Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI TEKONOLOGI NUKLIR

FITOREMEDIASI

Disusun oleh :

Nama : Elsa Fitrianti Pratiwi


NIM : 011400378
Prodi : Teknokimia Nuklir
Semester : VI
Kelompok :1
Rekan Kerja : 1. Bayu Putra Wicaksana
2. Hezekiel Karunia Putra
Asisten : Rico Iman Decamarta, S ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2016
Fitoremediasi

I. TUJUAN
Memahami tentang phytoremediasi dan metode isoterm adsorbsi
Mengetahui nilai isoterm adsorbsi pada persamaan Langmuir dan Freundlich
Menentukan konstanta adsorbsi

II. DASAR TEORI


Phyto asal kata Yunani/ greek phyton yang berarti tumbuhan/tanaman (plant),
Remediation asal kata latin remediare ( to remedy) yaitu memperbaiki/
menyembuhkan atau membersihkan sesuatu.
Jadi Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu sistim dimana tanaman
tertentu yang bekerjasama dengan micro-organisme dalam media (tanah, koral dan air)
dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/pollutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya
bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang secara biologi yang
memanfaatkan tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat berasosiasi untuk mengurangi
polutan lingkungan baik pada air, tanah dan udara yang diakibatkan oleh logam atau bahan
organik.
Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses secara
serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada
disekitarnya

1. Phytoacumulation (phytoextraction)
Proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi
disekitar akar tumbuhan, disebut juga Hyperacumulation. Akar tanaman menyerap limbah
logam dari tanah dan mentranslokasinya ke bagian tanaman yang berada di atas tanah.
Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap dan bertahan
dalam berbagai limbah logam. Terutama di tempat-tempat yang tercemar dengan lebih dari
satu jenis logam. Ada spesies tertentu yang disebut hiperakumulator tanaman yang
menyerap jumlah jauh lebih tinggi dari polutan dibandingkan spesies lainnya kebanyakan.
Spesies ini digunakan pada banyak situs karena kemampuan mereka untuk berkembang di
daerah-daerah yang sangat tercemar. Setelah tanaman tumbuh dan menyerap logam
mereka dipanen dan dibuang dengan aman. Proses ini diulang beberapa kali untuk
mengurangi kontaminasi ke tingkat yang dapat diterima.
Dalam beberapa kasus memungkin untuk benar-benar mendaur ulang logam
melalui proses yang dikenal sebagai phytomining, meskipun ini biasanya digunakan pada
logam mulia. Senyawa logam yang telah berhasil phytoextracted meliputi seng, tembaga,
dan nikel. Logam kontaminan dalam tanah: diserap oleh akar (penyerapan), pindah ke
tunas (translokasi), dan disimpan (akumulasi).

Tanaman yang mengandung kontaminan logam dapat dipanen atau dibuang,


memungkinkan untuk pemulihan logam.
2. Rhizofiltration
Merupakan proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar. Rhizofiltration mirip dengan Phytoextraction tapi digunakan untuk
membersihkan air tanah terkontaminasi daripada tanah tercemar. Kontaminan yang baik
teradsorbsi ke permukaan akar atau diserap oleh akar tanaman.
Tanaman yang digunakan untuk rhizoliltration tidak ditanam langsung di situs
tetapi harus terbiasa untuk polutan yang pertama. Tanaman hidroponik di tanam pada
media air, hingga sistem perakaran tanaman berkembang. Setelah sistem akar yang besar
pasokan air diganti untuk pasokan air tercemar untuk menyesuaikan diri tanaman. Setelah
tanaman menjadi acclimatised kemudian ditanam di daerah tercemar di mana serapan akar
air tercemar dan kontaminannya sama. Setelah akar menjadi jenuh kemudian tanaman
dipanen dan dibuang. Perlakuan yang sama dilakukan berulangkali pada daerah yang
tercemar sehingga dapat mengurangi polusi. Percobaan untuk proses ini dilakukan dengan
menanan bunga matahari pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di
Chernobyl, Ukraina.

3. Phytostabilization
Merupakan penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin
terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada akar
sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Untuk mencegah kontaminasi
dari penyebaran dan bergerak di seluruh tanah dan air tanah, zat kontaminan diserap oleh
akar dan akumulasi, diabsorbsi akar, terjadi pada rhizosfer (ini adalah daerah di sekitar akar
yang bekerja seperti laboratorium kimia kecil dengan mikroba dan bakteri dan organisme
mikro yang disekresikan oleh tanaman) ini akan mengurangi atau bahkan mencegah
perpindahan ke tanah atau udara, dan juga mengurangi bioavailibility dari kontaminan
sehingga mencegah penyebaran melalui rantai makanan. Teknik ini juga dapat digunakan
untuk membangun kembali komunitas tanaman pada daerah yang telah benar-benar
mematikan bagi tanaman karena tingginya tingkat kontaminasi logam.
Kontaminan organik dalam tanah adalah: diserap oleh akar tanaman dan dipecah
menjadi bagian-bagian mereka dengan "eksudat" dalam sistem akar tanaman

4. Rhyzodegradetion
Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-
assisted bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas
microba yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bacteri.

5. Phytodegradation
Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan
untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks
menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan
yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung
pada daun, batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan
oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia
yang mempercepat proses proses degradasi.

6. Phytovolatization
Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh
tumbuhan dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi
untuk selanjutnya di uapkan ke atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200
sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.
Jenis Tanaman Fitoremediasi
Jenis tanaman yang dapat digunakan untuk media fitoremediasi antara lain:
1. Bunga matahari/ Heliantus anuus : mendegradasi Uranium
2. Populas trichocarpa, P.deltaritas Famili sacnaceae : mendegradasi TCE
(Trichloroethylene)
3. Najar graminae (tumbuhan air) : menyerap Co, Pb,Ni
4. Vetiver grass (Vetiveria zizonaides), akar wangi: mendegradasi Pb, Zn
5. Kangkung air, teratai, eceng gondok : menyerap/mengakumulasi logam berat pada
semua jaringan.

Kelebihan dan kekurangan Fitoremediasi


1. Kelebihan Fitoremediasi
a. Biaya murah karena memanfaatkan cahaya matahari
b. Mudah diterima oleh masyarakat
2. Kekurangan Fitoremediasi
a. Terbatas pada air dan tanah
b. Cara kerjanya lambat
c. Dapat meracuni tanaman dan berpotensi masuk ke makanan
d. Racun sulit diketahui jenisnya
Isoterm Adsorbsi
Isoterm adsorpsi adalah salah satu besaran yang paling karakteristik dalam proses
adsorpsi. Bentuk isoterm adsorpsi menyediakan banyak informasi tentang sifat kimia dan fisik
dari bahan dan bagaimana hasil proses adsorpsi. Pada prinsipnya, berbagai jenis isoterm dapat
dibedakan, tergantung pada sifat bahan dan jenis interaksi.

Isoterm Adsorbsi Langmuir


Langmuir isoterm menggambarkan adsorpsi adsorbat ke permukaan adsorben, membutuhkan
beberapa asumsi:
1. Permukaan adsorben berada dalam kontak dengan larutan yang mengandung adsorbat
yang sangat tertarik ke permukaan.
2. Permukaan memiliki sejumlah situs tertentu di mana molekul zat terlarut dapat
terserap.
3. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen.
4. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
5. Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
6. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi

Model ini dapat dinyatakan dalam persamaan



=
1 +
Dengan :
qe : jumlah ion logam yang terserap persatuan berat adsorben, ...mg/g;
Ce : konsentrasi kesetimbangan ion logam dalam larutan, mg/l;
qma : kapasitas monolayer adsorben, mg/g; dan
b : konstanta kesetimbangan

Persamaan Langmuir di atas dapat disederhanakan menjadi persamaan linear. Sehingga


persamaannya menjadi seperti di bawah ini :
1 1 1 1
=[ ] +
.
Berdasarkan Persamaan tsb diketahui bahwa 1/ qe merupakan sumbu Y dan 1/Ce
merupakan sumbu X dari kurva isoterm Langmuir.

Isoterm Adsorbsi Freundlich


Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi
dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich.
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen
dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini yang
paling banyak digunakan saat ini.
qe = b.Ce 1/n
Dengan
qe : banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (g)
Ce : konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan (g/l)
b,n : konstanta adsorben

Persamaan Freundlich diatas dapat disederhanakan menjadi persamaan linear.


Sehingga persamaannya menjadi seperti di bawah ini :
1
log() = log() + log()

Berdasarkan persamaan tsb diketahui bahwa log (qe) merupakan sumbu Y dan log
(Ce) merupakan sumbu X dari kurva isoterm Freundlich. Kurva isotherm Freundlich dapat
di gambarkan seperti berikut :

III. Alat dan Bahan


Alat :
1. Pipet appendof
2. Pinset
3. Gunting
4. Neraca analitis
5. Penghalang Pb
6. Counter GM
Bahan :
1. Tanaman enceng gondok ( masih dalam pot beserta air dan tanah)
2. Zat radioaktif I-131

IV. Langkah Kerja


Tanaman eceng gondok disediakan sebanyak tiga batang dengan ukuran yang seragam
Tanaman eceng gondok ditanam dalam pot plastik yang sudah diberi air sebanyak 600 ml.
Tanaman eceng gondok yang telah ditanam masing-masing pot, ditetesi radioisotop I-131
dengan variasi 1 ml; 1,5 ml; dan 2 ml.
Tanaman dibiarkan selama 24 jam, kemudian setelah didiamkan selama 24 jam dilakukan
pencacahan menggunakan detektor Geiger muller.
Standar dibuat dnegan meneteskan radioisotop I-131 pada kertas saring sebanyak 50 L,
kemudian didiamkan selama 24 jam dan dicacah menggunakan detektor Geiger muller pada
HV 760 selama 100 detik. Sebelumnya kertas saring telah ditimbang terlebih dahulu.
Massa sampel yang dicacah ditimbang menggunakan neraca analitik. Massa planset yang
digunakan juga ditimbang.
V. Data Pengamatan
HV GM = 760 V
Waktu = 100 detik
Jarak = 2 cm (pengukuran di slot 2)

Volume air = 500 ml


Volume NaI di pot 1 = 1 ml
Volume NaI di pot 2 = 2 ml
Volume NaI di pot 3 = 3 ml
NaI = 3.67 g/ml

CACAHAN Latar (C/100


s) Standar (C/100 s)
58 72001
59 72413
64 72296
Rata-rata 60.33 72236.67

POT 1 Cacahan (C/100 s) Massa gram


daun 306 0.2684
batang 252 0.7616
akar 173 0.0851

POT 1 Cacahan (C/100 s) Massa gram


daun 525 0.2580
batang 371 0.7270
akar 361 0.0760

POT 1 Cacahan (C/100 s) Massa gram


Daun 741 0.2813
batang 444 0.5662
akar 433 0.0793
VI. Perhitungan
1. Cacahan Net
Cacahan Net = Cacahan Cacahan Latar
CACAHAN Latar (C/100
s) Standar (C/100 s)
58 72001
59 72413
64 72296
Rata-rata 60.33 72236.67
Cacahan Standar Netto 72176.33

POT 1 Cacahan (C/100 s) Cacahan Netto


daun 306 245.67

batang 252 191.67

akar 173 112.67

POT 1 Cacahan (C/100 s) Cacahan Netto


daun 525 464.67

batang 371 310.67

akar 361 300.67

POT 1 Cacahan (C/100 s) Cacahan Netto


Daun 741 680.67

batang 444 383.67

akar 433 372.67

2. Menghitung Harga qe
131
=

Harga qe pada sampel akar 1 (1 mL)
Banyaknya I-131 yang diserap oleh akar eceng gondok pada sampel 1 :
131
=
131
1 72176.33
=
112.67
= 0.00156
Massa NaI-131 yang terserap :
1000
0.00156 3.67 3 = 5.73
1
Sehingga, qe :
= 0,3762
5.73
= = 67.319
0.085

3. Menghitung konsentrasi kesetimbangan NaI-131 dalam larutan


131
=

Massa NaI-131 :
=
1000
= 13 3.67 3 = 3670
1
Massa NaI-131 dalam larutan = massa NaI-131 massa NaI-131 yang terjerap
= 3670 mg 5.73 mg
= 3664.27 mg
Volume larutan = 500 ml = 0,5 L
3664.27mg
= = 7328.54
0,5
Dengan cara yang sama, maka didapatkan data sebagai berikut :

Cacahan Berat Vol NaI terserap


Pot 1 Cacahan Net (gram) (ml) qe Ce
daun 306.000 245.667 0.268 0.00340 46.541 7315.017
batang 252.000 191.667 0.762 0.00266 12.796 7320.508
akar 173.000 112.667 0.085 0.00156 67.319 7328.542
0.008 ml (27.97
Total NaI terserap mg)
Cacahan Berat Vol NaI terserap
dPot 1 Cacahan Net (gram) (ml) qe Ce
daun 525.000 464.667 0.258 0.00644 91.578 7292.746
batang 371.000 310.667 0.727 0.00430 21.729 7308.407
akar 361.000 300.667 0.076 0.00417 201.161 7309.424
0.015 ml (54.712
Total NaI terserap mg)

Cacahan Berat Vol NaI terserap


Pot 1 Cacahan Net (gram) (ml) qe Ce
daun 741.000 680.667 0.281 0.00943 123.037 7270.779
batang 444.000 383.667 0.566 0.00532 34.455 7300.983
akar 433.000 372.667 0.079 0.00516 238.956 7302.102
0.02 ml (73.1
Total NaI terserap mg)

4. Grafik Standar Langmuir dan Freundlich


a. Persamaan adsorpsi menurut Langmuir
AKAR BATANG DAUN
POT
1/ce 1/qe 1/ce 1/qe 1/ce 1/qe
0.021486468 0.000136705 0.078146422 0.000136603 0.014854665 0.000136453
1
0.010919605 0.000137123 0.04602232 0.000136829 0.004971152 0.00013681
2
0.008127631 0.000137537 0.02902315 0.000136968 0.004184864 0.000136947
3

Dari data diatas dibuat grafik hubungan 1/Ce vs 1/qe mengikuti persamaan Langmuir.

Grafik 1/ce vs 1/ qe Daun


0.025
y = 148.41x + 0.0011
0.02 R = 0.9981

0.015
1/qe

0.01

0.005

0
0 0.00002 0.00004 0.00006 0.00008 0.0001 0.00012 0.00014 0.00016
1/ce
Grafik 1/ce vs 1/ qe Batang
0.09
0.08 y = 523.23x + 0.0074
R = 0.989
0.07
0.06
0.05
1/qe

0.04
0.03
0.02
0.01
0
0 0.00005 0.0001 0.00015
1/ce

Grafik 1/ce vs 1/ qe Akar


0.016
0.014 y = 123.67x - 0.0023
R = 0.9691
0.012
0.01
1/qe

0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 0.00002 0.00004 0.00006 0.00008 0.0001 0.00012 0.00014 0.00016
1/ce

Dari grafik hubungan hubungan 1/Ce vs 1/qe didapat persamaan regresi :


y = 148.41 x 0.0011
Dari rumus sebagai berikut
1 1 1 1
=[ ] +
.
Maka,
Intersep = a = -0,0064
1
= 0.0011

= 909.1
Slope = b = 199,2
1
= 148.41
.
1
= 148.41
909.1
= 0.000007
Dengan cara yang sama, diketahui :

Daun BATANG Akar


0.0011 0.0074 -0.0023
a
148.41 523.23 123.67
b
0.9981 0.989 0.97
r2
909.09 135.14 -434.78
q max
0.000007 0.000014 -0.000019
k

b. Persamaan adsorpsi menurut Freundlich


AKAR BATANG DAUN

log qe log ce log qe log ce log qe log ce


POT
1.67 3.86 1.11 3.86 1.83 3.87
1
1.96 4.17 1.34 4.17 2.30 4.17
2
2.09 4.34 1.54 4.34 2.38 4.34
3

Dari data diatas dibuat grafik hubungan Log Ce vs Log qe mengikuti persamaan
Freundlich.

Grafik log(Ce)
vs log(qe)
Daun
2.50

2.00

1.50
log(qe)

1.00 y = 0.8945x - 1.7822


R = 0.9947
0.50

0.00
3.80 3.90 4.00 4.10 4.20 4.30 4.40
log(Ce)
Grafik log(Ce)
vs log(qe)
Batang
2.00

1.50 y = 0.8861x - 2.3271


R = 0.9879
log(qe)

1.00

0.50

0.00
3.80 3.90 4.00 4.10 4.20 4.30 4.40
log(Ce)

Grafik log(Ce)
vs log(qe)
Akar
3.00
2.50 y = 1.1991x - 2.7756
R = 0.9396
2.00
log(qe)

1.50
1.00
0.50
0.00
3.80 3.90 4.00 4.10 4.20 4.30 4.40
log(Ce)

Dari grafik hubungan hubungan Log Ce vs Log qe pada akar didapat persamaan regresi :
y = 0.8945x 1.7822
Dari rumus sebagai berikut
= . 1/
1
log = log + log

Maka,
Slope = b -0,0345
1
= 0.8945

= 1.1179
Intersep = a = 0,4041
log = 1.7822
= 60.56

AKAR BATANG DAUN


1.7822 2.3271 2.7756
a
0.8945 0.8861 1.1991
b
0.9947 0.9879 0.9396
r2
1.1179 1.1285 0.8340
n
60.56 212.37 596.43
k

5. Persamaan Langmuir dan Freundlich untuk 1 tanaman utuh

Dengan mengasumsikan bahwa tanaman utuh terdiri dari batang, daun, dan akar,
maka kita dapat menjumlah kan qe yang tadinya mg NaI/g batang, mg NaI/g daun, dan mg
NaI/g akar, menjadi mg NaI/g tanaman. Namun, perbandingan massa antara
daun:batang:akar tentunya tidak 1:1:1, sehingga rumus diatas didekatkan dengan qe
tanaman = (qe daun x % w Daun/w Tanaman) + (qe batang x % w batang /w Tanaman) +
(qe akar x % w akar/w Tanaman). Namun penulis tidak menemukan sumber pustaka
mengenai presentase rata-rata berat daun, batang, dan akar, khususnya pada tanaman
enceng gondok, sehingga diasumsikan bahwa presentase daun sebesar 50 %, presentase
batang sebesar 10 % dan presentase akar sebesar 40 %. Asumsi ini diambil dengan dasar
bahwa pada tanaman enceng gondok yang dipakai untuk praktikum memiliki bagian
terbesar berupa daun, lalu akar yang hamper sama besar dan beratnya, dan hanya sedikit
bagian batang.

Pada pot 1
Qe tanaman = (46.541 mg NaI/g daun x 50 % g daun/g tanaman) + (12.796 mg
NaI/g batang x 10 % g batang/g tanaman) + (67.319 mg NaI/g akar x 40 % g akar/g
tanaman)
Qe tanaman = 51.478 mg NaI/g tanaman
Dengan cara yang sama,
Pada pot 2 = qe tanaman = 128.426 mg NaI/g tanaman
Pada pot 3 = qe tanaman = 160.547 mg NaI/g tanaman
Dengan begitu, nial qe dan ce,

Volume NaI Qe (mg NaI/g tanaman) Ce (mg NaI/L)


1 ml 51.478 7237.045
2 ml 128.426 14423.147
3 ml 160.547 21698.907

Maka nilai yang dubutuhkan untuk plot grafik langmuir-freundlich sebagai berikut

Pot 1/qe 1/ce log(qe) log(Ce)


1 0.019426 0.000138 1.712 3.860
2 0.007787 0.000069 2.109 4.159
3 0.006229 0.000046 2.206 4.336

Grafik log(Ce)
vs log(qe)
TAnaman
2.50

2.00

1.50
log(qe)

1.00 y = 0.8945x - 1.7822


R = 0.9947
0.50

0.00
3.80 3.90 4.00 4.10 4.20 4.30 4.40
log(Ce)
Grafik 1/ce vs 1/ qe Tanaman
0,000,000

0,000,000
y = 149.18x - 0.0015
R = 0.9814
0,000,000
1/qe

0,000,000

0,000,000

0,000,000
0,000,0000,000,0000,000,0000,000,0000,000,0000,000,0000,000,0000,000,0000,000,000
1/ce

Dengan cara yang sama seperti diatas, didapatkan nila


K : 0.00001 n : 1.1179
q max : 666.7 kf : 0.0165
VII. Pembahasan
Dalam prercobaan kali ini, kegiatan yang dilakukan adalah fitoremediasi. Fitoremediasi
merupakan upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk dekontaminasi limbah dan
masalah-masalah pencemaran lingkungan, baik secara exsitu (menggunakan kolam buatan atau
reaktor) maupun in-situ (langsung di lokasi tercemar) (Subroto,1996).

Hasil pengolahan data hasil praktikum diatas menunjukan pada pot 1 dengan volume NaI
sebanyak 1 ml, tanaman dapat menyerap 27.97 mg NaI. Pada pot 2 dengan volume NaI sebanyak
2 ml, tanaman dapat menyerap 54.712 mg NaI dan 73.1 mg NaI pada pot 3 dengan NaI 3 ml.
Perbedaan banyaknya NaI yang terserap merupakan suatu kewajaran, Karena terdapat perbedaan
konsentrasi NaI dalam pot. Dari hasil praktikum tersebut dapat kita buktikan bahwa memang benar
jika tanaman dapat mendekontaminasi suatu tempat dengan cara menyerap kontaminan pada
tempat itu.

Adapun perbedaan konsentrasi yang diberikan pada masing-masing pot dimaksudkan


untuk mendapatkan grafik standar sehingga dapat diperkirakan banyaknya pencemar dan berapa
tumbuhan yang diperlukan untuk mengurangi pencemar. Kemudian, tanaman dibiarkan selama 24
jam untuk memberikan waktu bagi tanaman untuk menyerap pencemar. Selanjutnya, persamaan
freundlich dan Langmuir pada perhitungan dimaksudkan agar dapat di perkirakan berat zat
terserap/berat zat penyerap dan konsentrasi kesetimbangan zat terserap diluar zat penyerap dari
fenomena absorbsi isothermal. Sehingga dapat diketahui konstanta-konstanta yang diperlukan
untuk membentuk persamaan Langmuir dan freundlich, yang nantinya jika persamaan ini sudah
terbentuk dapat digunakan untuk menentukan banyaknya tanaman yang diperlukan (qe, mg NaI/g
tanaman) agar zat kontaminan yang tertinggal dilingkungan sejumlah konsentrasi yang kita
inginkan (Ce, mg NaI/L)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan fitoremediasi yaitu kemampuan daya


akumulasi berbagai jenis tanaman untuk berbagai jenis polutan dan konsentrasi; sifat kimia dan
fisika, serta sifat fisiologi tanaman; jumlah zat kimia berbahaya; mekanisme akumulasi dan
hiperakumulasi ditinjau secara fisiologi, biokimia, dan molekular; serta konsentrasi limbah yang
digunakan (Kurniawan, 2008)
Berhasil atau tidaknya fitoremediasi dapat dilihat dari beberapa parameter, salah satunya
adalah morfologi tanaman (warna daun) dan kondisinya. Dari tanaman yang diamati tampak
bahwa daun berwarna hijau. Namun ada beberapa yang berwarna kekuningan hal ini
dimungkinkan karena pencucian yang kurang bersih pada awal persiapan bahan sehingga masih
ada logam atau zat pencemar lainnya yang masih menempel dari perairan asal tanaman yang
digunakan atau minimnya nutrisi sehingga mempengaruhi warna. Selain itu dapat juga disebabkan
oleh konsentrasi zat radioaktif yang dimasukkan dimana seperti yang diketahui zat radioaktif dapat
mematikan sel-sel hidup termasuk sel pada tanaman.

Dari hasil pengamatan praktikum, dapat diamati juga bahwa, NaI yang diserap tanaman
terkumpul terbesar terkumpul pada daun, kemudian pada akar, dan paling sedikit pada batang.
Hal ini disebabkan oleh kebutuhan air tertinggi pada enceng gondok yaitu pada daun, yang mana
air tersebut akan dipakai untuk kegiatan fotosintesis. NaI yang mudah terlarut dalam air pasti akan
ikut terbawa ke daun. Pada akar, merupakan bagian tanaman yang memiliki cacah NaI terbesar
kedua. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pembuluh pada akar yang mana berfungsi sebagai organ
penyerap NaI. Tentu saja, Karena fungsi akar tersebut, akan banyak didapati NaI disepanjang
pembuluh dalam akar tersebut. Bagian batang merupakan sumber cacahan NaI terkecil. Hal ini
disebabkan Karena batang hanya sebagai tempat lewat NaI yang terbawa air dalam pembuluh, dari
akar menuju daun. Meskipun memiliki pembuluh, jumlah pembuluh didalam batang enceng
gondok tidak sebanyak dibagian akar enceng gondok, sehingga jumlah cacahan NaI yang terdapat
pada batang eceng gondok tidak sebesar jumlah cacahan NaI yang terdapat pada akar.

VIII. Kesimpulan
1. Bagian eceng gondok yang paling banyak menyimpan NaI berturut-turut dari yang
terbesar hingga terendah adalah daun, kemudian akar, dan terakhir batang.
2. Konstanta q max, k, n, dank f untuk tanaman eceng gondok berturut turut sebesar
666.7; 0.00001; 1.1179; dan 0.0165.
3. Konstanta-konstanta tersebut digunakan untuk menyusun persamaan Langmuir-
freundlich, yang digunakan untuk memperkirakan qe dan Ce tanaman.
IX. Daftar Pustaka
1. Darmono. 1995. Logam Dalam System Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta
2. Anonim. Fitoremediasi.
https://www.academia.edu/11960256/FITOREMEDIASI?auto=download
3. Anonim.2016.Fototrof. https://id.wikipedia.org/wiki/Fototrof
4. Anonim.2017.Freundlich Equation.
https://en.wikipedia.org/wiki/Freundlich_equation
5. Anonim.2017.Eceng Gondok. https://id.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok
6. Anonim.2017.Langmuir Adsorption Model
https://en.wikipedia.org/wiki/Langmuir_adsorption_model
7. Reichenauer T G, Germida J J.2008.Phytoremediation of Organic Contaminants in
Soil and Groundwater.Weinheim:Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.

Yogyakarta, 15 Juli 2016


Pembimbing, Praktikan,

Riko Iman Decamarta Elsa Fitrianti Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai