Anda di halaman 1dari 11

Category Desain Grafis

SEP 242013
Memahami Color Mode dan Color
Space (Color Profile)
Color Space atau Color Profile berbeda dengan Color Mode. Pemahaman
akan perbedaan kedua hal ini sebenarnya merupakan hal yang sangat
mendasar dalam edit foto dengan Photoshop.
Saking dasar nya, banyak editor foto yang telah belajar bertahun-tahun
sekalipun belum mengerti tentang hal ini.
Ketidak-mengertian ini tentunya dapat dimengerti, karena sebagian besar
dari kita hanya mengedit foto atau gambar untuk ditampilkan di layar. Jadi,
pemahaman akan perbedaan Color Mode dan Color Space (Color Profile)
tidak terlalu dibutuhkan.

Lain halnya jika kita sering melakukan scan foto, atau memotret sendiri, lalu
mengedit nya untuk kemudian di cetak. Proses scan/memotret, edit dan
cetak ini membutuhkan konsistensi pemilihan Color Mode dan Color Space
agar pada hasil akhir nanti warna yang didapat sesuai dengan harapan.
Pada artikel ini kami mencoba untuk men-share setitik pemahaman kami
tentang Color Mode dan Color Space berdasarkan sedikit pengalaman kami
dalam mempelajari photoshop.

Color Mode
Color mode dapat dikatakan merupakan salah satu hal utama yang
membedakan antara gambar digital dan gambar analog. Jika gambar digital
dibentuk oleh cahaya maka gambar analog terbentuk dari tinta. Dasar
pemahaman inilah yang menjadi landasan dari Color Mode.
Cahaya yang membentuk gambar digital terdiri dari 3 warna yaitu Red,
Green dan Blue (RGB), sedangkan tinta yang membentuk gambar analog
terdiri dari 4 warna yaitu Cyan, Magenta, Yellow dan Black (CMYK).
Bahkan saat sebuah gambar CMYK ditampilkan dilayar monitor,
sesungguhnya gambar tersebut ditampilkan dalam mode RGB, karena
semua monitor menampilkan gambar dari cahaya!

Photoshop Color Mode


Dalam Photoshop terdapat beberapa jenis Color Mode. Pemilihan Color Mode
ini dapat diakses melalui menu Image Mode. Walaupun ada banyak Color
Mode, dalam proses editing standar, pada umumnya hanya 4 jenis color
yang digunakan yaitu RGB, CMYK, Grayscale dan LAB.
Catatan! Agar artikel tidak terlalu panjang, di sini kami hanya akan
membahas RGB dan CMYK. Keduanya merupakan Color Mode utama yang
paling sering kita gunakan saat bekerja dengan Photoshop.

Perbedaan Color Mode RGB dan CMYK


Seperti yang sudah diterangkan di atas, perbedaan utama kedua Color Mode
ini adalah dari sisi penghitungan materi outputnya. Jika RGB dihitung
berdasarkan cahaya, maka CMYK berdasarkan tinta. Berikut penjelasan
sederhana dari kedua Color Mode ini.

Color Mode RGB


Dalam Photoshop (dan aplikasi grafis lainnya) rentang cahaya yang
membentuk warna dihitung berdasarkan tingkat terang sebanyak 256
tingkat, dari 0 hingga 255. Nilai 0 menunjukkan tidak ada cahaya (warna
hitam pekat) dan nilai 255 menujukkan cahaya maksimal (warna putih
terang).
RGB (Red, Green dan Blue) merupakan warna primer. Nilai dari setiap warna
primer ini akan menentukan warna yang kita lihat di layar. Jika ketiga warna
primer ini dicampurkan dengan nilai tingkat terang tertentu, maka akan
membentuk warna baru.
Untuk membuktikannya, buka color picker dalam Photoshop, ketikkan
sembarang nilai dalam rentang 0 255 setiap bagian R, G dan B.

Photoshop Color Picker


Kombinasi nilai ketiga cahaya tersebut akan membentuk warna yang kita
inginkan. Cobalah bermain-main dengan setting ini untuk melihat perbedaan
warnanya.
Color Mode CMYK
Nilai CMYK ditentukan oleh empat warna primer yaitu Cyan, Magenta, Yellow
dan Black. Dalam Photoshop, nilai ini juga dihitung dengan jumlah tingkat
terang yang sama yaitu 256 tingkat. Namun, dalam CMYK, nilai 0 adalah
representasi dari warna putih sedangkan 255 adalah warna hitam. Jadi
nilainya merupakan kebalikan dari nilai RGB.
Penjelasan sangat mudah. Pada mode RGB kita bekerja dengan cahaya.
Semakin banyak cahaya, semakin terang warna. Sedangkan pada CMYK kita
bekerja dengan tinta, di mana semakin banyak tinta, akan semakin pekat
atau gelap suatu warna.
RGB nilai 0 = Black, karena tidak ada cahaya
CMYK nilai 0 = White, karena tidak ada tinta
Sederhana bukan?

Color Space (Color Profile)


Color Space adalah rentang jangkauan warna, sedangkan Color Profile adalah
metode penyimpanan rentang warna tersebut secara numerik. Dalam
penerapannya keduanya dilabeli nama yang sama. Misalnya, Adobe RGB
Color Space = Adobe RGB Color Profile.

Ada banyak Color Space yang dikenal, namun hanya beberapa jenis Color
Space yang mungkin paling sering kita gunakan, yaitu ProPhoto RGB, Adobe
RGB dan sRGB. Para photographer profesional umumnya menggunakan Color
Space ProPhoto RGB, karena rentang warna ProPhoto RGB jauh di atas Adobe
RGB apalagi sRGB.
Sebuah video dari situs dpbestflow.org di bawah ini mungkin merupakan
ilustrasi terbaik yang menggambarkan perbedaan rentang warna dari
beberapa Color Space.

Mengatur Color Space dalam Photoshop


Dalam Photoshop, Color Space atau Color Profile dapat diatur melalui menu
Edit Color Setting (CTRL + SHIFT + K). Color Space untuk RGB tentunya
berbeda dengan Color Space CMYK. Pada Photoshop CS3 yang kami
gunakan, secara default Photoshop menggunakan preset North America
Web/Internet.
Photoshop Color Settings
Pada preset default ini, Working Space untuk Color Mode RGB menggunakan
Color Profile sRGB IEC61966-2.1, sedang CMYK menggunakan U.S. Web
Coated (SWOP) v2.

Saat kita membuka sebuah foto, Photoshop akan mengecek Color Profile
yang digunakan. Jika Color Profile pada foto tidak sesuai dengan Color Profile
dari Working Spaces, maka akan keluar peringatan dari Photoshop.
Perhatikan gambar di bawah.

Profile Mismatch
Di sini terlihat perbedaan antara Embedded profile dengan Working Space.
Jika kita membuka foto yang memiliki profil Adobe RGB pada Working Space
sRGB, pilihlah Use the embedded profile. Seperti penjelasan pada video di
atas, rentang warna Adobe RGB berada di atas sRGB. Jadi, jika kita memilih
Convert documents color to the working space, maka akan ada warna yang
terpotong (Color Clipping).
Jika kita mengedit foto dari pocket digital camera, umumnya Color Profile
yang digunakan adalah sRGB, jadi pengaturan Working Space ini dapat
diabaikan.

Namun jika kita sering bekerja dengan foto dari kamera digital SLR mid-end
hingga high-end, dengan Color Profile Adobe RGB atau ProPhoto RGB, maka
sebaiknya kita mengedit Working Space ini sesuai dengan Color Profile pada
kamera.

Gambar di bawah merupakan hasil yang akan didapat jika kita memaksa
membuka embed color profile pada working space dengan color profile yang
berbeda.

Adobe RGB vs sRGB


Di sini jelas terlihat rentang warna dari Adobe RGB akan terpotong saat
dibuka dengan profile sRGB. Warna pada foto dengan profil sRGB terlihat
agak muted atau mati, tidak secerah foto asli.

Mengganti Color Profile dalam Photoshop


Misalnya saat ini kita bekerja dengan sebuah foto yang memiliki Color Profile
Adobe RGB dan kita ingin menggantinya dengan melakukan konversi ke
sRGB. Caranya konversi Color Profile adalah..
Pilih menu Edit Convert to Profile, pada bagian Destination Space, pilih
Color Profile baru untuk foto kita.

Convert Profile

Assign Color Profile


Gambar dari web umumnya disimpan tanpa Color Profile. Jika kita
mendownload sebuah gambar dan membukanya, maka Photoshop akan
mengeluarkan peringatan bahwa gambar tidak memiliki Color Profile
(missing profile).

Missing Profile
Kita dapat langsung memilih Color Profile dari sini atau melalui menu Edit
Assign Profile dan pilihlah Color Profilenya.
Assign Profile

Penting! Konsistensi pemilihan Color Profile sangat penting dalam mengedit


foto. Hal ini akan menjadi sangat berpengaruh jika kita berniat untuk
mencetak foto, baik dengan printer rumahan maupun dengan mesin Lab
profesional.

Color Profile di Layar Monitor


Masalah utama kita adalah, secara default, monitor menampilkan gambar di
layar dengan Color Profile-nya sendiri. Jika anda pemilik komputer Mac, hal
ini tidak menjadi masalah. Karena monitor Mac telah dikalibrasi dengan baik
dari pabriknya. Sedangkan bagi kita yang hanya bermodalkan monitor entry-
level dari vendor tertentu, ada baiknya kita melakukan penyesuaian untuk
color profile ini.Pada umumnya, dalam kondisi standar, program grafis, baik
grafis editor maupun photo manager akan menampilkan gambar dengan
color profile sRGB. Jika karena suatu alasan tertentu, gambar pada monitor
terlihat aneh, bisa jadi karena Monitor Color Profile telah corrupt. Untuk itu
kita perlu meng-assign Color Profile yang sesuai bagi monitor.Cara meng-
assign Monitor Color Profile dalam Windows 7 adalah:
Klik kanan pada Desktop dan pilih Screen Resolution Advanced
Settings Color Management.
Pada jendela Color Management bagian Device pilihlah monitor anda
dan centang Use my settings for this device.
Sekarang klik Add dan carilah Color Profile sRGB IEC61966-2.1 lalu klik
OK.
Klik Set as Default Profile lalu Close.
Windows 7 Color Management

Catatan! Untuk windows XP anda dapat melihat caranya pada link sumber
nomor 2 di akhir artikel.

Color Profile pada Printer


Seperti halnya layar monitor, printer sebagai alat cetak juga memiliki Color
Profile sendiri. Namun berdasarkan pengalaman kami menggunakan
beberapa printer baik kelas rumahan maupun semi-profesional, penggunaan
Color Profile Adobe RGB pada printer akan sangat membantu untuk
mendapatkan akurasi warna yang diinginkan saat mencetak.Gambar di
bawah merupakan pengaturan Color Profile untuk printer Epson pada
umumnya. Di sini kami memilih Color Mode Adobe RGB dengan Gamma 2.2.
Dengan sedikit pengaturan pada bagian Settings, kami telah mendapatkan
akurasi warna yang cukup baik antara Monitor LCD entry-level dan Printer.

Epson Printers Color Management


Tambahan Konversi antar Color Profile dan antar Color
Mode
Melalui Photoshop. kita dapat merubah gambar RGB ke CMYK serta
sebaliknya dengan langsung memilih Image Color Mode RGB/CMYK.
Konversi ini merupakan proses yang sangat rumit, sehingga Photoshop harus
menggunakan Profile Connection Space (PCS) sebagai referensi saat
konversi ini.PCS tersebut adalah CIELAB dan CIE XYZ. CIELAB digunakan saat
konversi antar RGB Color Profile, misalnya dari ProPhoto RGB ke Adobe RGB.
Sedangkan CIE XYZ digunakan untuk konversi RGB ke CMYK dan sebaliknya.
CIELAB sendiri sebenarnya merupakan Color Mode independen yang biasa
disebut LAB.Demikian pemaparan singkat tentang Color Mode dan Color
Space dalam Photoshop. Walaupun kami memiliki sedikit pemahaman
tentang masalah ini, terus terang, menjelaskannya di sini merupakan hal
yang sulit bagi kami, karena begitu banyak aspek yang harus disertakan.
Namun, kami sangat berharap penjelasan ini dapat memberikan sedikit
gambaran bagi kita tentang Color Mode dan Color Space.

Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

By designbyaries79 Posted in Desain Grafis


SEP 242013
Prepress untuk mendapatkan hasil
cetak yang konsisten

Prepress atau Pracetak adalah semua proses digital untuk menyiapkan


desain cetak (artwork, graphic design) dengan menggunakan perangkat
komputer, dimulai dari input data sampai desain siap cetak atau Final
Artwork.

Ada beberapa aturan yang harus diikuti oleh desainer grafis untuk
mendapatkan hasil cetak yang konsisten (hampir 100% sama persis) dengan
apa yang terlihat di monitor komputer. Dalam kenyataannya banyak sekali
terjadi kesalahan pada pencetakan yang disebabkan karena pekerjaan
desain grafis tidak dilakukan dengan benar pracetak ini.

Inilah daftar masalah yang patut diperhatikan dan diwaspadai pada saat
tahap Prepress berlangsung:

1. Missing Font.
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh
printer postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di
bawa ke percetakan (apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-
kemudian dikirim ke percetakan), sedangkan di percetakan font tersebut
tidak tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-convert terlebih
dahulu dalam desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat
pembuatan film. Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam
proses prepress, save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah
sebagai dokumen cadangan.
2. Wrong file format.
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk
gambar. Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau
GIF dan lainnya untuk keperluan cetak offset, maka warnanya tidak akan
sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar
digital) akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan menjadi
kendala jika pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga
hindari mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .
3. Incorrect page setting or Page Set-up.
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat,
untuk cetakan seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan
dipotong dengan mesin potong kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas
area design beberapa milli lebih besar dari area cetak. Output harus selalu
dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang disesuaikan
sesuai penggunaan.
4. Missing graphics. or graphic not linked.
Jika anda mengirimkan file dalam format Freehand, PageMaker atau Quark
Express, Anda tetap harus mengcopy file gambar Anda ke dalam disk yang
Anda kirim ke percetakan atau tempat pembuatan film (repro), karena jika
tidak gambar yang anda insert dalam artwork anda tidak akan muncul di
komputer yang lain.
5. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada
gambar. Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal
dan berlebihan sehingga memboroskan tinta. Sementara resolusi yang
didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan gambarnya pecah atau
kabur. Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll, besaran
dpi-nya minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor
(baliho, billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi
tergantung ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak
relatif dekat sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi
untuk billboard ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
6. Incorrect colours.
Karena unsur warna yang digunakan monitor (komputer) berbeda dengan
unsur warna cetak (percetakan) maka sering terjadi hasil cetak yang meleset
warnanya. Hal ini harus kita pahami, karena komputer grafis menggunakan
unsur warna sinar Red, Green, Blue (RGB Color). Sementara percetakan
menggunakan unsur warna tinta Cyan, Magenta, Yellow, Black (CMYK Color).
Jadi kita harus menggunakan warna CMYK apabila kita ingin membuat
artwork cetak. Kalau sudah terlanjur menggunakan RGB, maka rubahlah
kedalam format warna CMYK.
7. Make the Black color as a special one.
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks
(apalagi huruf kecil2) atau garis outline pada arwork yang anda buat. Ini
untuk mencegah teks/garis menjadi terlihat dobel karena registrasi yang
kurang presisi. Bila ada teks yang perlu direvisi pada saat2 terakhir sebelum
dicetak, anda hanya perlu mengganti selembar film saja pada warna Black-
nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan, Magenta dan Yellow).
8. Proofing.
Sebelum dicetak, kita harus melakukan proofing untuk mengetahui contoh
hasil cetak nantinya. Nah, kalau kita mencetak hasil proofing dengan
menggunakan printer selain printer laser atau color digital printing, biasanya
hasilnya akan meleset dari perkiraan. Sekarang sudah banyak printer warna
digital sampai ukuran A3+ sebagai sarana proofing sebelum naik cetak.
Lebih baik lagi bila anda membuat Progressive Proof untuk mengejar presisi
warna yang cocok sesuai tuntutan kualitas yang anda inginkan.
By designbyaries79 Posted in Desain Grafis

Anda mungkin juga menyukai