Disusun Oleh :
Ervinda Agustin
2420132288
YOGYAKARTA
2016
i
ii
iii
MOTTO
-penulis-
iv
KATA PENGANTAR
tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
Sardjito Yogyakarta.
v
3. Ibu Prima Daniyati K, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku Dosen Pembimbing
yang terbaik, namun demikian penyusunan Laporan Kasus ini jauh dari sempurna
dan penulis menyadari atas kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
segala kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun guna kesempurnaan isi
Akirnya penulis berharap kiranya laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
vi
PERSEMBAHAN
1. Bapak (Agus Nur Isriyadi, SH), Ibu (Dwi Rusti Birotun) dan Kakak
2. Ananta Bala Saputra yang telah menemani selama 6 tahun ini, yang
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
MOTTO ........................................................................................................... iv
A. Pengertian ........................................................................................ 1
B. Proses Terjadinya Masalah .............................................................. 2
1. Etiologi ..................................................................................... 2
2. Patofisiologi .............................................................................. 3
3. Manifstasi Klinik ...................................................................... 7
4. Klasifikasi Tumor Otak ............................................................ 8
5. Pemeriksaan Diagnostik ........................................................... 9
6. Komplikasi ............................................................................... 11
7. Penatalaksanaan Medis ............................................................. 11
C. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 11
D. Fokus Intervensi .............................................................................. 12
A. Pengkajian ....................................................................................... 16
1. Data Dasar ........................................................................... 16
2. Analisa Data ........................................................................ 24
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 29
viii
C. Rencana Tindakan Keperawatan ..................................................... 33
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Otak ................................................................................................................. 40
Otak ................................................................................................................. 43
x
Tabel 2.16 Catatan Perkembangan Risiko Infeksi ........................................... 57
xi
DAFTAR BAGAN
xii
KONSEP DASAR MEDIK
TUMOR OTAK
A. Pengertian
Tumor otak adalah salah satu tumor susunan saraf pusat yang
intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua
tumor itu muncul. Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati
Tumor otak primer berasal dari otak, sedangkan tumor otak sekunder
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik
ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua
1
2
ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-sel saraf di meningen otak,
termasuk juga tumor yang berasal dari sel penunjang (neuroglia), sel epitel
jaringan tak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
1. Etiologi
factor untuk timbulnya tumor otak, trauma, Infeksi dan toksin belum
a. Herediter
b. Radiasi
c. Virus
(Tarwoto, 2007)
2. Patofisiologi
akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku.
hidrocepalus.
bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah
PATHWAY
Etiologi Pertumbuhan sel otak Tumor otak
abnormal
Obstruksi sistem cerebral, Statis vena cerebral Kompresi subkortikal & batang
obstruksi drainage vena otak
retina, tumor pada lobus
oksipitalis Kehilangan auto regulasi
serebral
Papil edema
Iritasi pusat vegal di medulla
oblongata
Kompresi saraf
optikus(N.III/IV)
Muntah
3. Manifestasi Klinik
a. Nyeri Kepala
bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan
batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahuli mual dan dapat
proyektil.
c. Papil edema
(Nurarif, 2015).
8
2007).
a. Jinak
2.) Meningioma
b. Malignant
2.) Oligodendroglioma
3.) Apendymoma
c. Tumor Ekstadural
sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura paling
penting.
tumor intakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
% dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat
primer.
dalam serebelum.
jarang antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-
5. Pemeriksaan Diagnostik
b. EEG
c. CT Scan
CT Scan.
d. MRI
berbeda pula.
e. Angioserebral
serebral
(Nurarif, 2015)
11
6. Komplikasi
a. Edema serebral
c. Herniasi otak
d. Hidrosefalus
e. Kejang
(Nurarif, 2015)
7. Penatalaksanaan Medis
b. Tindakanpembedahan
c. Radioterapi
d. Kemoterapi
Pemilihan jenis terapi bergantung pada beberapa factor, antara lain: kondisi
C. DiagnosaKeperawatan
pernapasan
saraf optikus)
pengaturan diotak
(Herdman, 2015)
D. Fokus Intervensi
asam basa
INTERVENSI RASIONAL
Observasi frekuensi dan Mengetahuhi peningkatan ventilasi
kedalaman pernafasan alveolar dan sebagai respon terhadap
latihan fisik dan stressor
Posisikan pasien untuk Posisi tegak lurus memfasilitasi fungsi
memaksimalkan ventilasi paru dengan bantuan gravitasi
Kelola pemberian bronkodilaror Untuk membuka saluran nafas, obat
dapat diberikan dalam bentuk aerosol
untuk meningkatkan respon dan
membatasi efek samping
Motivasi pasien untuk istirahat Untuk mengurangi dispnea dan
yang cukup meningkatkan kualitas hidup
13
INTERVENSI RASIONAL
Pengkajian nyeri secara komprehensif Menentukan intervensi pemecahan
yang meliputi lokasi, karakteristik, masalah
durasi, frekuensi, kualitas, intensitasdan
faktor pencetus
Monitor tanda-tanda vital Kenaikan tanda-tanda vital
mengindikasikan
adanya rasa nyeri
INTERVENSI RASIONAL
Monitor tanda-tanda vital ( tekanan Peningkatan tekanan darah sistemik
darah ) yang diikuti oleh penurunan tekanan
darah diastolik merupakan tanda
terjadinya peningkatan TIK
Posisikan kepala klien 15-45 derajat Meningkatkan aliran balik vena dari
sesuai indikasi kepala, sehingga akan mengurangi
edema atau resiko terjadinya
peningkatan TIK
Monitor tingkat kesadaran pasien Mengukur kesadaran secara
keseluruhan dan kemampun untuk
berespon pada rangsangan eksternal
dan merupakan petunjuk keadaan
kesadaran terbaik pada pasien yang
matanya tertutup sebagai akibat dari
trauma
Motivasi klien untuk istirahat Aktivitas yang dilakukan terus
menerus dapat meningkatkan TIK
dengan menimbulkan efek stimulasi
kumulatif
4. Risiko jatuh dengan faktor risiko gangguan penglihatan (kompresi saraf
optikus)
Kriteria hasil : Pasien tidak jatuh dari bed, terhindar dari resiko jatuh
atau cedera.
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tingkat kesadaran Menentukan rencana keperawatan
Beri tanda resiko jatuh Meningkatkan kewaspadaan bagi
setiap orang
Pastikan roda tempat tidur pada Menghindari bad berjalan yang
posisi terkunci meningkatkan resiko jatuh
Libatkan keluarga untuk Menghindari cedera atau jatuh
mengawasi pasien
15
pengaturan diotak
INTERVENSI RASIONAL
Observasi vital sign Mengetahui keadaan umum pasien
Pasang urine kateter Mengukur urine output pasien
Batasi masukan cairan Menghindari terjadinya kelebihan
cairan pada pasien
Kolaborasi pemberian diuretik Menambah kecepatan pembentukan
sesuai dengan instruksi urine
INTERVENSI RASIONAL
Kaji adanya alergi makanan Mengetahui ada tiaknya alergi
Monitor berat badan pasien Mengetahui adanya peningkatan atau
penurunan berat badan pasien
Berikan informasi tentang Mengetahui jumlah nutrisi yang
kebutuhan nutrisi dibutuhkan tubuh
Kolaborasi dengan ahli gizi Menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juni 2016
I. Data Dasar
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. RM : 01-77-44-xx
16
17
Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
gerak kaki dan tangan kanan dan nyeri kepala sejak 5 bulan yang
b. Keluhan Utama
R : di kepala
T : hilang timbul
1 4
1 4
18
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Delirium
GCS : E3V2M5
2) Tanda-tanda vital
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
3) Nyeri
R : di kepala
T : hilang timbul
19
4) Status Gizi
BB : 65 kg
TB : 170 cm
20 25 : berat normal
25 30 : over weight
> 30 : obesitas/gemuk
5) Pemeriksaan Fisik
6) Ekstremitas
Hemiparase dekstra
Terpasang infus Nacl 0,9 % 16 tpm pada kaki kanan sejak 11 Juni
2016
Kekuatan otot
1 4 Ekstremitas atas
1 4 Ekstremitas bawah
VII (Verstigulocochlearis)
- Keseimbangan terganggu
20
XI ( Asesoris )
Keterangan :
0 : mandiri
4 : tergantung total
b) Kelembaban (1-3) 2
c) Aktivitas (1-4) 1
d) Mobilitas (1-4) 1
e) Nutrisi (1-4) 4
Total Score : 12
21
Total
Trygliserid 119 mg/dL <150
HDL Cholesterol 30 mg/dL >40
LDL Direct 95 mg/dL >100
11) Terapi
Kerusakan 20 0 0 0
TOTAL SKOR 45 45 45
RR : Risiko Rendah (0-24), RS : Risiko Sedang (25- RR/ RT RT RS
50), RT : Risiko Tinggi ( 51) (lingkari) RS/
RT
dipasang.
24
3. Analisa Data
a) Pengelompokan Data
b) Analisa Data
DO :
1. Pasien tampak lemah, saat
nyeri muncul wajah pasien
tampak meringis
2. TD : 130/90mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
3. Hasi CT Scan : Glioblastoma
multiforme (GBM) lobus
frontotemporalis sinistra
DO :
1. Hasil CT-Scan : Glioblastoma
multiforme (GBM) lobus
frontotemporalis sinistra
2. Hemiparase dekstra
3. TD : 130/90mmHg
RR : 80x/menit
HR : 20X/menit
27
1 4
7. Kuku pasien panjang dan
hitam.
8. Makan/minum : dengan alat
bantu
9. Toileting : dengan alat bantu.
10. Berpakaian : dibantu orang
lain.
11. Mobilitas di tempat tidur :
dibantu orang lain.
12 Berpindah : dibantu orang
lain.
13. Ambulasi/ROM : dibantu
orang lain.
28
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
R : Dikepala
T : Hilang timbul
DO :
meringis
b. TD : 130/90mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
frontotemporalis sinistra
DS:
30
DO :
frontotemporalis sinistra
b. Hemiparase dekstra
c. TD : 130/90mmHg
d. RR : 80x/menit
e. HR : 20X/menit
f. Kekuatan otot
g. 1 4
1 4
di tandai dengan :
DS:
dibantu keluarga
kanan
DO :
c. Kekuatan otot
1 4
1 4
DS :-
DO :
b. Pasien terpasang infus Nacl 0,9% 16tpm dikaki kanan sejak 11 juni
2016
dengan :
32
DS:
DO :
b. Pasien tampak hanya berbaring dan jarang miring ke kanan dan kiri
oleh:
DS :
depan pintu
DO :
b. Riwayat jatuh
d. Kekuatan otot:
1 4
1 4
f. Usia : 55 tahun
C. Rencana Keperawatan, Implementasi Dan Evaluasi
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Setelah dilakukan Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016
Kamis, 16 Juni 2016 tindakan Jam : 07.35 WIB Jam : 07.40 WIB Jam : 07.45 WIB Jam 07.50 WIB
Jam: 07. 30 WIB keperawatan selama a. Lakukan a. Menentukan 1.Melakukan S : Keluarga pasien
Nyeri kronik berhubungan pengkajian nyeri mengatakan pasien
3x 24 jam nyeri pengkajian nyeri intervensi
dengan infiltrasi tumor secara mengeluh pusing dan
ditandai dengan kronik dapat secara pemecahan komprehensif nyeri kepala
DS: berkurang atau komprehensif masalah 2.Mengukur TTV P : saat kepala
1. Keluarga pasien teratasi dengan termasuk lokasi, diangkat
mengatakan pasien kriteria hasil : karakteristik, Q : nyeri teasa cekot-
mengeluh nyeri pada durasi, frekuensi Ervinda cekot
kepala dan sering a. Melaporkan R : dikepala
kualitas dan
memegang bahwa nyeri S : skala nyeri 5
kepalanya saat terasa faktor presipitasi
berkurang dengan T : hilang timbul
sakit b. Ukur Tanda- b. Kenaikan TTV O : Pasien gelisah
skala nyeri 3 tanda vital mengindikasikan
P : saat kepala diangkat TD : 130/90 mmHg
Q: nyeri terasa cekot- dengan adanya rasa nyeri HR : 80x/menit
cekot menggunakan c. Ajarkan teknik c. Meningkatkan RR : 20X/menit
R : dikepala manajemen nyeri non kemampuan rasa
S :skala nyeri 5 (nyeri
farmakologi/relak kontrol dan
sedang) b. Menyatakan rasa Ervinda
T : hilang timbul sasi/distraksi meningkatkan
nyaman setelah
kemampuan Jam : 08.00 WIB Jam : 09.00 WIB
nyeri berkurang
dalam 1.Mengelola S:-
DO : c. Pasien tidak manajemen nyeri pemberian O:
1. Pasien tampak gelisah Paracetamol 1. Telah diberikan
2. lemah, saat nyeri d. Kolaborasi d. Analgesik 500mg peroral obat paracetamol
muncul wajah pasien 500mg melalui
pemberian obat diperlukan untuk
tampak meringis intra vena
3. TD : 130/90mmHg analgetik mengurangi nyeri Ervinda 2. Pasien tampak
secara
33
Tabel 2.9 Rencana Keperawatan Diagnosa Nyeri Kronik
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. farmakologis lebih tenang
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
4. Hasi CT Scan :
Glioblastoma Ervinda
multiforme (GBM)
lobus
frontotemporalis Kamis, 16 Juni 2016
sinistra Jam : 14.00
S : Keluarga pasien
mengatakan pasien
masih mengeluh nyeri
P : saat kepala diangkat
Q : nyeri cekot-cekot
R : dikepala
S : skala nyeri 5
T : hilang timbul
O : Pasien tertidur pulas
A : Nyeri kronik
berhubungan dengan
infiltrasi tumor belum
teratasi dengan kriteria
yang belum teratasi :
a. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan skala nyeri 3
dengan menggunakan
manajemen nyeri
34
Tabel 2.9 Rencana Keperawatan Diagnosa Nyeri Kronik
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. b. Menyatakan rasa
nyaman setelah
berkurang dengan
skala nyeri 3
c. Pasien tidak gelisah
P : Lanjutkan intervensi :
a. Kaji nyeri secara
komprehensif
b. Ukur tanda-tanda
vital
c. Kelola pemberian
analgetik
Ervinda
35
Tabel 2.10 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Kronik
36
Tabel 2.10 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Kronik
R : dikepala
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
Ervinda O : Pasien tidur , Pasien lebih tenang.
A : Nyeri kronik berhubungan dengan
infiltrasi tumor teratasi
Kriteria yang sudah teratasi :
a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan skala nyeri 3 dengan
menggunakan manajemen nyeri
b. Menyatakan rasa nyaman setelah
berkurang dengan skala nyeri 3
c. Pasien tidak gelisah
P : Lanjut intervensi :
a. Kaji nyeri
b. Ukur tanda-tanda vital
c. Kelola pemberian analgetik
Ervinda
37
Tabel 2.10 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Kronik
P : Lanjut intervensi :
Ervinda
1. Kaji nyeri
Sabtu, 18 Juni 2016
2. Ukur tanda-tanda vital
Jam : 14.00 WIB
S : Keluarga pasien mengatakan pasien lebih
tenang dan nyerinya berkurang
P : saat diangkat
Q : nyeri terasa cekot-cekot
38
Tabel 2.10 Catatan Perkembangan Diagnosa Nyeri Kronik
P : Lanjut intervensi :
1. Kaji nyeri
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Kelola pemberian analgetik
Ervinda
39
Tabel 2.11 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2. Kamis 16 Juni 2016 Setelah dilakukan Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016
Jam: 07. 30 WIB tindakan Jam : 07.30 WIB Jam : 07.30 WIB Jam : 08.00 WIB Jam 07.50 WIB
Risiko ketidakefektifan keperawatan selama a. Ukur tanda-tanda a. Mengetahui S : Keluarga pasien
perfusi jaringan otak dengan 1. Mengukur tanda- mengatakan pasien
3x 24 jam Resiko vital keadaan umum tanda vital
faktor risiko tumor otak yang kadang memberi
di tandai dengan : ketidakefektifan pasien respon saat diajak
DS: perfusi jaringan 2. Memonitor bicara
Keluarga pasien dapat teratasi dengan b. Memberikan tingkat kesadaran O:
mengatakan pasien b. Monitor tingkat gambaran pasien 1. Keadaan umum :
kriteria hasil :
mengalami kelemahan kesadaran pasien. adanya lemah
anggota gerak sejak 5 a. Mendemonstrasik perubahan TIK 2. Tingkat kesadaran :
bulan lalu an status sirkulasi Ervinda Delirium
DO : yang ditandai c. Mempercepat 3. TD : 130/90mmHg
1. Hasil CT Scan : c. Atur posisi kepala HR : 80x/menit
aliran darah
Glioblastoma
dengan tekanan headelevasi 30o RR : 20x/menit
sistole dan dengan posisi balik ke otak.
multiforme (GBM)
lobus diastole dalam leher kepala lurus
d. Mengurangi
frontotemporalis batas normal Ervinda
kerusakan
sinistra 120/80 mmHg Jam: 09.00 WIB Jam : 09.30
jaringan otak
2. Hemiparase dekstra 3. Mengelola S:-
3. TD : 130/90mmHg b. Menunjukan d. Kelola pemberian pemberian
RR : 80x/menit Citicoline Citicoline 500mg O : Telah diberikan obat
dengan jelas 500mg/12jam
HR : 20X/menit fungsi sensori injeksi Intra Vena Citicoline 500mg melalui
4. Kekuatan otot injeksi IV
motori cranial injeksi intra vena
.1 4
yang lain : Ervinda
1 4 tingkat kesadaran
membaik Ervinda
40
Tabel 2.11 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2. S : Keluarga pasien
mengatakan pasien
memberi respon saat
diajak bicara
O:
1. Keadaan umum :
lemah
2. Tingkat kesadaran :
Delirium
TD : 130/90mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20x/menit
3. Pemberian Citicoline
500mg injeksi IV
A : Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
dengan faktor risiko
tumor otak belum
teratasi
2. tingkat kesadaran
membaik
41
Tabel 2.11 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2.
P : Lanjutkan intervensi :
1. Ukur tanda-tanda
vital
2. Tinggikan kepala
300 tergantung
kondisi pasien
3. Kelola pemberian
citicoline 500mg
Ervinda
42
Tabel 2.12 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Ervinda
P : Lanjutkan intervensi .
1. Monitor tingkat kesadaran pasien
2. Ukur tanda-tanda vital Jam : 14. 00 WIB
3. Kelola pemberian Citicoline 500mg S : Keluarga pasien mengatakan pasien
ijeksi IV memberi respon saat diajak bicra
O : Keadaan Umum : lemah
Ervinda 1. Tingkat kesadaran : Delirium
2. TD : 130/90mmHg
HR : 84x/menit
RR : 20x/menit
3. Pemberian Citicolin 500mg injeksi
Intra Vena
43
Tabel 2.12 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tingkat kesadaran pasien
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Kelola pemberian Citicoline 500mg
ijeksi Intra Vena
Ervinda
44
Tabel 2.12 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
45
Tabel 2.12 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Ervinda
46
Tabel 2.13 Rencana Keperawatan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. Setelah dilakukan Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016 Senin, 30 Juni 2014
Senin, 16 Juni 2016 tindakan Jam : 06.10 WIB Jam : 06.15 WIB Jam : 07.00 WIB Jam 07. 15WIB
Jam: 06. 00 WIB S:-
keperawatan selama 1. Mengukur tanda- 1. Sebagai
Hambatan mobilitas fisik 1. Mengukur tanda- O : TD : 130/80mmHg
3x 24 jam hambatan tanda vital informasi dasar
berhubungan dengan tanda vital Hemiparase dekstra
untuk
gangguan neuromuskular di mobilitas fisik dapat Kekuatan otot
perencanaan awal 2. Mengkaji
tandai dengan : teratasi dengan 1 4
dan validasi data kemampuan
DS: kriteria hasil :
a. Keluarga pasien kekuatan otot 1 4
2. Kaji kemampuan 2. Mengidentifikasi pasien
mengatakan semua 1. Keluarga mau
kekuatan otot kekuatan/
pemenuhan meningkatkan pasien kelemahan dan Ervinda
kebutuhan pasien latihan ROM Ervinda
dapat
dibantu keluarga
pasif memberikan
b. Keluarga pasien
2. Mengerti tujuan informasi
mengatakan sejak 5
dari peningkatan mengenai
bulan yang lalu Jam : 15.00
pemulihan Jam : 14.30 WIB
sampai masuk RS mobilitas S:-
3. Ajarkan keluarga 3. Menurunkan 3. Membantu pasien O : Pasien tampak lebih
pasien mengalami 3. Pemenuhan ADL
bagaimana resiko terjadinya dalam
penurunan (mandi) pasien segar dan wangi
merubah posisi trauma iskemia pemenuhan
kelemahan anggota terpenuhi pasien terlentang, jaringan kebutuhan ADL
gerak sebelah kanan
miring (ROM (mandi)
DO : Ervinda
Pasif)
a. Pasien lemah, hanya 4. Untuk membantu
4. Bantu pasien
berbaring ditempat tidur
dalam memenuhi Ervinda
b. Aktivitas tampak
pemenuhan kebutuhan
dibantu keluarga
kebutuhan ADL perawatan diri
c. Kekuatan otot Tanggal : 16 Juni 2016
1 4 pasien Jam : 15. 30 WIB
S:-
1 4
47
Tabel 2.13 Rencana Keperawatan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. O:
d. Kuku pasien panjang 1. Pasien tampak
dan hitam segar
e. Makan/ minum : 2. Pasien masih
mandiri terlihat lemas
f. Toileting : dengan alat A : Hambatan mobilitas
bantu fisik berhubungan
g. Berpakaian : dibantu dengan gangguan
orang lain neuromuskular
h. Mobilitas di tempat teratasi sebagian
tidur : di bantu orang dengan
lain Kriteria yang belum
i. Berpindah : dibantu teratasi :
orang lain 1. Keluarga mau
j. Ambulasi/ ROM : meningkatkan
dibantu orang lain latihan ROM
pasif
2. Mengerti tujuan
dari peningkatan
imobilitas
Kriteria yang sudah
teratasi
1. Pemenuhan ADL
pasien terpenuhi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Ukur tanda-tanda
vital
2. Kaji kemampuan
48
Tabel 2.13 Rencana Keperawatan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. otot pasien
3. Potong kuku pasien
Ervinda
49
Tabel 2.14 Catatan Perkembangan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
50
Tabel 2.14 Catatan Perkembangan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji kemampuan otot pasien
2. Ajarkan keluarga bagaimana
merubah posisi pasien telentang
miring (ROM pasif)
Ervinda
51
Tabel 2.14 Catatan Perkembangan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
52
Tabel 2.14 Catatan Perkembangan Diagnosa Hambatan Mobilitas Fisik
P : Pertahankan intervensi :
1. Kaji kemampuan otot pasien
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Ajarkan keluarga bagaimana merubah
posisi pasien telentang miring (ROM
pasif)
Ervinda
53
Tabel 2.15 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Infeksi
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4. Kamis, 16 Juni 2016 Setelah dilakukan Kamis, 16 Juni Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016
Jam : 06.50 WIB tindakan 2016 Jam : 07.05 WIB Jam : 08.15 WIB Jam : 08.30 WIB
Risiko infeksi dengan faktor keperawatan Jam : 07.00
risiko prosedur invasif yang selama 3x24 jam 1. Pantau tanda- 1. Perkembangan 1. Memantau tanda- S:-
di tandai dengan : risiko infeksi dapat tanda dan gejala infeksi dapat tanda dan gejala O : Tidak terdapat
DS :- teratasi dengan infeksi memperlambat infeksi tanda dan gejala
kriteria hasil : pemulihan infeksi pada daerah
DO : 1. Pasien terbebas 2. Observasi 2. Membantu 2. Melakukan cuci penusukan infus
1. Pasien terpasang DC dari tanda dan adanya plebitis mencegah tangan sebelum
sejak 11 juni 2016 gejala infeksi pada lokasi kerusakan kulit, dan sesudah
2. Pasien terpasang infus (panas, nyeri, penusukan infus menurunkan tindakan Ervinda
Nacl 0,9% 16tpm bengkak, resiko infeksi keperawatan
dikaki kanan sejak 11 kemerahan) 3. Lakukan cuci 3. Melindungi
juni 2016 2. Tetesan infus tangan sebelum pasien dari
3. Balutan infus kotor lancar dan sesudah kontaminasi Ervinda
3. DC (Dower tindakan silang selama
kateter) lancar keperawatan tindakan Jam : 09.00 WIB Jam : 09.30 WIB
keperawatan 1. Mengobservasi S:-
4. Ganti balutan 4. Menurunkan adanya plebitis O : Tusukan infus dan
infus apabila resiko pada lokasi balutan telah
atau terdapat penyebaran penususkan infus diganti dengan
darah bakteri yang baru
2. Menganti tusukan
dan balutan yang
kotor Ervinda
54
Tabel 2.15 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Infeksi
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4. 16 Juni 2016
Jam : 14.00 WIB
Ervinda S : -
O:
1. Balutan infus
bersih dan
kering
2. Tetesan infus
Nacl 0,9% 16
tpm lancar
A : Resiko infeksi
dengan faktor
resiko prosedur
invansif teratasi
dengan kriteria
yang teratasi :
1. Pasien terbebas
dari tanda dan
gejala infeksi
(panas,nyeri,be
ngkak,kemeraha
n)
2. Tetesan infus
lancar
3. DC (Dower
kateter) lancar
55
Tabel 2.15 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Infeksi
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
P: Pertahankan
intervensi
1. Pantau tanda
dan gejala
infeksi
2. Observasi
adanya plebitis
pada lokasi
penusukan
infus
Ervinda
56
Tabel 2.16 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko infeksi
O: Ervinda Ervinda
Jam : 08.00 Jam : 08.05
1. Balutan infus kering.
2. Memantau tanda-tanda dan gejala infeksi S: -
2. Terpasang Infus Nacl 0,9% 16tpm O : tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
sejak 11 Juni 2016 (panas, nyeri, bengkak, kemerahan) pada
3. Terpasang DC sejak 11 Juni 2016 Ervinda pasien
P : Lanjutkan Intervensi
1. Pantau tanda dan gejala infeksi Ervinda
2. Observasi adanya phlebitis pada lokasi Jumat, 17 Juni 2016
penusukan invus Jam : 14.00 WIB
S:S:-
O:
Ervinda 1. Balutan infuse bersih, kering.
2. Tetesan infus lancar
57
Tabel 2.16 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko infeksi
P : Pertahankan Intervensi
1. Pantau tanda infeksi
2.Observasi adanya phlebitis pada lokasi
penusukan infus
Ervinda
58
Tabel 2.16 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko infeksi
P : Pertahankan Intervensi
1. Pantau tanda infeksi
2. Observasi adanya phlebitis pada
lokasi penusukan infus
59
Tabel 2.16 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko infeksi
Ervinda
60
Tabel 2.17 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Dekubitus
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
5. Kamis, 16 Juni 2016 Setelah dilakukan Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni Kamis, 16 Juni 2016 Kamis, 16 Juni 2016
Jam : 07.00 WIB tindakan Jam : 07.00 WIB 2016 Jam : 08.00 WIB Jam : 08.15
Risiko dekubitus dengan keperawatan Jam : 06. 50 WIB 1. Menganjurkan S:-
faktor risiko penurunan selama 3x24 jam 1. Anjurkan pasien 1. Menghindari pasien untuk O : Pasien belum
mobilitas ditandai dengan : diharapkan risiko untuk terjadinya menggunakan menggunakan
DS: Keluarga pasien dekubitus dapat menggunakan irtasi akibat pakaian longgar pakaian longgar
mengatakan pasien hanya teratasi dengan pakaian yang dari lipatan
berbaring dan jarang miring kriteria hasil : longgar pakaian
kanan dan kiri Ervinda
1. Integritas kulit 2. Mobilisasi pasien 2. Mencegah Ervinda
DO :
1. Skor Braden Scale 12 yang baik bisa (ubah posisi terjadinya Jam : 13.00 WIB Jam : 13.15 WIB
2. Pasien tampak hanya dipertahankan pasien tiap 2 jam kekuatan otot 2. Memobilisai S : Keluarga pasien
berbaring dan jarang sekali) pasien (ubah mengatakan sudah
miring ke kanan dan 2. Tidak ada
3. Untuk posisi pasien) memiringkan pasien
kiri luka/lesi pada 3. Memandikan setiap 2 jam O : Posisi pasien miring
memberikan
kulit pasien dengan sekali
perawatan dan ke kanan
3. Perfusi sabun dan air diri dan
jaringan hangat mejaga pasien Ervinda
perifer baik bersih Ervinda
Ervinda Ervinda
61
Tabel 2.17 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Dekubitus
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Senin, 16 Juni 2016
Jam : 15.30 WIB
S : Pasien mengatakan
sudah memiringkan
pasien
O:
1. Pasien tampak
bersih dan
wangi
2. Tidak terdapat
luka/lesi
A : Risiko dekubitus
dengan faktor
penurunan mobilitas
teratasi dengan
kriteria yang teratasi
:
1. Integritas kulit
yang baik bisa
dipertahankan
2. Tidak ada
luka/lesi pada
kulit
3. Perfusi jaringan
perifer baik
P : Lanjutkan intervensi
:
1. Anjurkan pasien
62
Tabel 2.17 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Dekubitus
PERENCANAAN
NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
menggunakan
pakaian longgar
2. Mobilisasi
pasien
3. Monitor
kemerahan pada
kulit
4. Mandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
Ervinda
63
Tabel 2.18 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Dekubitus
P : Lanjut intervensi :
1. Mobilisasi pasien Ervinda
2. Monitor kemerahan pada kulit Ervinda
3. Mandikan pasien dengan sabun dan air Kamis, 17 Juni 2016
hangat
Jam 15.30
Ervinda
S:-
O:
1. Pasien tampak lebih segar
2. Tidak terdapat luka/lesi pada pasien
A : Risiko dekubitus dengan faktor risiko
penurunan mobilitas teratasi dengan
64
Tabel 2.18 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Dekubitus
P : Lanjut intervensi :
1. Mobilisasi pasien
2. Monitor kemerahan pada kulit
3. Mandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
Ervinda
65
Tabel 2.18 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Dekubitus
Ervinda
Sabtu, 18 Juni 2016
Jam : 15.30 WIB
S:-
O:
1. Tidak terdapat kemerahan pada kulit
pasien
2. Pasien tampak segar
66
Tabel 2.18 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Dekubitus
P : Pertahankan intervensi :
1. Mobilisasi pasien
2. Monitor kemerahan pada kulit
3. Mandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
Ervinda
67
Tabel 2.19 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Jatuh
DIAGNOSIS PERENCANAAN
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
6. Tgl : 16 Juni 2016 Setelah dilakukan Tgl : 16 Juni 2014 Tgl :16 Juni 2014 Tgl : 16 Juni 2014 Tgl : 16 Juni 2014
Jam : 07.00 WIB tindakan keperawatan Jam : 09.00 WIB Jam : 09.10 WIB Jam : 12.00 WIB Jam : 12.15 WIB
Risiko jatuh faktor risiko selama 3x24 jam risiko a. Observasi a. Menentukan 1. Mengobservasi S:-
gangguan mobilitas yang jatuh dapat teratasi tingkat rencana tingkat kesadaran O : Kesadaran pasien
ditandai oleh: dengan kriteria hasil : kesadaran, keperawatan delirium. Pasien dalam
DS : Pasien mengatakan pada aktivitas beraktivitas dibantu
bulan Desember pernah a. Pasien tidak jatuh b. Untuk Ervinda
jatuh terpeleset di depan dari bed b. Pastikan roda menghindari Ervinda
pintu tempat tidur bed berjalan
b. Pasien terhindar pada posisi yang Jam : 12.45 WIB
DO : Jam : 12.30 WIB
a. Skor resiko jatuh : 55 dari resiko jatuh terkunci meningkatkan
atau cedera S: -
(resiko tinggi) resiko jatuh 2. Memastikan roda
b. Riwayat jatuh c. Meningkatkan tempat tidur pada O : Roda tempat tidur
c. Gaya berjalan/ c. Beri tanda kewaspadaan posisi terkunci pasien sudah dalam
berpindah : lemah resiko jatuh bagi setiap posisi terkunci
d. Kekuatan otot: pada gelang orang
1 4 identitas pasien
1 4 Ervinda
68
Tabel 2.19 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Jatuh
DIAGNOSIS PERENCANAAN
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
6. dibantu
2. Roda tempat tidur
pasien sudah dalam
posisi terkunci
A : Risiko jatuh dengan
faktor risiko gangguan
mobilitas teratasi
sebagian dengan
Kriteria yang sudah teratasi
:
1. Pasien tidak jatuh
dari bed
Kriteria yang belum teratasi
:
1. Pasien terhindar dari
resiko jatuh atau
cedera
P : Lanjut intervensi :
1. Observasi tingkat
kesadaran
2. Pastikan roda tempat
tidur pada posisi
terkunci
3. Beri tanda resiko
jatuh pada gelang
69
Tabel 2.19 Rencana Keperawatan Diagnosa Risiko Jatuh
DIAGNOSIS PERENCANAAN
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
6. 4. Libatkan keluarga
untuk mengawasi
pasien
Ervinda
70
Tabel 2.20 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Jatuh
71
Tabel 2.20 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Jatuh
Ervinda
72
Tabel 2.20 Catatan Perkembangan Diagnosa Risiko Jatuh
Ervinda
74
BAB III
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan studi kasus pada pasien Tn.T dengan Tumor Otak di
proses keperawatan selama tiga hari, mulai hari Kamis, tanggal 16 Juni 2016
sampai hari Sabtu, tanggal 18 Juni 2016 yang dimulai dari pengkajian, perumusan
antara teori yang ada dengan masalah nyata yang muncul pada kasus dan analisa
data tentang setiap masalah yang ada di kasus berdasarkan alasan ilmiah.
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
mendapatkan data dari pasien, keluarga, tim kesehatan, dan buku status
mengalami hambatan berat hal ini dikarenakan pasien dan keluarga pasien
75
76
mengumpulkan data.
Dari hasil pengkajian tanggal 16 Juni 2016 pada pasien Tn.T dengan
Tumor Otak, didapatkan data sesuai kasus dan teori terdapat dalam teori
dan tidak muncul dalam kasus, serta data yang tidak ada dalam teori tapi
Data pengkajian kasus didapat data manifestasi klinik dari Tumor Otak
a. Nyeri kepala
c. Papil edema
1) Data yang ada pada kasus teori dan ada pada kasus :
a) Nyeri kepala
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada
b) Hasil CT Scan
Frontotemporalis Sinistra.
a) Papil Edema
( Mutaqqin, 2008 ).
3) Data yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori :
a) Hemiparase
b) Terpasang infus
terjadinya infeksi.
c) Terpasang DC
2. Diagnosa Keperawatan
neuromuskular
segera diatasi.
diagnosa ke lima.
45 (resiko sedang).
84
Otak
tiba.
pada pasien.
karena usia pasien yang sudah tua, kondisi fisik yang sudah
tidak lagi muda, pasien juga pernah jatuh 1 kali pada saat
ke otot pernapasan
makanan
87
darah.
neuromuskular
2000).
infus kotor
3. Perencanaan
2010).
Maslow adalah :
mengurangi nyeri)
pemecahan masalah
manajemen nyeri
membaik.
1) Komunikasi jelas
diharapkan
pada kasus
kasus
otak
perubahan TIK
gangguan neuromuskular
dengan kasus
mengenai pemulihan
bakteri
97
mobilitas
kriteria hasil :
longgar
98
otot.
terjadinya dekubitus.
kasus
keperawatan
4. Pelaksanaan
antara lain :
perawat.
penurunan kesadaran.
102
rencanakan.
penulis.
80x/menit, RR : 20x/menit
direncanakan.
rencanakan.
neuromuskular
penulis.
1 4 Ekstremitas bawah
direncanakan
rencanakan.
105
penulis lakukan.
direncanakan
rencanakan.
penulis.
pasien
direncanakan.
rencanakan.
penulis.
kesadaran Delirium
posisi terkunci
dilaksanakan.
rencanakan.
109
pasien.
5. Evaluasi
Tujuan evaluasi :
a. Evaluasi Proses
dilakukan.
b. Evaluasi Hasil
tujuan.
evaluasi :
mengurangi nyeri)
mobilitas teratasi
a) Kaji nyeri
dilakukan.
b) TD : 120/80mmHg N : 84x/menit
120/80mmHg
dilakukan.
neuromuskular
eveluasi :
benar
113
mobilitas teratasi
dilakukan.
evaluasi :
c) Terpasang DC
dilakukan.
mobilitas
teratasi.
a) Mobilisasi pasien
dilakukan.
117
evaluasi :
dibantu keluarga.
dilakukan.
6. Dokumentasi
hilangnya informasi serta sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat tim
kesehatan.
proses keperawatan.
peroleh saat pengkajian, baik data yang berupa data subyektif maupun
pasien dan juga di dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh penulis.
yang di lakukan pada pasien kelolaan dalam buku status pasien dan dalam
penulis.
pendokumentasian SOAP.
tindakan keperawatan yang dilakukan, paraf dan nama terang pada buku
status pasien dan dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh penulis.
120
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
ini dibuktikan dengan puas atau tidaknya pasien dan keluarga terhadap
keluarga dalam perawatan di rumah sakit. Hal itu dipengaruhi oleh sikap
tanggal 16 Juni-18 Juni 2016 kepada Tn.T dengan diagnosa Tumor Otak di
120
121
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
pada tingkat yang segera ditangani tetapi penulis tidak hanya fokus
neuromuskular
3. Perencanaan
4. Implementasi
maksimal.
5. Evaluasi
6. Dokumentasi
dengan memberikan tanggal, jam, hari, paraf dan nama terang serta
125
perawat.
B. Saran
keperawatan, yaitu:
hendak diberikan.
.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC
wordpress.com/2012/04/01/asuhan-keperawatan-askep-tumor-otak.html,
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Kamis, 16 Juni 2016
1. Data Dasar
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
No. RM : 01-77-44-xx
Nama : Tn. A
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
2. Riwayat Kesehatan
gerak kaki dan tangan kanan dan nyeri kepala sejak 5 bulan yang
b. Keluhan Utama
R : di kepala
T : hilang timbul
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami kelemahan anggota
1 4
1 4
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum sakit
selingan lainnya.
b) Sesudah sakit
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
b) Sesudah sakit
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Delirium
GCS : E3V2M5
2) Tanda-tanda vital
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
3) Nyeri
R : di kepala
T : hilang timbul
4) Status Gizi
BB : 65 kg
TB : 170 cm
20 25 : berat normal
25 30 : over weight
> 30 : obesitas/gemuk
1) Kepala :
2) Dada
I : simetris
3) Abdomen
5) Ekstremitas
Hemiparase dekstra
Terpasang infus Nacl 0,9 % 16 tpm pada kaki kanan sejak 11 Juni
2016
Kekuatan otot
1 4 Ekstremitas atas
1 4 Ekstremitas bawah
VII (Verstigulocochlearis)
- Keseimbangan terganggu
XI ( Asesoris )
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dengan alat bantu
4 : tergantung total
b) Kelembapan (1-3) 2
c) Aktivitas (1-4) 1
d) Mobilitas (1-4) 1
e) Nutrisi (1-4) 4
Total Score : 12
9) Pemeriksaan Penunjang
10) Terapi
Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Praktik Keperawatan Penyakit Dalam
Dosen Pembimbing: Prima Damiyati K,S.Kep.,Ns.M.Kep
Disusunoleh :
Ervinda Agustin
2420132288
C. MATERI
1. Pengertian latihan gerak ( ROM ) pasif
2. Tujuan dari latihan gerak ( ROM ) pasif
3. Indikasi dari latihan gerak ( ROM ) pasif
4. Instruksi dilakukan ( ROM ) Pasif
5. Jenis latihan gerak ( ROM ) pasif
6. Contoh gerakan dalam latihan gerak ( ROM ) pasif
D. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Kegiatan Materi Waktu Media Penyuluh
1. Pembukaan 1. Salam 3 menit Ervinda
2. Menyampaikan tujuan dan
kontrak waktu
2. Diskusi 1. Menjelaskan Pengertian 15 menit -Lembar Ervinda
latihan gerak ( ROM ) balik
pasif -Leaflet
2. Menjelaskan Tujuan
dari latihan gerak
(ROM)
3. Menjelaskan Indikasi
dari latihan gerak
(ROM)
4. Menjelaskan Instruksi
umum latihan gerak
(ROM) pasif
5. Menjelaskan Jenis
latihan gerak (ROM)
pasif
6. Menjelaskan Contoh
gerakan latihan gerak (
ROM ) pasif
3. Evaluasi dan Tanya jawab tentang materi 10 menit Ervinda
kesimpulan yang disampaikan
4. Penutup Salam penutup 2 menit Ervinda
E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
4. Demonstrasi
A. PENGERTIAN ROM
ROM (Range of Motion) adalah istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik dan normal. Rom digunakan sebagai
dasar untuk menetapkan adanya kelainan atau menyatakan batas gerakan
sendi aktif dan pasif. Sejumlah pergerakan yang dilakukan pada bagian-
bagian tubuh untuk menghindari adanya kekakuan sebagai dampak dari
perjalanan penyakit (Noor, 2012).
ROM Pasif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan bantuan orang lain (Noor, 2012).
E. JENIS LATIHAN
1. Latihan Pasif
Merupakan latihan yang dilakukan klien dengan bantuan
2. Latihan Pasif
Merupakan latihan yang dilakukan dengan bantuan orang.
(Suratun, 2008)
Keterangan 1: Pegang lengan atas dan bawah pasien, angkat lurus dan
kemudian kembali ke posisi semula.
4. Fleksi dan ekstensi bahu:
9. Gerakan jari kaki di tekuk dan di tarik kearah muka (fleksi dan
ekstensi)
Tarikan tumit:
ATAU :
a. Dukung pada bawah lutut dan tumit.
b. Tekuk tegak kearah dada (90 derajat).
c. Dorong kaki menjauhi pelatih.
d. Lalu tarik lagi mendekati pelatih.
12. Gerakan pinggul menjauhi tubuh:
ATAU
Asmadi. 2008. Teknik Keperawatan :konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: salembamedika
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2004. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia.
Jakarta : EGC
Noor, Helmi. 2012. Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika
Suratun. 2008. Klien gangguan system musculoskeletal :seri asuhan keperawatan.
Jakarta : EGC
ROM
(RANGE OF MOTIONS)
Oleh :
Evinda Agustin 2420132288
Akper Notokusumo Yogyakarta
ROM (RANGE OF
MOTIONS)
Lait han gerak (ROM) adalah sejumlah
pergerakan yang mungkin dilakukan pada
bag
i an-bagian tubuh untuk menghindari
adanya kekakuan sebagai dampak dari
perjalanan penyakit ataupun gejala sisa.
ROM (RANGE OF MOTIONS)
Latihan gerak (ROM) adalah
sejumlah pergerakan yang mungkin
dilakukan pada bagian-bagian tubuh
untuk menghindari adanya kekakuan
sebagai dampak dari perjalanan
penyakit ataupun gejala sisa.
Melatih pergerakan agar dapat
mempertahankan fungsi
otot/sendi.
Melatih pergerakan untuk
pemulihan fungsi otot/sendi akibat
sakit, cedera, maupun penurunan
fungsi
TUJUAN LATIHAN ROM
Melatih pergerakan agar dapat
mempertahankan fungsi otot/sendi.
Melatih pergerakan untuk
pemulihan fungsi otot/sendi akibat
sakit, cedera, maupun penurunan
fungsi
Pasien yang mengalami problem
gerak
Nyeri otot, persendian atau tulang,
nyeri kepala, nyeri pinggang,
tenggkuk, lutut,bahu, dll.
Kelemahan fisik akibat tirah baring
yang lama
MENGAPA DILAKUKAN
ROM/FISIOTERAPI????
Pasien yang mengalami problem gerak
Kelumpuhan/kelemahan separuh tubuh akibat
serangan stroke.
Kelumpuhan/kelemahan otot-otot wajah,
lengan/tangan atau tungkai/kaki.
Kekakuan sendi akibat patah tulang, rematik atau
kelumpuhan.
Nyeri otot, persendian atau tulang, nyeri kepala,
nyeri pinggang, tenggkuk, lutut,bahu, dll.
Kelemahan fisik akibat tirah baring yang lama
TATA CARA MELAKUKAN
GERAKAN
Idealnya latihan ini dilakukan sekali sehari
Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 10
hitungan, latihan dilakukan dalam waktu 30
menit.
Mulai latihan secara perlahan, dan lakukan
latihan secara bertahap.
Usahakan sampai mencapai gerakan penuh ,
tetapi jangan memaksakan gerakan.
Hentikan latihan apabila pasien merasa nyeri,
dan segera konsultasikan ke tenaga kesehatan.
TATA CARA MELAKUKAN GERAKAN
Idealnya latihan ini dilakukan sekali sehari, pada pagi hari.
Lakukan masing-masing gerakan sebanyak 10 hitungan, latihan
dilakukan dalam waktu 30 menit.
Mulai latihan secara perlahan, dan lakukan latihan secara
bertahap.
Usahakan sampai mencapai gerakan penuh , tetapi jangan
memaksakan gerakan.
Jangan memaksakan suatu gerakan pada pasien, gerakan hanya
sampai pada batas yang ditoleransi pasien.
Jaga supaya tungkai dan lengan, anggota badan menyokong
seluruh gerakan.
Hentikan latihan apabila pasien merasa nyeri, dan segera
konsultasikan ke tenaga kesehatan.
Dilakukan dengan pelan-pelan dan hati-hati dengan melihat
respon/keadaan pasien.
CONTOH GERAKAN ROM
Rotasi (perputaran Gerakan menekuk
leher). leher.
CONTOH GERAKAN ROM
Keterangan 2: luruskan
Keterangan 1: Pegang dan gerakkan tangan ke
lengan atas dan bawah arah atas kemudian
pasien, angkat lurus kembali ke posisi
dan kemudian kembali semula.
ke posisi semula.
Perputaran Perputaran
dalam dan luar pergelangan
pada bahu kaki
Perputaran dalam Perputaran
dan luar pada bahu pergelangan kaki
2420132288
AKADEMI KEPERAWATAN
NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
Apa Itu ROM???? Indikasi Gerakan ROM
1. Gerakan perputaran
a. Pasien mengalami problem gerak:
kepala dan menekuk
1. Kelumpuhan/kelemahan separuh tubuh akibat
Range Of Motion/ Latihan gerak kepala
serangan stroke.
adalah sejumlah pergerakan yang
2. Kelumpuhan/kelemahan otot-otot wajah,
dilakukan pada bagian-bagian tubuh
lengan/tangan atau tungkai/kaki.
untuk menghindari adanya kekakuan
3. Kekakuan sendi akibat patah tulang, rematik
sebagai dampak dari perjal- anan atau kelumpuhan.
penyakit. b. Vertigo (sakit kepala berputar-putar).
c. Nyeri otot, persendian atau tulang, nyeri ping- 2. Tekuk dan luruskan bagian
gang, tenggkuk, lutut,bahu, dll. sik
d. Kelemahan fisik akibat tirah baring yang la-
ma.
Tujuan
INSTRUKSI UMUM DIL-
AKUKAN ROM
a. Melatih pergerakan agar dapat
mem- pertahankan fungsi
otot/sendi.
1. Idealnya latihan ini dilakukan sekali sehari
b. Melatih pergerakan untuk
pemulihan fungsi otot/sendi akibat
2. Lakukan masing-masing gerakan sebanyak
10 hitungan, latihan dilakukan dalam waktu
sakit, cedera, maupun penurunan 3. Gerakan bahu
30 menit
fungsi
3. Mulai latihan secara perlahan 4. Putar ke dalam dan luar
DISUSUN OLEH :
ERVINDA AGUSTIN
2420132288
1. Nyeri kepala
2. Nausea dan muntah
3. Papil edema
Pemeriksaan diagnostik
1. Edema serebral
2. Tekanan intracranial meningkat
3. Herniasi otak
4. Hidrosefalus
5. Kejang
6. Metastase ke tempat lain
Penatalaksanaan Medis
Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri pada kepala dan
sering memegang kepalanya saat terasa sakit.
P : saat kepala diangkat
Q : nyeri terasa cekot-cekot
R : di kepala
S : skala nyeri 5 (nyeri sedang)
T : hilang timbul
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Delirium, Keadaan umum : Pasien Lemah , GCS : E3V2M5
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Analisa Data
Data Senjang Etiologi Problem
DS : Infiltrasi Tumor Nyeri Kronik
1.Keluarga pasien
mengatakan pasien
mengeluh nyeri pada
kepala dan sering
memegang kepalanya
saat terasa sakit
P : Saat kepala
diangkat
Q : Nyeri terasa cekot-
cekot
R : Dikepala
S : Skala nyeri 5 (nyeri
sedang)
T : Hilang timbul
Data Senjang Etiologi Problem
DO :
1. Pasien tampak lemah,
saat nyeri muncul
wajah pasien tampak
meringis
2. TD : 130/90mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
3. Hasi CT Scan :
Glioblastoma multiforme
(GBM) lobus
frontotemporalis sinistra
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan infiltrasi tumor ditandai dengan :
DS :
a. Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri pada kepala dan sering
memegang kepalanya saat terasa sakit
P : Saat kepala diangkat
Q: Nyeri terasa cekot- cekot
R : Dikepala
S : Skala nyeri 5 (nyeri sedang)
T : Hilang timbul
DO :
a. Pasien tampak lemah, saat nyeri muncul wajah pasien tampak meringis
b. TD : 130/90mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
c. Hasil CT-Scan : Glioblastoma multiforme (GBM) lobus frontotemporalis sinistra
Pembahasan
1. Pengkajian
Data yang muncul di teori dan ditemukan dikasus
a. Nyeri kepala
Data yang muncul diteori tetapi tidak ditemukan
dikasus
a. Papil Edema
b. Mual dan muntah
Data yang muncul dalam kasus tetapi tidak muncul
dalam teori
a. Hemiparase
Diagnosa yang ada dalam teori dan ada apa kasus
1. Nyeri kronik b.d infiltrasi tumor
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jar otak dengan
faktor risiko tumor otak.
3. Risiko jatuh b.d gangguan mobilitas fisik
Diagnosa yang ada dalam teori, tetapi tidak ada dalam
kasus
a. Ketidakefekifan pola nafas berhubungan dengan
suplai O2 ke otot pernafasan
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme pengaturan otak
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
Diagnosa keperawatan yang ada dikasus dan tidak ada
pada teori
1. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif
2. Risiko dekubitus berhubungan dengan penurunan
mobilitas
Perencanaan
1. Kesimpulan
Setelah melakukan tindakan keperawatan pada
pasien Tn.T di Ruang Anggrek 2 RSUP DR.Sardjito
Yogyakarta pada tanggal 16 Juni 18Juni 2016,
penulis telah memperoleh pengalaman mengenai
proses keperawatan yang dimulai dari tahap
pengkajain, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi serta
pendokumentasian.
TERIMA KASIH