Anda di halaman 1dari 4

Nama: Bagus Murod Al-Fayad

NIM: 22010115120117

Tugas Asistensi Praktikum Kimia

1. Tes Schiff
Salah satu aplikasi penting reagensia Schiff adalah reaksi pewarnaan asam Schiff
berkala atau juga dikenali sebagai periodic acid Schiff reaction. Ini adalah suatu teknik
yang digunakan untuk mendeteksi karbohidrat dalam sel tisu. Asam periodik seperti
asam iodik digunakan bagi mengoksidasi sebagian karbohidrat yang terdapat pada tisu.
Ini akan menghasilkan gugus aldehid yang akan tersejat bersama reagensia Schiff dan
menghasilkan warna merah terang yang menunjukkan komponen pada tisu yang
mengandungi karbohidrat. (Kiernan, 1999)
Reaksi pewarnaan asam Schiff berkala adalah suatu tes laboratorik yang sangat
ringkas. Pertama sekali, sampel tisu haruslah dicuci dengan bersih seterusnya diberikan
asam iodik dan dibiarkan selama 10 hingga 30 menit. Kemudian sampel tisu dicuci bagi
menghilangkan sisa asam iodik dan diberikan reagensia Schiff lalu dibiarkan selama 10
hingga 30 menit. Selanjutnya, sampel tisu itu sekali lagi dicuci dengan air bersih bagi
menghilangkan sisa reagensia Schiff. Bagian yang mengandung karbohidrat akan terlihat
berwarna merah jambu. Selain itu, intensitas warna yang terhasil dipengaruhi oleh
lamanya masa diberikan reagensai Schiff. (Kiernan, 1999)

2. Tes Tollens
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang
termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton. Selain dengan
menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dapat juga
menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict.
Aldehid lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam
dengan jumlah atom karbon yang sama ( Hart, 1990). Hampir setiap reagensia yang
mengoksidasi alkohol juga dapat mengoksidasi suatu aldehid.
Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa
dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan
ion perak sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan
amonia. Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak (Willbraham,1992).
Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari
AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O yang bila
tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada
tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering
juga disebut pereaksi cermin perak (Sudarmo, 2006).
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam reagensia Tollens
direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada
dinding dalam tabung reaksi.Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan
C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton
selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens. Hal
ini disebabkan karena keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom
karbon karbonil. Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras
dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya
putus, memberikan hasil-hasil oksidasidengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit
daripada bahan keton asalnya. Kekecualian adalah dalam oksidasi keton siklik, karena
jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya, sikloheksanon dioksidasi secar besar-
besaran menjadi asam dipat, bahan kimia pentinh dalam pembuatan Nylon.
Aldehid dengan pereaksi tollens (oksidator lemah) dioksidasi menjadi asam
karboksilat,yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.

R-CHO+2 Ag(NH3)2OH ==> 2 Ag+R-COONH4+ +3NH3+H2O

Cermin perak

3. Tes Fehling
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan
Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran
larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan
kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat
dianggap sebagai larutan CuO.
Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa
akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling
menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang
lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau
kekuningan.
Reaksi:
Pereaksi Fehling merupakan kompleks ion Cu(II) tartrat dalam larutan asam. Ion
Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata).
R-CHO+Cu2+ ==>R-COO- + Cu2O
H+ Merah bata

4. Tes Benedict
Tes Benedict adalah larutan tembaga (II) sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat.
Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari tembaga(II) sulfat menjadi ion Cu+, selanjutnya
diendapkan sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau
merah bata, bergantung pada konsentrasi karbohidrat. Pereaksi Benedict banyak
digunakan untuk uji glukosa dalam urine dibandingkan pereaksi Fehling. Jika dalam
urine terdapat asam urat atau kreatinin, senyawa ini dapat mereduksi Fehling, tetapi
dengan pereaksi Benedict tidak terjadi reduksi.
Aldehid alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi
Benedict(kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi
Cu2O(endapan merah bata). Aldehid aromatik dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi
benedict.
R-CHO+2 Cu2+ + 5 OH- ==> R-COO- + Cu2O+3H2O
Biru Merah Bata

5. Tes Rothera
Percobaan ini berdasar kepada reaksi antara nitroprussida dan asam aceto-acetat atau
aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Teristimewa terhadap asam aceto-
acetatlah reaksi ini peka seakali(positif sampai 1 : 400.000); terhadap aceton kepekaan 1
: 20.000, sedangkan asam beta-hidroxibutirat tidak dapat dinyatakan dengan reaksi ini.
Reagens Rothera : natriumnitroprussida 5 g; ammonium sulfat 200 g; campur baik-
baik dengan menggerusnya dalam lumpangdan simpanlah sebuk itu dalam botol
bersumbat teguh.

6. Reaksi Esterifikasi

Anda mungkin juga menyukai