PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah keperawatan Medikal Bedah ini
adalah untuk menerapkan Asuhan Keperawatan yang akan diterapkan di RS.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan dan membaca makalah ini adalah untuk
menambah wawasan mahasiswa/i khususnya mahasiswa/i di bidang kesehatan.
Metode yang digunakan dalam penulisan yaitu dengan membaca buku dari berbagai
sumber.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang
yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan
darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
2.2 Etiologi
b. Faktor didapat
3
- Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin),
santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine,
rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti
microbial.
- Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
- Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
- Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain.
- Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
(Mansjoer.2005.Hal:494)
2.3 Patofisiologi
Anemia Aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekursosr dalam sumsum tulang
dan penggantian sumsum tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara kongenital
maupun didapat. Dapat juga idiopatik (dalam hal ini, tanpa penyebab yang jelas), dan
merupakan penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat
mencetuskannya atau dapat pula disebabkan oleh obat, bahan kimia, atau kerusakan
radiasi.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat oobat atau bahan kimia masuk
dalam jumlah toksisk. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang
dianjurkan untuk pengobatan. Kasus terakhir dapat dianggap sebagai reaksi obat
idiosinkrasia pada orang yang sangat peka dengan alasan yang tidak jelas. Apabila
pajanannya segera dihentikan (dalam hal ini, pada saat pertama kali timbulnya
retikulositopenia, anemia, granulositopenia, atau trombositopenia) dapat diharapkan
penyembuhan yang segera dan sempurna. Pria muda di masa pubertas yang menderita
hepatitis mempunyai resiko tinggi mengalami anemia aplastik berat,dengan angka
mortalitas tinggi, 90% pada tahun pertama dengan angka rerata ketahanan hidup
enam bulan, transplantasi sumsum tulang merupakan penanganan pilihan.
4
Apapun bahan penyebabanya, apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia
muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana terjadi
kegagalan sempurna dan ireversibel, disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah
sesering mungkin pada pasien yang mendapat pengobattan atau terpajan secara
teratur pada bahan kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik.
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
5
Demam
Purpura
Petekie
Hepatosplenomegali
Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)
Seperti yang diharapkan pada keadaan yang mengenai sel hematopoetik, anemia
aplastik mempunyai prognosis yang sangat buruk. Ada dua metode
6
infeksi, meskipun antibiotik, khususnya yang aktif terhadap basil gram
negatif, telah mengalami kemajuan besar pada pasien ini. Pasien dengan
lekopenia yang jelaas (penurunan abnormal sel darah putih) harus dilindungi
terhadap kontak dengan orang lain yang mengalami infeksi. Antibiotik tidak
boleh diberikan secara profilaktis pada pasien dengan kadarr netrofil rendah
dan abnormal(netropenia) karena antibiotik dapat mengakibatkan kegawatan
akibat resistensi bakteri dn jamur.
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai
berikut :
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan
tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya
tidak dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat
pansitopenia. Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi infeksi
- Hygiene mulut
- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat/.
- Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b. Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda
payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10
g% tidak perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal
c. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau
trombosit < 20.000/mm3.
7
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis
2-3 mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping
yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
- Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
- GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah
neutrofil.
4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai
berikut :
a. Terapi imunosuprersif
- Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte
globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis
- Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan
harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
2.6 Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung
8
teliti pada pasien yang mendapat obat potensial toksisk terhadap sumsum tulang,
seperti chrolamphenicl. Pasien yang minum obat toksik dalam jangka waktu lama
harus memahami pentingnya pemeriksaan darah secara periodik dan mengerti gejala
apa yang harus dilaporkan.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register,
tanggal MRS, diagnosa medis.
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit.
2. Pemeriksaan Fisik
9
a. Aktivitas / Istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
10
d. Eliminasi
e. Makanan / cairan
f. Neurosensori
11
Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan
h. Pernapasan
i. Keamanan
B. Diagnosa Keperawatan
12
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan
1 Perubahan Peningkatan perfusi -Awasi tanda Memberikan
perfusi jaringan jaringan vital kajiinformasi tentang
b.d penurunan pengisian derajat/keadekuata
komponen KH : kapiler, warna n perfusi jaringan
seluler yang Klien menunjukkan kulit/membrane dan membantu
diperlukan perfusi adekuat, mukosa, dasar menetukan
untuk misalnya tanda vital kuku. kebutuhan
pengiriman stabil. intervensi.
oksigen/nutrient -Tinggikan - Meningkatkan
ke sel. kepala tempat ekspansi paru dan
tidur sesuai memaksimalkan
toleransi. oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
-Awasi upaya Catatan :
pernapasan ; kontraindikasi bila
auskultasi bunyi ada hipotensi.
napas perhatikan
bunyi - Gemericik
adventisius. menununjukkan
gangguan jajntung
-Selidiki keluhan karena regangan
nyeri jantung
dada/palpitasi. lama/peningkatan
13
-Hindari kompensasi curah
penggunaan jantung.
botol -Iskemia seluler
penghangat atau mempengaruhi
botol air panas. jaringan
Ukur suhu air miokardial/
mandi dengan potensial risiko
thermometer. infark.
-Kolaborasi -Termoreseptor
pengawasan jaringan dermal
hasil dangkal karena
pemeriksaan gangguan oksigen
laboraturium.
Berikan sel -Mengidentifikasi
darah merah defisiensi dan
lengkap/packed kebutuhan
produk darah pengobatan
sesuai indikasi. /respons terhadap
terapi.
-Berikan oksigen
tambahan sesuai -Memaksimalkan
indikasi. transport oksigen
ke jaringan.
14
pengunjung, dan oksigen adekuat ke
kurangi suara jaringan
bising, - Meningkatkan
pertahankan istirahat untuk
tirah baring bila menurunkan
di indikasikan kebutuhan oksigen
tubuh dan
-Gunakan teknik menurunkan
menghemat regangan jantung
energi, anjurkan dan paru
pasien istirahat
bila terjadi - Meningkatkan
kelelahan dan aktivitas secara
kelemahan, bertahap sampai
anjurkan pasien normal dan
melakukan memperbaiki tonus
aktivitas otot/stamina tanpa
semampunya kelemahan.
(tanpa Meingkatkan harga
memaksakan diri dan rasa
diri). terkontrol.
15
mual/muntah, gaster
flatus dan dan
gejala lain yang -Gejala GI dapat
berhubungan. menunjukkan efek
anemia (hipoksia)
-Berikan dan pada organ.
Bantu hygiene
mulut yang baik -Meningkatkan
; sebelum dan nafsu makan dan
sesudah makan, pemasukkan oral.
gunakan sikat Menurunkan
gigi halus untuk pertumbuhan
penyikatan yang bakteri,
lembut. Berikan -meminimalkan
pencuci mulut kemungkinan
yang di encerkan infeksi. Teknik
bila mukosa oral perawatan mulut
luka. khusus mungkin
diperlukan bila
-Kolaborasi pada jaringan
ahli gizi untuk rapuh/luka/perdara
rencana diet. han dan nyeri
berat.
-Kolaborasi ;
pantau hasil - Membantu dalam
pemeriksaan rencana diet untuk
laboraturium memenuhi
kebutuhan
-Kolaborasi; individual
berikan obat
sesuai indikasi -Meningkatakan
efektivitas program
pengobatan,
termasuk sumber
diet nutrisi yang
dibutuhkan.
-Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia dan
atau adanyan
masukkan oral
yang buruk dan
16
defisiensi yang
diidentifikasi.
17
pemajanan pada
-Amati bakteri/infeksi.
eritema/cairan Perlindungan
luka isolasi dibutuhkan
pada anemia
-Ambil aplastik, bila
specimen untuk respons imun
kultur/sensitivita sangat terganggu.
s sesuai indikasi - adanya proses
inflamasi/infeksi
-Berikan membutuhkan
antiseptic topical evaluasi/pengobata
; antibiotic n.
sistemik -indikator infeksi
lokal. Catatan :
pembentukan pus
mungkin tidak ada
bila granulosit
tertekan.
-membedakan
adanya infeksi,
mengidentifikasi
pathogen khusus
dan mempengaruhi
pilihan pengobatan
- mungkin
digunakan secara
propilaktik untuk
menurunkan
kolonisasi atau
untuk pengobatan
proses infeksi local
18
efek samping -Awasi intake pada diare dan
terapi obat. dan output menurun pada
(makanan dan konstipasi
cairan).
-dapat
-Dorong mengidentifikasi
masukkan cairan dehidrasi,
2500-3000 kehilangan
ml/hari dalam berlebihan atau alat
toleransi jantung dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet
-Berikan -mempermudah
pelembek feses, defekasi bila
19
stimulant ringan, konstipasi terjadi.
laksatif
pembentuk bulk -menurunkan
atau enema motilitas usus bila
sesuai indikasi. diare terjadi.
Pantau
keefektifan.
(kolaborasi)
-Berikan obat
antidiare,
misalnya
Defenoxilat
Hidroklorida
dengan atropine
(Lomotil) dan
obat
mengabsorpsi
air, misalnya
Metamucil.
(kolaborasi).
20
-megetahui
-Berikan seberapa jauh
penjelasan pada pengalaman dan
klien tentang pengetahuan klien
penyakitnya dan dan keluarga
kondisinya tentang
sekarang. penyakitnya
-dengan
- Anjurkan klien mengetahui
dan keluarga penyakit dan
untuk kondisinya
memperhatikan sekarang, klien
diet makanan akan tenang dan
nya mengurangi rasa
cemas
-Minta klien dan
keluarga -diet dan pola
mengulangi makan yang tepat
kembali tentang membantu proses
materi yang penyembuhan.
telah diberikan
-mengetahui
seberapa jauh
pemahaman klien
dan keluarga serta
menilai
keberhasilan dari
tindakan yang
dilakukan
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang
yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan
darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
b. Faktor didapat
(Mansjoer.2005.Hal:494)
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umum.
22
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed. 8. Vol.2. Jakarta: EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
23