Anda di halaman 1dari 24

Menkumham Anggap Biadab, Wakapolri Janji Usut Kasus

Angeline

Solopos.com, SOLO Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham)


Yasonna H. Laoly meminta polisi mengungkap kasus pembunuhan Angeline, bocah
8 tahun yang ditemukan terkubur di dekat kandang ayam rumahnya. Wakapolri
Komjen Pol Budi Waseso pun menyanggupi.

Harapan Menkumham) Yasonna H. Laoly itu ia sampaikannya saat ditemui


wartawan seusai menghadiri resepsi pernikahan putra sulung Presiden Joko
Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dan Putri Solo 2009, Selvi Ananda, di Grha
Sabha Buwana, Kamis (11/6/2015) malam. Ia bersama banyak pejabat lain hadir
dalam sesi kelima resepsi pernikahan Gibran-Selvi itu.

Kalau memang ada indikasi pelaku lebih dari satu orang, polisi harus
mengungkapkannya seterang-terangnya, pintanya.

Biadab
Yasonna mengaku prihatin atas kasus tersebut. Ia mengungkapkan, apa yang terjadi
pada Angeline sudah sangat biadab, sehingga pelakunya harus mendapatkan
hukuman yang seberat-beratnya. Apalagi diduga pelaku pembunuhan tidak hanya
tunggal.

Ini sangat biadab sekali, apalagi korbannya anak kecil. Ada unsur perkosan dan
penyiksaan, katanya.

Yasonna menyerahkan sepenuhnya pengungkapan kasus ini kepada aparat


kepolisian. Disinggung mengenai perlunya revisi Undang-Undang Perlindungan
Anak sebagai langkah antisipasi agar apa yang menimpa Angeline tidak lagi
terulang, Yasonna menilai hal itu tidak perlu dilakukan. Karena menurutnya, undang-
undang yang ada saat ini sudah baik.

Persoalannya sekarang ini bagaimana bisa mengantisipasi agar hal serupa tidak
lagi terjadi. Karena sebenarnya dari awal guru di sekolahnya juga sudah menduga
ada kekerasan yang dialami Angeline. Ini yang seharusnya dari awal sudah bisa
diantisipasi oleh lingkungan sekitar, katanya.
Perlu Serius
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yambise
meminta pelaku dihukum seberat-beratnya. Yohana meminta aparat kepolisian tidak
membebaskan Margareta dengan kedua anaknya yang kini ditahan di kepolisian
setempat.

Pihaknya mengatakan akan melakukan investigasi yang lebih serius lagi. Saya dan
Menpan menginginkan agar kasus ini harus benar-benar dikaji lagi, katanya.

Menurut dia, sudah saatnya undang-undang perlindungan anak dan kekerasan


dalam rumah tangga harus dilaksanakan dengan tegas. Selama ini hanya dibuat
tanpa dilaksanakan. Kementriannya akan menegakkan undang-undang dengan
komunikasi dengan gubernur dan bupati/wali kota di masing-masing daerah. Selain
itu akan membangun mitra kerja dengan PKK. Jadi kita sekarang bukan di bagian
top level tapi sudah harus turun ke desa-desa, saya sudah izin dengan Menristek
untuk memberdayakan mahasiswa karena mereka di Indonesia jutaan, sehingga
mahasiswa-mahasiswa ini harus dilatih untuk mendekati, melakukan pendampingan
dan melatih keluarga untuk kritis mengenai masalah kekerasan dalam masyarakat,
katanya.

Saat ini, Pemerintah tengah menyelidiki prosedur adopsi Angeline. Dia meminta
pelaku dihukum berat, dengan hukuman minimal lima tahun penjara dan dendanya
Rp 5 miliar. Namun untuk kasus ini, dia mengatakan pelaku bakal dijatuhi pasal
berlapis.

Polisi Berjanji
Wakapolri Budi Waseso berjanji mengusut tuntas kasus pembunuhan Angeline,
bocah 8 tahun asal Banyuwangi yang dijadikan anak angkat seorang bule asal
Jerman. Saat ini, kepolisian menurut dia, masih mengumpulkan bukti-bukti baru
dengan memeriksa sejumlah orang seperti orangtua angkat dan saudara Angeline.

Masih ditangani, sekarang dalam tahap pemeriksaan, ujarnya saat ditemui


Solopos.com seusai mengikuti

Lelaki yang akrab disapa Buwas ini merespons positif upaya Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) yang mendorong kepolisian segera
menuntaskan kasus Angeline. Buwas menegaskan polisi berkomitmen
menyelesaikan kasus tersebut. Pasti kami ungkap, tidak usah ragu.
Penambahan wewenang Densus 88 'harus' disertai
pengawasan

Penguatan terhadap wewenang densus 88 untuk menangkap dan menahan terduga


kasus terorisme dalam draf revisi UU Terorisme dikhawatirkan akan semakin
mengabaikan prinsip-prinsip HAM, jika tanpa dibarengi pengawasan dan evaluasi
kinerja, seperti disampaikan oleh pegiat HAM.

Komisioner Komnas HAM, Manager Nasution, menyebutkan penanganan terhadap


terduga terorisme, seperti penanganan terduga terorisme Siyono yang meninggal
dalam 'penangkapan' oleh Densus 88, seringkali disertai kekerasan dan dan
melanggar HAM.

Ada beberapa yang dari perspektif HAM jadi catatan kita pertama soal apa yang
disebut praduga tak bersalah yang kedua ini hak hidup, kemudian yang ketiga yang
menjadi catatan kita adalah beberapa kekerasan yang dialami oleh tersangka
terduga, adanya beberapa kekerasan."

"Keempat adalah yang harus kita pertimbangkan adalah orang-orang yang ditembak
mati ini menutup peluang untuk mengungkap persoalan terorisme sampai ke akar-
akarnya, tambah Manager dalam wawancara dengan wartawan BBC, Sri Lestari.

Data Komnas HAM menyebutkan lebih dari 100 orang yang diduga terlibat kasus
terorisme tewas tanpa proses pengadilan, sebagian besar dari mereka ditembak
mati ketika penangkapan.

Kekerasan dalam penangkapan menurut Manager juga dikhawatirkan akan memicu


radikalisme.

"Kalau intelejen berfungsi lebih baik itu harus ada cara-cara persuasif, harus
mempertimbangkan psikologi anak dan sesungguhnya kita sedang mewariskan
sikap dendam. Dan anak-anak itu bisa jadi akan menjadi radikal. Misalnya dia lihat
ada perilaku orangtua ditangkap di depan anak-anak, dan itu menjadi rasa dendam
jika tidak ada trauma healing," jelas Manager.
"Bisa jadi mereka akan menjadi radikal juga, ini yang menjadi sangat serius, suatu
saat mereka akan memunculkan rasa dendam itu yang luput dari perhatian kita.

Densus 88 kembali menjadi sorotan menyusul kematian Siyono, warga Klaten


setelah ditangkap karena terduga kasus terorisme, yang diduga melanggar HAM.
Kelompok Islam di Solo menggelar aksi meminta pembubaran densus 88,Selasa.

Sebelumnya juru bicara mabes polri kesalahan prosedur disampaikan oleh juru
bicara mabes Polri Anton Charliyan mengakui ada kesalahan prosedur dalam
pengawalan terduga terorisme yang disebutkan sempat melawan dan tewas akibat
benturan di kepalanya. Tetapi tidak dijelaskan apakah ada proses hukum terhadap
aparat.

Evaluasi

Pemerintah menyatakan revisi UU anti terorisme dilakukan sebagai landasan hukum


untuk dapat mencegah dan menangani potensi aksi teror sejak dini. Revisi yang
merupakan usulan pemerintah akan dibahas di DPR pada masa sidang tahun ini,
setelah

Komnas HAM mengkhawatirkan penambahan wewenang dan kenaikan dana untuk


densus menjadi Rp1,9 trilliun justru akan meningkatkan penyalahgunaan wewenang.

Namun, meski ada penambahan wewenang di dalam draf tersebut, Juru bicara
Mabes Polri Agus Rianto mengatakan densus 88 akan tetap menghormati prinsip-
prinsip hak sipil seperti yang selama ini dilakukan.

"Teman-teman saya densus sudah berlakukan upaya proses penegakan hukum


termasuk di dalamnya upaya pencegahan seusuai dengan mekanisme dan
ketentuan yang berlaku di lingkungan kita, tetap menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia dan kita berpedoman pada konvensi hak-hak sipil, pokoknya aturan-aturan
yang berlaku kita upayakan bisa secara maksimal mungkin diterapkan," jelas Agus.

Mabes Polri juga menyatakan selama densus selalu melakukan evaluasi kinerja dan
jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh aparatnya akan dikenakan sanksi sesuai
aturan.

Pemulihan korban

Tetapi Kontras menyebutkan draf revisi UU anti-terorisme tidak mencantumkan


pemulihan terhadap mereka yang ditangkap dan ditembak mati terkait terhadap
terduga kasus terorisme dan mengatur evalusi kinerja densus secara keseluruhan.

Puri Kencana Putri dari Kontras menilai menilai sejauh ini tidak pernah ada proses
hukum terhadap aparat yang melakukan kesalahan dalam operasi di lapangan.

"Peningkatan akuntabilitas melalui revisi UU anti terorisme ini tidak serta merta
menghapus semua bentuk pelanggaran hukum dan HAM yang dilakukan oleh unit
elit yang namanya detasemen khusus 88 ini," kata Puri.
Padahal semuanya sudah diatur dalam UU Nomor 31 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban serta PP Tahun 2015 tentang Kompensasi bagi Korban Salah Tangkap.

Salah tangkap oleh densus 88 dialami oleh dua warga Solo, Jawa Tengah, -yaitu
Ayom Panggalin dan Nur Syawaludin- yang mendapatkan intimidasi selama proses
interogasi di Polsek Laweyan, pada Desember lalu.

Cara-cara intimidasi dan penyiksaan fisik, menurut Kontras kerap dilakukan dalam
proses penyidikan oleh densus 88 dan kepolisian dalam kasus pidana.

Catatan Kontras sepanjang 2014-2015, menempatkan Polri pada urutan pertama


sebagai institusi yang melakukan tindak penyiksaan dan perbuatan tidak manusiawi
lainnya.

Tindakan itu menyebabkan 9 tewas, 27 luka-luka dan satu orang luka ringan. Urutan
kedua dan ketiga pelaku kekerasan ditempati oleh TNI dan petugas sipir penjara.
Pembunuhan Salim Kancil 'bagian konflik agraria'

Sedikitnya 17 orang ditahan dan dinyatakan sebagai tersangka kasus


pembunuhan Salim, seorang petani yang vokal menolak kegiatan
penambangan pasir di Desa Selo Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur.

Kapolres Lumajang Ajun Komisaris Besar Fadly Munzir Ismail mengatakan


pembunuhan itu dilatarbelakangi perselisihan antara para petani yang produksi
pertaniannya rusak akibat kegiatan penambangan dan warga yang mencari nafkah
dengan menambang pasir.

Menurutnya, sekelompok warga propenambangan pasir diduga menganiaya Salim,


dikenal sebagai Salim Kancil pada Sabtu (26/09) pagi.

Selain Salim, beberapa orang diduga menganiaya Tosan, petani yang juga
menentang aktivitas penambangan pasir. Tosan luput dari maut dan dibawa ke
rumah sakit dalam kondisi kritis.

Konflik agraria

Kent Yusriansyah selaku pegiat lembaga Konsorsium Pembaruan Agraria menilai


kasus kematian Salim bukan sekadar prokontra penambangan pasir melainkan
bagian dari konflik agraria yang terus-menerus terjadi di Indonesia.

Konflik agraria yang dimaksud adalah konflik agraria struktural karena penetapan
izin area penambangan dibuat oleh pejabat publik dan berdampak luas kepada
warga sekitar, termasuk lahan pertanian yang rusak akibat kegiatan penambangan,
kata Kent kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Berdasarkan data Konsorsium Pembaruan Agraria, jumlah konflik agraria pada 2014
mencapai 472 kasus dengan melibatkan hampir tiga juta hektare lahan sengketa.
Kondisi tersebut, menurut Wakil Ketua Komnas HAM Siti Nurlaila belum dapat
diselesaikan karena pemerintah tidak punya desain khusus untuk mengatasi konflik
agraria.

Di Komnas HAM, pengaduan tertinggi ialah konflik agraria dan konflik ini lama
penyelesaiannya. Sebenarnya Komnas HAM berharap pemerintah punya desain
terkait dengan konflik-konflik agraria yang sangat banyak di Indonesia, kata Siti.

Melalui situs resminya, pemerintah Kabupaten Lumajang membuka peluang bagi


investor swasta di bidang pertambangan.

Khusus untuk penambangan batu dan pasir, kabupaten itu menyatakan memiliki
bahan galian pasir dan batu bangunan seluas 82,50 hektare. Areal pasir dan batu
yang dieksploitasi baru 15 hektare dengan volume 239.065 m atau hanya 4% dari
kapasitas yang tersedia.
Revitalisasi Teluk Benoa Mayoritas Untuk Area Perumahan

Bisnis.com, DENPASAR - PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) dan PT Dinamika


Atria Raya menyatakan revitalisasi di Teluk Benoa sebagian besar akan diperuntukkan untuk
area residensial atau perumahan, sedangkan fasilitas akomodasi seperti vila dan hotel hanya
sebagian kecil.

Hal tersebut terungkap dalam pembahasan analisi dampak lingkungan (amdal) rencana
kegiatan revitalisasi Teluk Benoa dan Penambangan Pasir Laut di Lombok, di Kantor
Gubernur Bali di Denpasar.

Ribuan masyarakat Bali yang menolak rencana revitalisasi tersebut melakukan aksi
demonstrasi di depan kantor gubernur pada saat pemaparan amdal di hadapan tim penilai
amndal pusat.

Dalam dokumen yang dipaparkan TWBI terungkap, bahwa dari total lahan yang direvitalisasi
mencapai 638 Ha (52,1%), seluas 332,9 Ha akan dimanfaatkan untuk residensial; 127,5 Ha
untuk taman kota; 48,8 Ha infrastruktur; 44,4 Ha komersial; 26,6 , vila dan hotel; taman
rekreasi 35,2 Ha; dan hanya 22,6 Ha untuk fasilitas umum.

Nantinya, seluruh fasilitas tersebut akan dibangun di atas pulau-pulau yang dibagi dalam
zona tertentu. Diperkirakan sebanyak 210.806 orang tenaga kerja, dan minimal 75% berasal
dari lokal akan terserap apabila proyek ini terealisasi.

Komisaris PT TWBI Marvin Lieano mengungkapkan masalah di Teluk Benoa yakni


sedimentasi yang terus meningkat setiap tahunnya, dan sampah harus segera diatasi.

Kami mempunyai ide bagaimana caranya agar Teluk Benoa diperhatikan secara khusus agar
daya saingnya meningkat nasional maupun dunia. Paling penting, akan kami jadikan ini pulau
budaya, komitmen tegakkan filsafat Tri Hita Karana, akan kami jadikan utama mandala,
ujarnya di hadapan tim penilai dari pusat, Jumat (29/1/2016).
Hadir dalam diskusi amdal tersebut, tim dari TWBI dan Dinamika Atria Raya, tim penilai
amdal pusat, anggota DPRD Bali, serta perwakilan masyarakat yang menolak maupun
menerima rencana proyek ini.

Konsultan TWBI Iwan Setiawan menyatakan bahwa pihaknya akan membangun sebanyak 12
pulau buatan di Teluk Benoa secara bertahap. Penambangan dan reklamasi dijadwalkan mulai
pertengahan semester II/2016 hingga akhir 2018. Setelah itu, barulah akan dilakukan
pembangunan kawasan wisata sesuai dengan zonasi yang telah ditetapkan hingga 2033.

Material pasir untuk pengurukan lokasi pulau buatan akan ditambang dari Selat Alas,
Lombok sebanyak 30 juta meter kubik, dan 10 juta meter kubik dari hasil reklamasi di Teluk
Benoa. Dia
menjamin selama pelaksanaan reklamasi, akan dikontrol oleh lembaga sistem pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang independen untuk mengawasi.

Dia juga memberikan garansi apabila aksesibilitas menuju lokasi tidak hanya melalui tol
melainkan jalan darat, serta tidak akan mereklamasi hutan bakau di sekitar teluk yang
disucikan tersebut.

Bahkan, untuk sungai yang bermuara ke teluk tersebut dijamin tetap seperti biasa tanpa
gangguan akibat pembangunan. Sementara itu terkait penyediaan air bersih apabila kawasan
itu sudah terbangun, pihaknya menyatakan tidak akan memanfaatkan air bawah tanah dan
pasokan dari daratan.

Kami akan melakukan pemanenan air hujan di zoning tertentu untuk mengganti air yang
digunakan, kemudian akan mendaur ulang air limbah dan mengolah air laut dengan teknologi
RO, jelasnya.

Ditambahkan oleh konsultan TWBI Abdul Muhari yang juga pakar tsunami, pembangunan
pulau buatan di Teluk Benoa akan mampu mengurangi dampak laju air laut apabila terjadi
tsunami. Menurutnya, keberadaan salah satu pulau buatan mampu menahan laju air. Hal
tersebut berbeda dibandingkan apabila tidak ada pulau buatan, tsunami akan merendam
kawasan tersebut.

Menanggapi penjelasan tersebut, anggota Komisi I dan Komisi III DPRD Bali setuju dengan
reklamasi mendukung rencana TWBI. Namun, dengan catatan mereka meminta kepastian
mengenai status lahan reklamasi akan menjadi milik siapa dan agar persentase tenaga kerja
lokal yang dikerjakan tidak 75%, tetapi minimal 80%.

Ketua Komisi III DPRD Bali Nengah Tamba mendesak investor agar berkomitmen tidak
hanya merekrut tenaga kerja lokal dengan skill tinggi, tetapi harus mau memperkerjakan level
bawah.

Jangan hanya merekrut yang pendidikannya tinggi, kalau perlu harus ikut berkontribusi
mendidik pekerja. Kami menagih komitmennya, karena kalau rekrut yang skill tinggi nanti
tenaga kerja lokalnya sedikit, sama saja, jelasnya.

Sementara itu, penolakan terhadap rencana reklamasi ini masih kencang saat pembahasan
amdal. Perwakilan desa adat dari Serangan, Kuta, dan Tanjung Benoa dengan tegas
menyatakan sikap mereka menolak reklamasi Teluk Benoa yang dianggap sebagai kawasan
suci tersebut.

Perwakilan dari Desa Pekraman Serangan, Denpasar menyarankan agar investor tidak usah
mereklamasi Teluk Benoa, lebih baik membangun di Pulau Serangan. Pulau di sebelah timur
Teluk Benoa ini pernah mengalami reklamasi beberapa tahun lalu hingga luasannya
bertambah banyak, tetapi hingga kini pembangunan di pulau ini belum juga dimulai.
Pergolakan dan penegakan HAM di Suriah

Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan kegagalan Dewan Keamanan menyepakati


resolusi telah mendorong pemerintah Suriah mempergencar perang terhadap
rakyatnya sendiri.

Pernyataan ini terkait langkah Rusia dan Cina yang memveto resolusi menuntut pemerintah
Suriah menghentikan penumpasan terhadap rakyatnya sendiri. Alasan mereka, resolusi hanya
akan memperumit krisis Suriah.

Resolusi Suriah diusulkan oleh Barat dan negara-negara yang tergabung di Liga Arab.

Liga Arab sebelumnya menurunkan tim pemantau di Suriah namun kemudian menarik
misinya karena kekerasan terus berlanjut.

Sementara itu Turki menyatakan ingin membangun koalisi internasional untuk memaksa
Suriah menghentikan serangan terhadap kantong-kantong oposisi.

Penumpasan terhadap gerakan prodemokrasi di Suriah yang terpusat di kota Homs


memprihatinkan berbagai pihak di dalam maupun di luar Suriah. Mereka mengatakan aksi
tersebut melanggar hak asasi manusia.

Pergolakan di Suriah, menurut sejumlah organisasi HAM dan aktivis, telah menelan korban
jiwa lebih dari 7.000 orang sejak pergolakan dimulai Maret 2011.

PBB sekarang tidak lagi mengeluarkan angka perkiraan korban tewas di Suriah dengan alasan
terlalu sulit untuk mengukuhkan data setelah jumlah korban tewas diperkirakan mencapai
5.400 pada Januari 2012.

Pemerintah Suriah di bawah komando Presiden Bashar al-Assad menegaskan pemerintah


menghadapi kelompok-kelompok bersenjata yang mengganggu ketertiban umum. Pemerintah
mengatakan sedikitnya 2.000 anggota pasukan keamanan tewas sejauh ini.

Komentar Anda?

Bagaimana komentar Anda tentang penanganan pergolakan di Suriah?


Apakah perjuangan demokrasi harus mengorbankan nilai-nilai hak asasi manusia?

Apakah pemerintah Suriah layak dibela karena berusaha menegakkan ketertiban dan
berusaha mengurus masalah dalam negeri, atau perlukah dunia internasional mendukung
intervensi asing?

Tentu Anda juga bisa memberikan pendapat di luar pokok-pokok di atas.

Jadi sampaikan komentar Anda di kolom yang tersedia. Jangan lupa cantumkan nama, kota
dan nomor telepon sehingga kami bisa menghubungi untuk merekam komentar Anda.

Anda juga dapat menulis komentar melalui SMS dengan nomor +44 7786 20 00 50, dengan
tarif sesuai yang ditetapkan operator telepon seluler Anda.

Komentar yang terpilih akan disiarkan di radio hari Kamis (16/2) dan juga di situs
BBCIndonesia.com.

Ragam pendapat

"Kenapa Eropa dan AS atau NATO tidak ikut campur "mengamankan suasana" katanya
pengusung HAM? Seperti yang pernah mereka lakukan di Libia? Apa karena Libia kaya
minyak?"

Aggora

Berikut sejumlah komentar yang telah kami terima.

"Kalau menurut saya, memang benar HAM merupakan hak yang kodrat dari manusia sejak
manusia dilahirkan tetapi buat apa memakai intervensi segala, mau jadi apa Suriah kalau
seperti itu? Tetapi sebaiknya lebih baik kita harus mendukung Suriah dan HAM di negara
tersebut." Muhammad Eko Wahyu. H, Balikpapan.

"Semua yang terjadi di Suriah pasti ada dalang intelektualnya, wajar kalau pemerintah Suriah
mempertahankan kekuasaannya. Bertahan Suriah jangan sampai kejadian di Libia terulang
kembali, coba kita pelajari di negara Mesir setelah penggulingan presidennya apakah aman,
ternyata tidak." Usman, Bogor.

"Sebagai negara berdaulat Suriah wajar menumpas para pemberontak karena pemberontak
mendapat suplai senjata dari AS cs dimana misi AS dengan jatuhnya Assad dapat menekan
Iran demi mematuhi tuan besarnya yaitu Isarel. Jangan terkecoh dengan drama AS." Eiis,
Banjarmasin.

"Isu HAM hanyalah akal akal AS dan kawan kawan untuk melakukan intervensi ke Suriah
dalam rangka menjarah mimyak. Kalau hari ini kita mendukung langkah AS dan kawan
kawan, maka besok Aceh dan Papua akan mengalami nasib yang sama yaitu dengan dalil
HAM akan dipisahkan dari pangkuan NKRI. Jadi bangsa ini tidak boleh terjebak dengan
permainan AS dan kawan kawannya." Aristides Mota, Bogor.
"Menurut saya, hal yang harus dilakukan adalah memboikot semua barang yang masuk ke
Suriah dan hentikan perlakuan presiden Suriah dengan cara mengintervensi politik di sana
dan mengasingkan presiden Suriah ke negara lain atau diadili dengan kasus HAM berat
seperti Pak Suharto." Abu Nizar Alhalimi, Jakarta.

"Jadi akar masalahnya adalah kaum ulama pada awalnya berada di pihak rezim korup dan
sekarang keadaan justru semakin memanas." Bertons, komunitas BBC Indonesia di
Facebook.

"Patut dipertanyakan apa sebenarnya tugas dan fungsi pemerintah dalam hal ini pemerintah
Suriah. Pemerintah bukan lagi untuk rakyat tapi untuk tetap tegaknya rezim." Willem Johanis
Pinangkaan, komunitas BBC Indonesia di Facebook.

"Kenapa Eropa dan AS atau NATO tidak ikut campur "mengamankan suasana" katanya
pengusung HAM? Seperti yang pernah mereka lakukan di Libia? Apa karena Libia kaya
minyak?... Saatnya negara Muslim membantu rakyat Suriah dari perilaku genosida rezim
Assad yang semakin brutal, apalagi ada dukungan Iran dan Cina atas kebrutalan Assad. Dan
saya yakin Assad akan bernasib sama seperti Qadafi." Aggora, komunitas BBC Indonesia di
Facebook.
Korban Mei 1998 Uji UU Pengadilan HAM
JAKARTA, KOMPAS Keluarga korban kerusuhan Mei 1998 menguji salah satu
ketentuan dalam Undang-Undang Pengadilan Hak Asasi Manusia, khususnya terkait
kelengkapan hasil penyidikan. Ketentuan ini dinilai multitafsir sehingga menghambat
penegakan hukum dalam kasus-kasus kejahatan HAM berat.

Permohonan diajukan Paiaan Siahaan dan Yati Ruyati yang didampingi tim kuasa hukum
korban pelanggaran HAM berat. Sidang perdana dilaksanakan Kamis (25/6) dan dipimpin
Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat.

Norma yang diuji adalah Pasal 20 Ayat (3) UU Nomor 26 Tahun 2000 yang berbunyi,
"Dalam hal penyidik berpendapat bahwa hasil penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (2) masih kurang lengkap, penyidik segera mengembalikan hasil penyelidikan kepada
penyidik, disertai petunjuk untuk dilengkapi dan dalam waktu 30 hari sejak diterimanya hasil
penyelidikan, penyelidik wajib melengkapi kekurangan tersebut."

Dalam penjelasan Pasal 20 Ayat (3) UU No 26/2000 disebutkan, yang dimaksud kurang
lengkap adalah belum cukup memenuhi unsur pelanggaran HAM berat untuk berlanjut ke
penyidikan.

Menurut pemohon, frasa "kurang lengkap" dalam Pasal 20 Ayat (3) UU No 26/2000 bersifat
multitafsir. Pasal tersebut telah digunakan oleh Kejaksaan Agung sebagai alasan untuk tidak
melanjutkan hasil penyelidikan Komisi Nasional HAM.

Seperti diketahui, sejak 2002, Komnas HAM telah menyerahkan tujuh berkas penyelidikan
kasus pelanggaran HAM masa lalu ke Jaksa Agung. Namun, Kejagung belum
menindaklanjuti hasil penyelidikan itu dengan alasan berkas belum cukup.

Akibatnya, pemohon belum mendapat kepastian hukum terkait tindak lanjut atas pelanggaran
HAM yang menghilangkan nyawa anak-anak mereka. Hal ini menghambat proses
kompensasi, restitusi, rehabilitasi, dan keadilan untuk para korban.

Pemohon menyatakan pasal tersebut bertentangan dengan konstitusi, khususnya Pasal 28 D


Ayat (1), 28H Ayat (2), dan Pasal 28 I Ayat (2) UUD 1945.

Atas permohonan itu, Hakim Konstitusi I Dewa Gde Palguna meminta pemohon
menguraikan lebih detail kedudukan hukum atau legal standing dalam perkara tersebut.
Selain itu, Palguna juga meminta agar pemohon mengurai hak konstitusional yang sudah atau
berpotensi dilanggar ketentuan yang diuji.

Penyiksaan aparat

Sesuai data Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), sebanyak
16 orang tewas dan 262 orang lainnya luka-luka akibat penyiksaan aparat Indonesia dalam
setahun terakhir.

Koordinator Kontras Haris Azhar, Kamis, menjelaskan, pelaku penyiksaan didominasi polisi,
sipir penjara, dan tentara.
"Tercatat 35 kasus dilaporkan yang dilakukan polisi, 15 kasus dilaporkan dilakukan sipir
penjara, dan 9 kasus dilaporkan dilakukan tentara," ujar Haris dalam Diskusi Peringatan Hari
Anti Penyiksaan Sedunia di Jakarta. Dari sekian banyak kasus, ada 7 orang yang terkena
dampak lain berupa pelecehan seksual, intimidasi, dan bentuk pelanggaran lainnya.

Haris mengingatkan, penyiksaan oleh polisi dan tentara ibarat kebal dari hukuman.
Umumnya kasus-kasus tersebut diselesaikan secara internal dalam sidang etik dan profesi
saja.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krisna Mukti dalam
diskusi tersebut mengakui masih adanya ekses kekerasan yang dilakukan polisi dalam
penanganan ribuan kasus.

"Tentu kami tak akan toleransi. Kami akan terus perbaiki mekanisme penanganan kasus dan
jangan lupa polisi juga kadang jadi korban tindakan masyarakat dan pihak lain," ujarnya.

Komisioner Ombudsman, Budi Santoso, mengingatkan pentingnya nota kesepahaman


Ombudsman dan Kapolri dalam penanganan pengaduan masyarakat atas dugaan pelanggaran
serta kekerasan polisi. "Sekarang Ombudsman di daerah bisa bekerja lebih leluasa dengan
nota kesepahaman Kapolri-Ombudsman. Polisi di daerah perlu lebih memahami apa saja
kesepakatan dan perbaikan kerja-kerja kepolisian yang menghormati hukum dan HAM,"
ujarnya. (Ana/Ong)
Jopi, Aktivis Lingkungan Ini Tewas Dibunuh

Bekerja dan berjuangakh..terlalu sombong kalau dikatakan berjuang. Tapi tidak apa, saya
katakan berjuang! Begitu bunyi keterangan profil pada blog milik Jopi
Perangingangin. Bekerja dan berjuang, itulah yang dilakukan pria kelahiran Kisaran,
Sumatera Utara, 39 tahun lalu bernama lengkap Jopi Teguh Laksana Peranginangin ini,
semasa hidup.

Dia sosok kritis dalam menyuarakan berbagai masalah terutama soal sosial dan lingkungan.
Dia keras meneriakkan soal konflik-konflik masyarakat adat maupun petani yang hak-hak
terampas industri ekstraktif, seperti sawit, tambang dan lain-lain. Dia juga aktif menyuarakan
berbagai permasalahan di negeri ini di media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Jopi aktif di Sawit Watch, dan anggota Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). Jopi
adalah pegiat reformasi 1998. Pada 17 tahun lalu, dia bersama-sama aktivis mahasiswa dan
rakyat menggulingkan Soeharto. Dia juga pernah di Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi
(LMND), organ underbow Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Rekan-rekannya mengenang gaya santai dan keceriaan Jopi. Seperti diungkapkan Rukka
Sambolinggi, Deputi II Bidang Advokasi AMAN, dalam laman Facebook-nya. Biasanya
kau berjalan dengan gaya khas ke meja rendah di pinggir kolam ikan atau meja rendah di
ruang tengah. Gaya jalanmu yang selalu aku tuduh, sengaja dibuat buat agak lunglai untuk
memikat cewek.. lagi -lagi kau pasti hanya sambut dengan ha..ha..ha kenang Rukka.

Jopi, ingat janji kita untuk membuat profil dan memantau anggota parlemen dan pejabat
publik yang terkait dengan perusahaan-perusahaan jahat? Kau bilang, itu gampang sekali Ka,
pasti bisa itu! Janji bertemu setelah Rakernas AMAN belum terwujud, kau sudah pergi
kawan lanjut Rukka.

Ya, sosok ceria dan kritis itu telah pergi. Pada Sabtu subuh (23/5/15), naas menimpa dia kala
bersama teman-teman menyongsong pagi di Venue Club, Kemang, usai menyaksikan
pertunjukan Navicula Band, grup band asal Bali yang banyak membawakan lagu-lagu soal
lingkungan dan sosial.
Subuh itu, Jopi dikeroyok pria berbadan tegap dan cepak, lalu salah satu dari mereka
menusukkan bayonet hingga tewas. Kini, polisi masih mengusut kasus penusukan Jopi dan
memeriksa beberapa saksi juga menganalisa rekaman CCTV.

Sampai pukul 03.00 tadi, bersama Kalpolres Jaksel juga sudah berkoordinasi untuk
pendalaman penyelidikan kasus, kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol M Iqbal,
dikutip dari Detikcom, Minggu (24/5/15).

Penyidik, kata Iqbal, masih mendalami kasus dengan menganalisa rekaman CCTV dari
Venue Club. Polisi juga sudah memeriksa keterangan empat saksi, satu teman korban dan
tiga pengunjung club namun belum mengarah kepada pelaku. Menurut dia, analisi CCTV
belum selesai.

Sandra Moniaga, Komisioner Komnas HAM mengatakan, mengenal Jopi sejak masih di
AMAN. Jopi salah satu dari sedikit aktivis gerakan sosial yang kritis dan konsisten. Kita
kehilangan seorang aktivis yang konsisten. Yang menyedihkan Jopi meninggalkan kita semua
melalui cara yang kita lawan: kekerasan yang cenderung terkesan sebagai tindakan
pembunuhan, katanya kala dihubungi Mongabay, Minggu di Jakarta.

Dia berharap, kebenaran atas kematian Jopi terungkap sepenuhnya, baik pelaku dan motif di
balik itu. Saya berharap pemerintah bersikap jelas mencegah berulangnya kejadian seperti
dialami Jopi. Dengan mengatur tegas masalah senjata tajam dan senjata api di manapun serta
memastikan proses hukum terhadap pelaku secara transparan dan adil.

Adapun kronologis penusukan itu, pukul 03.30 Jopi bersama tujuh teman masuk ke Venue
Kemang. Kala itu, mereka sudah melihat rombongan beberapa pria berperawakan tegap dan
cepak. Kata pihak keamanan di sana, mereka lagi dinas.

Pukul 04.00 Venue tutup ditandai lampu terang. Semua keluar. Saat mau keluar pria-pria
tegap itu bilang ke Amar, rekan Jopi, finish, out out. Gelagat mabuk.

Oh iya bro kita juga mau keluar, kata Amar.

Pria itu terus berbicara tak jelas dengan intonasi tinggi. Jopi mendatangi Amar dan pelaku
untuk mengetahui apa yang terjadi. Ada apa nih, kata pelaku.

Pelaku tampak naik pitam. Dia berusaha memukul Jopi dengan menarik tangan. Teman
pelaku berusaha menarik pelaku. Begitu juga teman-teman Jopi berusaha menarik Jopi agar
keluar Venue. Sempat terjadi keributan antara pelaku dan Jopi.

Akhirnya Jopi keluar. Teman-teman pelaku malah mengejar Jopi, begitu juga pelaku. Pelaku
membuka tas selempang kecil, warna krim, ternyata mengeluarkan pisau sambil teriak, Saya
ini tentara!

Di depan Habibie Center, Jopi dikeroyok. Terdengar teriakan Jopi, salah gua apa?

Mario, berusaha mengangkat Jopi, setelah dikeroyok. Mereka tak tahu kalau Jopi terluka.
Mario baru sadar, setelah badannya basah dan ternyata darahKetika tahu Jopi terluka,
merekapun lantas membawanya ke Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Pukul 04.30, masuk RSPP langsung ke instalasi gawat darurat. Penjelasan dokter, keadaan
Jopi kritis karena luka tusuk mengenai paru-paru, diindikasikan ada pendarahan massif.
Kondisi Jopi memburuk. Pukul 06.00 aktivis lingkungan ini dinyatakan meninggal.

Rekan-rekan pun berdatangan ke RSPP. Beramai-ramai, para aktivis mengantarkan jenazah


kala otopsi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, selama tiga jam. Setelah otopsi, Jopi
disemayankan di rumah duka, Sekretariat AMAN di Jl Tebet Timur Dalam Raya, Jakarta.
Para aktivis dan rekan-rekan Jopi datang ke rumah duka, memberikan penghormatan
terakhir. Minggu pagi (24/5/15), jenazah Jopi dibawa ke kampung halaman di Kisaran,
Sumut.
Pemerintah Didesak Ungkap Kasus Pembunuhan Marsinah

Puluhan aktivis buruh dan perempuan menuntut pemerintah mengungkap kasus pembunuhan
Marsinah yang tewas dibunuh 20 tahun lalu.

JAKARTA Adakan aksi keprihatinan memperingati 20 tahun pembunuhan Marsinah pada


Rabu malam (8/5), puluhan aktivis dari kalangan buruh, hak asasi manusia dan organisasi
wartawan yang menamakan diri Komite Aksi Perempuan, menuntut pemerintah mengungkap
kasus tersebut.

Marsinah, kelahiran Nganjuk pada 10 April 1969, adalah aktivis buruh asal Nganjuk Jawa
Timur yang tewas mengenaskan pada 1993 setelah sebelumnya aktif terlibat dalam aksi
pemogokan buruh PT Catur Putra Surya di Sidoarjo Jawa timur, menuntut kenaikan upah.

Pada 8 Mei 1993, jenazah Marsinah ditemukan setelah hilang tiga hari di gubuk petani dekat
hutan Wilangan Nganjuk Jawa Timur dengan kondisi sekujur tubuhnya penuh luka memar
bekas pukulan benda keras.

Kasus ini masuk menjadi salah satu kasus perburuhan di ILO (Organisasi Buruh
Internasional) yang dikenal sebagai kasus 1713. Hingga sekarang belum diketahui siapa
pembunuh Marsinah.

Dian Novita selaku juru bicara Komite Aksi Perempuan menegaskan negara harus
bertanggung jawab menuntaskan kasus ini karena bukan tergolong dalam unsur kriminal
biasa, tapi sudah masuk dalam unsur pelanggaran hak asasi manusia.

Dua puluh tahun ini kasus Marsinah sudah kritis. Pada awal pelaporan, kasus Marsinah
masuk dalam kriminal murni. Dan kasus kriminal murni dalam 20 tahun dia akan
kadaluarsa, ujarnya.

Menurut kami para aktivis hak asasi manusia, kasus Marsinah bukan kasus kriminal murni
karena yang melakukan (penganiayaan dan pembunuhan) diindikasikan adalah tentara di
kantor Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Apalagi Marsinah diketahui adalah aktivis
buruh yang memperjuangkan upah layak. Ini yang terus kami dorong kepada pemerintahan
sekarang, bahwa kasus Marsinah harus diletakan dalam kasus pelangggaran HAM berat dan
negara harus bertanggung jawab.

Dian menambahkan, Komite Aksi Perempuan telah melakukan pertemuan dengan Komnas
HAM terkait pengungkapan kembali kasus ini.

Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai kepada VOA menjelaskan, Komnas HAM akan
mempelajari kembali berkas kasus penyelidikan kasus Marsinah.

Baru kemarin (Selasa 7/5) kami didatangi oleh pengadu (Komite Aksi Perempuan). Kita
buka berkas kasus dulu. Setelah buka berkas nanti kita pelajari. Setelah itu kita diskusikan,
kemudian kita cari berkas yang lain, lihat dan cek lagi, ujarnya.

Hari Wibowo, mantan Koordinator Tim Pencari Fakta untuk Marsinah kepada VOA
mengatakan, proses hukum penyelesaian kasus Marsinah oleh pemerintahan Orde Baru pada
waktu itu penuh dengan rekayasa. Aparat penegak hukum pada waktu itu, menurut Hari,
menangkap delapan orang direksi dan manajemen PT Catur Putra Surya serta memaksa
mereka mengaku sebagai pelaku pembunuhan Marsinah.

Pada Oktober 1993 ada delapan orang yang terdiri dari pemilik perusahaan PT Catur Putra
Surya dimana Marsinah bekerja, hilang selama kurang lebih 2 minggu. Kemudian diketahui
mereka ada di Polda Jatim. Intinya ada proses penculikan terhadap delapan orang ini. Dan
pada titik itu kita sudah mencium ada yang tidak beres. Pemilik perusahaan dan manajemen
PT Catur Putra Surya itu diperiksa dengan siksaan yang cukup berat. Lalu dibuatlah satu
rekayasa pengadilan yang menuduh mereka berkonspirasi untuk membuh Marsinah,
ujarnya.

Total jumlah terdakwa pada waktu itu menurut Hari ada 10 orang, salah satunya anggota
TNI. Di pengadilan tingkat pertama mereka di vonis antara empat hingga 17 tahun penjara
dan dikuatkan di pengadilan tinggi. Di tingkat kasasi Mahkamah Agung semasa
pemerintahan Presiden BJ Habibie, mereka divonis bebas murni.

Tuntutan pengungkapan kasus pembunuhan Marsinah juga disuarakan beberapa kelompok


jurnalis, diantaranya Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia. Rika Theo dari Divisi
Perempuan AJI Jakarta memastikan, apa yang dialami Marsinah, juga dialami oleh jurnalis
hingga berujung pada kematian. AJI, tambah Rika, akan membantu mengangkat kasus ini di
media.

Karena wartawan itu juga buruh. Yang kedua ada banyak kasus kekerasan yang sama
dengan yang dialami Marsinah dan juga dialami wartawan. Kita tahu siapa pelakunya tapi
kasusnya tidak selesai. Ambil contoh kasus Udin wartawan harian Bernas. Kami akan
bantuan menyebarkan kasus ini di media, ujarnya.
Pemerintah Janji Tuntaskan Pelanggaran HAM 1965 Mei Nanti
Keberanian kita menjelaskan sebagai bangsa

VIVA.co.id - Kabar baru bagi upaya penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Pemerintah menyatakan segera menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi di
negeri ini pada masa lalu.

"Masalah HAM Papua kita mau selesaikan, kalau salah, ya salah. Kalau perlu peradilan
militer, peradilan militer, kita tuntasin," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan
Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan, saat berkunjung ke kantor redaksi tvOne, Rabu malam,
23 Maret 2016.

Luhut menegaskan, tidak ada alasan bagi Indonesia sebagai bangsa besar tidak
menyelesaikan persoalan tersebut.

"Kita mesti hitam putih supaya selesai semua itu, dituntaskan," ujarnya.

Luhut memastikan, upaya penyelesaian juga berlaku bagi pelanggaran HAM, setelah
peristiwa G30S 1965. Dalam waktu beberapa bulan ke depan, ia berjanji akan
menyelesaikannya.

"Sama halnya dengan masalah HAM 65. Saya bilang Mei, itu harus kita tuntasin, kita
finalisasi lalu lapor presiden," imbuhnya.

Luhut melanjutkan, pada 3-4 April 2016 nanti, akan ada simposium mengenai G30S-1965.
Meski demikian, ia memastikan tidak akan meminta maaf pada orang, atau anggota Partai
Komunis Indonesia.

"Kita tidak akan minta maaf, tetapi nanti pasti ada penyesalan," katanya lagi.

Saat ini, lanjut Luhut, susunan kata atau rumusan penyelesaian sedang mereka rumuskan.
Apapun itu, tegas dia, semua harus tuntas.
"Kenapa, karena apapun yang kau putuskan, pasti ada pro kontra. Keberanian kita
menjelaskan sebagai bangsa," kata Luhut.

Luhut menambahkan, korban tewas, atau meninggal berasal dari banyak pihak. Menurutnya,
semua disebabkan karena faktor sebab akibat.

"Yang NU banyak mati, PKI juga banyak mati, TNI juga banyak mati. Tapi kalau dibiarkan
begitu terus, kan enggak elok. Nah, di sini keberanian Presiden ini, dulu mungkin enggak
berani. Saya pikir ini penting, leadership by example yang diberikan Pak Jokowi (Joko
Widodo) sekarang ini, itu perlu ditiru," tutur Luhut. (asp)
DAFTAR PUSTAKA

http://www.solopos.com/2015/06/12/tragedi-angeline-menkumham-anggap-biadab-
wakapolri-janji-usut-kasus-angeline-613652

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160315_indonesia_densus

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/09/150928_indonesia_tamban
g_lumajang

http://industri.bisnis.com/read/20160129/45/514333/revitalisasi-teluk-benoa-mayoritas-
untuk-area-perumahan

http://www.bbc.com/indonesia/forum/2012/02/120209_forumsyria

http://print.kompas.com/baca/2015/06/26/Korban-Mei-1998-Uji-UU-Pengadilan-HAM

http://www.mongabay.co.id/2015/05/24/jopi-aktivis-lingkungan-ini-tewas-dibunuh/

http://www.voaindonesia.com/content/pemerintah-didesak-ungkap-kasus-pembunuhan-
marsinah/1657516.html

http://politik.news.viva.co.id/news/read/751773-pemerintah-janji-tuntaskan-pelanggaran-
ham-1965-mei-nanti-politik

Anda mungkin juga menyukai