Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

IMUNISASI

DI SUSUN OLEH KELOMPOK I

1. Abu Hasan Alansari 11. Dewi Novita Sari

2. Ade Dwi Putriyanti 12. Eka Pramitha

3. Ajeng Sutrismia Sari 13. Eka Sartika Banchin

4. Apriliani Purba 14. Enni Marlina Hasibuan

5. Arman Budijaya Telambanua 15. Erniwati Nduru

6. Asmianti 16. Eva Anum Sari

7. Ayu Dwi Saputri 17. Feby Ayu Safitri

8. Ayu Magdalena Hutagalung

9. Besta Hariyandi Depari

10. Cun Laban Putra Silaban

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penyusunan laporan
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Etika dan Hukum
Kesehatan, Selain itu laporan ini juga bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan
memahami secara jelas mengenai Imunisasi dan hal terkait lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik
tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian laporan ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan demi kasempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.

Medan, 12 Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Imunisasi ................................................................................... 4
B. Defenisi Imunisasi .................................................................................. 5
C. Jenis jenis Imunisasi ........................................................................... 6
D. Manfaat Imunisasi ................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 8
B. Saran ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Dalam
penyelenggaraannya imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan
imunisasi pilihan. Imunisasi wajib adalah imunisasi yang wajib/harus dilakukan oleh
seseorang, sedangkan imuniasi pilihan adalah imunisasi yang dilakukan karena
seseorang tersebut memerlukan, membutuhkan imunisasi tersebut guna untuk
mencegah suatu penyakit. Banyak pengaturan yang mengatur mengenai pentingnya
imunisasi untuk dilaksanakan, baik peraturan atau kebijakan dari Peraturan Dunia
serta Peraturan Nasional di Indonesia sendiri.
Salah satu kebijakan atau komitmen dunia internasional mengenai
imunisasi ini adalah Universal Child Immunization (UCI) yang telah
dicanangkan pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen
internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi
tetanus neonatorum (ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada
tahun 2000. Sedangkan target UCI 80-80-80 merupakan tujuan antara
(intermediate goal) berarti cakupan imunisasi untuk BCG, DPT, polio, campak
dan hepatitis B, harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi,
kabupaten bahkan di setiap desa.
Di Indonesia sendiri, mengenai imunisasi telah diatur pada 92 PMK No.
42 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Pada saat ini penyelenggaraan
imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan
menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi walaupun masih
banyak lagi kematian yang terjadi. Pemerintah juga telah melakukan tiga tahap
kampanye imunisasi campak dan polio selama tahun 2009-2011. Selain itu,
kebijakan pemerintah yang juga telah dilaksanakan baru baru ini pada tahun
2016 yakni Pekan Imunisasi Nasional Polio.
Banyak sekali cara atau berbagai kebijakan yang telah dan akan
dilaksanakan oleh Pemerintah untuk mencegah munculnya kasus baru
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tetapi, hingga saat ini
kejadian penyakit tersebut masih ditemui dan bahkan menimbulkan kejadian
luar biasa di beberapa daerah. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahasa mengenai imunisasi itu sendiri dan hal hal yang terkait lainnya
karena pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan
untung rugi. Dengan imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan
kerugian. Keuntungan pada imunisasi tidak terlihat dalam bentuk materi,
tetapi anak yang tidak mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit
penyakit infeksi dan menular. Penyakit ini mungkin menyebabkan ia cacat
seumur hidup, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak bahkan dapat
berakhir dengan kematian.
B. Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan khususnya dalam
Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai imunisasi khususnya, dan juga selain
itu untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Imunisasi di Indonesia


Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin
cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi
penyakit cacar. Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar
oleh WHO, yang selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya. Pada tahun
1972 juga dilakukan studi pencegahan terhadap Tetanus Neonatorum dengan
memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat
dilaksanakan di seluruh Indonesia. (Depkes RI, 2005).

B. Defenisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.

C. Jenis Jenis Imunisasi Menurut Permenkes no 42 tahun 2013


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 42 Tahun 2013 bahwa menurut
sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib
dan imunisasi pilihan,
1. Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular
tertentu. Imunisasi wajib terdiri atas:
a. Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
1) Imunisasi dasar terdiri atas:
a) Bacillus Calmette Guerin (BCG);
b) Diphtheria Pertusis Tetanus - Hepatitis B ( DPT - HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus - Hepatitis B - Hemophilus
Influenza type B ( DPT HB - Hib);
c) Hepatitis B pada bayi baru lahir;
d) Polio; dan
e) Campak
Berikut ini adalah jadwal pemberian imunisasi dasar
UMUR JENIS IMUNISASI
0 Bulan Hepatitis B0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT, HB-HIB1, Polio 2
3 Bulan DPT, HB-HIB2, Polio 3
4 Bulan DPT, HB-HIB3, Polio 4
9 Bulan Campak

2) Imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi


ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk
memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan
diberikan pada :
a) anak usia bawah tiga tahun (Batita). Jenis imunisasi lanjutan
yang diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita)
terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-
HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-
Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
b) anak usia sekolah dasar. Imunisasi lanjutan pada anak usia
sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak
usia sekolah dasar terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT),
Campak,danTetanus diphteria (Td).
c) wanita usia subur. Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan
pada wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu
yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian
Jadwal imunisai lanjutan pada anak dibawah 3 tahun
UMUR JENIS IMUNISASI
18 Bulan DPT-HB-HIB
24 Bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak sekolah dasar

SASARAN IMUNISASI WAKTU PELAKSANAAN


Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD TD November
Kelas 3 SD TD November
Jadwal imunisasi lanjutan pada wanita usia subur

STATUS WAKTU MASA


IMUNISASI PEMBERIAN PERLINDUNGAN
T1
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
T5 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun

b. Imunisasi tambahan.

Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang


paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada
periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi tambahan tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin. Yang
termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah

1. Back log fighting


Merupakan upaya aktif untuk melengkapi imunisasi dasar pada
anak yang berumur di bawah 3 (tiga) tahun. Kegiatan ini
diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama 2 (dua)
tahun berturut - turut tidak mencapai UCI.
2. Crash
Program Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang
memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya
KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash
program adalah
a. Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
b. Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang.
c. Desa yang selama 3 tahun berturut turut tidak mencapai
UCI. Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih
jenis imunisasi, misalnya campak, atau campak terpadu
dengan polio
3. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat. PIN
bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran suatu
penyakit (misalnya polio). Imunisasi yang diberikan pada
PIN diberikan tanpa memandang status imunisasi
sebelumnya.
4. Sub PIN
Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi
dilaksanakan pada wilayah wilayah terbatas (beberapa
provinsi atau kabupaten/kota).
5. Catch up Campaign campak
Merupakan suatu upaya untuk memutuskan transmisi
penularan virus campak pada anak usia sekolah dasar
Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi
campak secara serentak pada anak sekolah dasar dari kelas
satu hingga kelas enam SD atau yang sederajat, serta anak
usia 6 - 12 tahun yang tidak sekolah tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.
Pemberian imunisasi campak pada waktu catch up
campaign campak di samping untuk memutus rantai
penularan, juga berguna sebagai booster atau imunisasi
ulangan (dosis kedua).
6. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB
disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masing-
masing.
c. Imunisasi khusus.

Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan


untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara
endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis
Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti
Rabies (VAR).

2. Imunisasi pilihan.
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit menular tertentu. Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi
a. Haemophillus
b. Influenza
c. Tipe b (Hib)
d. Pneumokokus,
e. Rotavirus,
f. Influenza,
g. Varisela,
h. Measles
i. Mumps
j. Rubella
k. Demam Tifoid
l. Hepatitis A
m. Human Papilloma Virus (HPV)
n. Japanese Encephalitis

D. Syarat Syarat Pemberian Imunisasi


Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi anak, yang
penyebabnya dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi dalam bentuk
vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang
sehat. Berikut ini keadaan yang tidak boleh memperoleh imunisasi yaitu :
1. Anak sakit keras
2. Keadaan fisik lemah
3. Dalam masa tunas suatu penyakit
4. Sedang mendapat pengobatan dengan sedian kortikosteroid atau obat
imunosupresif lainnya (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu
membentuk zat anti yang cukup banyak.
Selain itu, dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan
yaitu :
1. Diberikan pada bayi atau anak yang sehat
2. Vaksin yang diberikan harus baik
3. Disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa berlakunya
4. Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat
5. Mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang
diterima
6. Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan
7. Mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi
8. Memberikan informed contect kepada orang tua atau keluarga sebelum
melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada
orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.

E. Manfaat Imunisasi
Manfaat dari Imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu, dan
apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala
yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.

G. Pengadaan Logistik, Distribusi dan Penyimpanan


1. Pengadaan Logistik
Pengadaan vaksin untuk imunisasi wajib dilakukan oleh Pemerintah.Untuk
mengatasi keadaan tertentu (Kejadian Luar Biasa, bencana) pengadaan
vaksin dapat dilakukan bekerja sama dengan mitra. Pemerintah daerah
kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap pengadaan Auto Disable
Syringe, safety box, peralatan cold chain, emergency kit dan dokumen
pencatatan status imunisasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
keuangan daerah
2. Pendistribusian
Pemerintah bertanggung jawab dalam pendistribusian logistik sampai
ketingkat provinsi. Pendistribusian selanjutnya merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah secara berjenjang dengan mekanisme diantar oleh level
yang lebih atas atau diambil oleh level yang lebih bawah, tergantung
kebijakan masing - masing daerah. Seluruh proses distribusi vaksin dari
pusat sampai ketingkat pelayanan, harus mempertahankan kualitas vaksin
tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan yang optimal kepada
sasaran.
a. Pusat ke Provinsi
1) Penyedia vaksin bertanggung jawab terhadap seluruh pengiriman
vaksin dari pusat sampai ke tingkat provinsi.
2) Dinas kesehatan provinsi mengajukan rencana jadwal penyerapan
vaksin alokasi provinsi yang dikirimkan kepada Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan,
tembusan kepada Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Subdit Imunisasi serta kepada penyedia
vaksin paling lambat 10 hari kerja setelah alokasi vaksin diterima di
provinsi.
3) Vaksin akan dikirimkan sesuai jadwal rencana penyerapan dan atau
permintaan yang diajukan oleh dinas kesehatan provinsi.
4) Pengiriman vaksin (terutama BCG) dilakukan secara bertahap
(minimal dalam dua kali pengiriman) dengan interval waktu dan
jumlah yang seimbang dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa
dan kemampuan penyerapan serta kapasitas tempat penyimpanan.
5) Vaksin untuk kegiatan BIAS dikirimkan 1 (satu) bulan sebelum
pelaksanaan kegiatan.
6) Vaksin alokasi pusat akan dikirimkan berdasarkan permintaan resmi
dari dinas kesehatan provinsi yang ditujukan kepada Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina
dan Kesehatan Matra dengan melampirkan laporan monitoring
vaksin pada bulan terakhir.
7) Dalam setiap pengiriman vaksin harus disertakan dokumen berupa:
a) SP (Surat Pengantar ) untuk vaksin alokasi provinsi/SBBK
(Surat Bukti Barang Keluar) untuk vaksin alokasi pusat
b) VAR (Vaccine Arrival Report) untuk setiap nomor batch vaksin.
c) Copy CoR (Certificate of Release) untuk setiap batch vaksin
8) Wadah pengiriman vaksin berupa cold box yang disertai alat untuk
mempertahankan suhu dingin berupa
a) Cool pack untukvaksin TT, Td, DT, Hepatitis B, dan DPT-HB
b) Cold pack untuk vaksin BCG dan Campak.
c) Dry ice dan /atau cold pack untuk vaksin Polio.
9) Pelarut dan penetes dikemas pada suhu kamar terpisah dengan
vaksin (tanpa menggunakan pendingin) - 39 - 10) Pada setiap cold
box disertakan alat pemantau paparan suhu tambahan berupa:
a) Indikator paparan suhu beku untuk vaksin sensitif beku (DT,
TT, Td, Hep.B dan DPT-HB)
b) Indikator paparan suhu panas untuk vaksin BCG
. b. Dari Provinsi ke Kabupaten/Kota
1) Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dengan cara diantar
oleh provinsi atau diambil oleh kabupaten/kota
2) Dilakukan atas dasar permintaan resmi dari dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan mempertimbangkan stok maksimum dan
daya tampung tempat penyimpanan.
3) Menggunakan cold box yang disertai alat penahan suhu dingin
berupa :
a) Cool pack untuk vaksin TT, DT, Td, Hepatitis B PID dan DPT-
HB.
b) Cold pack untuk vaksin BCG, Campak dan Polio.
4) Apabila vaksin sensitif beku dan sensitif panas ditempatkan dalam
satu wadah maka pengepakannya menggunakan cold box yang
berisi cool pack.
5) Dalam setiap pengiriman harus disertai dengan dokumen berupa:
a) VAR (Vaccine Arrival Report) yang mencantumkan seluruh
vaksin.
b) SBBK (Surat Bukti Barang Keluar).
6) Pengepakan vaksin sensitif beku harus dilengkapi dengan indikator
pembekuan.
c. Dari Kabupaten /Kota ke Puskesmas
1) Dilakukan dengan cara diantar oleh kabupaten/kota atau diambil
oleh puskesmas.
2) Dilakukan atas dasar permintaan resmi dari puskesmas dengan
mempertimbangkan stok maksimum dan daya tampung
penyimpanan vaksin.
3) Menggunakan cold box atau vaksin carrier yang disertai dengan
cool pack.
4) Disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang
Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival Report (VAR)
5) Pada setiap cold box atau vaksin carrier disertai dengan indikator
pembekuan.
d. Distribusi dari Puskesmas ke tempat pelayanan.
Vaksin dibawa dengan menggunakan vaksin carrier yang diisi cool
pack dengan jumlah yang sesuai.

3. Penyimpanan
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan ketingkat berikutnya (atau digunakan), vaksin harus selalu
disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, yaitu:
Hal-hal yang penting saat pemberian imunisasi
1. Dosis, cara pemberian dan tempat pemberian imunisasi
Tabel Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi terdiri dari imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. Imunisasi wajib terbagi
menjadi imunisasi rutin, imunisasi lanjutan dan imunisasi tambahan. Imunisasi sangat
penting dilakukan agar terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Pada saat ini sudah
begitu banyak program program dari pemerintah tentang imunnisasi. Akan tetapi
imunisasi belum dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. Masih banyak juga
masyarakat yang tidak mengimunisasi anaknya dengan berbagai macam alasan. Oleh
karena itu peningkatan kesadaran sangat diperlukan dalam hal ini.
3.2.Saran
Diharapkan pemerintah lebih rutin lagi memningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama dalam hal peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rhineka CIpta,
Jakarta.

_________, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rhineka Cipta,
Jakarta.

Dinkes, 2002, Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta.

Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Huliana, A. Md.Keb, 2003, Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Puspa Swara, Jakarta.

Kurniasih, dkk, 2006, Panduan Imunisasi, PT. Gramedia, Jakarta.

Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rhineka Cipta, Jakarta.

__________, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rhineka Cipta, Jakarta.

Nursalam, 2001, Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta.

Wahyudin, dkk, 2005, Pengantar Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Unicef Org, 2006, Anak-Anak Yang Terabaikan, Terlupakan, dan Tak Terjangkau, Saran
Pers, Jakarta.

Info Sehat, 2006, Imunisasi, Jakarta.

Medicastore, 2006, Imunisasi, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai