Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN


BANJARMASIN

PSIKOSIS PADA MASA KEHAMILAN

Disusun oleh:

Vina Anggraini I4A013003

Merlina Wijayawati I4A013013

M. Wahyu Khairiyanda I4A013228

Pembimbing

dr. Yulizar Darwis., Sp. KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
April, 2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan segala karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan referat

yang berjudul distimia tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dr. Yulizar Darwis., Sp.KJ

selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

masukan dan bimbingan dalam penulisan referat ini. Tak lupa juga ucapan terima

kasih kepada orang tua atas doa dan bimbingan moralnya serta semua rekan

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Jiwa atas dukungan dan

kebersamaannya.

Penulis menyadari referat ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, sehingga kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan

referat ini. Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini berguna dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 2

A. Definisi............................................................................
B. Klasifikasi........................................................................
C. Epidemiologi...................................................................
D. Etiologi dan Patofisiologi................................................
E. Faktor Risiko...................................................................
F. Manifestasi Klinis............................................................
G. Diagnosis.........................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang...................................................
I. Penatalaksanaan...............................................................

BAB III PENUTUP................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan adalah suatu masa dimana terjadi perubahan dramatis baik

biologis, psikologis maupun adaptasi pada wanita.1,2 kehamilan dan nifas

kadangkadang dapat menimbulkan psikosis.2,3 Departemen Kesehatan dan

Layanan Kemanusiaan telah melaporkan bahwa 1 dari 8 orang akan mengalami

gangguan depresi dan jumlah tersebut hampir 2 kali lipat pada wanita (Depression

Gideline Panel, 1993). Pada trimester I kehamilan ditandai dengan reaksi tubuh

berupa mual diwaktu pagi, ketegangan payudara, perubahan fisik, seksual, diet,

pergerakan, peningkatan ukuran perut dan payudara. Pada keadaan emosi terjadi

secara berfluktuasi, periode ini faktor resiko terjadinya gangguan psikologis

misalnya reaksi terhadap kehamilannya, pengalaman kehamilan sebelumnya yang

tidak menyenangkan, kehamilan yang motivasinya tidak jelas, kurangnya

dukungan keluarga dan perubahan gaya hidup, semuanya tampak pada minggu

I dan II pada kehamilan dan berakhir pada minggu X dan XII. 1

Pada trimester II, dilanjutkan dengan perubahan emosional hanya sedikit, dan

berpusat pada kesan tubuh, seksual dan janin yang sementara dikandungnya.

Pada trimester III, reaksi emosi meningkat kembali pada saat yang sama

terjadi perasaan fisik yang kurang nyaman secara akut. Perhatian juga berubah

pada hal finasial, persiapan ruang bayi, perlengkapan bayi sampai pada pengasuh

serta kapasitas sebagai orang tua. 1,3,4 Dengan demikian resiko dan penyebab
yang terkait, seperti tersebut diatas dapat sebagai pencetus terjadinya reaksi-reaksi

psikologis mulai tingkat gangguan emosional yang ringan ketingkat gangguan

jiwa yang serius. 1,4,5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality).Keadaan

ini dapat digambarkan bahwa psikosa ialah gangguan jiwa yang serius,yang

timbuk karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan

yangmenunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara

emosional,mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak

sesuai dengankenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk

memenuhi tuntutanhidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh

perilaku yang regresif,hiudp perasaan tidak sesuai , berkurangnya pengawasan

terhadap impuls-impulsserta waham dan halusinasi.Psikosa adalah tingkah laku

secara keseluruhan dalam

kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas.suatu gangguan jiwa

dengan kehilangan rasa kenyataaan(sense of reality). Sering ada gangguan

bicara,kehilangan orientasi terhadap lingkungan. Aspek sosialnya membahayakan

oranglain dan diri sendiri perlu perawatan RS.

B. Etiologi
Hasil penelitian sampai saat ini menunjukkan etiologi yang multifaktorial.

Beberapa faktor yang dilaporkan seperti faktor hormonal, neuroendokrin,

biokemikal, psikologik, sosial, budaya, genetik dan kepribadian, atau hubungan

timbal balik diantara faktorfaktor tersebut. Eskirol sejak tahun 1845 telah

menghubungkan faktor keturunan penyebab gangguan tersebut. Salah satu dari


banyak teori yang berhubungan dengan psikopatologi menyangkut hal melahirkan

anak adalah bahwa beberapa penelitian epidemiologi melaporkan gangguan

mental menjadi bertambah berat selama kehamilan, disamping faktor fisiologis

mayor yang diturunkan dan stres psikologis. Sejauh ini belum ada mekanisme

biokimia seperti hormonal atau neuroendokrin yang jelas. Dalton menyatakan

progesteron yang tiba-tiba rendah menyebabkan penyakit mental pada masa nifas.

4 salah satu hal yan memegang peranan penting adalah ketidakseimbangan antara

hormon estrogen dan progesteron.

a.Faktor sosial kultural ( dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atauetnik )

b.Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan kondisi fisik bayi )

c.Faktor psikososial ( adanya stresor psikososial, faktor kepribadian,

riwayatmengalami depresi, penyakit mental, problem emosional dll )

d.Faktor keturunan

e.Karakter personal seperti harga diri yang rendah.

f.Perubahan hormonal yang cepat.

g.Masalah medis dalam kehamilan ( pre-eklampsia, DM ).

h.Marital disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan denganorang

lain yang mengakibatkan kurangnya dukungan.

i.Unwanted pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan


j.Merasa terisolasi.

k.Kelemahan, gangguan tidur ( imsomnia ), ketakutan terhadap

suatu masalah,ketakutan akan melahirkan anak cacat atau tidak sempurna.

Disamping itu, disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder

ataumasalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder.

C. Epidemiologi
Walaupun perubahan fisiologis dan psikologis muncul selama kehamilan

dan dalam waktu 9 bulan kehamilan insidens gangguan emosional yang serius

sebenarnya rendah tetapi pada beberapa wanita perlu adekuat. 1,2,4 Insidens

gangguan jiwa pada kehamilan lebih rendah dibanding post partum dan di luar

kehamilan. Post partum 10-15% 1,2, diluar kehamilan 2-7%.1 Namun Ohara

melaporkan bahwa 10% wanita hamil memenuhi syarat mengalami depresi

mayor dan minor.


D. Patofisiologi
Kehamilan, disamping memberi kebahagiaan yang luar biasa, juga sangat

menekan jiwa sebagian besar wanita. Pada beberapa wanita dengan perasaan

ambivalen mengenai kehamilan, stres mungkin meningkat. Respon terhadap

stres mungkin dapat terlihat bervariasi yang tampak atau tidak tampak. Sebagai

contoh, sebagian besar wanita mengkhawatirkan apakah bayinya normal. Pada

mereka yang memiliki janin dengan resiko tinggi untuk kelainan bawaan, stres

meningkat. Selama kehamilan dan terutama mendekati akhir kehamilan, harus

dibuat rencana untuk perawatan anak dan perubahan gaya hidup yang akan

terjadi setelah kelahiran. Pada sejumlah wanita, takut terhadap nyeri

melahirkan sangat menekan jiwa. Pengalaman kehamilan mungkin dapat


diubah oleh komplikasi medis dan obstetrik yang dapat terjadi. Burger dkk.

(1993) telah menunjukkan bahwa wanita dengan komplikasi kehamilan adalah

2 kali cenderung memiliki ketakutan terhadap kelemahan bayi mereka atau

menjadi depresi.2 Bagaimanapun, wanita yang memiliki gangguan mental yang

serius mengganggu kehamilan. Pada penyakit bipolar, gangguan skizoafektif

atau skizofrenia, penyakitnya akan tampak. Sejumlah besar pengobatan

psikotropik sekarang telah tersedia untuk penanganan gangguan mental.

Pengobatan wanita hamil dengan agen psikotropik mencakup mereka dengan

penyakit psikiatrik sebelumnya atau bila gangguan emocional timbul selama

kehamilan. Sebagian besar wanita menerima farmakoterapi dimasukkkan pada

kelompok dan cenderung memiliki gangguan yang lebih berat, seperti

gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor

rekuen. 2,5 Pada masingmasing kasus, perlu dipertimbangkan efek samping

obat pada bayi dibandingkan resiko ibu tanpa diterapi. Semua obat psikotropik

melewati plasenta, sehingga mempengaruhi perkembangan janin. Obat

psikotropik dapat menyebabkan : kelainan kongenital, keracunan pada bayi dan

sindrom putus obat pada bayi. Bagaimanapun pasien dengan gangguan jiwa

yang berat harus ditangani oleh ahli psikiatri, yang dapat dikonsultasikan

dengan ahli obstetri untuk pemberian obat pada wanita hamil.Terapi

psikososial dalam kehamilan meliputi : terapi perilaku, psikoterapi

interpersonal, terapi kelompok, terapi keluarga dan psikoterapi suportif. Semua

wanita hamil mempunyai pengalaman peristiwa kecemasan. Cemas terhadap

perubahan fisik, kesukaran persalinan dan kesehatan janin yang dikandungnya.


Kadang-kadang kecemasan itu menjadi berlebihan dan merugikan sehingga

timbul gangguan cemas seperti fobia, perilaku menghindar serta kecemasan

yang berulang.

Gangguan cemas menyeluruh

Gambaran utama gangguan ini kekhawatiran dan kecemasan yang

berlebihan tentang kehidupan kehamilan, misalnya komplikasi kehamilan,

sekalipun kehamilan itu normal, yang ditandai dengan ketegangan motorik dan

hiperaktifitas motorik dan otonom misalnya: gemetar, gugup, gelisah, cepat lelah;

gejala hiperaktifitas otonom misalnya : nafas pendek, palpitasi, keringat, kaki dan

tangan dingin, pusing, mual, gangguan menelan, kewaspadaan yang berlebihan,

perasaan terancam, iritabel, insomnia.

Gangguan Panik

Bermanifestasi dengan ciri-ciri utama adanya periode kekhawatiran yang

mendalam atau perasaan tidak enak yang berlangsung beberapa menit dan

sifatnya berulang secara tak terduga. Serangan panik terjadinya mendadak dengan

rasa takut dan kecemasan yang berlebihan serta perasaan ingin mati. Ada laporan

bahwa wanita yang hamil mengalami peningkatan gejala panik selama kehamilan.

Gejala yang dialami selama serangan panik : nafas pendek, rasa tercekik, jantung

berdebar-debar, telinga mendengung, mata kabur/berkunang, perasaan gatal, takut

mati dan kehilangan kontrol.

Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan ini ditandai oleh dorongan dan obsesi berulang yang cukup berat dan

menyebabkan tekanan emosi yang nyata. Obsesi adalah ide yang menetap, pikiran
atau impuls yang tidak masuk akal, misalnya keinginan. Kompulsi adalah tingkah

laku yang berulang-ulang yang dilakukan sebagai respon atas obsesi. Tingkah

laku kompulsif dan pikiran obsesif menyebabkan tekanan mental yang nyata pada

wanita hamil. Insidens pasti gangguan cemas menyeluruh tidak diketahui.

Prevalensi gangguan panik adalah 1 2% dari seluruh populasi. Ada laporan yang

menyebutkan bahwa terjadi perbaikan gangguan panik selama proses kehamilan

dan gejalanya menonjol lagi pada periode pascapersalinan. Prevalensi gangguan

obsesif kompulsif selama hidup adalah 2 3%.

Ingram melaporkan bahwa kehamilan adalah pencetus terbanyak terjadinya

gangguan obsesif kompulsif. Psikoterapi membantu wanita hamil yang

mengalami kecemasan untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan yang

berhubungan dengan kehamilannya. Dengan mendiskusikan pikiran dan perasaan

yang mengganggu menyebabkan dapat lepas dari tekanan. Pengurangan gejala

kecemasan membuat wanita tersebut dapat berfungsi lebih efektif dalam

hubungan pribadi dan keluarga dengan sendirinya kecemasan itu akan hilang.

Pada wanita dengan gangguan obsesif kompulsif, dimana obsesi menetap

dan kecemasan yang tidak dapat ditoleransi rawat inap mungkin

diperlukan.

Pengobatan noninvasif yang efektif dari gangguan kecemasan dapat

digunakan melalui latihan relaksasi otot yang bertahap, visual imagery, latihan

kognitif, latihan biofeedback. Dasar pengobatan ini adalah relaksasi otot dan

ketegangan otot tidak timbul pada waktu yang sama, karena itu wanita hamil yang
belajar unutk melemaskan ototnya tidak akan mengalami gejala gangguan

kecemasan.Obat anti cemas dapat menghilangkan gejala

cemas. Penggunaan obat anti cemas sebaiknya dihindari pada kehamilan trimester

I. Bila kecemasan berlebihan dan mengganggu dapat diberikan obat anti

cemas golongan benzodiazepin dan non benzodiazepin. Pasien yang hamil dengan

adanya gejala panik yang serius dapat diberikan alprazolam dengan dosis

minimum. Wanita hamil yang mendapat obat golongan benzodiazepin, bayinya

akan memberikan 2 tipe reaksi toksik, yaitu : sindrom floppy infant dan reaksi

withdrawal. Gilberg menghubungkan penggunaan benzodiazepine rendah yang

lama dengan sindrom floppy infant dengan gejala : hipotoni, letargi, sulit

mengisap, sianosis dan hipotermia. 2,9 Rementeria dan Bhatt menggambarkan

gejala withdrawal pada bayi baru lahir dengan penggunaan diazepam selama

kehamilan yang timbul 2 6 jam setelah kelahiran, terdiri dari : tremor,

iritabel, hipertonia dan semangat menghisap. Gejala ini berhasil diatasi dengan

pemberian fenobarbital selam 6 minggu. Erkkola dan Kanto menrekomendasikan

wanita yang menggunakan benzodiazepin sebaiknya tidak menyusui. Penggunaan

obat anti cemas tentang terjadinya kelainan kongenital masih kontroversi. Namun,

beberapa penelitian melaporkan penggunaan diazepam selama kehamilan

meningkatkan resiko terjadinya labiopalatoskisis.

Gangguan Afektif pada Kehamilan

Gejala utamanya adalah gangguan mood disertai dengan sindrom manik atau

depresi yang bukan disebabkan oleh gangguan mental atau penyakit fisik.

Depresi mayor
Ditandai oleh mood yang disforik, tidak peduli pada lingkungan, kenaikan atau

penurunan berat badan, insomnia atau hipersomnia, kelelahan, perasaan tidak

berharga dan pada kasus yang berat ada ide yang menetap untuk bunuh diri. 3,10

Gangguan bipolar

Gangguan bipolar atau gangguan manik ditandai oleh periode euforia, atau iritabel

yang jelas, hiperaktifitas, insomnia, banyak bicara, tidak

bisa memusatkan perhatian dan harga diri yang berlebihan. Baik gangguan depresi

maupun episode manik bisa disertai gambaran psikotik, misalnya : halusinasi

auditorik maupun ide-ide delusi, 15 25% diantara wanita pernah mengalami

depresi selama hidupnya.

Insidens gangguan bipolar atau gangguan manik 0,5 1,5%. Insidens

depresi mayor dan gangguan manik cenderung meningkat pada periode

pascapersalinan. Gejala gangguan depresi yang lain adalah :

wajah murung, cengeng, gelisah dan iritabilitas meningkat, sulit konsentrasi, ragu-

ragu, sering lupa, timbul ide kematian dan bunuh diri biasa ditemukan pada

depresi mayor. Gejala umum mania adalah : ketidakstabilan mood dengan adanya

peralihan mood yang cepat dari kemarahan dan depresi. Cara bicara mania sangat

cepat, keras dan sulit dipotong.

Penanganan

Perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita yang didiagnosis

depresi atau mania, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau

dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang

masalah resiko dan keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi.


Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis

pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana

pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif

rekuren. Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil

yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi,

seperti : menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri

Psikoterapi harus digunakan bila ada konflik intrapsikis yang berhubungan

dengan kehamilan. Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan

dapat digunakan bersama antidepresan. Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan

pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila

kehidupan ibu dan anak terancam. Belum ada hubungan yang jelas antara

penggunaan nortriptilin, desipramin atau golongan Selective Serotonin Reuptake

Inhibitors (SSRIs) adalah antidepresan pilihan untuk wanita hamil, mencakup

fluoksetin dan sertralin, tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi atau

sedasi.

III. Skizofrenia

Prevalensi skizofrenia sekitar 1% dalam kehidupan

Karakteristik dari gangguan ini yaitu : gangguan pikiran, persepsi seperti

halusinasi pendengaran, waham kebesaran, asosiasi longgar dan bicara kacau.

Selama fase akut, kehamilan dan skizofrenia sering mengalami eksaserbasi gejala

psikotik, waham cenderung aneh dan ada hubungannya dengan perubahan fisik

dan pergerakan janin pada kehamilan. Halusinasi pendegaran mempengaruhi


langsung pada misalnya suara menginstruksikan memukul perut supaya janin

keluar. Wanita hamil dengan adanya psikotik menolak kehamilannya

sampai melahirkan.

Pasien dengan gangguan skizoafektif, seperti pada mereka dengan

skizofrenia, memiliki gangguan psikotik kronik bersama dengan gejala mood

utama. Psikosis jarang berkurang, walaupun gejala mood sering membaik.

Gangguan skizoafektif berbeda dari gangguan mood yang lain dimana tidak

terdapat gejala psikotik, atau gejala psikotik biasanya berespon terhadap

antipsikotik. Penelitian menunjukkan bahwa komplikasi obstetrik banyak

ditemukan pada wanita hamil skizofrenia dan bayinya juga memiliki berat badan

lahir rendah.

Penanganan

Wanita yang datang dengan psikosis pada episode pertama saat hamil harus

diperiksa dengan hati-hati untuk menyingkirkan sebab organik pada psikosisnya

maupun perubahan status mentalnya. Pada wanita hamil yang riwayat skizofrenia

sebelumnya dan masih mengkonsumsi obat, penghentian segera obat antipsikotik

dapat menyebabka relaps akut. Pasien harus dirawat rumah sakit bila rawat

jalan tidak memungkinkan. Pada umumnya peneliti melaporkan bahwa pasien

dengan menggunakan obat antipsikotik pada kehamilan tidak menunjukkan

adanya kelainan pada kelahiran janin. Namun, antipsikotik sebaiknya dihindari

penggunaannya pada trimester I. Pada kasus yang akut dan membahayakan ibu
dan janinnya, dapat dilakukan terapi elektrokompulsif. Terapi elektrokompulsif

tidak menyebabkan persalinan kecuali bila kehamilannya cukup bulan.

Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian adalah hasil dari penggunaan mekanisme pertahanan yang

tidak cukup, stereotipi dan mal adaptasi yang kronis. The Diagnostic and

Statistical Manual membagi 3 jenis gangguan kepribadian :

(1) paranoid, skizoid dan gangguan kepribadian skizotipal khas diketahui dari

keganjilan atau keeksentrikannya;

(2) Histerik, narkistik, antisosial dan gangguan borderline ciri khasnya timbul

secara dramatis;

(3) menghindar, tergantung, kompulsif dan kepribadian pasif-agresif ditandai

dengan ketakutan dan kecemasan. Faktor genetik dan lingkungan penting dlam

timbulnya penyakit ini, dimana prevalensinya mungkin setinggi 20% individu

yang menderita mengenali masalahnya dan berobat.

Terapi Elektrokompulsif

Pengobatan depresi dengan elektrosyok selama kehamilan belum diteliti lebih

mendalam. Sebuah tulisan oleh Repke dan Berger mengatakan bahwa tidak

berbahaya bagi janin pada beberapa terapi. Griffiths dkk melaporkan hasil wanita

yang menjalani 11 pengobatan dari 23 31 minggu. Mereka menggunakan

thiamilal dan suksinilkolin, inkubasi dan ventilasi selama tiap pengobatan.

Mereka menemukan bahwa jumlah epinefrin dan norepinefrin, dopamin plasma

meningkat 2 sampai 3 kali lipat selama elektrosyok. Disamping itu denyut jantung
janin meningkat dan denyut jantung ibu, tekanan darah dan saturasi oksigen tetap

normal. Varan dkk menjelaskan deselerasi denyut jantung janin yang bervariasi

sebagai tanda khas kompresi akar saraf selama terapi elektrokompulsif. Sherer

dkk menjelaskan bahwa wanita yang menjalani pengobatan elektrokompulsif

anterpartum mingguan dimulai pada umur kehamilan 30 minggu. Setiap

pengobatan diikuti dengan hipertensi, hipertonisitas uterus dan perdarahan uterus,

ternyata kemudian diketahui penyebabnya adalah karena abrupsi placenta. 2

Apabila tidak sungguh-sungguh diperlukan, sebaiknya pengobatan dengan

elektrosyok ditunda sampai lewat trimester pertama.

2.4 Tanda dan Gejala

Gejala awal :

a. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa

b. Sulit tidur atau imsomnia

c. Sering menangis

d. Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan

e. Merasa Letih dan lelah

f. Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan

g. Mudah tersinggung / labil

h. Sakit kepala

i. Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba

j. Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya

k. Menolak makan dan minum


Gejala lanjutan :
a. Curiga berlebihan

b. Kebingungan

c. Sulit konsentrasi

d. Bicara meracau atau inkoheren

e. Irasional

f. Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )

g. Agresif

h. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )


Gejala yang sering terjadi adalah:
a. Halusinasi

b. gangguan saat tidur

c. obsesi mengenai bayi


Gejala Klinik

Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan moodsecara

drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforiadalam waktu

singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanandalam beraktifitas,sering

menjauhkan diri dari teman atau keluarga,sering mengeluh sakit kepala dan nyeri

dada, jantung berdebar-berdebarserta nafas terasa cepat.Menninger telah

menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar pola psikotik :

1. Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam

2. keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi,


disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan

3. regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran


yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.

4. preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membeladiri


atau rasa kebesaran
5. keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

Penanganan

Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosa kehamilan ini

adalahkombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi

sepertiantidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah

sebaiknya ibudirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam

penanganan terutamasuami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang orang

terdekat ibuterhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.

Pencegahan

Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas dariancaman

depresi dan psikosa kehamilan, yaitu :

a. Pelajari diri sendiriPelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan

psikosa kehamialn,sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila

terjadi,maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.

b. Tidur dan makan yang cukupDiet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan

usaha yang terbaik denganmakan dan tidur yang cukup. Keduanya penting dalam

periode kehamilan.

c. OlahragaMerupakan kunci untuk mengurangi depresi psikosa kehamilan,

lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehinggam

embuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional yang berlebihan.

Tanda dan Gejala


Gejala awal :
a. Perasaan sedih, kecewa dan putus asa
b. Sulit tidur atau imsomnia

c. Sering menangis

d.Gelisah, cemas dan iritable yang berlebihan

e.Merasa Letih dan lelah

f.Semangat menurun ataupun kehilangan sensasi menyenangkan

g.Mudah tersinggung / labil

h.Sakit kepala

i.Peningkatan ataupun penurunan berat badan secara tiba-tiba

j.Memperlihatkan penurunan minat pada bayinya

k.Menolak makan dan minum

Gejala lanjutan :
a. Curiga berlebihan

b. Kebingungan

c. Sulit konsentrasi

d. Bicara meracau atau inkoheren

e.Irasional

f. Pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang )

g. Agresif

h. Impulsif ( bertindak diluar kesadaran )


Gejala yang sering terjadi adalah:
a. Halusinasi

b. gangguan saat tidur

c. obsesi mengenai bayi


Gejala Klinik
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan

moodsecara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforiadalam

waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanandalam

beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga,sering mengeluh

sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebarserta nafas terasa

cepat.Menninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai

sebagian besar pola psikotik :

1. Perasan sedih, bersalah dan tidak mampu yang mendalam

2. keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi,


disertai pembicaraan dan motorilk yang berlebihan

3. regresi ke otisme manerisme pembicaran dan perilaku, isi pikiran


yanng berlawanan, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.

4. preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan, kecendrungan membeladi


ri atau rasa kebesaran

5. keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

Penanganan

Respon yang terbaik dalam menangani kasus psikosa kehamilan ini

adalahkombinasi antara psikoterapi, lingkungan sekitar ibu dan medikasi

sepertiantidepresan, jika tidak memungkinkan untuk ibu dirawat dirumah

sebaiknya ibudirawat dirumah sakit. Libatkan anggota keluarga dalam

penanganan terutamasuami sehingga dapat dibangun pemahaman dari orang-

orang terdekat ibuterhadap apa yang dirasakan dan dibutuhkan ibu.

Pencegahan
Beberapa intervensi berikut ini dapat membantu wanita terbebas

dariancaman depresi dan psikosa kehamilan, yaitu :

a.Pelajari diri sendiriPelajari dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa

kehamialn,sehingga ibu dan keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila

terjadi,maka akan segera mendapatkan penanganan yang tepat.

b.Tidur dan makan yang cukupDiet nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan

usaha yang terbaik denganmakan dan tidur yang cukup. Keduanya penting

dalam periode kehamilan.

c.OlahragaMerupakan kunci untuk mengurangi depresi psikosa kehamilan,

lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki setiap hari, sehingga

membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai emosional

yang berlebihan.

d.Beritahukan perasaan ibuJangan takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan

mengekspresikan yangibu inginkan dan butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika

mempunyaimasalah, segera beritahukan kepada orang yang dipercaya ataupun

orangyang terdekat.

e.Dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekatDukungan dari orang terdekat

dari mulai kehamilan yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping

ibu setiap ada kesulitan.

f.Persiapan diri dengan baikPersiapan sebelum persalinan sangat diperlukan,

ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang dibutuhkan.

g.Lakukan pekerjaan rumah tanggaPekerjaan rumah tangga sedikit banyak dapat

membantu ibu melupakangolakan perasaan yang terjadi selama periode


kehamilan. Kondisi andayang belum stabil, bisa ibu curahkan dengan memasak

atau membersihkanrumah.

h.Dukungan emosionalMinta dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan

sehingga ibudapat mengatasi rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka

mengenai perubahan yang ibu rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik darisetela

nya.

Penatalaksanaan

Kehamilan kejiwaan dianggap menjadi darurat kesehatan mental. Olehkarena itu

memerlukan perhatian segera. Hal ini dikarenkan wanita yangmenderita penyakit

kejiwaan tidak selalu mampu atau bersedia untuk berbicaradengan seseorang

tentang masalahnya, mereka kadang-kadang membutuhkan pasangan atau anggota

keluarga yang lain untuk membantu mereka

mendapatkan penanganan medis yang mereka butuhkan. Kondisi ini biasanya diat

asi dengankolaborasi dengan dokter jiwa dengan pemberian obat, biasanya obat

antipsikosisdan terkadang obat antidepresan dan/ atau antiansietas.Banyak wanita

yang juga dapat merasakan manfaat dari konseling dandukungan psikologis

kelompok. Dengan perawatan dengan baik, sebagian besar

perempuan dapat pilih dari kekacauan. Untuk mengurangi jumlah penderita iniseb

agai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dankeadaan

ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.

Anda mungkin juga menyukai