Anda di halaman 1dari 17

TUGAS TERSTRUKTUR

KEKUATAN TENAGA KERJA

Mata Kuliah : Bisnis Internasional

Nama Mahasiswa : Alpian H Hutasoit

NPM : 150810109

Kode Kelas : 161-MN037-M2

Dosen Pembimbing : Putu Hari Kurniawan, S.Sos., M.M.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PUTERA BATAM


2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Tugas Terstruktur yang
berjudul Kekuatan Tenaga Kerja.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ilmiah tentang Kekuatan


Tenaga Kerja ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Batam, 12 Desember 2016

Alpian H Hutasoit
( 150810109 )

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

BAB II

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

2.1 Definisi Kekuatan Tenaga Kerja .............................................................. 2

2.2 Bagian-Bagian Dari Kekuatan Tenaga Kerja ........................................... 5

2.1.1 Mobilitas tenaga kerja ....................................................................... 5

2.2.2 Masalah tenaga kerja asing ............................................................... 9

2.2.3 Bahan pertimbangan dalam membuat kebijaksanaan mengenai


lapangan kerja......10

2.2.4 Hubungan majikan dan buruh ......................................................... 11

2.3 Pengaruh Kekuatan Tenaga Kerja Terhadap Bisnis Internasional ......... 11

BAB III

KESIMPULAN ..................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua arus
yang saling mempengaruhi atau memperkuat satu dengan lainnya, yang saat
ini sedang menghadang dunia dan kedua arus tersebut akan semakin kuat pada
masa mendatang, seiring dengan kemajuan teknologi serta peningkatan
pendapatan perkapita dan penambahan jumlah penduduk dunia. Proses
globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat
mendasar atau struktural, dan perubahan ini semakin kuat dengan
berlangsungnya perdagangan bebas dunia.

Pekerjaan atau ketenaga kerjaan merupakan isu penting dalam sebuah


aktifitas bisnis dan perekonomian suatu negara. Untuk mampu memiliki
competitive advantage dalam sebuah negara perlu sekali setiap tenaga kerja
mendapatkan lapangan pekerjaan yag mana dapat meningkatkan daya saing.

Manajemen Sumber Manusia (SDM) adalah rancangan sistem-sistem


formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasional. Dalam sebuah
lingkungan dimana angkatan tenaga kerja terus berubah, hukum berubah dan
kebutuhan dari pemberi kerja juga berubah, manajemen SDM harus terus
berubah dan berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud kekuatan tenaga kerja ?
2. Apa saja bagian dari kekuatan tenaga kerja ?
3. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap bisnis internasional ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kekuatan Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan jassa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Di indonesia penduduk usia kerja yakni usia 15tahun 64 tahun.
Menurut pengertian ini setiap orang yang mampu bekerja dapat disebut
sebagai tenaga kerja. Ada tiga klasifikassi tenaga kerja yaitu :

1. Berdasarkan penduduk, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.


2. Berdasarkan batas kerja, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
3. Berdasarkan kualitasnya, yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih
serta tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terdidik.

Pengertian Tenaga Kerja Menurut Para Ahli dan Jenis-Jenisnya

1. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Memahami Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu bekerja untuk
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri
mereka sendiri dan untuk masyarakat.
2. Menurut Dr.A.Hamzah SH
Tenaga kerja, termasuk kerja di dalam atau di luar hubungan kerja dengan
peralatan produksi utama dalam produksi proser kerja itu sendiri, baik
kekuatan fisik dan pikiran.
3. Menurut Dr. Payaman dikutip A.Hamzah (1990)
Tenaga kerja adalah produk yang telah atau sedang bekerja. Atau mencari
pekerjaan, dan melakukan pekerjaan lainnya. Seperti sekolah, ibu rumah
tangga. Dalam istilah praktis, tenaga kerja terdiri dari dua hal, yaitu
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

2
4. Menurut Sjamsul Arifin, Dian Ediana Rae, Charles, Joseph
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam
suatu negara, tetapi heterogen (tidak identik) antar negara.
5. Menurut ALAM. S
Tenaga kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk negara-
negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di negara-negara maju,
orang yang bekerja antara usia 15 dan 64 tahun.
6. Menurut Suparmoko dan Icuk Ranggabawono
Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja dan
memiliki pekerjaan, mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan lain
seperti sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga.
7. Menurut Eeng Ahman & Epi Indriani
Tenaga kerja seluruh penduduk untuk bekerja dan mampu bekerja jika ada
permintaan tenaga kerja.
8. Menurut UU Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu bekerja baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hubungan ini, pembentukan
tenaga kerja adalah untuk meningkatkan efektivitas kemampuan untuk
melakukan pekerjaan itu.

Kualitas, jumlah, dan komposisi angkatan kerja yang ada


merupakan bahan pertimbangan yang amat penting bagi pimpinan
perusahaan. Hal ini benar sekali bila pimpinan dituntut agar efisien,
bersaing dan perusahaan memperoleh laba. Berbeda dengan perusahaan
milik negara yang tujuannya adalah menciptakan lapangan kerja atatu
memberikan pelayanan umum, maka perolehan laba dan kemampuan
bersaing bukan tujuan utama.

3
Kualitas tenaga kerja ditentukan oleh sikap, pendidikan, dan
keahlian yang dimiliki tenaga kerja. Kuantitas tenaga kerja ditentukan dari
banyaknya tenaga kerja yang ada dengan keahlian dan sebagainya yang
diperlkan untuk memenuhi kepentingan usaha. Bisa terjadi dimana
banyaknya jumlah buruh yang ada di dalam perusahaan yang dapat
berdampak baik atau sebaliknya.
Bila terdapat lebih banyak tenaga yang memenuhi syarat daripada
yang dapat dipekerjakan perusahaan secara ekonomis, maka hal itu dapat
memperkuat posisi tawar menawar perusahaan dan akan lebih mudah
memilih tenaga kerja yang lebih baik dengan upah rendah. Sebaliknya
tingginya angka pengangguran dapat menjadi keresahan sosial dan politik
dan biasanya tidak mendukung utnk memperoleh laba yang tinggi.
Kekuatan tenaga kerja adalah kualitas dan kuantitas masyarakat
atau penduduk suatu negara yang menjadi aset bagi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi menuju salah satu kekuatan ekonomi dunia. Oleh
karena itu upaya untuk mewujudkan tenaga kerja unggulan sebagai
penggerak kekuatan ekonomi.

Jenis-Jenis Tenagan Kerja

1. Tenaga Kerja Terdidik / Tenaga Ahli / Tenaga Mahir

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang mendapatkan suatu


keahlian atau kemahiran pada suatu bidang karena sekolah atau pendidikan
formal dan non formal. Contohnya seperti sarjana ekonomi, insinyur,
sarjana muda, doktor, master, dan lain sebagainya.

2. Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih
ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan
dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan
tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko, tukang masak, montir,
pelukis, dan lain-lain.

4
3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik Dan Tidak Terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar
yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini
seperti kuli, buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak, dan
masih banyak lagi contoh lainnya

2.2 Bagian-Bagian Dari Kekuatan Tenaga Kerja

2.1.1 Mobilitas tenaga kerja


Mobilitas tenaga kerja adalah perpindahan orang dari suatu negara
ke negara lain atau dari satu daerah ke daerah lain untuk memperoleh
pekerjaan. Pada tahun 1850 hingga 1970 paling sedikit 60 juta orang
meninggalkan eropa untuk bekerja dan tinggal di luar negeri. Menjelang
berakhirnya perang dunia II dan pertengahan tahun 1970-an, 30 juta buruh
dari eropa selatan dan afrika utara membanjiri 8 negara eropa utara karena
negara-negara tersebut mengalami boom ekonomi sehingga memerlukan
banyak tenaga kerja. Seekarang perpindahan tenaga kerja ini semakin
lambat dan bahkan sudah banyak yang kembali k negara asalanya.

Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 11 juta pekerja dari


meksiko yang sebagian besar merupakan tenaga kerja ilegal. Jumlah ini
semakin bertambah setiap tahunnya. Selain dari meksiko, tenaga kerja di
Amerika Serikat antara lain berasal dari Kuba, Haiti, Amerika Tengah,
Assia Tenggara dan dari negara lain yang semula sebagai tenaga kerja
paksa. ILO (Internasional Labour Organisation) memperkirakan paling
sedikit terdapat 42 juta pekerja migran di seluruh dunia dan jumlah ini
akan membengkak apabila termasuk tenaga kerja ilegal. Terjadinya
migarsi ini antara lain disebabkan oleh :

a. Masalah politik dan ekonomi di negara asal.


b. Anggapan adanya peluang kerja di negara tujuan.

5
Ketenagakerjaan adalah persoalan besar bagi negara berkembang
seperti Indonesia. Persoalannya bersifat sentral karena tidak hanya
berkaitan dengan masalah ekonomi, tetapi juga karena merupakan salah
satu pilar bagi kestabilan poliltik dalam jangka mendatang.

Setiap kebijaksanaan sosial dan ekonomi yang mempengaruhi


penghasikan rakyat bagi desa dan kota secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi perilaku mobilitas tenaga kerja Proses ini
sendiri pada gilirannya akan cenderung mengubah pula kegiatan ekonomi
secara geografis dan sektoral, pemerataan penghasilan, bahkan
pertumbuhan populasi.

Oleh karena semua kebijaksanaan ekonomi mempunyai efek


langsung dan tidak langsung terhadap tingkat pertumbuhan penghasilan,
baik di perdesaan maupun di perkotaan, maka kehadirannya juga
mempunyai tendensi mempengaruhi keadaan dan besarnya arus mobilitas
tenaga kerja. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mungkin mempunyai
dampak lebih langsung dan lebih cepat adalah kebijaksanaan di bidang
pengupahan dan penghasilah. Oleh karena itu, pemahaman mengenai
masalah-masalah, determinan dan konsekuensi dari mobilitas tenaga kerja,
akan menjadi titik sentral untuk mencapai pengertian yang lebih baik
mengenai sifat dan karakter proses pembangunan. Selain itu, mengamati
dan mempelajari permasalahan seputar mobilitas tenaga kerja berguna
untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang sesuai guna mempengaruhi
sifat dan watak proses pembangunan dengan cara-cara yang dikehendaki
atau diperlukan oleh masyarakat.

Pendekatan sosial-budaya dalam menganalisis perilaku mobilitas


tenaga kerja tetap perlu dan penting, sepanjang dilihat kaitannya dengan
setting atau konteks di mana mobilitas tenaga kerja itu terjadi pada kurun
waktu tertentu. Dalam hal ini, kekutan-kekuatan tradisional dari aspek-
aspek sosial-budaya dilihat sebagai suatu hal yang dinamis, berubah dan
berkembang. Mobilitas tenaga kerja tidak dapat dipandang sebagi produk
dari kekuatan-kekuatan tradisional, tetapi kekuatan-kekuatan tersebut

6
dapat memperlancar mobilitas tenaga kerja karena adanya determinan
penting yang lebih berpengaruh. Determinan mobilitas tenaga kerja sangat
kompleks dan tidak dapat dilihat dari satu sisi saja. Banyak faktor yang
perlu diperhitungkan dan memerlukan keterbukaan semua pihak dalam
rangka pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan hal tersebut.

Berdasarkan studi pustaka dan pengamatan terhadap beberapa


daerah yang disinyalir banyak warganya yang melakukan mobilitas,
ditemukan bahwa faktor pendorong mobilitas tenaga kerja di antaranya
adalah :

1. Faktor ekonomi dan tekanan penduduk. Faktor ekonomi senantiasa


merupakan motivasi penting, di samping faktor-faktor lainnya, bagi
terjadinya gejala mobilitas tenaga kerja. Rasio jumlah penduduk dengan
luas wilayah, khususnya luas daerah persawahan, sangat berkaitan dengan
tersedianya peluang bekerja dan berusaha. Kepadatan agraris di lokasi
penelitian cukup tinggi, luas sawah tidak cukup dan cenderung semakin
menyempit karena banyak digunakan untuk areal permukiman dan lokasi
pendirian pabrik sehingga mata pencaharian di luar sektor pertanian baik
di daerahnya maupun keluar, cukup tinggi juga. Apalagi apabila
dihubungkan dengan perkembangan tingkat upah buruh tani yang tidak
menunjukkan kenaikan bahkan cenderung turun selama 5 tahun terakhir
karena meningkatnya jumlah tenaga kerja buruh di sektor pertanian.

2. Faktor lokasi. Faktor lokasi yang dimaksudkan di sini terutama yang


berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik. Oleh karena itu,
sangat berkaitan pula dengan jaringan jalan-jalan yang ada. Beberapa desa
yang dijadikan lokasi pengamatan memiliki arti cukup penting dalam
posisi ekonomi karena merupakan kawasan industri, terletak pada jalur
perdagangan beberapa kecamatan menuju pusat kota kabupaten, atau
bahkan dekat ke ibukota negara.

7
3. Faktor keresahan politik. Pola hubungan antara petani luas dengan petani
gurem atau buruh tani merupakan salah satu sumber keresahan yang dapat
meningkatkan arus mobilitas tenaga kerja. Pemilik sawah luas mempunyai
kekuasaan yang besar atas buruh tani dan petani penggarap tersebut sangat
bergantung kepada pemilik sawah. Walaupun tata hubungan itu lebih
berbentuk ikatan patron-client yang didukung oleh prinsip moral
resiprositas untuk saling membalas budi, namun dalam prakteknya, lapisan
atas senantiasa memperoleh keuntungan yuang lebih besar. Sebaliknya,
ketergantungan lapisan bawah pada lapisan atas, elite desa dan pemilik
faktor-faktor produksi, makin besar. Hal ini semakin memperbesar pula
kesenjangan antara kedua golongan tersebut. Di beberapa daerah,
ketergantungan lapisan bawah (buruh tani) terhadap lapisan atas (petani
pemilik tanah) terlihat nyata dari rendahnya upah. Pada masa menunggu
panen atau masa antara penanaman dengan panen, upah buruh tani sangat
rendah. Pada saat penanaman atau panen pun, upah buruh tani menjadi
sangat rendah karena jumlah buruh tani yang mengharap mendapat
kesempatan ikut bekerja, berlimpah.

4. Faktor pendidikan dan budaya. Berbagai studi mengenai migrasi/gerak


penduduk dan mobilitas tenaga kerja menunjukkan betapa besar pengaruh
tingkat pendidikan dalam mendorong seseorang untuk melakukan
mobilitas, bermigrasi atau pergi merantau. Sebagian besar tenaga kerja di
daerah-daerah yang diamati memiliki tingkat pendidikan relatif rendah.
Oleh karena latar belakang pendidikan yang rendah dan terbatasnya
modal, mereka lari ke pekerjaan yang sesuai dengan potensinya itu.
Kebanyakan terserap dalam sektor informal, baik yang ada di daerahnya
maupun di luar, terutama di kota besar seperti Jakarta. Budaya tolong
menolong antar warga yang masih kuat, membuat seseorang yang sudah
bekerja di kota besar adakalanya mengajak teman atau kerabatnya, ke
kota untuk sama-sama menekuni pekerjaan yang selama ini digelutinya
atau mencarikan pekerjaaan lain

8
2.2.2 Masalah tenaga kerja asing
Negara-negara yang menerima pengungsi atau memiliki angka
kelahiran yang tinggi mungkin memiliki terlalu banyak orang untuk
pekerjaan yang tersedia, tetap juga ada negara-negara yang kekurangan
orang. Perancis, jerman, skandinavia dan swiss yang semuanya
mempunyai angka kelahiran yang rendah termasuk dalam kategori
terakhir. Oleh karena itu, negara tersebut memerlukan banyak tenaga kerja
asing untuk pekerjaan jasa, konstruksi, dan pabrik.

Pekerja asing dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja tuan rumah


dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut untuk
jangka panjang. Pada pertengahan 1970-an, 1980-an, dan 1990-an ketika
perekonomian berjalan dengan lambat hanya di perlukan sedikit tenaga
kerja dan mulai timbul masalah tenaga kerja asing. Tenaga kerja asing
mengambil pekerjaan penduduk asli yang tidak di pekerjakan pada saat
perekonomian membaik. Beberapa negara yang mempekerjakan tenaga
kerja musiman mendeportasi mereka pada akhir musim daripada
memperpanjang izin tinggal mereka dan mengambil pekerjaan lain.

Kepindahan penduduk ke negera lain ini disebabkan adanya


persilihan antar suku di negara asalnya, bukan karena ekonomi. Kehadiran
imigran juga menimbulkan persilisihan dengan penduduk asli penerima,
misalnya orang perancis menolak utnuk tinggal satu komplek perumahan
dengan imigran khususnya dari Arab dan Afrika. Orang perancis tidak
suka dengan mereka karena faktor ras dan jumlahnya semakin banyak. Di
jerman terdapat keprihatinan terhadap orang asing, para pekerja dan
keluarganya, yang tidak memperhatikan tanda-tanda ingin meninggalkan
negar itu. Hubungan terburuk adalah dengan orang turki karena jumlah
yang besar sebagai kelompok pendatang. Sedangkan negara italia memiliki
sikap toleransi yang tradisional sehingga membuatitalia menjadi surga
bagi para imigran gelap yang sebagian besar berasal darinegara miskin.

9
2.2.3 Bahan pertimbangan dalam membuat kebijaksanaan mengenai
lapangan kerja

1. Status sosial

Beberapa orang menentukan status seseorang berdasarkan kasta


atau kelas sosial diamana dia dilahirkan. Contohnya adalah negara
india yang masih mempertahankan sistem kasta, meskipun sering
terjadi pertikaian yang berakibat pembunuhan atau pembakaran rumah.

2. Gender

Tingkat kebebasan wanita dan tanggapan wanita pada kekuatan


buruh di AS dan eropa barat umumnya lebih baik daripada di negara
lain.

Majikan harus mempertimbangkan sikap terhadap jenis kelamin di


lingkungan masyarakat dimana ia berada. Kaum wanita di AS
mendapat tanggapan positif di dunia bisnis ataupun disektor lainnya,
dan keberdaan wanita di sektor ini menguntungkan bagi dunia usaha.
Tetapi terdapat banyak negara dimana ketentuan adat, prilaku atau
agama kurang mendukung wanita dalam profesi bisnis.

3. Ras

Konflik rasial dan diskriminasi hampir terjadi di seluruh belahan


dunia. Konflik perbedaan warna kulit terjadi di AS, Afrika Selatan dan
Inggris. Selain itu di afrika terjadi konflik rasial warga arab, india, dan
pakistan mellawan orang berkulit hitam afrika.

4. Minoritas

Masyarakat tradisional dan perilaku rasial terkadang menjadi


masalah bagi perusahaan. Banyak masyarakat mengaggap rendah
pedagang, perusahaan dan bankir, oleh karena itu mereka memilih
profesi sebagai politikus, ahli agama dan tentara. Dalam masyarakat

10
yang demikian, saangat memungkinkan orang luar mendominasi
pekrjaan yang dianggap sebagai rendah.

2.2.4 Hubungan majikan dan buruh


Ketika tenaga asing memasuki pasar tenaga kerja, maka ia harus
siap menerrima keuntungan dan kerugian. Perusahaan yang berhati-hati
akan mengkaji tenaga kerja sebelum memutuskan untuk melakukan
investasi di suatu negara. Untuk mendapatkan informasi tersebut
perusahaan tersebut tidak harus datang ke negara yang menjadi sasaran
tetapi dapat melalui handbook of labor statistics yang diterbitkan oleh
kantor tenaga kerja internasional, PBB di jenewa, swiss. handbook of
labor statistics berisi mengenai informasi perburuhan di seluruh dunia,
termasuk pemogokan atau pemutusan hubungan kerja, kerugian akibat
pemogokan dan rata-rata kerugian hari kerja pada sektor non pertanian per
1000 orang.

Jumlah tenaga kerja di setiap negara berbeda-beda dengan budaya


dan peraturan perburuhan serta tingkat militansi serikat buruh masing-
masing. Perusahaan yang merencanakan penanaman modal di negara yang
kurang berkembang dan masyrakat masih tradisional, perlu mengkaji
faktor kebudayaan, agama dan faktor lainnya.

2.3 Pengaruh Kekuatan Tenaga Kerja Terhadap Bisnis Internasional


Di beberapa negara mewajibkan seluruh perusahaan internasional yang
beroperasi di negara-negara anggotanya untuk membentuk kelompok-
kelompok karyawan yang dapat mengikutsertakan wakil-wakil manajemen
atau dapat juga tidak. Tujuannya adalah untuk memperbaiki akses pekerja
terhadap informasi dan hak untuk berkonsultasi. Sehingga informasi yang
diterima akurat dan menjadi sumber bagi suatu perusahaan.

11
Perusahaan yang merencanakan penanaman modal di negara yang kurang
berkembang dan masyarakat masih tradisional, masih perlu mengkaji faktor
kebudayaan, agama dan faktor lainnya. Karena masih ada faktor lain yang
menjadi pertimbangan.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan tenaga kerja merupakan hal


pertimbangan bagi suatu perusahaan untuk melakukan bisnis internasional.
Jumlah tenaga kerja dan budaya yang berbeda di setiap negara juga penting
bagi suatu perusahaan untuk membuat suatu keputusan. Setiap perusahaan
sebelum memulai bisnis internasional pasti akan melakukan penelitian
terhadap negara yang akan menjadi partnernya agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan.

Kekuatan tenaga kerja sangat berpengaruh bagi perusahaan untuk


melakukan bisnis internasional, agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan
setelah menjadi partner dalam bisnis yaitu kerugian yang harus dialami oleh
perusahaan karena kurangnya informasi dan tidak mengkaji sebelumnya.

12
BAB III

KESIMPULAN
1. Kekuatan tenaga kerja adalah kualitas dan kuantitas masyarakat atau
penduduk suatu negara yang menjadi aset bagi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi menuju salah satu kekuatan ekonomi dunia.
2. Bagian-bagian dari kekuatan tenaga kerja ada 4 yaitu, mobilitas tenaga
kerja, masalah tenaga kerja asing, Bahan pertimbangan dalam membuat
kebijaksanaan mengenai lapangan kerja dan hubungan majikan degan
buruh.
3. Jumlah tenaga kerja di setiap negara berbeda-beda dengan budaya dan
peraturan perburuhan serta tingkat militansi serikat buruh masing-masing.
Perusahaan yang merencanakan penanaman modal di negara yang kurang
berkembang dan masyrakat masih tradisional, perlu mengkaji faktor
kebudayaan, agama dan faktor lainnya.
4. Masyarakat tradisional dan perilaku rasial terkadang menjadi masalah bagi
perusahaan.
5. Faktor-faktor yang menjadi bagian dari kekuatan tenaga kerja merupakan
hal pertimbangan bagi suatu perusahaan untuk melakukan bisnis
internasional.
6. Kekuatan tenaga kerja sangat berpengaruh bagi perusahaan untuk
melakukan bisnis internasional, agar tidak terjadi hal yang tidak di
inginkan setelah menjadi partner dalam bisnis yaitu kerugian.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://akuuswa.blogspot.co.id/2014/11/pengaruh-kekuatan-tenaga-kerja-
terhadap.html

http://www.jelajahinternet.com/2015/10/11-pengertian-tenaga-kerja-
menurut-para.html

http://bpsnt-bandung.blogspot.co.id/2010/01/mobilitas-tenaga-kerja-dan-
dampaknya.html#.WE2G4LIrLDc

https://vanysastrawijaya.wordpress.com/2012/05/21/pengaruh-mobilitas-
tenaga-kerja-indonesia-terhadap-kehidupan-ekonomi-keluarga/

14

Anda mungkin juga menyukai