan bahan bakar. SNI menetapkan titik

nyala biodiesel lebih tinggi sehingga lebih aman dibandingkan dengan petrodiesel

atau biosolar. Titik nyala biodiesel berbasis CPO sebenarnya 185C. Angka ini jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan nilai standar petrosolar (HSD Pertamina),

minimum 66C. SNI biodiesel menetapkan minimum 100C untuk mengeliminasi

kontaminasi metanol akibat proses konversi minyak nabati yang tidak sempurna.
Metanol memiliki titik nyala yang rendah yaitu 11C (Prihandana, 2006: 37).
9

G. Kalium Permanganat (KMnO4)

Kalium permanganat banyak dipergunakan sebagai agen pengoksidasi selama

lebih dari 100 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan

tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer. Sebanyak

satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda yang jelas pada

volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini

dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat bereaksi


secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini, namun beberapa

substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk

mempercepat reaksi. Larutan-larutan permanganat yang bersifat asam tidak stabil

karena asam permanganat terdekomposisi (Day dan Underwood, 1996: 39).

H. Metode Ultrasonikimia
Penggunaan gelombang ultrasonik memberikan pengaruh positif untuk

menaikkan produk metil ester. Pencampuran dengan menggunakan ultrasonik lebih

baik dibanding-kan dengan menggunakan pengadukan karena adanya efek kavitasi.

Kavitasi adalah salah satu efek akibat adanya gelombang ultrasonik di dalam cairan.

Jika pada cairan diradiasikan gelombang ultrasonik maka tekanan cairan tersebut

akan bertambah pada saat gelombang ultrasonik mempunyai amplitudo positif dan

akan berkurang pada saat amplitudo negatif. Akibat perubahan tekanan ini maka

gelembung-gelembung gas yang biasanya ada dalam cairan akan terkompresi pada

saat tekanan cairan naik dan terekspansi pada saat tekanan turun (Putri, dkk., 2012:

21).

Kavitasi adalah salah satu efek akibat adanya gelombang ultrasonik di dalam

cairan. Jika pada cairan diradiasikan gelombang ultrasonik maka tekanan cairan
tersebut akan bertambah pada saat gelombang ultrasonik mempunyai amplitudo
10

positif dan akan berkurang pada saat amplitudo negatif. Akibat perubahan tekanan

ini maka gelembung-gelembung gas yang biasanya ada dalam cairan akan

terkompresi pada saat tekanan cairan naik dan terekspansi pada saat tekanan turun

turun (Putri, dkk., 2012: 21).

Gambar 2.1 Ultrasonic Cleaner Krisbow


Sumber: www.dentalsepet.com

I. Fourier Transform Infrared (FTIR)


Metode Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan metode bebas reagen,

tanpa penggunaan radioaktif dan dapat mengukur kadar hormon secara kualitatif dan

kuantitatif. Prinsip kerja FTIR adalah mengenali gugus fungsi suatu senyawa dari

absorbansi inframerah yang dilakukan terhadap senyawa tersebut. Pola absorbansi

yang diserap oleh tiap-tiap senyawa berbeda-beda, sehingga senyawa-senyawa dapat


dibedakan dan dikuantifikasikan (Sjahfirdi, dkk., 2015: 157).

Spektroskopi FTIR merupakan suatu metode analisis yang dipakai untuk

karakterisasi bahan polimer dan analisis gugus fungsi. Cara menentukan dan

merekam hasil spektra residu dengan serapan energi oleh molekul organik dalam

sinar infra merah. Infra merah didefinisikan sebagai daerah yang memiliki panjang
gelombang dari 1-500 cm-1. Setiap gugus dalam molekul umumnya mempunyai
karakteristik sendiri sehingga spektroskopi FTIR dapat digunakan untuk mendeteksi
11

gugus yang spesifik pada polimer. Intensitas pita serapan merupakan ukuran

konsentrasi gugus yang khas yang dimiliki oleh polimer. Metode ini didasarkan pada

interaksi antara radiasi infra merah dengan materi (interaksi atom atau molekul

dengan radiasi elektromagnetik). Interaksi ini berupa absorbansi pada frekuensi atau

panjang gelombang tertentu yang berhubungan dengan energi transisi antara berbagai

keadaan energi vibrasi, rotasi dan molekul. Radiasi infra merah yang penting dalam

penentuan struktur atau analisis gugus fungsi terletak pada 650 cm-1 - 4000 cm-1.
(Sjahfirdi, dkk., 2015: 157).

Gambar 2.2 Fourier Transform Infrared (FTIR)


Sumber: www.wha-international.com
12

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 09 Mei 2016, pukul 07.30-

17.00 WITA di Laboratorium Organik Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin

Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Fourier Transform

Infrared (FTIR), ultrasonic cleaner krisbow, neraca analitik, sentrifuge, kompor

listrik, termometer 110oC, pipet skala 10 mL, gelas piala 300 mL, gelas piala 100

mL, rak tabung, batang pengaduk, dan pipet tetes.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aluminium foil,

aquadest (H2O), kalium permanganat (KMnO4), dan tissu.

C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) 0,6 M

Memipet air ke dalam labu takar 100 mL. keudian memipet asam sulfat

(H2SO4) 0,6 M pekat sebanyak 3,33 L ke dalam labu takar 100 mL dan

menambahkan aquades hingga tanda batas. Selanjutya menghomogenkan.

2. Modifikasi Biodiesel

Menimbang biodiesel sebanyak 2,2110 gram biodiesel hasil pemurnian dan

ditambhakan asam sulfat (H2SO4) sebanyak 5 mL, selanjutnya ditambahakan dengan

12
13

kalium permanganat (KMnO4) yang telah dilarutkan dalam asam sulfat (H2SO4)

sebanyak 50 mL, kemudian diultrasonik selama 30 menit. Memindahkan sampel

kedalam tabung sentrifuge dan di masukkan dalam alat sentrifuge selama 20 menit

dengan 3500 ppm. Selanjutnya sampel disaring dan dicuci dengan air secukuonya

kemudian dipanaskan ada suhu diatas 105oC dan diuji dengan FTIR.

3. Identifikasi dengan Fourier Transform Infrared Spectroscoy (FTIR)

Menyiapkan sampel biodiesel yang akan diuji, kemudian pengujian dilakukan


dengan cara menghubungkan monitor dan alat FTIR dengan sumber arus listrik.

Menyalakan monitor dan alat FTIR dengan menekan tombol on, menunggu hingga

computer connect dengan alat FTIR yang ditandai dengan munculnya tiga sinar pada

monitor yaitu BS KBr, laser, lamp infra red yang berwarna hijau. Selanjutnya plat

NaCl ditetesi dengan aseton, kemudian ditetesi dengan sampel hasil modifikasi

dedak padi. Memasukkan plat NaCl pada alat interferometer lalu memasukkan ke

dalam alat FTIR dan disinari dengan sinar infra red. Menunggu selama 5 menit

sampai diperoleh gambaran spectrum sampel yang diuji pada layar monitor.
14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Waktu Reaksi dan Nilai Konversi


Waktu Reaksi Nilai Konversi
50 menit 54,71%

Tabel 4.2 Nilai Serapan dan Vibrasi Regang Gugus-Gugus Senyawa metal ester
No Gugus Jenis Senyawa Rentang Serapan (cm-1) Serapan (cm-1)
1 O-H Alkohol 3000-3700 3446,79
2 C=C Alkena 1600-1700 1633,71
3 C-O Alkohol 1000-1260 1209,37
4 C-O Eter 1080-1150 1105,21;
1053,13;1016,49

5 (=C-H-) Alkena 650-1000 956,69;676,94

2. Reaksi

R2 O

R1 C CH2 + KMnO4 R1 C H + MnO2-

Metil Ester Kalium Permanganat Gugus Keton Permanganat

3. Analisis Data
1. Berat KMnO4 dan biodiesel yang ditimbang

a. Berat KMnO4

Mr =


158,03 = 0,001

Gram = 0,1580 gr

14
15

b. Berat Biodiesel

Mr =


155,47 = 0,01

Gram = 1,5547 gr

2. Berat Biodiesel Murni

Berat tabung reaksi kosong = 18,1667 gr

Berat tabung + biodiesel = 19,0174 gr

Berat biodiesel = 0,8507 gr

Berat minyak = 1,5547 gr


Bobot Biodiesel
% biodiesel = x 100%
Bobot minyak
0,8507
= 100%
1,5547

= 54,71%

4. Grafik
Gambar 4.1 Hasil FTIR Minyak Dedak Padi
16

B. Pembahasan

Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang

yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai

bahan bakar mesin diesel. Keuntungan dari biodiesel yaitu merupakan salah satu

bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi

emisi gas karbon monoksida (CO) dan gas karbon dioksida (CO2) dan bebas

kandungan sulfur dibandingkan dengan bahan petroleum diesel lainnnya. Biodiesel


yang menjadi energi alternatf tetap memiliki kekurangan. Salah satunya adalah titik

awan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan solar. Titik awal yang tinggi

disebabkan karena adanya rantai karbon alifatik yang memiliki ikatan rangkap

seperti ester oleat, ester linoleat dan ester linolenat. Penanganan kekurangan ini yaitu

dengan cara modifikasi biodiesel.

Modifikasi biodiesel dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan pembuatan

asam sulfat (H2SO4). Air yang dimasukkan terlebih dahulu sebelum dimasukkannya

H2SO4 berfungsi agar H2SO4 yang panas tidak bereaksi langsung dengan labu yang

akan menyebabkan labu menjadi pecah. Penggunaan aquades juga berfungsi untuk

menghimpitkan H2SO4 hingga tanda batas. H2SO4 yang digunakan berfungsi sebagai

katalis yang mempercepat proses reaksi.

Modifikasi yang dilakukan menggunakan biodiesel yang telah dimurnikan.

Biodiesel yang ditimbang berfungsi untuk mengetahui bobot biodiesel yang akan

dimodifikasi . modifikasi yang dilakukan dengan menggunakan kalium permanganat

(KMnO4) berfungsi sebagai katalisator kuat, karena dengan bersarnya kekuatan

oksidator, maka ion permanganat secara teoritis dapat mengoksidasi beberapa gugus

fungsi. Penggunaan alat ultrasonik selama 60 menit bertujuan untuk member efek
kavitasi yang menimbulkan banyak gelembung. Proses sentrifugasi bertujuan untuk
17

memisahkan minyak dan air. Penyaringan yang dilakukan berfungsi untuk

memisahkan residu dan filtrat yang akan diuji pada alat FTIR.

Pengujian pada alat FTIR, dilakukan untuk mengetahui gugus-gugus yang

terdapat didalam sampel. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, diketahui

bahwa pada grafik, terlihat bahwa pada daerah 3000-37000 cm-1 terdapat gugus O-

H yaitu jenis senyawa alkohol, pada daerah 1600-1700 terdeteksi gugus C=C yaitu

jenis senyawa alkena, pada daerah 1000-1200 terdapat gugus C-O yaitu jenis
senyawa alkohol, pada daerah 1080-1150 terdeteksi gugus C-O yaitu jenis senyawa

eter dan pada daerah 650-1000 terdapat gugus =C-H yaitu jenis senyawa alkena.
18

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Proses modifikasi biodiesel dengan reaksi oksidasi pemaksapisahan yaitu

dengan menggunakan oksidator kuat berupa kalium permanganat (KMnO4).


2. Nilai konversi biodiesel hasil modifikasi yaitu 54,71%.

3. Gugus fungsi yang terdapat dalam sampel minyak dedak padi dengan

spekstroskopi infra red (IR) yaitu terdapat gugus O-H merupakan jenis

senyawa alkohol, gugus C=C yaitu jenis senyawa alkena, gugus C-O yaitu

jenis senyawa alkohol, gugus C-O yaitu jenis senyawa eter, gugus =C-H

yaitu jenis senyawa alkena.

B. Saran

Saran untuk percobaan selanjutnya, sebaiknya sampel biodiesel yang lain

seperti hasil biodiesel minyak kopra yang telah dimurnikan.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Isalmi dkk., Pembuatan Produk Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan
Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi, Valensi 2 No 3, (2011): h. 443-448.
Haryanto, Bode, Bahan Bakar Alternatif Biodiesel, Teknik Kimia (2002): H. 1-13.
Ilyas, Asriani, dkk. Penuntun Praktikum Preparasi Senyawa Organik. Gowa: UIN
press, 2016.
Mustafa, Bisri dan Endang Purwanti. S, Kalor Biodiesel Hasil Esterifikasi dengan
Katalis Al-Mcm-41 dan Transesterifikasi dengan Katalis Kalium Hidroksida
Minyak Biji Nyamplung (Calophyllum Inophyllum) KIMIA FMIPA (2011):
H. 1-8.
Nurdiansyah dan Abdi Redha, Efek Lama Maserasi Bubuk Kopra Terhadap
Rendemen, Densitas, dan Bilangan Asam Biodiesel yang Dihasilkan dengan
Metode Transesterifikasi In Situ, Belian 10 No 2 (2011): h. 218-224.
Nurhayati, Proses Pengolahan Bahan Baku Biomassa Menjadi Biodiesel, PPPPTK
BMTI (2014): h. 1-59.
Sjahfirdi Luthfiralda, Aplikasi Fourier Transform Infrared (FTIR) dan Pengamatan
Pembengkakan Genital Pada Spesies Primata, Lutung Jawa (Trachypithecus
Auratus) untuk Mendeteksi Masa Subur, Kedokteran Hewan 9 No. 2 (2015):
h. 156-160.
Universitas Sumatera Utara. Tinjauan Pustaka. Sumatra: USU, 2011.
20

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Preparasi Senyawa Organik dengan judul percobaan

Modifikasi Biodiesel dari Minyak Dedak Padi disusun oleh:

Nama : Nurul Azizah

NIM : 60500113062

Kelompok : II (Dua)

telah diperiksa oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan dapat diterima.

Samata, Juni 2016

Koordinator Asisten Asisten

Yuliana Asriani
NIM: 60500112020 NIM: 60500112026

Mengetahui,

Dosen Penanggung Jawab

Asriani Ilyas, S.Si.,M.Si


NIP. 19830330 200912 2 004

Anda mungkin juga menyukai