Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Pembimbing:
Mayor CKM dr. Lidwina Marlina Sutikno, SpKJ

Disusun oleh:
Asiah
FK UPN
NIM: 1320221137

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
PERIODE 14 MARET 2016 15 APRIL 2016
A. IdentitasPasien
Nama pasien : Tn. TFN

Umur/ tanggal lahir : 40 tahun / 23 Maret 1975

Agama : Kristen Katolik

Pekerjaan : Pensiunan TNI

Status pernikahan : Sudah menikah 2 kali, tidak memiliki anak

Suku bangsa : Batak

Pendidikan : SECATAM

Alamat : Perumahan Alamanda blok A-6 No. 22 Bekasi

No Rekam Medik : 294252

Tanggal masuk : 19 Maret 2016, Jam 17.15 WIB, Paviliun Amino

B. Riwayat psikiatri
Alloanamnesis pada tanggal 19 Maret 2016 dengan Ny. M (kakak pasien) dan Tn. K
(adik pasien), Jam 17:20 WIB di Paviliun Amino
Autoanamnesis pada tanggal 19 Maret, 22 Maret 2016, di Paviliun Amino
a. Keluhan utama :
Pasien memukuli orang beberapa jam SMRS
B. Keluhan tambahan :
Marah-marah, Gelisah
C. Riwayat Gangguan Sekarang:
Allonamnesis
Pasien memukuli tetangga dekat rumahnya hingga orang tersebut berdarah-darah
beberapa jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien memukul tanpa diketahui penyebabnya.
Keluarga tidak mengetahui runut kejadiannya, karena tidak ada angota keluarga saat kejadian
berlangsung. Menurut keluarga, mungkin sebelumnya terjadi perselisihan sehingga pasien
emosi dan memukul orang tersebut. Biasanya pasien merasa kesal jika ada orang yang
mencibir pasien sebagai orang gila.
Pasien dilaporkan oleh orang tersebut ke serse dan pasien ditangkap. Kemudian keluarga
pasien ditelpon dan pasien dibawa ke RSPAD. Selama perjalanan lengan pasien diborgol.
Pasien terlihat gaduh dan gelisah selama perjalanan.
Beberapa bulan sebelumnya pasien sering marah secara tiba-tiba dan memukul orang
disekitarnya. Pasien juga sering terlihat berbicara sendiri dengan pembicaraan mengenai
perdamaian dan kemanusiaan. Jika diajak untuk berbincang, pembicaraan pasien tidak
dimengerti keluarga dan tidak nyambung. Saat berbicara pasien sering kali membicarakan
tentang perdamaian, kemanusiaan, dan penghianatan.
Pasien sering marah tiba-tiba jika pasien merasa tersinggung. Biasanya pasien
tersinggung jika ada yang mencibir, atau kemauannya tidak dituruti. Jika kemauannya tidak
dituruti pasien menjadi emosi hingga memukul orang yang ada di dekatnya. Pasien pernah
memukul ibunya yang tinggal bersama pasien, hingga ibu pasien merasa tidak kuat dan pergi
meninggalkan pasien.
Pasien tidak dapat mengurus dirinya sendiri dan sudah dipensiunkan dini dari
pekerjaannya. Pasien bisa mandi sendiri namun untuk kebutuhan makan biasanya disediakan
oleh ibu pasien yang tinggal bersama pasien.
Autoanamnesis
Pasien mengaku dirinya dirawat karena pasien emosian dan mudah marah. Pasien dibawa
ke rumah sakit karena telah memukul orang dan memarahinya. Pasien emosi karena pasien
merasa orang tersebut tidak mau dibawa ke polsek. Pasien juga meyakini jika orang tersebut
sering mengatai pasien gila. Orang yang telah dipukul pasien merupakan tetangganya yaitu,
si palsu dan istrinya. Tetangganya yang asli menurut pasien baik. Tetangga asli pasien
merupakan wanita dan menggendong bayi, namun pasien tidak mengetahui bayi siapa.
Tetangga asli pasien sudah kabur dan pasien tidak tahu pergi kemana. Pasien mengaku
mengetahui tetangganya itu palsu dari baunya. Si palsu aromanya tercium seperti semen
karena berasal dari monumen pancasila. Si palsu bukanlah merupakan orang baik dan
bekerja sebagai calo di terminal. Si calo sering berusaha mencuri senjata dari pasien jika
pasien sedang istirahat saat berbaris. Pasien juga meyakini si calo ingin berbuat jahat dan
membunuh pasien. Sehingga pasien merasa tidak aman dan takut tiba-tiba datang si palsu.
Pasien meyakini jika istrinya melakukan persetubuhan dengan lelaki lain termasuk si
calo tetangganya. Pasien sering melihat istrinya dengan si calo sedang mengendarai
motor. Pasien tidak mengetahui mereka hendak kemana. Pasien meyakini jika istrinya tidak
baik dan tidak bermoral. Pasien juga mengatakan bahwa istri si calo sering mengajaknya
bersetubuh, namun itu merupakan tindakan asusila yang seharusnya tidak boleh dilakukan.
Istri si calo juga sering membisikan sesuatu pada telinga pasien yang selalu mengajaknya
untuk bertindak asusila. Saat di rumah sakit pasien dibisiki oleh istri si calo untuk
melakukan onani. Namun saat ditanya pasien melakukannya atau tidak, pasien menjawab itu
tidak baik.
Pasien mengatakan bahwa ada pula Tulusma palsu. Tulusma palsu biasanya sering
merokok dengan ganja dan meminum alkohol. Menurutnya tulusma itu sayang pada ibu dan
keluarganya. Tulusma asli sering tersenyum, namun akan dimarahi oleh tulusma lainnya.
Tulusma palsu sering berbicara kasar. Tulusma palsu dapat dibedakan dengan tulusma asli
berdasarkan suaranya, tulusma palsu terdengar serak karena lendir suaranya. Tulusma palsu
keluar menjadi lendir dan tidak dapat menyentuh orang walaupun mungkin dapat memegang
benda, namun roh-roh seperti itu tidak dapat terlihat dan melihat sehingga tidak dapat
memegang ragawi.
Menurut pasien jika diberikan kuku bima dari ibu tiur itu tidak baik. Hal itu terlihat dari
air kencing yang berubah menjadi hitam. Air kencing itu juga bisa kuning dan coklat.
Pasien mengatakan jika pasien sudah pensiun dini. Pasien memilih pensiun untuk dapat
berdagang. Pasien tidak yakin jika dirinya menerima pensiunnya itu, namun pasien melihat
surat pensiun tersebut telah ditandatangani atas nama dirinya. Pasien meragukan yang
melakukan hal itu adalah dirinya atau Tulusma yang palsu.
Pasien merasa khawatir akan gaji pensiunannya. Menurut pasien banyak orang yang
melakukan azas manfaat karenanya. Jumlah gaji yang diterima pasien setiap bulan diakui Rp.
1.500.000 dan langsung dikirim ke rekening bank. Pasien khawatir si calo atau si palsu akan
mengambilnya, karena atm pasien hilang saat dijalan. Pasien menanyakan masalah
pembuatan atm baru pada dokter muda, dan setelah dijelaskan pasien merasa tenang.
Pasien merasa sifat mudah marahnya ini diakibatkan pasien kurang berolah-raga. Selama
di rumah sakit pasien merasa emosinya mulai terkontrol, karena pasien sering berolah-raga
dan berjalan-jalan di sekitar bangsal. Pasien menyangkal jika emosinya terkontrol itu karena
obat. Menurut pasien obat yang diminumnya tidak sebesar efek pasien berolah-raga.pasien
merasa obat tidak begitu dibutuhkan.
Pasien mengaku sudah mengalami keluhan serupa sejak tahun 2013, 2014 dan 2015.
Pasien tidak selalu dirawat dan sering berobat jalan. Pasien merasa sudah berusaha sebaik
mungkin dan saat keluar pasien ingin berdagang gas elpiji jika sudah mendapatkan modal.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya :


Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mulai berbicara ngawur dan tidak jelas sejak kurang lebih tahun 2000an.
Pasien saat itu bekerja di Batu Raja, Palembang. Pasca pasien ditugaskan di Maluku Utara
saat kerusuhan, pasien juga memiliki persoalan dengan istrinya yang pertama. Mulai saat itu
pasien jika ditelpon orang tua sering tidak nyambung dan sering marah-marah.
Pasien diminta dipindahkan oleh orang tuanya agar pasien dapat berobat. Pasien
dipindahkan ke Kodam Jaya Jayakarta. Setelah dipindahkan pasien dirawat di RSPAD karena
pasien memukul dan marah-marah. Pasien dirawat selama kurang lebih seminggu dan
kemudian diijinkan pulang dengan berobat jalan.
Keluarga tidak mengingat obat yang diberikan saat itu dan dikonsumsi pasien selama
ini. Pasien selalu menyangkal pada keluarganya jika pasien gila. Pasien menolak untuk
meminum obat selama kurang lebih setahun kebelakang. Orang tua pasien mengakalinya
dengan menaruh obat-obatan di makanan pasien. Sehingga pasien masih mendapatkan obat.
Namun dalam beberapa bulan lalu pasien menolak diberikan makanan dan minuman yang
diberikan obat serta meminta makanan dan minumannya ditukar.
Pasien menjadi sering berjudi dan meminta uang pada ibunya, jika permintaannya
tidak dipenuhi pasien marah dan memukul barang atau siapapun yang ada disekitarnya.
Karena pasien sering emosi, pasien pernah memukul ibunya sehingga ibu pasien takut dan
pergi dari rumah. Selama ibu pasien pergi, pasien tinggal sendiri dan mengurus dirinya
sendiri. Pasien sama sekali tidak mengkonsumsi obat saat itu.
Riwayat Medik Umum
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes, asma, kolestrol, jantung dan ginjal.
Riwayat trauma, penyakit saraf, riwayat kejang, tumor otak, nyeri kepala disangkal oleh
pasien.
Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, bukan perokok, maupun menggunakan
penggunaan obat obat terlarang yang rutin maupun penggunaan jangka singkat.
Penggunaan narkoba disangkal.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi :


Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien mengaku dilahirkan secara normal tanpa operasi. Pasien merupakan anak ketiga dari
enam bersaudara. Selama persalinan tidak didapatkan kelainan pada pasien.
Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tumbuh dengan normal seusianya. Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya. Tidak
ada riwayat kejang maupun benturan kepala.
Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien bersekolah di SD Negeri di Medan. Hubungan pasien dengan saudara-saudaranya
cukup harmonis. Pasien merupakan murid yang cukup baik dalam berprestasi.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien menjalani pendidikan di salah satu SMP di Medan. Pasien mengaku prestasinya baik
sama seperti saat pasien Sekolah Dasar. Pasien juga melanjutkan pendidikan SMA di Medan
dan melanjutkan sekolah dengan tes CATAM.
Riwayat Pendidikan
Pasien mengikuti pendidikan SD, SMP, SMA dan pasien tidak pernah tiak naik kelas.
Nilai-nilai cukup baik walaupun tidak sangat baik menurut pasien. Pasien melanjutkan tes
CATAM selesai SMA.
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai TNI-AD di Batu Raja Palembang. Pasien pernah di tugaskan di
daerah konflik dan tidak bermasalah. Saat di daerah konflik pasien bertugas sebagai driver
poll B, sebagai cadangan jika kekurangan driver. Jika tidak sedang bertugas menyetir pasien
ditugaskan di bagian dapur dan kebersihan.
Riwayat Pernikahan
Menurut keluarga pasien sudah menikah 2 kali, namun kedua istri pasien tidak tahu
dimana. Pasien tidak memiliki anak dari keduanya. Namun pasien bingung antara sudah
menikah atau belum.
Pasien menikah dengan istri pertama pada tahun 1998 kurang lebih setahun kemudian
pasien ditinggalkan oleh istrinya begitu saja. Pasien menikah dengan istri kedua pada tahun
2013an, dan istri kedua meninggalkan pasien kurang lebih setahun kemudian. Kehidupan
berkeluarga pasien dengan istri pertama dan kedua kurang diketahui keluarga, namun
pertengkaran di kedua pernikahan itu ada.
Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen Katolik. Pasien merupakan umat yang cukup beriman.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hingga terlibat dalam proses pengadilan.
Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu heteroseksual.
F. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
Laki Laki
Perempuan Pasien

G. Riwayat Sosial Ekonomi Sekarang

Pasien tinggal sendiri dengan pemenuhan kebutuhan dibantu oleh keluarga pasien
yakni adik dan kakak pasien. Awalnya pasien satu rumah dengan ibu kandung, namun ibu
kandung merasa tidak sanggup dan pindah rumah. Pasien mendapatkan gaji dari
pensiunannya dengan jumlah uang Rp. 1.500.000.
Pasien sering menghamburkan uangnya untuk berjudi. Jika pasien tidak memiliki
uang pasien meminta kepada kakak atau adiknya. Pasien mengakui telah menjual motornya
untuk membayar hutang-hutang yang belum dilunasi. Pasien mengaku berhutang hanya untuk
makannya saja dan bukan untuk hal lainnya.

H. Persepsi
a. Persepsi pasien tentang diri dan lingkungan
Pasien menyadari dirinya mudah emosi dan marah-marah, namun pasien tidak
menyadari dirinya sakit. Menurut pasien, ia dibawa ke rumah sakit karena pasien
terlalu sering marah. Pasien merasa bahwa dirinya tidak hanya satu, dan merasa
jika ada orang yang palsu. Pasien merasa aman dan nyaman di lingkungan rumah
sakit karena pasien terbebas dari si calo.
b. Persepsi Keluarga terhadap pasien
Keluarga pasien mengetahui bahwa pasien memiliki gangguan jiwa. Hal ini
tentunya dikarenakan pasien sering marah marah tanpa sebab dan memukuli
orang disekitarnya. Pasien juga sering tampak berbicara sendiri serta jika diajak
berbincang berbicara tidak nyambung.

I. Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki dengan penampilan sesuai dengan usianya.
Perawatan diri pasien cukup dengan badan yang kekar. Pasien mengenakan
baju kaos tanpa lengan dan celana pendek.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Saat pasien akan diwawancara pasien baru saja mandi dan sedang berjalan ke
arah kamar. Pasien menyambut pemeriksa dengan antusias dan wajah
tersenyum. Pasien mempersilahkan pemeriksa dengan sopan. Saat
diwawancara pasien memilih duduk bersila di lantai menghadap pemeriksa.
Pasien melakukan kontak mata saat berbicara dengan pemeriksa. Pasien
cenderung banyak berbicara dan arah pembicaraannya sulit dimengerti. Gerak
tubuh pasien tidak tampak sangat santai dan akrab.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien sangat kooperatif dan fokus saat proses wawancara berlangsung. Dari
sebelum pasien diwawancara, pasien menunjukkan sikap hormat terhadap
pemeriksa. Pasien merasa aman dan nyaman berada di rumah sakit dan tidak
merasa adanya ancaman dari pemeriksa dan petugas rumah sakit.

B. Mood dan Afek


1. Mood : Meninggi / Elevated Mood
2. Afek : Sesuai / Appropriate affect

C. Bicara
Pasien berbicara volume cukup, intonasi tidak monoton, artikulasi jelas, kecepatan
cukup, cenderung logorrhea.
D. Gangguan Persepsi
1. Terdapat halusinasi auditorik (pasien mendengar adanya bisikan suara orang
yang cenderung menyuruh pasien melakukan sesuat, suara dapat berupa suara
perempuan maupun laki-laki)
2. Terdapat halusinasi olfaktori (pasien mengaku dapat membedakan aroma
tetangganya yang asli dan palsu dari baunya, dan bau tetangga palsu diyakini
sebagai bau semen)
3. Terdapat Illusi (melihat air kencing yang berubah-ubah warna dari kuning,
coklat dan hitam)
4. Terdapat Depersonalisasi (pasien merasa bisa menjadi dirinya yang asli dan
palsu)

E. Pikiran
1. Bentuk atau proses berpikir
Pada pasien ini gangguan berupa asosiasi longgar, Flight of ideas,dan irelevan
dalam menjawab beberapa pertanyaan.
2. Isi Pikiran
Pasien memiliki waham aneh (bizarre), waham curiga dengan preokupasi
ingin pulang.

F. Sensorium dan Kognisi


1. Kesiagaan dan Taraf Kesadaran
Kesiagaan baik dan kesadaran compos mentis.
2. Orientasi
Waktu :Baik. Pasien dapat membedakan waktu baik pagi siang
maupun malam. Pasien juga dapat mengetahui tanggal hari dan jam..
Tempat : Baik. Pasien mengetahui jika pasien berada di ruang
perawatan di Rumah Sakit.
Orang : Baik. Pasien dapat mengetahui nama pemeriksa, pasien juga
ingat akan identitas dirinya, nama keluarga pasien.
3. Ingatan
Jangka Panjang : Baik. Pasien mengingat masa kecilnya dan masa
sekolahnya.
Jangka Sedang :Baik. Pasien dapat mengingat bahwa ia seorang prajurit
TNI dan pensiun dini
Jangka Pendek :Baik. Pasien dapat mengingat menu makan siang
pasien.
Jangka Segera : Kurang. Pasien sulit menyebutkan 4 angka yang
diberikan oleh pemeriksa
4. Konsentrasi dan perhatian
Pasien tampak fokus selama pembicaraan dan tidak terpengaruh oleh suara
disekitarnya.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien dapat membaca papan nama pemeriksa dan menuliskan namanya
sendiri.
6. Kemampuan Visuo spasial
Baik. Pasien mengetahui letak tempat tidurnya di kamar dan mengenali arah
untuk ke kamar mandi.
7. Pikiran Abstrak
Tampak terganggu. Pasien dapat mengetahui persamaan mobil dengan motor,
lukisan dengan musik, namun pasien sulit mengungkapkan persamaan apel
dengan jeruk
8. Intelegensi dan Daya informasi
Pasien dapat mengetahui dan menyebutkan nama presiden RI saat ini.

G. Pengendalian Impuls
Pengendalian Impuls pasien baik. Selama proses wawancara pasien tampak tenang
dan fokus

H. Daya nilai dan tilikan


1. Daya nilai sosial
Baik, pasien bersikap wajar terhadap pemeriksa, dokter, perawat, dan petugas
Paviliun Amino
2. Penilaian Realita
RTA terganggu. Pasien memiliki waham aneh (bizarre), waham curiga
3. Tilikan
Derajat 1. Pasien merasa dirinya sehat dan tidak sakit, dan hanya bermasalah
dengan emosinya.
I. Taraf dapat dipercaya (Reliabilitas)
Pasien dapat dipercaya

II. Pemeriksaan Fisik


a. Status Interna
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Status Gizi : Baik
- Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respiratory rate : 20x/menit
d. Suhu : Afebris
- Mata : konjungtiva warna merah muda, anemis (-/-), sklera
warna putih, ikterik (-/-), eksoftalmus (-/-), mata
cekung (-/-), pupil isokor (3mm/3mm)
- THT : Otorrhea (-/-), kedua cuping telinga normal, deformitas
hidung (-/-), faring hiperemis (-), T1-T1 tenang.
- Mulut dan gigi : mukosa bibir pucat (-/-), kebersihan gigi kurang
- Thorax :
Paru : Dinding dada tampak simetris, tidak tampak
ketertinggalan gerak antara hemithoraks kanan dan
kiri, kelainan bentuk dada (-) Perkusi orientasi
selurus lapang paru sonor, suara dasar vesikuler,
ronki (-) , Wheezing (-)
Jantung : S1>S2 reguler; Gallop (-), Murmur (-)
- Abdomen :
- Ekstremitas :
b. Status Neurologis
- GCS : E4M5V6 = 15
- Tanda rangsang meningeal : Pasien menolak untuk diperiksa
- Tanda efek ekstrapiramidal : Tidak ada
- Cara berjalan : normal
- Keseimbangan : normal
- Motorik : normal
- Sensorik : Pasien menolak untuk diperiksa
c. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

III. Formulasi diagnostik


Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit pada pasien ditemukan adanya pola perilaku
yang secara klinis bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) dan hendaya (disability), sehingga pada pasien ini dapat disimpulkan
bahwapasien memiliki gangguan jiwa.
Pada pasien ini diambil diagnosis Skizoafektif tipe manik (F25.0) karena memenuhi
kriteria dari skizoafektif yaitu:
Adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada aat yang
bersamaan (simultaneusly), dalam satu episode penyakit yang sama, dan episode
penyakit tidak memenuhi kriteria skizofrenia maupun episode manik.
Episode skizofrenia dan episode manik bukan merupakan episode penyakit yang
berbeda.
Pasien digolongkan sebagai tipe manik karena memenuhi gejala diagnostik berikut,
yaitu:
Episode skizoafektif tunggal
Afek tampak meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak
Dalam episode yang sama didapatkan satu atau dua gejala skizofrenia yang
khas, yaitu:
o tought insertion pasien merasa dirinya ada dua yang asli dan palsu,
dan pasien merasa dirinya dapat dikuasai oleh dirinya yang palsu
o Waham yang menonjol:
i. Waham aneh (bizzar) pasien meyakini jika dirinya ada yang
asli dan palsu yang dapat berubah menjadi lendir.
ii. Waham curiga : pasien meyakini jika istrinya berselingkuh,
pasien meyakini jika ada yang akan membunuhnya

Aksis II
Pada pasien ini diambil diagnosis aksis 2 berupa ciri kepribadian paranoid, yaitu:
Pasien cenderung menyimpan dendam
Kecurigaan terhadap tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu
sikap penghinaan
Kecurigaan tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
Aksis III
Tidak ada diagnosis
Aksis IV
Pada pasien ini ditemukan adanya masalah dengan primary support group (keluarga) dan
juga masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, yaitu tetangganya dan orang
disekitarnya karena takut dipukuli.
Aksis V
nilai GAF pasien saat ini adalah 40-31 yaitu terdapat beberapa disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi, seta disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

IV. Evaluasi multi aksial


Aksis I : Skizoafektif tipe manik (F. 25.0)
Aksis II : Ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis (none)
Aksis IV : Masalah dengan primary support group dan lingkungan sosial
Aksis V : GAF level 40-31

V. Daftar Masalah
Organobiologik :
Tidak ditemukan
Psikologik
Mood : Meninggi / Elevated
Gangguan persepsi : Halusinasi visual, olfaktori, illusi dan depersonalisasi
Proses/bentuk pikir : Assosiasi longgar
Isi pikir : waham aneh dan curiga
Tilikan : derajat 1

Lingkungan dan Sosial


Pada pasien ini memiliki masalah dengan primary support group (keluarga) dan masalah
berkaitan dengan hubungan lingkungan social

VI. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : Malam
Quo ad sanationam : Malam

VII. Rencara Terapi


a. Psikofarmaka
Risperidon 2 x 2mg P.O
Trihexylphenidyl 2 x 2 mg P.O

b. Psikoterapi
1. Terhadap pasien :
- Terapi perilaku
Untuk meningkatkan kemampuan sosial penderita mulai dari kemampuan
memenuhi diri sendiri, mengajarkan perilaku adaptif, keteraturan minum obat.
- Terapi Okupasi
Bertujuan untuk membantu penderita untuk bekerja
2. Terhadap Keluarga
- Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang pasien miliki sehingga
keluarga dapat lebih mengerti kondisi yang dialami oleh pasien saat ini dan dapat
menerima pasien dalam keadaanya sekarang.
- Menunjuk salah satu dari anggota keluarga untuk menjadi key person sehingga
pasien dapat terkontrol untuk minum obat sehingga tidak terjadi kekambuhan pada
kondisi pasien.

Anda mungkin juga menyukai