Anda di halaman 1dari 11

RESPIRATORY DISTRESS OF NEWBORN ( RDN )

Mokhammad Ikhsan Nurkholis

Pediatric Department of Wahidin Sudirohusodo Hospital, Makassar

I. PENDAHULUAN

Bayi yang baru lahir memiliki permasalahan kesehatan tersendiri yang sering
menjadi permasalahan serius terhadap gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan bayi
bisa merupakan penyakit yang didapat secara lahir (congenital) maupun yang didapat
sebagai interaksi terhadap lingkungan bayi (acquired).

Respiratory distress of newborn merupakan salah satu permasalahan kesehatan


pada bayi dengan ditemukannya gangguan pernafasan (tachipnea). Adapun yang
menyebabkan respiratory distress itu sendiri dapat diklasifikasikan sesuai pengelompokan
berdasarkan penyebab dan penanganannya, baik secara medikamentosa atau tindakan
pembedahan.(1,2)

Pemeriksaan radiologi memiliki peran yang penting dalam menentukan diagnosa


untuk menentukan penanganan selanjutnya.

Radiologi konvensional, foto thorax sering merupakan modalitas utama dan tidak jarang
hanya dengan foto thorax saja sudah cukup untuk menentukan diagnosa secara radiologi,
apalagi untuk melaksanakan pemeriksaan radiologi canggih seperti CT, MRI perlu
pertimbangan efek radiasi dan proses yang rumit bagi neonatus. Namun dalam beberapa
kasus dibutuhkan pemeriksaan radiologi seperti kontras barium, USG, CT dan MRI.

Penanganan respiratory distress of newborn berdasarkan penyakit atau kelainan


yang mendasari dengan cara obat-obatan maupun tindakan bedah. Pada referat ini akan
dijelaskan aspek radiologis pada penyakit yang sering ditemukan pada respiratory distress
of newborn, seperti gambaran respiratory distress syndrome (RDS) atau hyaline
membrane disease (HMD).

1
II. ANATOMI

Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi udara, terdapat
dalam rongga dada. Selain paru-paru, di dalam rongga dada juga terdapat jantung, pleura
visceralis dan parietalis, pembuluh darah, trakea, esofagus, beberapa serabut saraf,
kelenjar dan jaringan ikat.

Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri
atas tiga lobus yaitu lobus superior, lobus medius, lobus inferior; dimana fisura horizontalis
(fisura minor) memisahkan lobus superior dari lobus medius dan inferior, sedangkan fisura
obliq (fisura mayor) memisahkan lobus superior dan medius terhadap lobus inferior. Paru
kiri terdiri dari dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior yang dipisahkan oleh fisura
obliq. Selanjutnya pada masing-masing paru terbagi menjadi segmen, tiap paru ada 10
segmen.

Saluran penghantar udara hingga sampai ke paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trachea, bronchus dan bronchiolus yang dilapisi oleh membran mukosa bersilia.

Selanjutnya trachea bercabang menjadi bronchus prinsipalis dextra dan sinistra, dan
bercabang lagi menjadi tiga bronchus lobaris ( paru dextra) dan dua bronchus lobaris (paru
sinistra).

Bronchus lobaris bercabang menjadi bronchiolus segmentalis ( masing-masing paru ada


10), dan dari sinis bercabang menjadi yang terujung yaitu bronchiolus terminalis.

Setelah bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional


terkecil dari paru, yaitu tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronchiolus respiratorius,
ductus alveolaris dan saccus alveolaris terminalis.

Alveolus (dalam suatu saccus alveolaris yang menyerupai anggur yang membentuk saccus
terminalis) dipisahkan dari alveolus didekatnya oleh dinding tipis atau septum. Lubang kecil
pada dinding ini disebut sebagai poro-pori Khon yang memungkinkan komunikasi antar
saccus alveolaris terminalis.

2
Gambar skematis paru-paru

Gambar skematik paru dengan segmen dan percabangan bronchus

3
4
I. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

III. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Klasifikasi RDN dikelompokan berdasarkan etiologi atau penyebab yang sering


terjadi, yaitu :(1,2)

A. Medically treated respiratory distress of newborn

B. Surgically treated respiratory distress of newborn

Penyebab yang sering pada Respiratory Distress of Newborn dibagi berdasarkan


penanganannya (3)

Medical Surgical

Respiratory distress syndrome (RDS) Diaphragmatic hernia/eventration

Esophageal atresia with or without TE


Wet lung (transient tachypnea, RDS II)
fistula
Aspiration syndromes (meconium, blood) Lobar emphysema
Persistent pulmonary hypertension of the
Pneumothorax
newborn
Pneumonia/sepsis Pleural effusion
Polycythemia hyperviscosity Cystic lesions
Pulmonary edema Mass lesions
Hypoplastic lungs Airway disorders (upper, laryngeal, lower)
Cardiac lesions Phrenic nerve paralysis
Hypoglycemia
Hypovolemia
Central nervous system

Chest X-Ray - Medical Versus Surgical Causes (3)

Medical Surgical
Respiratory distress syndrome hyaline
Diaphragmatic hernia
membrane disease
Wet lung - transient tachypnea TE fistula
Pneumonia Pneumothorax
Aspiration - meconium, amniotic fluid Pleural effusion
Hemorrhage Lobar emphysema
Pulmonary insufficiency immaturity Cyst, masses, phrenic nerve paralysis
Congestive heart failure pulmonary
Airway disorders
edema

5
6
IV. RESPIRATORY DISTRESS OF SYNDROME

Sinonim : hyaline membrane disease (HMD), respiratory distress syndrome (RDS),


pulmonary disease of immaturity, neonatal respiratory failure.

Respiratory distress syndrome merupakan penyakit gangguan pernafasan pada neonatus


yang ditandai dengan frekwensi pernafasan lebih dari 60 kali permenit yang berhubungan
dengan kondisi defisiensi surfaktan sehingga menyebabkan kolaps paru/alveolus.

Gejala HMD dimulai sekurang-kurangnya 6 jam usia kelahiran dan terus bertambah
dengan puncaknya pada umur 24 dan 48 jam. Membran hialin yang menutupi alveolus
dibentuk dalam setengah jam pertama setelah kelahiran. (2)
Surfaktan merupakan suatu lipoprotein kompleks yang berisi 6 phospholipid dan 4
apoprotein. Dipalmitoyl phosphatidylcholine (DPPC), atau lecithin, adalah phospholipid
utama. Apoproteins SP-B and SP-C dan substansi lainnya (seperti, nonionic detergent
tyloxapol, C16:0 alcohol hexadecanol [Exosurf]) memfasilitasi adsorpsi and penyebaran
dari DPPC sebagai suatu lapisan yang menurunkan tegangan permukaan pada alveolus
secara invivo

Insiden.
Insiden dan beratnya penyakit RDS bergantung pada usia gestasional. RDS
merupakan penyebab yang sangat sering pada respiratory distress pada prematur dengan
kejadian 86% pada bayi dengan BB 501-750 gr, 75% pada bayi dengan BB 750-1000 gr,
dan 48% pada bayi BB 1001-1250. Insidens sekitar 27% pada BB 1250-1500 gr. (1)

Di USA: RDS terjadi sekitar 20,000-30,000 bayi yang lahir setiap tahunnya, dan ianya
merupakan komplikasi dari 1% kehamilan. Sekitar 50% dari bayi baru lahir pada masa
kehamilan 26-28 minggu berkembang menjadi RDS, sebaliknya <30% dari bayi prematur
yang lahir pada masa kehamilan 30-31 minggu berkembang menjadi RDS. (4)

Secara internasional: RDS dilaporkan terjadi pada seluruh belahan bumi, RDS juga
dilaporkan frekwensi yang lebih rendah di negara-negara berkembang. Hal ini mungkin
disebabkan banyaknya proses kelahiran yang tidak tercatat, di rumah oleh bidan atau
dukun beranak sehingga angka pencatatan di rumah sakit menjadi tidak akurat. (4)

RDS utamanya terjadi pada bayi usia kehamilan yang lebih muda dari 32 minggu dan BBL
kurang dari 1200 gr. (4)

7
Faktor Resiko.

Beberapa faktor resiko pada HMD antara lain :

1. Gestational age yang kurang

2. Asfiksia dan hipoksia pada perinatal

3. Ibu dengan DM

Bila hanya HMD saja yang mendasari RDN, biasanya bayi akan mengalami perbaikan
setelah 3 hari. Namun sayangnya seringkali HMD tidak berdiri sendiri, selalu diikuti kondisi
lain seperti kelebihan cairan parenteral, congenetal heart disease seperti PDA dengan
kondisi edema paru, juga infeksi yang memperberat kondisi kesehatan bayi (1,2,5).

Gejala Klinis. (1,4,6)


Bayi dengan RDS memilki semua gejala respiratory distress, yaitu mengorok
(grunting), takhipnoe, retraksi otot pernafasan subcostal dan intercostal, peranafasan
cuping hidung, dan sianosis biasanya bermanifestasi pada beberapa jam pertama dan
akan memberat sampai pada sebelum usia 8 jam dapat menjadi gejala dari asidosis,
hipoglikemi, hiperkalemi dan hipokalsemi. Jika gejala tidak berkembang atau menjadi
normal sampai pada umur 8 jam, maka diagnosa RDS dapat disingkirkan.
Gejala dari RDS biasanya mencapai puncaknya pada hari ketiga, dan berkurang
dengan cepat bila diuresis sudah terjadi dan kebutuhan oksigen dan ventilasi mekanik
berkurang.

Pemeriksaan Laboratorium : (6)


Untuk analisa gas darah biasanya diperoleh dari kateter arteri terpasang baik
secara perifer atau sentral (umbilikus), ataupun yang diperoleh dari penusukan
darah perifer.
Analisa gas darah menunjukan respirasi maupun metabolik asidosis dengan
hipoksia.
o Respirasi asidosis terjadi karena atelektasis dari alveolus dan/atau dilatasi
yang berlebihan dari saluran bronchiolus terminalis
o Metabolik asidosis berasal dari asidosis asam laktat yang dihasilkan dari
rendahnya perfusi jaringan dan metabolisme anaerobik
o Hipoksia terjadi dari darah yang right-to-left shunting melewati pembuluh
darah paru seperti pada PDA ataupun pada foramen ovale
Pulse oximetry digunakan sebagai pemeriksaan laboratorium noninvasive untuk
memonitor saturasi oksigen.

8
Pemeriksaan Radiologi.

1. Foto konvensional foto thorax .

Foto konvensional, thorax foto merupakan modalitas x-ray yang penting dalam

membantu menegakan diagnosa HMD.

Gambaran secara klasik yang dapat ditemukan yaitu : (1,5,7)

a) Penurunan volume paru-paru / hypoaerasi (Low-volume lungs)

b) Perselubungan homogen granul-granul lentikularis (Homogeneous opacity)

c) Air bronchograms sign (ABS)

Berdasarkan chest x-ray didapatkan tingkatan (grade) dari RDS : (7)

1) Grade I

Retikular yang sedikit (slight granular) berkurang pada transparansi paru, tidak ada
perbedaan yang nyata dengan kondisi normal.

Alle Suche Suchen

34137557355890 en

2) Grade II

Transparansi paru yang berkurang, hypoaerasi, tampak airbronchogram sign, batas


jantung menjadi kurang jelas.

9
3) Grade III
Seperti grade II, namun transparansi paru berkurang lebih jelas, hypoaerasi bertambah,
batas jantung dan diafragma menjadi kabur

4) Grade IV

Gambaran paru secara nyata tampak putih (white lung). Tidak tampak lagi aerasi paru

2. USG

Tidak terlalu banyak yang didapatkan pada pencitraan USG, opasitas homogen
dengan gambaran echogenik homogen sehubungan terjadinya perselubungan dari lobus
bawah mungkin bisa saja ditemui pada USG bagian atas abdomen.
USG dapat juga berguna untuk melihat kondisi efusi pleura yang memang jarang pada
RDS, jadi membantu untuk menyingkirkan diagnosa banding. (4)
3. CT dan MRI.
Pemeriksaan baik dengan CT maupun MRI sangat kecil kemungkinan dibutuhkan
pada RDS, disamping beban radiasi yang berat, baik CT maupun MRI memerlukan proses
yang rumit bagi kondisi bayi bila dibandingkan untuk kebutuhan diagnostik.

10
Therapi.
Penatalaksanaan bayi RDS dilakukan mengatasi kondisi darurat dan kondisi yang
berkembang pada bayi.
Adapun secara umum penatalaksanaan tersebut mencakup : (6)
a. Resusitasi cairan
b. Therapi surfaktan
c. Oksigenasi
d. Bantuan pernafasan ventilasi (ventilator)
e. Antibiotik
f. Kebutuhan cairan, nutrisi, regulasi temperatur

11

Anda mungkin juga menyukai