Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia

Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe Ii

The Influences Of Neuropathy Complications To Xerostomia


In Type Ii Diabetes Mellitus Patients

Rina Kartika Sari1, Agung Widiajmoko2


1
Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak

Diabetes Mellitus merupakan The Great Initiator, yaitu salah satu penyakit yang dapat me-
nimbulkan banyak sekali komplikasi salah satunya neuropati (Neuropati diabetik). Neuropati
diabetik yaitu sekumpulan gejala (sindrom) yang disebabkan oleh degenerasi saraf perifer
atau otonom sebagai akibat dari diabetes mellitus. Diabetes mellitus sering menimbulkan ba-
nyak manifestasi oral salah satunya xerostomia (sindrom mulut kering). Hubungan antara xe-
rostomia pada penderita diabetes mellitus tipe II masih banyak menimbulkan kontroversi, sa-
lah satunya dikarenakan adanya kerusakan saraf pada kelenjar saliva, namun banyak juga stu-
di yang menyebutkan xerostomia tersebut dikarenakan gejala poliuri pada penderita diabetes
mellitus tipe II. Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross sectional. Bertu-
juan meneliti pengaruh komplikasi neuropati terhadap xerostomia pada penderita diabetes
mellitus tipe II dengan metode meludah. Subyek penelitian dipilih dengan teknik purposive
sampling sebanyak 30 orang. Kelompok I terdiri atas 10 orang penderita diabetes mellitus tipe
II dengan komplikasi neuropati, kelompok II 10 orang penderita diabetes mellitus tipe II tanpa
komplikasi neuropati dan kelompok III 10 orang normal. Tiap subyek diukur curah saliva rata
ratanya(ml/menit) dengan stimulasi asam sitrat 2% dan tanpa stimulasi. Hasil penelitian
menunjukkan nilai rata rata curah saliva tidak stimulasi adalah; kelompok I 0,140,69; ke-
lompok II 0,330,12; kelompok III 0,730,16. Sedangkan nilai rata rata curah saliva stimu-
lasi adalah; kelompok I 0,430,24; kelompok II 1,000,35; kelompok III 2,44079. Berdasar-
kan anamnesis keluhan subyektif, insidensi xerostomia kelompok I sebanyak 7 dari 10 orang
(70%) ; kelompok II 2 dari 10 orang (20%); kelompok III tidak ada. Uji one way ANOVA
menunjukkan hasil yang signifikan antar kelompok baik stimulasi maupun tidak stimulasi
(p<0,05), kecuali curah saliva stimulasi antara kelompok II dan kelompok III (p>0,05). Uji
Chi-square menunjukkan hasil yang signifikan antar kelompok (p<0,05) kecuali antara ke-
lompok II dan kelompok III (p>0,05) Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh an-
tara komplikasi neuropati terhadap xerostomia pada penderita diabetes mellitus tipe II. Hal ini
dilihat dari rata-rata curah saliva stimulasi maupun tidak stimulasi dan keluhan subyektif yang
menyertai.

Kata kunci : Diabetes mellitus tipe II, Curah saliva, Xerostomia, Neuropati diabetic

Correspondence: Rina Kartika Sari, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhamma-
diyah Yogyakarta, e-mail: rain_attraxionalism@yahoo.com

20 IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun 2012


Rina Kartika Sari, Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia

Abstract

Diabetes mellitus was called The Great Iniatiator, which is mean that this is one of disease
that can causes many complications, one of them is neuropathy (Diabetic Neuropathy). Di-
abetic neuropathy is symptom (syndromes) caused by degenerating of peripheral or autonom-
ic nerve due to diabetes mellitus. Diabetes mellitus can manifest in oral cavity, one of them
was xerostomia (dry mouth syndrome). The correlation between xerostomia in type II diabetic
patients was unclear yet. Some study said that xerostomia caused by destruction nerves in sa-
livary glands, but some others said that xerostomia was one of poliurinating symptom in type
II diabetic patients. This study design was observasional with cross sectional approach. The
aim of this study was to know about influences of neuropathy complications to xerostomia in
type II diabetic patients by spitting method. Group I was 10 persons of type II diabetic pa-
tients with neuropathy complications, group II was 10 persons of type II dabetic patients
without neuropathy complications, and group III was 10 persons of normal persons. Each sub-
jects measured their whole salivary flow rates (ml/minutes) both of unstimulated and stimu-
lated with 2% citric acid. The results for unstimulated salivary flow rates was group I
0,140,69 (ml/min); group II 0,330,12 (ml/min); group III 0,730,16 (ml/min). While the
result for stimulated salivary flow rates was group I 0,430,24 (ml/min); group II 1,000,35
(ml/min); group III 2,44079 (ml/min). By statistical analysis with one way ANOVA, signifi-
cant result between three groups appear in measurement both of unstimulated and stimulated
(p<0,05), except stimulated salivary flow rates between group II and group III (p>0,05). Chi-
square analysis showes significantly between three groups (p<0,05),but group II and group III
was not (p>0,05). The conclusion of is there was an influences between neuropathy complica-
tion to xerostomia in type II diabetic patients. It can proved by measurement of salivary flow
rates both of unstimulated and stimulated and by subjective examinations.

Key words : Diabetes mellitus type II, Whole salivary flow rates, Diabetic neuropathy, Xe-
rostomia

Pendahuluan di Indonesia meningkat tajam menjadi 14


juta orang, dimana baru 50% yang sadar
Istilah diabetes mellitus dideskripsikan mengidapnya dan di antara mereka baru seki-
sebagai penyakit metabolik dengan gejala tar 30% yang datang berobat teratur 4.
multipel dengan karakteristik hiper glikemia- Mulut kering atau xerostomia, telah di-
kronik dengan gangguan metabolisme lemak, laporkan terjadi pada penderita diabetes mel-
karbohidrat, protein dikarenakan kelainan litus. Aliran saliva dapat dipengaruhi oleh
sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya1. beberapa kondisi termasuk penggunaan obat-
Diabetes mellitus juga disebut The Great obatan yang diresepkan, penuaan, dan diten-
Initiator karena penyakit ini dapat mengenai tukan oleh derajat neuropati serta sensasi
semua organ tubuh dan menimbulkan berba- subjektif kekeringan rongga mulut bersa-
gai macam keluhan2. Sampai tahun 2010, maan dengan rasa haus. Variabel-variabel ini
jumlah penderita diabetes di seluruh dunia relevan pada penderita diabetes mellitus5.
diperkirakan mencapai 221 juta, dan dipasti- Pada penelitian sebelumnya, gangguan sekre-
kan di seluruh dunia (Asia, Afrika, dll) rata- si saliva berupa xerostomia yang signifikan
rata diabetes dapat naik dua atau tiga kali li- ditemukan pada penderita DM tipe II dengan
pat3. Menurut data WHO, Indonesia menem- menggunakan scintigraphy6. Sekresi saliva
pati urutan ke 4 terbesar dalam jumlah pen- dikontrol oleh sistem saraf otonom dan neu-
derita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun ropati otonom pada DM tipe II bisa mem-
2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes pengaruhi fungsi kelenjar saliva, namun da-

IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun 2012 21


Rina Kartika Sari, Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia

lam beberapa studi literatur mengatakan hol, memakai protesa, sedang menjalani ra-
bahwa xerostomia pada DM dikarenakan ge- dioterapi/kemoterapi dan pernah mengalami
jala klasik DM yaitu poliuri yang mengaki- pencangkokan organ/jaringan sebelumnya.
batkan dehidrasi. Maka dari itu, perlu dilaku-
kan penelitian yang mampu membuktikan Variabel penelitian
etiologi xerostomia pada penderita DM, teru-
tama DM tipe II. Variabel pengaruh dari penelitian ini
adalah diabetes mellitus tipe II dan neuropati.
Metode Penelitian Sedangkan variabel terpengaruhnya adalah
xerostomia. Variabel terkendali antara lain
Jenis Penelitian adalah usia, penyakit lain yang mempengauhi
sekresi saliva, konsumsi obat-obatan, posisi
Penelitian ini bersifat observasional den- tubuh dan pencahayaan, tidak memakai pro-
gan menggunakan pendekatan cross section- tesa, lama menderita diabetes, tidak mero-
al. kok/menginang, belum menopause untuk
wanita, tidak sedang menjalani radiotera-
Lokasi dan Waktu Penelitian pi/kemoterapi dan tidak mengkonsumsi alko-
hol. Sedangkan variabel tidak terkendalinya
Penelitian dilakukan di RS PKU Mu- adalah psikologi/tingkat stres, diet, jenis ke-
hammadiyah Yogyakarta dan lingkungan se- lamin dan adanya lesi rongga mulut lain.
kitar peneliti pada bulan Juni 2010.
Cara Pengumpulan Data
Populasi dan Sampel
Cara pengumpulan data dilakukan yaitu
Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang sudah memenuhi kriteria dan
penderita diabetes mellitus tipe II. Sedangkan dikelompokkan berdasarkan data yang sudah
sampelnya adalah pasien diabetes mellitus diambil sebelumnya, terlebih dulu diharap
tipe II yang mempunyai riwayat menderita mengisi informed consent jika bersedia men-
diabetes selama lebih dari 10 tahun dengan gikuti penelitian setelah mendapat penjelasan
komplikasi neuropati sebanyak 10 orang se- dari peneliti. Selanjutnya dilakukan anamne-
bagai kelompok I, penderita diabetes tanpa sis keluhan subyektif tentang xerostomia.
komplikasi neuropati sebanyak 10 orang se- Kemudian dimulai pengukuran curah saliva
bagai kelompok II dan, dan orang sehat se- yang sebelumnya subyek diminta untuk tidak
bagai kontrol 10 orang. Pengambilan sampel makan/minum selama 1 jam dan kumur
dalam penelitian ini menggunakan teknik akuades. Pengukuran curah saliva dilakukan
purposive sampling. 2 kali pengukuran pertama tidak stimulasi
selama 5 menit subyek mengumpulkan ludah
Kriteria Inklusi dan Eksklusi dalam rongga mulut dan meludahkannya da-
lam tabung yang sudah disediakan. Penguku-
Kriteria inklusi pada penelitian ini meli- ran kedua yaitu dengan stimulasi asam sitrat
puti pasien diabetes mellitus tipe II yang be- 2% selama 5 menit dan tiap 1 menitnya dite-
rusia antara 40-60 tahun yang belum meno- tesi asam sitrat 2% di dorsal lidah, subyek
pause bagi subyek wanita dan telah mengi- diminta mengumpulkan salivanya dan melu-
dap diabetes minimal selama 10 tahun terak- dahkannya ke tabung. Hasil pengukuran ke-
hir. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah mudian di rata-rata untuk diketahui curah
subyek yang mempunyai penyakit kelenjar saliva per menit nya. Kemudian dicatat dan
saliva, mengkonsumsi secara rutin obat- dikelompokkan apakah normal atau xerosto-
obatan yang mempengaruhi sekresi saliva, mia berdasarkan tabel whole salivary flow
merokok/menginang, mengkonsumsi alko- rates menurut Navazesh dan Kumar7.

22 IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun 2012


Rina Kartika Sari, Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia

Hasil Penelitian

Tabel 3. Rata-rata curah saliva tidak stimulasi dan stimulasi tiap kelompok

Kelompok Rata rata curah saliva


(ml/menit)
Tidak stimulasi P Value Stimulasi P Value
Kelompok I 0,140,6992 0,000 0,430,24060 0,000

Kelompok II 0,330,11595 1,000,35277

Kelompok III 0,730,16364 2,440,79331

Keterangan : Kelompok I 10 orang diabetes mellitus tipe II dengan neuropati, kelompok II 10


orang diabetes mellitus tipe II tanpa neuropati, kelompok III 10 orang normal. P Value ada-
lah nilai signifikansi statistik dengan One Way ANOVA dari tiap pengukuran pada 3 kelom-
pok

Tabel 4. Jumlah penderita xerostomia tiap kelompok

Kelompok Jumlah penderita P Value


Normal Xerostomia (3 kelompok)
Kelompok I (n=10) 3 7 0,002
Kelompok II (n=10) 8 2
Kelompok III (n=10) 10 0
Jumlah 21 9

Keterangan : Diagnosis antara xerostomia ditegakkan dari hasil anamnesis keluhan subyektif
dan pengukuran curah saliva. P Value adalah nilai signifikansi statistik dengan Chi-Square
untuk membandingkan jumlah penderita xerostomia dibandingkan jumlah orang normal pada
3 kelompok.

Pembahasan terjadi setelah intoleransi glukosa yang cukup


lama. Maka dari itu salah satu kriteria inklusi
Pada penelitian ini membandingkan an- pene- litian ini adalah pasien yang 10 tahun
tara kelompok diabetes tipe II dengan neuro- terakhir didiagnosis diabetes mellitus tipe II.
pati, tanpa neuropati dan orang normal. Tu- Neuropati diabetik terjadi banyak faktor
juannya adalah untuk mengetahui apakah yaitu vaskular, metabolik dan mekanik. Se-
neuropati diabetik dapat menimbulkan mani- dangkan faktor kausatif utamanya adalah
festasi oral yaitu xerostomia dikarena kan gangguan metabolik jaringan saraf. Pada di-
adanya kerusakan saraf sistemik yang juga abetes mellitus, glukosa yang berlebihan di-
mengenai saraf pada kelenjar ludah. Neuro- ubah oleh aldose reduktase menjadi sorbitol.
pati adalah komplikasi tersering pada di- Sehingga terdapat banyak akumulasi sorbitol
abetes mellitus, bisa berupa akut dan rever- terutama pada neuron, lensa mata, pembuluh
sibel sampai dengan bentuk kronis dan ire- darah dan eritrosit. Sorbitol ini bersifat hi-
versibel. Umumnya neuropati diabetik ini groskopik sehingga menarik air dan mening-

IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun 2012 23


Rina Kartika Sari, Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia

katkan tekanan osmotik dalam sel saraf. Te- mia dilihat dari curah salivanya. Pada kelom-
kanan osmotik ini mampu menyebabkan ru- pok II di-dapat hasil rata-rata curah saliva
saknya saraf. Penumpukan sorbitol dan fruk- sebesar 0,330,11595 ml/menit berada pada
tosa dalam sel juga menyebabkan rendahnya batas kritis hampir mendekati normal (lihat
mioinositol. Gangguan ini menyebabkan tabel 1). Hal ini berarti rata-rata curah saliva
fungsi ATP-ase juga terganggu, padahal tidak stimulasi pada kelompok II lebih ba-
ATP-ase berperan penting dalam konduksi nyak daripada kelompok I dan bisa dikatego-
sel saraf. Kedua faktor ini menyebabkan rikan hampir semua subyek dikelompok II
gangguan pada sel Schwann dan akson se- menderita xerostomia. Kelompok III yaitu
hingga menyebabkan demielinisasi dan de- orang normal didapat hasil rata-rata curah
generasi akson. saliva sebesar 0,730,16364 ml/menit. Jika
Adanya komplikasi neuropati ini pada melihat pada tabel 1, maka dapat dikatakan
penderita diabetes mellitus, menyebabkan kelompok III semuanya normal dan tidak ada
gangguan saraf termasuk inervasi ke kelenjar yang menderita xerostomia dilihat dari curah
saliva. Padahal kelenjar saliva terutama di- salivanya.
kontrol oleh sinyal saraf simpatis dan para- Pengukuran kedua yaitu curah saliva
simpatis. Kondisi sel kelenjar saliva pada dengan stimulasi asam sitrat 2% adalah ber-
penderita diabetes dibuktikan dalam sebuah tujuan untuk mengetahui apakah ada pening-
studi dengan menggunakan tikus yang diin- katan curah saliva dan untuk mengetahui
duksi alloxan sebagai simulasi penderita di- apakah kelenjar saliva masih bisa distimulasi
abetes mellitus, terbukti terjadi kerusakan sel dengan rangsangan yang berarti inervasi pada
dan penurunan berat kelenjar parotis dan kelenjar masih baik atau tidak. Asam sitrat
submandibula namun kelenjar sublingualnya 2% ini digunakan karena pada penelitian ini
tidak terpengaruh (Anderson L.C, 1998). mengukur curah saliva keseluruhan / total
Gangguan inervasi ini mempengaruhi yang berarti curah saliva yang berasal dari
pula sekresi kelenjar saliva. Maka dari itu semua kelenjar saliva baik mayor maupun
untuk mengetahui sejauh mana kerusakan minor. Sedangkan asam sitrat adalah rang-
kelenjar Saliva ini dilakukan pengukuran cu- sangan paling kuat untuk semua kelenjar di-
rah saliva. Pengukuran curah saliva tanpa bandingkan stimulasi menggunakan cara
stimulasi bermaksud untuk mengetahui sebe- pengunyahan dan mentol.
rapa banyak saliva dikeluarkan per menitnya Pada keadaan istirahat glandula subman-
dalam keadaan istirahat, dan dalam penelitian dibularis secara persentil menghasilkan ba-
ini pengukuran dilakukan 2 jam se-sudah gian yang terbesar. Sebaliknya glandula pa-
makan dan minum terakhir untuk menghi- rotis paling kuat jika distimulasi, terutama
langkan pengaruh stimulasi dari makanan. stimulasi dengan pengunyahan daripada
Pengukuran dilakukan pagi-siang hari karena glandula sublingualis/submandibularis yang
berdasarkan irama sirkadian, waktu tersebut mukus namun lebih kuat terangsang oleh
adalah curah saliva tertinggi dan karena pada mentol dari pada parotis yang serous. Meski-
pagi-siang hari kondisi sekitar masih terang, pun glandula sublingualis dan kelenjar minor
sebab cahaya juga mempengaruhi curah sali- lain menghasilkan sedikit bantuan volume
va. ludah, tetapi sangat membantu penambahan
Dari hasil analisis pengukuran curah sa- jumlah protein tertentu, seperti musin dan
liva tanpa stimulasi menunjukkan hasil yang imunoglobulin. Jumlah ludah yang terbentuk
signifikan (p=0,000). Hasil rata-rata curah tiap waktu juga dipengaruhi oleh berat dan
saliva pada kelompok I yaitu 0,140, 6992 besar kelenjar (Amerongen, 1992).
ml/menit berada pada rentang abnormal (lihat Hasil analisis statistik dengan menggu-
tabel 1). Hal ini berarti rata-rata curah saliva nakan One Way ANOVA pada pengukuran
tidak stimulasi pada kelompok I benar-benar rata-rata curah Saliva stimulasi menunjukkan
sedikit dan bisa dikatakan rata-rata subyek hasil yang signifikan antar kelompok
kelompok I benar-benar menderita xerosto- p=0,000. Namun uji Post Hoc dengan Tukey

24 IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun 2012


Rina Kartika Sari, Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia

menunjukkan tidak signifikan antara rata-rata Sided) diperoleh hasil yang signifikan yaitu
kelompok I dan kelompok II yaitu p=0,053 p=0,002 (p<0,05) yang berarti terdapat pen-
(p>0,05). Hal ini bisa dikarenakan kedua ke- garuh antara neuropati terhadap xerostomia
lompok mempunyai kriteria inklusi yang sa- pada penderita diabetes mellitus tipe II. Begi-
ma yaitu didiagnosis menderita diabetes mel- tu pula uji Chisquare antar kelompok I dan II
litus tipe II selama 10 tahun terakhir, sehing- p=0,025; kelompok I dan kelompok III
ga kemungkinan terkena komplikasi neuro- p=0,001. Namun antara kelompok II dan ke-
pati adalah sama. Hanya saja dari hasil lompok III menunjukkan hasil yang tidak
anamnesis sebelum penelitian, subyek ke- signifikan p=0,136 (p>0,05). Hal ini dikare-
lompok II tidak menunjukkan gejala dan be- nakan baik pada kelompok II dan kelompok
rada pada stadium awal neuropati karena ke- III jarang sekali yang mengeluhkan xerosto-
lompok ini lebih terkontrol gula darahnya mia dan menjawab pertanyaan anamnesis
dengan cara mengkonsumsi obat-obatan pe- dengan jawaban ya kurang dari 2 dan hasil
roral sehari-hari. Kebanyakan kelompok II pengukuran curah saliva yang berada pada
juga diperoleh dari kelompok Persadia yang rentang normal. Pada kelompok II hanya 2
notabene selalu melakukan senam diabetes orang yang mengeluhkan xerostomia dan pa-
tiap minggu dan rutin cek gula darah dan se- da kelompok III tidak ada sama sekali, se-
lebihnya berasal dari lingkungan sekitar pe- hingga terpautnya sangatlah sedikit.
neliti. Dilihat dari nilai p=0,053 yang berati Dari hasil penelitian ini, maka mendu-
terdapat sedikit sekali selisih dari nilai signi- kung beberapa penelitian lain seperti studi
fikansi p<0,05 maka ketidaksignifikansi ini yang dilakukan oleh Newrick,P.G, Bow-
bisa disebabkan karena kurang kooperatifnya man,C., dkk pada tahun 19918, yaitu adanya
subyek penelitian. Sedangkan analisis statis- penurunan yang signifikan pada rata-rata cu-
tik antar kelompok lain menunjukkan hasil rah saliva pada kelenjar parotis pada penderi-
signifikan (p<0,05) yang berarti terdapat per- ta diabetes mellitus tipe II dengan neuropati
bedaan curah saliva stimulasi antar kelompok otonom dan gangguan pada saraf parasimpa-
I dan III (p=0,000) dan antar kelompok II tis dibandingkan dengan diabetes mellitus
dan III (p=0,000). tanpa neuropati dan orang normal. Di lain
Dilihat dari hasil rata-rata curah saliva sisi, penelitian ini juga sekaligus bertentan-
stimulasi kelompok I sebesar 0,430,24060 gan dengan hasil penelitian yang dilakukan
ml/menit maka dengan melihat tabel 1, dapat oleh Ben Aryeh,H. Serouya, R. dkk tahun
dikatakan bahwa kelompok I mempunyai cu- 19969 bahwa tidak ada perbedaan curah sali-
rah saliva stimulasi yang abnormal. Sehingga va dan komposisinya yang signifikan antara
dari pengukuran curah saliva tidak stimulasi penderita diabetes mellitus dengan neuropati
dan stimulasi disimpulkan bahwa kelompok I dan tanpa neuropati. Beberapa literatur juga
mempunyai curah saliva yang abnormal. Ke- menyebutkan bahwa xerostomia pada pende-
lompok II didapat hasil rata-rata sebesar rita diabetes mellitus dikarenakan sindrom
1,000,35277 ml/ menit. Jika dibandingkan poliuri, yang sering menyebabkan penderita
dengan tabel 1 maka termasuk dalam batas dehidrasi dan selalu ingin minum (polidipsi).
kritis, dan kelompok III dengan rata-rata cu- Namun dari penelitian ini dapat dibuktikan
rah saliva stimulasi 2,440,79331 ml/menit bahwa berdasarkan volume curah saliva baik
termasuk dalam kategori normal. Dari perbe- stimulasi maupun tidak, penderita diabetes
daan rata-rata curah saliva tersebut maka da- mellitus yang mengalami neuropati mempu-
pat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyai kecenderungan mengalami gangguan
yang nyata dan dapat disimpulkan bahwa sekresi saliva dan xerostomia.
komplikasi neuropati dapat mengurangi se- Berdasarkan hasil anamnesis tentang ke-
kresi saliva baik waktu istirahat (tidak stimu- luhan subyektif xerostomia, subyek peneli-
lasi) dan stimulasi. tian terutama kelompok I paling banyak
Hasil uji Chi-square antara tiga kelom- mengeluhkan bibirnya kering, sering merasa
pok dengan melihat kolom Asymp. Sig.(2 kehausan terutama sering terbangun di waktu

IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun 2012 25


Rina Kartika Sari, Pengaruh Komplikasi Neuropati Terhadap Xerostomia

malam, sulit untuk menelan makanan dan han subyektif, bahwa terdapat pengaruh anta-
ludah terasa sedikit. Beberapa bahkan men- ra neuropati dengan kejadian xerostomia pa-
geluhkan terdapat rasa panas dan rasa logam da penderita diabetes mellitus tipe II.
di mulut. Gejala ini disebut juga burning
mouth syndrome atau sering disebut glosso- Daftar Pustaka
dynia. Memang kebanyakan gejala ini sering
menyertai penderita diabetes mellitus dengan 1. Soegondo, S. Diagnosis dan Klasifikasi
neuropati, namun tak sedikit juga penderita Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Pena-
diabetes mellitus tanpa neuropati mengeluh- talaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.
kannya. Peneliti juga banyak menemukan Jakarta : FKUI. 2005.
penyakit periodontal terutama periodontitis 2. Nugroho (2006)
yang parah, banyaknya timbunan kalku- 3. Ship J.A., Diabetes and Oral Health : An
lus,resesi gingiva dan Kandidiasis. Namun Overview. The Journal Of the American
pemeriksaan intraoral ini tidak dilakukan pa- Dental Association. 2003. 134. 40s-10s
da semua subyek penelitian, karena keterba- 4. Suyono, S. Kecenderungan Peningkatan
tasan peneliti dan kurang kooperatifnya sub- Jumlah Penyandang Diebetes. Dalam
yek penelitian. Beberapa merasa kesakitan, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Ter-
sedang tidak sehat terutama pasien rawat in- padu. Jakarta : FKUI. 2005.
ap, dan tidak bersedia diperiksa rongga mu- 5. Lamster, I.B., Lalla, E., Wenche, S.,
lutnya. Tetapi pemeriksaan pada beberapa Borgnakke, Taylor, G.W. The Relation-
subyek yang lain cukup memberi gambaran ship Between Oral Health and Diabetes
tentang kondisi rongga mulut penderita di- Mellitus. The Journal Of The American
abetes mellitus tipe II. Penderita diabetes Dental Association. 2008. 139. 19s-24s.
mellitus harus mengenal sejak dini tanda- 6. Lin, C.C., Sun, S.S., Kao, A., Lee, C.C.,
tanda dari xerostomia karena xerostomia ini Impaired Salivary Function in Patients
merupakan faktor predisposisi banyak pe- with Non Insulin dependent Diabetes
nyakit rongga mulut yang menyertai penderi- Mellitus with Xerostomia. Journal of Di-
ta diabetes mellitus. abetes and Its Complication, 2002. 16,
176-179
Kesimpulan 7. Navazesh, M., Kumar, S.K.S., Measur-
ing Salivary Flow : Challenges and Op-
Berdasarkan hasil penelitian ini mem- por-tunities. The Journal of The Ameri-
buktikan bahwa terdapat perbedaan yang sig- can Dental Association. 2008. 139. 35s-
nifikan rata-rata curah saliva tidak stimulasi 40s
dan stimulasi asam sitrat 2% baik pada ke- 8. Newrick,P.G, Bowman, C., Gre-en, D.,
lompok diabetes mellitus tipe II dengan neu- OBrien, I.A.D., Porter, S.R., Scully, C.,
ropati, kelompok diabetes mellitus tipe II Corral, R.J.M. Parotid Salivary Secretion
tanpa neuropati dan orang normal. Kelompok in Diabetic Autonomic Neuropathy. El-
diabetes mellitus tipe II dengan neuropati sevier Sciences Publishing. 1991. 35-37
lebih banyak mengeluhkan sindrom mulut 9. Ben-Aryeh, H., Serouya, R., Kanter, Y.,
kering daripada kelompok tanpa neuropati Szargel, R., Laufer, D., Autonomic Neu-
dan kelompok normal. Sehingga dapat dis- ropathy and Salivary Composition in Di-
impulkan dari rata-rata curah saliva tidak abetic Patients. Journal of Diabetes and
stimulasi dan stimulasi serta anamnesis kelu- Its Complications, 1996. 10, 226-227.

26 IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai