Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYAKIT MALARIA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi Protozoa dari
genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil ) serta
demam berkepanjangan.
Penyakit malaria memiliki 4 jenis plasmodium, dan masing-masing disebabkan
oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas
dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai
pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik.
Malaria adalah penyakit yang bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria
disebabkan oleh parasit malaria / protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO 1981)
ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia.
Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan malaria adalah plasmodium falciparum,
plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Parasit malaria yang
terbanyak di Indonesia adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau
campuran keduanya, sedangkan plasmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di
sulawesi, irian jaya dan negara timor leste.
Proses penyebaran penyakit ini dimulai dari nyamuk malaria yang mengandung
parasit malaria menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala
demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara
9-40 hari ( WHO 1997).
Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka
kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap
tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir
seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika
dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus
penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti
kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di
negara berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk
Indonesia.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta
penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas
(angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa
dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48
kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah
(Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali,
peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus
per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu
penduduk.
Banyumas, seperti diklaim pemerintah, merupakan daerah yang sudah bebas
malaria sejak 10-15 tahun terakhir. Tapi tiba-tiba, Juli 2001 terjadi kejadian luar biasa
(KLB) malaria yang menjangkiti sekitar 150 penduduk; Desember 2001-Januari 2002,
kembali terjadi lonjakan kasus malaria, terutama di empat kecamatan (Kemrajen,
Somagede, Sumpiuh dan Tambak) yang meliputi 17 desa. Sejak Juli 2001 sampai
pertengahan Januari 2002 itu, tercatat 5.409 penderita malaria klinis, 1.127 orang di
antaranya positif ada parasit dalam darahnya. KLB malaria pun memakan korban jiwa
delapan orang.
Pemerintah menilai Banyumas sebagai wilayah pantai selatan yang merupakan
habitat nyamuk Anopheles sp, tidak mungkin memberantas nyamuk itu sampai habis.
Karena perubahan iklim global meningkatkan populasi nyamuk secara drastis. Yang bisa
dilakukan hanyalah menekan populasi nyamuk dengan, misalnya menebar ikan di
persawahan. Selain itu, adanya lonjakan KLB juga disebabkan, kendurnya pemantauan
populasi nyamuk oleh petugas kesehatan, lantaran sudah lama tidak ada kasus malaria.
Masyarakat pun menjadi lengah. Sementara itu, krisis ekonomi membuat kemampuan
menyediakan insektisida untuk menyemprot nyamuk juga menjadi terbatas, sehingga
timbul KLB pertama pada Juli 2001. KLB kedua terjadi lebih dikarenakan selama bulan
Puasa dan Lebaran, banyak penduduk yang merantau pulang kampung. Penduduk yang
merantau di daerah endemis, seperti Lampung, Riau atau Kalimantan, pulang membawa
parasit dan menularkannya ke penduduk desa.
Memang, cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan
daerah yang terlalu padat, memudahkan penyebaran penyakit ini. Pembukaan lahan-lahan
baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan
kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah itu. Selain itu, perubahan
iklim, perubahan lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan air di bekas galian
pasir juga penebangan hutan bakau, juga mempercepat penyebaran penyakit malaria. Hal
itu diperparah dengan perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria
dan sebaliknya.
Hasil analisis Geographic Health Information System yang dikembangkan di enam
provinsi termasuk Jawa Tengah, menunjukkan seluruh Jawa Tengah berpotensi terjadi
KLB malaria. Didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah daerah endemik
malaria mulai mencanangkan Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria secara
komprehensif dan terpadu. Upaya penanggulangan lewat Gebrak Malaria dilakukan
dimulai sejak 2000 untuk daerah Kabupaten Kepulauan Riau (Riau), Kabupaten Cilacap
(Jawa Tengah) dan Kabupaten Lombok Barat (NTB). Pada 2001, Gebrak Malaria
dikembangkan di beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah,
Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

I.2 TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen
pembimbing, selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk membuka
wawasan dan cara berpikir kita agar dapat memahami berapa pentingnya menjaga
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
SIKLUS PARASIT MALARIA
Siklus parasit malaria adalah setelah nyamik anopeles yang mengandung parasit malaria
menggigit manusia maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah
dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan
dalam sel hati (ekso-eritositer). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit/kriptozoid yang
masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer). Setelah sel
hati pecah akan keluar merezoit/kriptozoit yang masukke eritrosit membentuk stdium sizon
tua/ matang sehingga erirosit pecah dan keluar merosoit. Merezoit sebagian besar masuk
kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap
untuk dihisap oleh nyamuk malaria dan melanjutkansiklus hidup ditubah nyamuk (stadium
sprogoni).pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet)
dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookista,
kemudain masuk kedinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista
matang kemudian pecah, maka keluar sprozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap
untuk ditularkan kedalam tiubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P.Ovale pada siklus
parasitnya dijaringan hati (sizon jaringan), sebagaimparasit yang berada dalam sel hati tidak
melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam dijaringan hati disebut hipnosoit,
apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu
lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk
melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke erirosit. Setelah eritrosit yang berparasit
pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya, tahun yang sebelumnya pernah
menderita p.vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas
malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami stress/kelelahan, maka gejala malaria
muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif p.vivax/ovale.
CARA MENANGGULAGI MALARIA
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
plasmodium. Penyakit ini memiliki empat jenis dan masing-masing disebabkan spesies
parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:
1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala
demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi
selama dua minggu setelah infeksi).
2. Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria
tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar
kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak,
menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
3. Malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih
lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak
terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan
terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria yang paling jarang ditemukan adalah yang disebabkan plasmodium ovale yang
mirip dengan malaria tertiana.
Penyakit yang mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta
demam berkepanjangannya ini berasal dari nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles
betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari
kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya
parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer).
Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit
membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit
muda sampai sizon tua atau matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.
Sebagian besar Merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk
gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap nyamuk malaria betina dan melanjutkan
siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).
Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet)
dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista. Setelah ookista
matang akan pecah dan keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk, dan siap
untuk ditularkan ke manusia.
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya, di jaringan hati (sizon jaringan)
sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan
tetapi tertanam di jaringan hati -disebut hipnosit. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan
malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam
keadaan daya tahan tubuh menurun, misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau
perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk
melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah,
akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 12 tahun sebelumnya pernah menderita P.
vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudian mengalami kelelahan atau stress,
gejala malaria akan muncul kembali, sekalipun yang bersangkutan tidak digigit nyamuk
anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati SD positif P. vivax/ovale.
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan
terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang
mengandung parasit tua bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut
sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah
tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral
mencapai 20-50 persen hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa
neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.
Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD
sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 persen penduduk.

A. Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non
endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang
pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri
dari tiga stadium berurutan:
2. Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan
keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.
3. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu
badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5
persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.
4. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan
metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam
keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya
setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.
Di daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai imunitas terhadap
malaria, gejala klasik di atas timbul tidak berurutan bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala
tersebut- kadang muncul gejala lain.
B. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:
1. Demam
2. Menggigil
3. Berkeringat
4. Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.
5. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-
pega pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa
(di Yogyakarta).
C. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan
disertai salah satu gejala di bawah ini:
1. Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)
2. Kejang, -beberapa kali kejang
3. Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran
4. Mata kuning dan tubuh kuning
5. Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan
6. Jumlah kencing kurang (oliguri)
7. Warna urine seperti teh tua
8. Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)
9. Nafas sesak

Seseorang bisa diketahu terserang penyakit malaria lewat penampakan klinis (seperti
gejala-gejala di atas) atau pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium (SD),
seseorang bisa diketahui terkena:
Malaria ringan atau tanpa komplikasi:
a. Malaria falciparum (tropika), disebabkan p. falciparum
b. Malaria vivak/ovale (tertiana), disebabkan p. vivax/ovale
c. Malaria malariae (kuartana), disebabkan p. malariae

PERAN BERBAGAI LINTAS SEKTOR DALAM MELAWAN MALARIA


Sejak 1638, malaria sudah ditangani dengan menggunakan getah batang pohon
cinchona yang dikenal sebagai kina -sebenarnya beracun, untuk menekan pertumbuhan
protozoa dalam jaringan darah. Pada 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan
Atabrine (quinacrine hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine; dan
kadar racunnya lebih rendah. Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih
mampu menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total dan lebih efektif menekan
jenis-jenis malaria tanpa perlu digunakan secara terus menerus, dibandingkan atabrine atau
quinine. Obat itu juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-obatan
terdahulu.
Tapi baru-baru ini, strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan
malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria
sintetik lainnya. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, di semenanjung Malaysia,
Afrika dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plasmodium
falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan itu,
fakta bahwa beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan
terhadap insektisida seperti DDT, telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit
malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga mengalami
peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika
Tengah dan juga di antara pengungsi-pengungsi dari daerah itu. Para turis yang datang ke
tempat yang dijangkiti penyakit malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti
malaria seperti profilaksis (obat pencegah).
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu
setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria
yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Tapi
obat itu saat ini sedang diselidiki, apakah dapat menimbulkan efek samping merugikan. Suatu
kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-
daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara itu, proguanil
digunakan hanya sebagai pencegahan.
Saat ini, para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria.
Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat, kini sedang diuji coba klinis untuk keamanan
dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan. Sementara itu, ahli lainnya sedang
berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan pun sedang
dilakukan untuk menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin yang digunakan
ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan itu terbukti efektif terhadap
plasmodium falciparum, tapi masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.
Upaya penanggulangan juga dilakukan dengan pencarian penderita, yaitu dengan
mass fever survey (pemeriksaan massal penderita demam) dilanjutkan pengobatan massal,
penyuluhan, pemberantasan vektor malaria, yaitu nyamuk anopheles sp. Pemberantasan
nyamuk itu bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida ICON 10 WP, seperti yang
dilakukan di Banyumas, pegunungan Menoreh dan Kedu.
Tapi, penduduk negara-negara yang umumnya masih terbelakang menemukan cara
baru yang murah dan efektif dalam memerangi nyamuk anopheles sp, dengan memanfaatkan
binatang peliharaan: sapi diolesi insektisida. Metode itu dilakukan, lantaran nyamuk malaria
menyukai binatang. Anopheles sendiri mencari makanan dengan mengisap darah binatang
dan hanya sekali-sekali memangsa manusia. Anopheles stepheni dan Anopheles
culicifaciespun gemar mengisap darah sapi, kata Mark Rowland dari London School of
Hygiene and Tropical Medicine.
Uji coba kemudian dilakukan di enam kamp. penampungan para pengungsi
Afganistan di provinsi Lembah Hangu, Pakistan. Para pengungsi mengolesi sapinya dengan
deltametrin selama tiga kali musim malaria. Hasilnya, cara ini sama efektifnya dengan
penyemproton rumah. Kelebihannya, biayanya 80 persen lebih murah. Cara ini pun lebih
mudah dan aman bagi penduduk. Bukan hanya itu, juga ditemukan keuntungan lainnya:
insektisida itu juga terbukti dapat membasmi kutu hewan, sehingga hewan itu semakin
montok dan menghasilkan lebih banyak susu. Kelebihan lainnya adalah insektisida itu
terbukti tidak mengkontaminasi daging sapi.
Mendengar metode itu, WHO menyambutnya dengan baik dan mengusulkan agar
diterapkan di negara-negara Asia tropis. Tapi Rowland mengingatkan, cara itu hanya tepat
jika jenis nyamuknya suka dengan binatang dan terutama mencari makanan dengan mengisap
darah sapi. Di Afrika, misalnya, cara itu mungkin tidak dapat diterapkan karena jenis
nyamuknya berbeda.

PENGOBATAN MALARIA
Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian,
mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial
ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat:
Membunuh semua stadium dan jenis parasit
Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps
Toksisitas dan efek samping sedikit
Mudah cara pemberiannya
Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan
operasioanal itu adalah:
Produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik bahkan obat
palsu-
Distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesma
Kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang
telah ditetapkan
Kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan
(misal, klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja)
Sementara itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap obat.
Untuk pengobatan malaria, beberapa jenis obat (lihat juga Obat Malaria) yang dikenal
umum adalah:
Obat standar: klorokuin dan primakuin
Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)
Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus)
Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc)
obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.
OBAT MALARIA
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang
dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa
dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan jerman berhasil menemukan
atabrine (quinacrine hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar
racunnya lebih rendah.
Klorokuin
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan
gejala klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap
serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam;
bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap p.
falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi
penderitaan
Gametosit: tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet
muda
Farmokodinamikanya:
Menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA. Obat bersenyawa
dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu.
Toksisitasnya:
Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)
Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih
besar/sama dengan 30 mg basa/kg BB
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam
keadaan kosong
Pandangan kabur
Sakit kepala, pusing (vertigo)
Gangguan pendengaran
Formulasi obat:
Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg
berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam.
Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml
basa klorokuin disulfat per ampul.
Primakuin
Kerja obat ini adalah:
Sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae
tidak diketahui
Sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi
sehingga perlu hati-hati
Gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit
Hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale
Farmakodinamikanya
Farmakodinamikanya adalah menghambat proses respirasi mitochondrial parasit
(sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit

Toksisitasnya:
Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari
Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila
dalam keadaan kosong
Kejang-kejang/gangguan kesadaran
Gangguan sistem haemopoitik
Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis
Formulasi obat
Formulasi obatnya adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet

Kina
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal
Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap
spesies lain cukup efektif
Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA
terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.
Toksisitasnya:
Dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)
Dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)
Efek sampingnya
Efek sampung obat ini adalah Chinchonisme Syndrom dengan keluhan: pusing,
sakit kepala, gangguan pendengaran telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah,
tremor dan penglihatan kabur.
Formulasi obat:
Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.
Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)
Sulfadoksin Pirimetamin (SP)
Kerja obat ini adalah:
Sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap
parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai
dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin)
Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan
gametosit
Farmakodinamikanya:
Primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat
terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu
SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel
dan sitoplasma parasit
Toksisitasnya:
Sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari
(dewasa)
Pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250
mg/hari (dewasa)
Efek sampingnya:
Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah
Pandangan kabur
Sakit kepala, pusing (vertigo)
Haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi.
Kontra indikasinya:
Idiosinkresi
Bayi kurang 1 tahun
Defisiensi
Formulasi obat
Formulasi obatnya adalah SP: 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan
primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dari genus plasmodium.
Malaria merupakan Penyakit yang mudah dikenali dari gejala meriang
(panas dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangannya ini berasal dari
nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung
parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah
nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya
parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium
ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit
yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium
eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua atau matang
sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.
2. Saran
Disarankan agar pemerintah dapat memperhatikan kondisi rakyat kecil
yang sangat rentan terkena penyakit malaria sebelum terjadi kejadian luar
biasa (KLB).
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiarto, Eko. 2003, Pengantar Epidemiologi. Jakarta: penerbit buku kedokteran egc.
2. Bustan Mn. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta Rineka Cipta
3. Nasry, Nur Dasar-Dasar Epidemiologi

Anda mungkin juga menyukai