PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu pemboran adalah
pada lumpur bor. Karena berbagai faktor pemboran yang ada maka lumpur
pemboran mutlak diperlukan pada proses tersebut. Pada mulanya orang hanya
menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran (cutting). Seiring
dengan berkembangnya teknologi, lumpur mulai digunakan untuk mengangkat
cutting. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia (additive)
ditambahkan ke dalam lumpur dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk
pemboran walaupun lumpur tetap digunakan.
Lumpur pemboran adalah fluida yang digunakan untuk membantu proses
pemboran. Komposisi dan sifat fisik lumpur sangat berpengaruh terhadap suatu
operasi pemboran karena salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya
suatu pemboran adalah tergantung pada lumpur pemboran. Kecepatan pemboran,
efisiensi, keselamatan, dan biaya pemboran sangat tergantung dari lumpur
pemboran yang dipakai.
Pada awalnya sistem rotary drilling Lumpur dimaksudkan untuk
mengangkat serbuk bor (cuttings) dari dasar sumur ke permukaan saja. Tetapi
dengan majunya teknologi, Lumpur mempunyai banyak fungsi dalam dunia
pemboran dalam mengatasi masalah dalam pemboran. Lumpur bor merupakan
cairan yang berbentuk lumpur, dibuat dari percampuran zat cair, zat padat dan zat
kimia. Zat cair disini sebagai bahan dasar agar lumpur dapat dipompakan. Zat
padat ada dua macam yaitu untuk memberikan kenaikkan berat jenis (density) dan
untuk membuat lumpur mempunyai kekentalan (viscosity) tertentu. Sedangkan zat
kimia dapat berupa zat padat maupun zat cair yang bertugas untuk mengontrol
sifat-sifat lumpur agar sesuai dengan yang dinginkan. Sifat-sifat lumpur harus
disesuaikan dengan kondisi lapisan yang akan ditembus. Karena lapisan-lapisan
atau formasi-formasi yang akan ditembus atau dilalui oleh lumpur itu bermacam-
macam atau berubah-ubah, maka kita selalu mengubah-ubah sifat lumpur dengan
menambahkan zat kimia yang sesuai. Untuk itu sifat-sifat lumpur harus selalu
1
diukur, baik lumpur yang mau masuk ke dalam lubang maupun lumpur yang baru
keluar dari dalam sumur.
Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran adalah :
1. Mengangkat cutting ke permukaan.
2. Mengontrol tekanan formasi.
3. Mendinginkan dan melumasi pahat dan drillstring.
4. Membersihkan dasar lubang bor.
5. Membantu stabilitas formasi.
6. Melindungi formasi produktif.
7. Membantu dalam evaluasi formasi.
Fungsi lumpur pemboran di atas ditentukan oleh komposisi kimia dan sifat
fisik lumpur. Kesalahan dalam mengontrol sifat fisik lumpur akan menyebabkan
kegagalan dari fungsi lumpur yang pada gilirannya dapat menimbulkan hambatan
pemboran dan akhirnya menimbulkan kerugian besar.
Secara umum lumpur pemboran mempunyai tiga komponen atau fasa :
1. Fraksi cairan :
a. Air.
b. Minyak.
c. Emulsi minyak dan air.
2. Fraksi padat
a. Reaktif solid ( clay, bentonite, attapulgite ).
b. Innert solid.
3. Fraksi Additive
a. Material pemberat.
b. Filtration loss reduce agent.
c. Viscousifier.
d. Thinner.
e. PH Adjuster (pengontrol).
f. Shale stabilisator agent.
\
2
Sedangkan pengelompokan lumpur bor berdasarkan fasa fluidanya, yaitu :
1. Lumpur air tawar (Fresh water Mud).
2. Lumpur air asin (Salt water Mud).
3. Oil in water emulsion Mud.
4. Oil base dan Oil base emulsion Mud.
5. Gaseous drilling fluids.
3
BAB II
DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN
KADAR MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN
4
Dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Volume setiap material adalah additive :
Vs + Vml = Vmb
Keterangan :
Vs = Volume solid, gallon
Vml = Volume lumpur lama, gallon
Vmb = Volume lumpur baru, gallon
s = densitas solid, ppg
ml = densitas lumpur lama, ppg
mb = densitas lumpur baru, ppg
dari persamaan 1 dan 2 di dapat :
(mb- ml)Vml
Vs = s-mb
(mb- ml)Vml
Ws= s
s-mb
5
% volume solid :
Vs (mb- ml)
x 100%= x 100%
Vmb s- ml
% berat solid :
(mb- ml)
Ws = 684 (35.8- mb)
Keterangan :
(mb- ml)
Ws = 398 (20.825- mb)
Keterangan :
Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama
6
2.2.2 SAND CONTENT
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam lumpur
pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-
serpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat mempengaruhi
karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini akan menambah
beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu, setelah lumpur
disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama
sirkulasi. Peralatan-Peralatan yang biasa digunakan disebut dengan
Conditioning Equipment, antara lain :
Shale shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau cutting
yang berukuran besar. Penggunaan screen (saringan) untuk problematika
padatan yang terbawa dalam lumpur menjadi salah satu pilihan dalam solid
control equipment. Solid/padatan yang mempunyai jari-jari yang lebih
besar dari jari-jari screen akan tertinggal/tersaring dan dibuang, sehingga
jumlah solid dalam lumpur bisa terminimalisasi. Jari-jari screen di set agar
polimer dalam lumpur tidak ikut terbuang. Kerusakan screen bisa
diperbaiki dan diganti.
7
Degassser
Fungsinya membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
lumpur pemboran. Peralatan ini sangat berfungsi pada saat pemboran
menembus zona permeable, yang ditandai dengan pemboran menjadi lebih
cepat, densitas lumpur berkurang dan volume lumpur pada mud pit
bertambah.
Desander
Fungsinya membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan yang
berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker.
Desilter
Fungsinya sama dengan desander tetapi desilter dapat membersihkan
lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil. Penggunaan
8
desilter dan mud cleaner harus dioptimalisasi oleh beberapa faktor seperti :
berat lumpur, biaya fasa liquid, komposisi solid dalam lumpur, biaya fasa
liquid, biaya logistik yang berhubungan dengan bahan kimia dan lain-lain.
Biasanya berat lumpur yang dikehendaki sekitar 10.8 biasanya lebih
praktis dengan menggunakan mud cleaner dibandingkan dengan
penyaringan dengan screen terkecil. Selain itu penggunaan mud cleaner
lebih praktis juga lebih murah.
Vs
n= x 100%
Vm
Dimana :
n = kandungan pasir
Vs = Volume pasir dalam lumpur
Vm = Volume lumpur
9
2.3. PERALATAN DAN BAHAN
2.3.1. PERALATAN
Mud balance
Retort kit
Multi mixer
Wetting agent
Sand Content Set
Gelas ukur 500 cc
Timbangan
10
Gambar 2.7. Multi Mixer
11
Gambar 2.10. Timbangan
2.3.2. BAHAN
Barite
Bentonite
Aquades
12
Gambar 2.13. Barite
13
dimasukkan sedikit demi sedikit setelah multi mixer dijalankan.
Selang beberapa menit setelah dicampur, bejana diambil dan isi cup
mud balance dengan lumpur yang telah dibuat.
d) Cup ditutup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan
tutup cup dibersihkan.
e) Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur
rider hingga seimbang. Baca densitas yang ditunjukkan oleh skala.
f) Ulangi langkah lima untuk komposisi campuaran yang berbeda.
2. Sand Content
a) Isi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Tambahkan air pada batas berikutnya. Tutup mulut tabung dan
kocok dengan kuat.
b) Tuangkan campuran tersebut ke saringan. Biarkan cairan mengalir
keluar melalui saringan. Tambahkan air ke dalam tabung, kocok dan
tuangkan kembali ke saringan. Ulangi hingga tabung menjadi bersih.
Cuci pasir yang tersaring pada saringan untuk melepaskan sisa
lumpur yang melekat
c) Pasang funnel pada sisi atas sieve. Dengan perlahan-lahan balik
rangkaian tersebut dan masukkan ujung funnel ke dalam gelas ukur
hanyutkan pasir ke dalam tabung dengan menyemprotkan air melalui
saringan hingga semua pasir tertampung dalam gelas ukur. Biarkan
pasir mengendap. Dari skala yang ada pada tabung, baca persen
volume dari pasir yang mengendap.
d) Catat sand content dari umpur dalam persen volume.
14
3. Mengisi mud chamber dengan lumpur dan tempatkan kembali
tutupnya, bersihkan lelehan lumpurnya.
4. Menghubungkan mud chamber dengan upper chumber, kemudian
tempatkan kembali dalam insulator.
5. Menambahkan setetes wetting agent pada gelas ukur dan tempatkan
dibawah kondensator.
6. Memanaskan lumpur samapai tak terjadi kondensasi lagi yang
ditandai dengan matinya lampu indikator.
Tabel 2.1
Data Hasil Percobaan
15
4 LD + 10 gr CaCO3 8.75 0.75
5 LD + 15 gr CaCO3 8.80 0.75
2.6 PEMBAHASAN
16
yang dihasilkan oleh barite lebih sedikit dari pada sand
content yang dihasilkan CaCO3 (Barite 0,50% dan CaCO3
0,75%)
5. Dari tabel diatas terlihat bahwa selain densitas juga diukur kadar
pasir. Jelaskan secara singkat mengapa perlu di lakukan pengukuran
kadar pasir dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dalam
operasi pemboran!
17
Jawab: Pengukuran kadar pasir dilakukan karena dapat
mempengaruhi densitas lumpur yang disirkulasikan . Cara
mengatasinya adalah dengan proses pembersihan
menggunakan conditioning equipment yang fungsinya
menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam
lumpur selama sirkulasi.
6. Pada saat ini selain Barite dapat juga di gunakan Hematit (Fe2O3)
dan Ilmenite (FeO.TiO2) sebagai density control additive dari 4,5
5,11 dengan kekerasan masing-masing 2 kali lebih dari Barite. Dari
data tersebut buatlah analisa kelebihan dan kekurangan addictive
tersebut jika di bandingkan dengan Barite !
Jawab:
Kelebihan: - Lost Circulation
- Cocok untuk pemboran yang dangkal
- Pengontrolan tekanan static lumpur akan
lebih rendah dilakukan.
Kekurangan: - Tidak sesuai dengan pemboran yang
tekanan formasinya cukup tinggi.
- Tidak ekonomis apabila ingin menaikkan
densitas
- Sukar larut dan bercampur dengan
lumpur yang lama.
18
Jawab: Galena digunakan pada pemboran khusus karena SG Galena
yang tinggi (7,5) yang akan meningkatkan densitas lumpur
> 19 ppg.
8. Suatu saat saudara berada di lokasi pemboran. Pada saat itu bit
mencapai kedalaman 1600 ft . Saudara di haruskan menaikkan
densitas dari 200 bbl lumpur 11 ppg menjadi 11,5 ppg dengan
menggunakan barite (SG = 4,2) dengan catatan bahwa volume akhir
tidak dibatasi hitung jumlah barite yang di butuhkan (dalam lb) !
Jawab: Vml = 200 bbl
= 200 x 42 gallon = 8400 gallon
Ps = SG x 8,33 ppg
= 4,2 x 8,33 ppg
= 34,986 ppg
mb = 11,5 ppg
ml = 11 ppg
( mb ml )Vml
= xs
( s mb)
(11,5 ppg 11 ppg )8400 gallon
= x35 ppg
(35 ppg 11,5 ppg )
Ws = 6255,319 lb
19
2.7 KESIMPULAN
1. Barite dan kalsium karbonat ditambahkan agar menambah densitas
lumpur pemboran.
2. Dua additive yang berbeda ditambahkan dengan jumlah yang sama
(pada lumpur yang berbeda), densitas lumpur lebih besar dinaikkan
oleh barite dibandingkan kalsium karbonat.
3. Perbandingan antara barite dan kalsium karbonat, dengan harga
densitas yang sama tetapi kandungan pasir yang dihasilkan berbeda
yaitu kandungan pasir yang lebih banyak dihasilkan oleh kalsium
karbonat.
4. Lost sirculation diakibatkan oleh harga densitas yang terlalu besar,
namun kick disebabkan apabila harga densitas yang terlalu kecil.
5. Lumpur, karakteristik lumpur dan penambahan densitas dapat
dipengaruhi oleh bercampurnya serpihan-serpihan lumpur bor.
20
BAB III
PENGUKURAN VISKOSITAS DAN GEL STRENGTH
21
Viskositas dan gel strength merupakan bagian yang pokok dalam
sifat-sifat rheologi fluida pemboran. Pengukuran sifat-sifat rheologi fluida
pemboran penting mengingat efektivitas pengangkatan cutting merupakan
fungsi langsung dari viskositas. Sifat gel pada lumpur juga penting pada
saat round trip sehingga dapat mencegah cutting mengendap didasar
sumur yang dapat menyebabkan kesukaran pemboran selanjutnya.
Viscositas dan gel strength merupakan sebagian dari indikator baik
tidaknya suatu lumpur.
Fluida pemboran dalam percobaan ini adalah lumpur pemboran.
Lumpur pemboran ini mengikuti model-model rheologi bingham plastic,
power law. Bingham plastic merupakan model sederhana untuk fluida non
newtonian.
Yang dimaksud dengan fluida non newtonian adalah fluida yang
mempunyai viskositas tidak konstan, bergantung pada besarnya geseran
(shear rate) yang terjadi. Pada setiap shear rate tertentu fluida mempunyai
viscositas yang disebut apparent viscosity dari fluida pada shear rate
tersebut.
Berbeda dengan fluida newtonian yang mempunyai viskositas yang
konstan, fluida non newtonian memperlihatkan suatu yield stress suatu
jumlah tertentu dari tahapan dalam yang harus diberikan agar fluida
mengalir seluruhnya.
Dalam percobaan ini pengukuran viskositas yang sederhana
dilakukan dengan menggunakan Peralatan marsh funnel. Viskositas ini
adalah jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0.9463 liter untuk
mengalir keluar dari corong marsh funnel. Bertambahnya viscositas ini
direfleksikan dalam bertambahnya apparent viscosity. Untuk fluida non
newtonian, informasi yang diberikan marsh funnel memberikan suatu
gambaran rheologi fluida yang tidak lengkap sehingga biasanya digunakan
untuk membandingkan fluida yang baru (awal) dengan kondisi sekarang.
Viscosity plastic seringkali digambarkan sebagai bagian dari
resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik.
22
Yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya
tarik menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebakan oleh
muatan-muatan pada permukaan partikel yang didespersi dalam fasa
fluida.
Gel strength dan yield point merupakan ukuran dari gaya tarik
menarik dalam suatu sistem lumpur. Bedanya gel strength merupakan
ukuran gaya tarik menarik yang statik sedangkan yield point merupakan
ukuran gaya tarik menarik yang dinamik.
= 5.007 x C
= 1.704 x RPM
dimana :
: shear stress, dyne/cm2
: shear rate, detik-1
C : Dial Reading, derajat
RPM : revolution per minute dari rotor
23
a x100
(300 xC)
a x100
RPM
600 300
p
600 300
p = C600 C300
b = C600 p
dimana :
p : Plastic Viscosity, cp
b : yield point Bingham, lb/100 ft
C600 : Dial reading pada 600 RPM, derajat
C600 : Dial reading pada 300 RPM, derajat
24
3.3. PERALATAN DAN BAHAN
3.3.1 PERALATAN
Marsh Funnel
Timbangan
Gelas Ukur 500 cc
Fann VG meter
Mud Mixer
Cup Mud Funnel
25
Gambar 3.4. Mud Mixer
Gambar 3.5.Timbangan
3.3.2 BAHAN
Bentonite
Air tawar (aquades)
Bahan-bahan pengencer (Thinner)
26
Gambar 3.7. Bentonite
27
b) Letakkan bejana pada tempatnya, serta atur kedudukannya
sedemikian rupa sehingga rotor dan bob tercelup kedalam lumpur
menurut batas yang telah ditentukan.
c) Gerakkan rotor pada posisi High dan tempatkan kecepatan putar
rotor pada kedudukan 600 RPM. Pemutaran terus dilakukan
sehingga kedudukan skala (dial) mencapai keseimbangan. Catat
harga yang ditunjukkan skala.
d) Pencatatan harga yang dilakukan oleh skala penunjuk setelah
mencapai keseimbangan dilanjutkan untuk kecepatan 300, 200,
100, 6 dan 3 RPM dengan cara yang sama seperti diatas.
28
3.4. DATA DAN HASIL PERCOBAAN
Dari percobaan diperoleh hasil sebagi berikut :
GS 10 Gs 10
No Komposisi lumpur plastic Yp
relative detik menit
1 LD 52 3.5 21.5 3 10
2 LD + 2 gr dextrid 61 6 24 5 14
3 LD + 2.6 gr dexrtid - 11 27 18 72
4 LD + 3 gr bentonite 50 2 3.4 7 20
5 LD + 9 gr bentonite - 12 50 24 104
3.5. PEMBAHASAN
3.5.1 PEMBAHASAN PRAKTIKUM
Dextride ditambahkan ke dalam lumpur adalah untuk mengubah sifat
rheologi fluida pemboran terutama lumpur pemboran. Dextrid yang
ditambahkan berfungsi untuk meningkatkan viskositas. Sedangkan
penambahan bentonite (9 gr bentonite) pada lumpur pemboran
menyebabkan peningkatan gel strength, menjadi 24 saat GS 10dtk juga
104 saat GS 10mnt dan penurunan pada viskositas plastic menjadi 12cp
dan yield point menjadi 50.
Harga Gel Strength yang terlalu besar pada penerapannya dilapangan
mengakibatkan susahnya pemisahan antar lumpur pemboran dengan
partikel cutting di surface dan juga dapat menyebapkan terlalu besarnya
tenaga pompa yang digunakan atau susahnya dalam dalam proses
sirkulasi selanjutnya.
29
Jawab: Dengan penambahan dextrid akan menaikkan viscositas
relative, viscositas plastic, yield point, gel strength, secara
significant , sedangkan dengan penambahan bentonite
menurunkan viscositas relative, viscositas plastic, yield point,
dan menaikkan gel strength.
4. Dari data di atas terlihat bahwa harga GS 10 menit selalu lebih besar
dari 10 detik , jelaskan !
Jawab: Karena untuk membentuk gel , lumpur memerlukan waktu
dengan penambahan kekerasan yang sebanding dengan
fungsi waktu (Thixotropy). Lumpur dikatakan bagus jika GS
flow fat (nilainya lebih rendah dan relative konstan terhadap
waktu) .
30
130. Hitungalah nilai plastic viscosity dan yield point dari percobaan
tersebut!
Jawab: Deal reading 600 RPM sebesar 155
Deal reading 300RPM sebesar 130
p = C600 C300 b = C600 - p
= 155 130 = 130 - 25
= 25 Cp = 105 lb/100 ft
3.7. KESIMPULAN
1. Dextrid dan bentonite ditambahkan pada percobaan diatas untuk
menaikkan nilai viscositas dan gel strength.
2. Nilai viscositas, yield point dan gel strength lumpur pemboran dapat
dinaikkan dengan ditambahkannya dextrid sedangkan penambahan
bentonite lebih terlihat pada perubahan nilai gel strength lumpur yang
signifikan.
3. Nilai gel strength pada saat 10 menit selalu lebih besar daripada saat
10 detik. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai gel strength
berbanding lurus dengan waktu.
4. Sirkulasi dari lumpur pemboran dapat sulit bila nilai dari gel strength
besar dan juga akan menambah beban dari pompa sirkulasinya dan
juga akan mempersulit pemisahan cutting karena akan sulit dilepas
dari lumpur pemboran
5. Efek dari ditambahkannya thinner agar lumpur pemboran dapat
diencerkan dan lumpur pemboran.dapat dikentalkan dengan
menggunakan thickener.
31
BAB IV
FILTRASI DAN MUD CAKE
32
Gambar 4.1 HPHT
1
Cc 2
2 k 1
Cm Pt
Vf = A
33
Dimana :
A : Filtration Area
K : Permeabilitas cake
Cc : Volume fraksi solid dalam mud cake
Cm : Volume fraksi solid dalam lumpur
P : Tekanan Filtrasi
T : Waktu filtrasi = viskositas filtrate
Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian dalam
pemboran yang berhubungan erat baik waktu, kejadian maupun sebab dan
akibatnya. Oleh sebab itu maka pengukurannya dilakukan secara
bersamaan.
Persamaan yang umum digunakan untuk statik filtration loss adalah
sebagai berikut :
0.5
t2
Q 2 Q1x
t1
Dimana :
Q1 : fluid filtration loss pada waktu t1
Q2 : fluid filtration loss pada waktu t2
34
a. Dinding lubang akan lepas atau runtuh.
Bila formasi yang dimasuki oleh zat yang masuk tersebut adalah air,
maka ikatan antara partikel formasi akan melemah, sehinga dinding
lubang cenderung untuk runtuh.
b. Menyalahi interpretasi dari logging.
Electric logging atau resistivity log mengukur resistivity dari
formasi cairan atau fluida yang dikandung oleh formasi tersebut.
Kalau filtration loss banyak, maka yang diukur alat logging adalah
resistivity dari filtrat.
c. Water blocking
Filtrat yang berupa air akan menghambat aliran minyak dari
formasi ke dalam lubang sumur jika filtrat dari lumpur banyak.
d. Differential sticking
Seiring dengan banyaknya filtration loss maka mud cake dari
lumpur akan tebal. Diwaktu sirkulasi berhenti ditambah lagi dengan
berat jenis lumpur yang besar, maka drill collar yang terbenam
didalam mud cake serta lumpur akan menekan dengan tekanan
hidrostatik yang besar ke dinding lubang.
e. Channeling pada semen.
Di waktu penyemenan, mud cake yang tebal kalau tidak dikikis akan
menyebabkan ikatan antara semen dengan dinding lubang tidak baik.
Alat untuk mengukur filtration loss dan mud cake yang umum
adalah standar filtration press, terdiri dari :
1. Mud cup
2. Gelas ukur
3. Tabung sumber tekanan
4. Kertas saringan
35
kehilangan banyak cairan. Filtrat loss yang besar dalam lumpur dapat
dicegah dengan penambahan :
1. Koloid (bentonite)
2. Starch, CMC Driscose
3. Minyak (buruk terhadap dynamic loss)
4. Q Broxin (baik untuk dinamik maupun statistik loss)
36
Tekanan Osmose = (R x T)/V
Dimana :
R = konstanta gas ideal
T = temperatur
V = volume filtrat lumpur yang masuk
37
Gambar 4.4 Gelas Ukur
38
4.3.2 BAHAN
Bentonite
Aquades
PAC-L
Spresen
39
4) Segera catat volume filtrat sebagai fungsi dari waktu dengan stop
watch. Interval pengamatan setiap 2 menit pada 20 menit pertama,
kemudian setiap 5 menit untuk 20 menit selanjutnya. Catat volume
filtrat pada menit ke 7.
5) Hentikan penekanan udara, buang tekanan udara dalam silinder (bleed
off) dan sisa lumpur dalam silinder dituangkan kembali ke dalam
breaker.
6) Tentukan tebal mud cake yang terjadi dan ukur pH nya.
4.6. PEMBAHASAN
4.6.1. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
Pada percobaan filtrasi dan mud cake, lumpur pemboran
ditambahkan tiga jenis additive yang berbeda yaitu dextrid, bentonite, dan
quebracho.
Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa penambahan dextrid
akan meningkatkan nilai pH lumpur pemboran, sedangkan untuk
penambahan quebracho dan bentonite akan menurunkan nilai pH lumpur
pemboran. Dengan demikian untuk meningkatkan atau menurunkan pH
40
lumpur pemboran dapat dipilih dari bahan-bahan tersebut tergantung
kondisi lumpur. Dengan menambahkan dextride sebanyak 2 gram, maka
pH lumpur akan meningkat dari 9,83 menjadi 9,84. Untuk penambahan
dextride sebanyak 2,6 gram maka pH lumpur akan meningkat menjadi
10,2. Sedangkan untuk penambahan bentonite sebanyak 9 gram maka pH
lumpur akan menurun menjadi 9,81, serta untuk penambahan 1,5 gr
quebracho maka pH lumpur akan turun menjadi 8,26.
Dalam operasi pemboran umumnya nilai pH lumpur yang diinginkan
adalah antara 9 sampai 12. Jika pH terlalu rendah maka akan berpotensi
menimbuklan korosi pada peralatan pemboran, sedangkan boila terlalu
tinggi maka akan mengakibatkan timbilnya scale pada peralatan
pemboran.
Dalam operasi pemboran, keberadaan mudcake dibutuhkan namun
dalam batas ketebalan tertentu, dan bila terlalu tebal justru akan
menimbulkan masalah pada pemboran itu sendiri. Mud cake dalam operasi
pemboran dibutuhkan untuk membantu mencegah kerunthan formasi
dengan membentuk lapisan endapan mud pada dinding formasi. Batas
ketebalan yang diinginkan umumnya adalah sampai kurang lebih 1. Jika
terlalu tebal maka dikhawatirkan akan menimbulkan pipe sticking, yaitu
terjepitnya pipa pemboran akibat mud cake yang terlalu tebal.
Dalam hubunganya, dapat ditarik bahwa tebal mud cake adalah
berbanding lurus dengan banyaknya filtrasi yang hilang. Samakin banyak
filtrasi yang hilang ke dalam formasi maka semakin tebal pula mud cake
yang terbentuk.
41
Penambahan Bentonite kedalam lumpur dasar tersebut akan
mengakibatkan kenaikan volume filtrate dan menambah tebal
mud cake, tetapi akan menurunkan harga PH lumpur
pemboran.
42
glukopiranosa monomer yang membentuk selulosa tulang
punggung CMC dalam industri pengeboran minyak digunakan
sebagai bahan lumpur pemboran, salah satu additive pengubah
viscositas dan retensi air.
4.7. KESIMPULAN
1. Volume filtrat dapat dikurangi dengan ditambahkan dextrid, bentonite,
dan quebracho pada lumpur pemboran
2. Semakin besar volume filtrate maka semakin tebal mud cake yang
terbentuk.
3. Pembentukan mud cake yang mempunyai ketebalan relatif dibutuhkan
karena dapat mengurangi filtration loss dan juga dapat menjadi
bantalan bagi drill string.
4. Dampak yang terjadi bila Mud cake yang terbentuk terlalu tebal dapat
menjepit pipa pemboran sehingga sulit diangkat dan diputar.
5. Untuk mengantisipasi Filtration Loss memakai Filtration Control
Agents.
43
BAB V
ANALISA KIMIA LUMPUR PEMBORAN
44
Anallisa kandungan ion chlor (CI) diperlukan untuk mengetahui
kontaminasi garam yang masuk ke sistem lumpur pada waktu pemboran
menembus formasi garam ataupun kontaminasi garam yang berasal dari air
formasi.
Air yang mengandung sejumlah besar ion Ca+2dam Mg+2 dikenal
sebagai hard water atau air sadah. Ion ion ini bisa berasal dari lumpur
pada waktu membor formasi gypsum ( CaSO42H2O ).
Analisa kandungan ion besi diperlukan untuk pengontrolan
terjadinya korosi pada peralatan pemboran.
Metode utama yang digunakan dalam analisa kimia lumpur
pemboran adalah titrasi. Titrasi meliputi reaksi dari sample yang diketahui
volumenya dengan sejumlah volume suatu larutan standar yang diketahui
konsentrasinya. Konsentrasi dari ion yang kita analisa dapat ditentukan
dengan pengetahuan tentang reaksi yang terjadi pada waktu titrasi.
45
a. Fresh Water Mud
Fresh water mud adalah jenis lumpur bor dengan air tawar sebagai
fasa cairnya. Dengan kadar garam yang sangata rendah (kurang dari
10.000 ppm = 1 % berat garam ). Jenis lumpur ini mempunyai
beberapa macam jenis yang digunakan pada kondisi tertentu, antara
lain : Spud Mud, Bentonite Treated Mud, Phospate Treated Mud,
Organic Colloid Treated Mud, Gypsum Treated Mud serta Calsium
Treated Mud lainnya.
46
2. Oil - in - water emultion muds
Pada lumpur ini minyak merupakan fasa terbesar (emulsi dan air
sebagai fasa kontinyu. Jika pembuatannya baik fltratnya hanya air. Air
yang digunakan dapat fresh water atau salt water. Sifat - sifat fisik yang
dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, voluime filtrat, tebal
mud cake dan pelumasan. Segera setelah emulsifikasi, filtrat loss
berkurang.
Keuntungan menggunakan oil - in - water - emultion mud yaitu :
bit lebih tahan lama, penetration rate naik, pengurangan korosi
drillstring, perbaikan terhadap sifat - sifat fisik lumpur (viskositas dan
tekanan pompa boleh dikurangi, water loss turun, mud cake tipis) dan
mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur) pada
drillstring. Viskositas dan gelstrength lebih mudah dikontrol bila
emulsifiernya juga bertindak sebagai thinner.
Semua minyak (crude) dapatdigunakan, tetapi lebih baik
digunakan minyak minyak refinery (refined oil) yang mempunyai sifat:
47
a. Fresh Water Oil - in - Water - Emultion Mud
Fresh Water Oil - in - Water - Emultion Mud yaitu lumpur
yang mengandung NaCL sampai sekitar 60.000 ppm. Lumpur emulsi
ini dibuat dengan menambah emulsifier (pembuat emulsi) ke water
base mud diikuti dengan sejumlah minyak (5 - 25 % volume). Jenis
emulsifier bukan sabun lebih disukai karena dapat digunakan dalam
lumpur yang mengandung Ca tanpa memperkecil emulsifiernya
dalam hal efisiensinya. Emulsifikasi minyak dapat ditambah dengan
agitasi (diaduk). Penambahan minyak dan emulsifier secara periodik.
Jika sebelum emulsifikasi lumpurnya mengandung clay yang tinggi
pengenceran dengan air perlu dilakukan untuk mencegah kenaikan
viskositas. Karena keuntungan dan mudahnya pengontrolan maka
lumpur ini banyak disukai.
b. Salt Water Oil - in - Water Emultion Mud
Lumpur ini mengandung paling sedikit (atau lebih besar
60.000 ppm NaCL dalam fasa cairnya). Emulsifikasi dilakukan
dengan emulsifier agent organik. Lumpur ini umumnya mempunyai
PH dibawah 9 cocok digunakan untuk pemboran lapisan garam.
Keuntunganya adalah : densitynya kecil, filtrate loss sedikit, mud
cake tipis, lubrikasi lebih baik. Foaming bisa dipecahkan dengan
penambahan surface active agent tertentu.
48
melepas drilpipe terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner.
Keuntungannya mud cake tipis dan liat ,pelumas baik.
Oil Base Emultion Mud mempunyai minyak sebagai fasa
kontinyu dan air sebagai fasa tersebar. Umumnya mempunyai faedah
yang sama dengan oil base mud yaitu filtratenya minyak, karena itu
tidak menghidratkan shale / clay yang sensitive. Perbedaan utamanya
dengan oil base mud adalah bahwa air ditambahkan sebagai tambahan
yang berguna (bukan kontaminer). Air yang teremulsi dapat antara 15 -
50 % volume, tergantung density dan temperatur yang dihadapi. Karena
air merupakan bagian dari lumpur maka mengurangi bahaya api, toleran
terhadap air dan pengontrolan flow propertisnya (sifat - sifat aliran)
dapat seperti water base mud.
49
Polymer yang dipasarkan terdiri atas polymer yamg tidak larut
dalam air dan yang larut. Untuk polymer yang larut adalah yang sering
dipergunakan dalam operasi pemboran sebagai bahan penstabil sifat -
sifat lumpur. Karena fluida pemboran yang dipergunakan harus dalam
bentuk suspensi, maka semua bahan kimia penstabil harus mempunyai
sifat dispersi.
50
Gambar 5.1 Buret Mikro
51
5.3.2 BAHAN
52
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
5.4.1. ANALISA KIMIA ALKALINITAS
Buatlah lumpur dengan komposisi sebagai berikut :
350 ml aquadest + 22.5 gram bentonite + 0.4 gram NaHCO3 + 0.4 gram
aquadest.
NaOH + 0.2 CaCO3.
1. Ambil 3 ml filtrat tesebut, masukkan kedalam labu titrasi 250 ml,
kemudian tambahkan 20 ml aquadest.
2. Tambahkan 2 tetes indikator phenolphalein dan titrasi dengan H2SO4
standar sampai warna merah tetap merah. Reaksi yang terjadi
OH- + H+ H2O
2
CO3 H HCO3
3. Catat volume pemakaian H 2 SO4 ( P ml )
4. Kemudian pada larutan hasil titrasi, tambahkan 2 tetes indikator
methyl jingga, lanjutkan reaksi dengan H 2 SO4 standar sampai
terbentuk warna jingga tua, Reaksi yang terjadi
5. Catat volume pemakaian H 2 SO4 total ( M ml )
Catatan :
2
- 2P > M menunjukkan adanya gugus ion OH dan CO3
Perhitungan :
1. Total Alkalinity
53
2
2. CO3 Alkalinity
- Jika ada OH
3. OH Alkalinity :
4. HCO3 Alkalinity :
54
4) Catat volume pemakaian EDTA reaksi yang terjadi :
Ca 2 H 2Y 2 CaY 2 2 H
Mg 2 H 2Y 2 MgY 2 2H
Perhitungan :
Kesadahan total :
mlEDTAxMEDTAx1000
epm(Ca 2 Mg 2 )
mlFiltrat
Ca 2 H 2Y 2 CaY 2 2H
Kesadahan Ca 2 ,
mlEDTAxMEDTAx1000
epm Ca 2 =
mlFiltrat
55
5.4.4. MENENTUKAN KANDUNGAN CHLORIDA
Buat lumpur dengan komposisi sebagai berikut :
350 ml aquades + 22.5 gr bentonite + 0.4 ml NaCl
1) Ambil 2 ml filtrat lumpur tersebut, masukkan kedalam labu titrasi 250
ml.
2) Tambahkan 25 ml aquades, sedikit serbuk MgO dan 3 tetes larutan
K 2 CrO4 .
mlAgNO3 xMAgNOx1000
epm Cl 1 = xBACl 1
mlFiltrat
56
4) Tambahkan 0.5 ml larutan buffer besi. Ukur harga pHnya. Jika terlalu
banyak larutan buffer yang ditambahkan maka akan timbul endapan
bewarna kecoklatan. Tambahkan satu tetes atau lebih HCl konsentrat
sampai endapan hilang.
5) Titrasi dengan KmnO4 0.1 N seperti langkah 2 ( kuning muda )
57
5.5. DATA DAN HASIL PERCOBAAN
Dari percobaan di peroleh hasil sebagi berikut :
Tabel 5.1 Hasil Percobaan Analisa Kimia Lumpur Bor
58
5.6. PEMBAHASAN
5.6.1. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
Datadata yang perlu diketahui meliputi tingkat alkalinitas,
kesadahan total, kandungan ion Cl, ion Ca, ion Fe, serta pH lumpur bor.
Dalam hal ini yang dianalisa hanyalah filtrat lumpurnya, dengan demikian
kita dapat menginterpretasikan kondisi reservoir yang sebenarnya dengan
konsentrasi zat additive tertentu.
Berdasarkan data di atas didapatkan harga Total Alkalinitas sebesar
22.67 ppm,Kesadahan Total sebesar 0.33 ppm, Kesadahan kalsium
1066.68 ppm dan magnesium 640.08 ppm, Konsetrasi ion klorida sebesar
236.67 ppm, konsentrasi ion besi pada metode I, yaitu . .
Sedangkan pada metode II, kosentrasi ion besi yaitu . .
= 22,667 epm
b) Kesadahan total
= 0,333 epm
epm Ca2+ =
= 26,667 epm
59
ppm Ca2+ = epm Ca2+ x BA Ca
= 26,667 epm x 24,31
= 648,2747 ppm
epm Mg2+ =
= 26,667 epm
d) Konsentrasi klorida
= 236,667 ppm
BA.Fe+
= 781,9 ppm
60
f) Konsentrasi Ion Besi (I)
= 558,5 ppm
61
Manfaat Penentuan Kandungan Ion Klorida
Untuk mengetahui kontaminasi garam yang masuk kesistem
lumpur pada waktu pemboran menembus formasi garam
ataupun kontaminasi garam yang berasal dari air formasi.
5.7. KESIMPULAN
1. Kontaminasi garam pada lumpur pemboran dapat diketahui dengan
metode analisa kandungan ion chlor
2. Diketahuinya sumber alkalinitas, maka dapat diketahui sifat sifat
kimia lumpur bor tersebut.
3. Metode utama dalam analisa kimia lumpur pemboran adalah Titrasi
yaitu larutan sampel dibandingkan dengan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (larutan standart)
4. Perubahan ion-ion tertentu pada lumpur pemboran serta tindak
lanjutnya dalam pengontrolan ion-ion dapat diketahui dengan analisa
lumpur pemboran.
5. Semakin cepatnya terjadi korosif pada drill string diakibatkan oleh
kandungan ion besi yang tinggi.
62
BAB VI
KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN
63
2. Kontaminasi Gypsum
Gypsum dapat masuk kedalam lumpur pada saat pemboran
menembus formasi gypsum, lapisan gypsum yang terdapat pada formasi
shale dan limestone. Akibat adanya gypsum dalam jumlah yang cukup
banyak dalam lumpur pemboran, maka akan merubah sifat-sifat fisik
lumpur tersebut seperti viscosity plastic, yield point, gel strength dan fluid
loss.
3. Kontaminasi semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemanan yang
kurang sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen dalam casing,
float collar, dan casing shoe, kontaminasi semen akan mengubah viscosity
plastic, yield point, gel strength, fluid loss dan pH lumpur.
64
dengan air akan membentuk muatan negatif yang kuat pada permukaan
platenya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya swelling clay sehingga
terjadi perubahan sifat-sifat lumpur secara tiba-tiba yang dapat
mengganggu jalannya operasi pemboran.
65
Gejala-gejala umum yang terlihat jika sedang terjadi shale problem
antara lain :
- Serbuk bor bertambah banyak
- Lumpur menjadi lebih kental
- Air filtrat bertambah besar
- Ada banyak endapan serbuk bor di dalam lubang pemboran
- Torsi bertambah besar
- Bit balling
66
Gambar 6.1 Baroid Wall Building Tester
67
Gambar 6.5 Jangka Sorong
68
Gambar 6.9 PH Indikator
Gambar 6. 10 Stopwatch
6.3.2 BAHAN
Aquades Caustic Soda
Bentonite Edta Standar
Nacl Murexid
Gypsum Asam Sulfat
Semen Indikator Phenolphtalin
Soda Ash indikator Methyl Jingga
Monosodium Phosphate
69
Gambar 6.12 Asam Sulfat
Gambar6.15 CausticSoda
70
Gambar 6.16 EDTA Standar
71
Gambar 6.20 Indikator Phenolphatelin
72
6.4. PROSEDUR PERCOBAAN
6.4.1. KONTAMINASI NACL
a) Buat lumpur standar :
22.5 gr bentonite + 350 cc aquades, ukur pH, viscositas, gel strength,
fluid loss dan ketebalan Mud cake.
b) Tambahkan NaCl sebanyak 1 gr kedalam lumpur standar. Ukur pH,
Viscositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan Mud cake.
c) Lakukan langkah b dengan penambahan NaCl masing-masing 3.5 gr,
7.5 gr dan 17.5 gr. Ukur pH, Viscosity, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
d) Buatlah Lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 7.5 gr
NaCl + 0.5 gr NaOH. Ukur pH, viscositas, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
e) Lakukan langkah d dengan penambahan 1 gr NaOH. Ukur pH,
viscositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.
73
6.4.3. KONTAMINASI SEMEN
a) Buat lumpur standar : Ukur pH, Viscositas, gel strength, fluid loss dan
ketebalan Mud cake.
b) Buatlah Lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 0.225 gr
semen. Ukur pH, viscositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud
cake.
c) Lakukan langkah b dengan penambahan semen masing-masing 0.5 gr,
1 gr dan 1.5 gr. Ukur pH, Viscosity, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
d) Buatlah Lumpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 1.5 gr
semen + 0.2 gr Monosodium Phosphate. Ukur pH, viscositas, gel
strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.
e) Lakukan langkah d dengan penambahan 1 gr Monosodium Phosphate.
74
Tabel 6.2 Hasil Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran
6.6. PEMBAHASAN
6.6.1. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
Kontaminasi- kontaminasi pada lumpur pemboran dapat
mempengaruhi sifat fisik lumpur pemboran tersebut.
Pada percobaan ini parameter-parameter yang berubah antara lain
viscositas, gel strength, dan ketebalan mud cake. Yang dimaksud dengan
kontaminan yaitu material-material yang tidak diinginkan yang masuk ke
dalam lumpur pemboran saat pemboran berlangsung. Kontaminan tersebut
dapat berupa NaCl, Gypsum, Semen, dan lain-lain.
Berdasarkan data percobaan diatas, terjadi perubahan nilai gel
strength saat terjadi kontaminasi NaCl.
75
Grafik 6.1. Perubahan Nilai Gel Strength terhadap NaCl
41
32 30
25 26
13
4.2 4.6
1.7
Lumpur dasar LD + 7,5 gr NaCl LD + 7,5 gr NaCl + 0.5
NaOH
Gel strength 10'' Filtration loss V30 mud cake percobaan ke-3
76
Grafik 6.2. Kontaminasi Gypsum
120
92
32 32
18
13
1.7 1.5 2.5
Lumpur dasar LD + 0,9 gr gypsum LD + 0,9 gr gypsum + soda
ash
Gel strength 10'' Filtration loss V30 mud cake percobaan ke-3
200
150
100
50
0
Lumpur dasar LD + 1,5 gr semen LD + 1,5 gr semen +
NH(H2PO4)
Gel strength 10'' Filtration loss V30 mud cake percobaan ke-3
77
nilai gel strength menjadi semakin kecil. Selain itu, penambahan
NH(H2PO4) juga menyebabkan volume filtrat semakin kecil setelah
terjadinya kontaminasi dan mud cake semakin kecil pula.
Dalam pemboran, kontaminasi gypsum dan semen dapat
menyebabkan perubahan dari sifat-sifat fisik lumpur pemboran yaitu
viscositas plastic, gel strength, filtration loss dan pembentukan mud cake
sehingga perlu ditambahkan additive untuk menanggulangi masalah
kontaminasi tersebut.
78
3. Jika ingin menanggulangin setiap jenis kontaminan, langkah apa yang
saudara lakukan ! (Analisa untuk masing-masing kontaminan)
Jawab:
Kontaminasi Gypsum : Penambahan soda ash agar mud
cake menjadi lebih tipis sehingga akan menjadi lebih tipis
dan menjadi bantalan bagi pipa pemboran.
Kontaminasi Sodium Klorida : Dengan sifat water atau oil
base mud
Kontaminasi Hard Water : Filtrasi pada saat lumpur di
sirkulasikan.
Kontaminasi CO2 : yaitu dengan menggunakan CO2
breaker.
b. Retarder
Merupakan additive yang digunakan untuk memperpanjang
waktu pemompaan , misalnya untuk zona-zona yang
temperaturnya besar, karena temperature mempercepat
reaksi kimia antara semen dan air hingga thickening time
lebih singkat. Retarder juga digunakan untuk semen-semen
yang diberi tambahan additive bersifat menghisap air agar
thickening time tidak berkurang karena penambahan
additive.
79
c. Acceleration
Merupakan additive yang ditambahkan dengan tujuan
mempercepat thickening time. Biasanya additive ini
digunakan pada pemboran untuk sumur dengan temperature
rendah dan dangkal. Contoh: CaCl2 , NaCl pada konsentrasi
rendah, campuran garam chlorite dan densified cement.
f. Pemberat
Merupakan additive yang ditambahkan untuk penyemenan
pada sumur-sumur dengan formasi bertekanan tinggi yang
mepunyai densitas semen. Contoh: Barite, Ilmenite
80
6. Apakah NH (H2PO4) itu? Jelaskan maksud dari penambahan NH
(H2PO4) tersebut pada komposisi lumpur dan semen !
Jawab: NH (H2PO4) adalah monosodium phospat yang merupakan
additive yang ditambahkan pada lumpur sebagai cara
penanggulangannya lumpur yang berkontaminasi semen.
81
c. Alkalinitas
Jika lumpur sumbernya berasal hanya dar OH- menunjukan lumpur
tersebut stabil dan kondisinya baik. Jika sumbernya berasal dari CO23-
maka lumpur tidak stabil tapi masih bisa dikontrol. Jika lumpur
mengandung HCO3- maka kondisi lumpur tersebut sangat jelek.
6.7. KESIMPULAN
1. Jenis kontaminasi yang sering terjadi ialah kontaminasi Sodium
Chllorida, Gypsum,Semen, Hard Water, CO2, O2, dan H2S.
2. Dial reading 600 rpm pada table data hasil percobaan maksudnya
adalah pembacaan skala penyimpangan maksimum pada FV setelah
mencapai keseimbangan pada kecepatan 600 rpm.
Dial reading 300 rpm pada table data hasil percobaan maksudnya
adalah pembacaan skala penyimpangan maksimum pada FV setelah
keseimbangan pada kecepatan 300 rpm.
3. Gel strength pada 10 menit selalu lebih besar dari gel strength 10 detik
karena gel strength dihasilkan karena adanya gaya tarik menarik
pada plat clay sehingga seiring bertambahnya waktu akan semakin
meningkatkan gel strength
4. perubahan terhadap rheology lumpur, pH, viscositas plastic, gel
strength, filtration loss, dan tebal mud cake dapat disebabkan oleh
Kontaminasi lumpur pemboran.
5. kontaminasi Lumpur pemboran dapat ditanggulangi dengan melakukan
zat additive ditambahkan ke dalam lumpur pemboran, seperti Soda
Ash, NaOH, dan Monosodium Phosphate (NH(H2PO4)
82
BAB VII
PENGUKURAN HARGA MBT
( METHYLENE BLUE TEST )
83
tersebut tergantung dari jenis dan kristal salinitas mineral, pH larutan, jenis
kation yang diperlukan dan konsentrasi kandungan mineral yang terdapat
didalam clay.
Kemampuan pertukaran kation didasarkan atas urutan dari kekuatan
ikatan-ikatan ion-ion berikut ini :
Li+<Na+<H+<K+<NH4+Mg2+<Ca2+<Al3+
Harga pertukaran kation yang paling besar dimilki oleh mineral
allogenic (pecahan batuan induk). Sedangkan yang paling kecil dimiliki
oleh mineral authogenic (proses kimiawi). Kapasitas tukar kation dari
beberapa jenis mineral clay dapa dilihat dari tabel 7.1.
Sedangkan laju reaksi pergantian kation tergantung pada jenis kation
yang dipertukarkan dan jenis serta kadar mineral clay (konsentrasi ion).
Adapun hal yang menyebabkan mineral clay memiliki kapasitas
tukar kation adalah :
a) Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silika alumina, akan
menimbulkan muatan yang tidak seimbang sehingga agar seimbang
kembali (harus bervalensi rendah) diperlukan penyerapan kation.
b) Adanya subtitusi alumina bervalensi tiga didalam kristal untuk silika
equivalen serta ion-ion bervalensi terutama magnesium didalam
struktur tetrahedral.
c) Penggantian hydrogen yang muncul dari gugusan hidroksil yang
muncul oleh kation-kation yang dapat ditukar-tukarkan
(exchangeable). Untuk fakta ini masih disangsikan kemungkinannya
karena tidak mungkin terjadi pertukaran hidrogen secara normal.
84
Tabel 7.1
Kapasitas Tukar Kation Dari Beberapa Jenis Mineral Clay
Kaolinite 3-15
Halloysite.2H2O 5-10
Halloysite.4H2O 10-40
Montmorillonite 80-150
Lllite 10-40
Vermiculite 100-150
Chlorite 10-40
Spiolite-Attapulgite 20-30
85
lubang bor. Sedangkan penyebab kedua adalah faktor mekanisme yang
disebabkan oleh rotasi drill string dan aliran fluida pemboran di annulus
yang akan menggerus dinding lubang bor sehingga akan mengganggu
kestabilan lubang bor.
Imbibisi air adalah hal yang paling umum dan hal ini terjadi karena
dua hal yaitu : Crystalin Hydrational Force dan Osmotic Hydrational
Force. Crystalin Hidrational force adalah gaya-gaya yang berasal dari
substitusi elemen di lapisan tengah clay. Gaya ini sangat sulit diatasi,
karena air di ekstrasikan kemuka plate yang sama besarnya dengan arah ke
sisi plate. Osmotic hydrational force terjadi bila terjadi perbedaan
konsentrasi ion antara formasi dengan fluida pemboran, dimana air akan
tertarik dari lumpur ke dalam formasi.
Operasi pemboran yang menembus lapisan shale akan mempunyai
permasalahan tersendiri. Permasalahan tersebut meliputi penjagaan agar
shale tetap stabil, tidak longsor atau runtuh. Beberapa akibat yang dapat
ditimbulkan dengan runtuhnya shale tersebut didalam lubang bor
diantaranya adalah :
1. Terjadinya pembesaran lubang bor.
2. Terjadinya permasalahan dalam pembersihan lubang bor.
3. Rangkaian pipa bor terjepit.
4. Kebutuhan akan lumpur menjadi bertambah, sehingga tidak
ekonomis.
5. Kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan logging, bridges dan fill up.
Shale biasanya terdiri dari lumpur, silt dan clay (lempung) yang
merupakan hasil endapan didalam marine basin. Shale dalam bentuknya
yang lunak atau bercampur dengan air disebut clay. Dan apabila clay yang
terjadi terletak pada suatu ke dalaman tersebut terdapat tekanan dan
temperatur yang tinggi, maka endapan clay tersebut akan mengalami
perubahan bentuk ini disebut shale. Perubahan bentuk yang lain, misalnya
karena metamorfosa yang disebut slate, phylite atau mika schist.
86
Berdasarkan kandungannya, apabila shale tersebut mengandung banyak
pasir disebut dengan carbonaceous shale. Shale juga mengandung
berbagai jenis clay mineral dimana sebagian diantaranya berdehidrasi
tinggi. Sedangkan pengaruh dehidrasi yang tinggi tersebut disebabkan
karena shale mengandung banyak mineral montmorillonite. Shale yang
berdehidrasi tinggi ini biasanya terdapat dalam formasi yang relatif
dangkal atau tidak dalam. Gejala-gejala problem shale dapat dilihat
sebagai berikut :
Di atas shale-skakus terdapat banyak runtuhan-runtuhan shale yang
berasal dari dinding lubang bor.
Kenaikan pada tekanan pompa karena di annulus diisi oleh banyak
runtuhan-runtuhan shale.
Kenaikan torsi (torqoe) dan drag, biasanya diikuti dengan tig
conection. Hal ini dapat menyebabkan terjepitnya pipa karena saat
pompa dihentikan reruntuhan shale akan jatuh ke bawah dan
terkumpul di sekitar drill collars.
87
sama yaitu tentang lapisan clay dan shale yang sedang dibor yang menjadi
bagian pada sistem lumpur yang digunakan. Methylene blue tes
merupakan pengukuran untuk kapasitas perpindahan kation (CEC) untuk
clay.
88
7.3.2 BAHAN
Bentonite
aquades
H2SO4 5 N
Methylene Blue
89
Gambar 7.6 Methylene Blue
90
7.5 DATA DAN HASIL PERHITUNGAN
Dari percobaan diperoleh hasil sebagai berikut :
Harga kapasitas tukar kation bentonite indobent : 75 meq/100 gr
Harga kapasitas tukar kation bentonite baroid : 48 meq/100 gr
7.6. PEMBAHASAN
7.6.1. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
Pada percobaan pengukuran harga Methylene Blue Test (MBT) dapat
diketahui harga Cation Exchange Capacity (CEC) atau kapasitas tukar ion
(KTK) adalah kemampuan yang dimiliki mineral clay.
Berdasarkan data percobaan, ada dua jenis bentonite yaiu bentonite
indobent dan bentonite baroid. Nilai tukar kation dari bentonite indobent
adalah 75 meq/100 gr dan bentonite baroid adalah 48 meq/100 gr.
Baik buruknya dari kedua nilai tukar kation bentonite di atas
tergantung dari kepentingan. Kalau menyerap air atau bereaksi dengan
lingkungan ion sekelilingya berarti Bentonit Indobent lebih bagus. Tapi
jika diinginkan tidak terlalu reaktif, berarti Barid lebih bagus.
91
7.7. KESIMPULAN
1. Cation Exchange Capacity atau kapasitas tukar kation merupakan
kemampuan atau total kapasitas pertukaran kation dari suatu system
clay.
2. Swelling adalah peristiwa pengembangan volume clay karena adanya
kontak dengan air.
3. Dari kedua bentonite diatas, bentonite indobent dan bentonite baroid,
bentonite baroid lebih bagus karena memiliki nilai tukar kation yang
lebih kecil sehingga kemungkinan terjadinya swelling lebih kecil (clay
berada pada formasi).
4. Kapasitas tukar kation akan berbanding lurus dengan peristiwa clay
swelling
5. Harga MBT dipakai untuk mengukur total kapasitas pertukaran kation
dari suatu sistem clay dan dari nilai tukar kation tersebut dapat
diprediksikan terjadinya swelling
92
BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM
Densitas merupakan salah satu sifat fisik pada lumpur pemboran yang
penting sehingga perlu selalu dikontrol. Karena fungsi dari densitas adalah untuk
menahan tekanan formasi. Apabila densitas terlau besar akan menyebabkan lost
circulation dan akan menyebabkan kick apabila densitas terlalu kecil.
Penambahan barite dan calcium carbonat akan menaikkan harga densitas.
93
mempersulit pemisahan cutting. Namun gel strength dibutuhkan untuk menahan
cutting saat tidak ada sirkulasi. Pada percobaan ini, pada lumpur pemboran
ditambahkan dua jenis additive yang berbeda yaitu dextid dan bentonite. Pada saat
ditambahkan dextrid dan bentonite terjadi perubahan nilai viscositas plastic, yiled
point serta gel strength yang dimana nilai dari ketiganya menjadi lebih besar
dibandingkan keadaan pada lumpur awal. Dari kedua additive, bentonite dan
dextrid. Terdapat perubahan nila gel strength yang signifikan yaitu pada bentonite
daripada dextrid, karena bentonite ditambahkan dalam jumlah yang lebih banyak
daripada dextrid.
Viskositas yang diukur dengan marsh funnel adalah waktu dalam detik
yang dibutuhkan oleh 0,9463 liter fluida untuk mengalir keluar dari corong marsh
funnel tidak dapat memberikan gambaran lengkap rheology suatu fluida, maka
biasa digunakan untuk membandingkan fluida yang baru dengan kondisi
sekarang.
Filtrasi dan mud cake adalah factor yang penting yang harus diperhatikan
dalam suatu pemboran. Apabila filtration loss dan mud cake tidak dikontrol maka
akan menimbulkan berbagai masalah baik selama pemboran maupun evaluasi
pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang terlalu tebal akan
menjepit pipa pemboran sehingga sulit diangkat dan diputar, sedangkan filtrate
akan menyusup ke formasi yang akan menyebabkan damage pada formasi. Pada
percobaan filtrasi dan mud cake, lumpur pemboran ditambahkan tiga jenis
additive yang berbeda yaitu dextrid, bentonite, dan quebracho. Dari penambahan
ketiga additive tersebut terlihat pengurangan volume filtrat pada lumpur
pemboran.
94
ion Fe, serta pH lumpur bor. Dalam hal ini yang dianalisa hanyalah filtrat
lumpurnya, dengan demikian kita dapat menginterpretasikan kondisi reservoir
yang sebenarnya dengan konsentrasi zat additive tertentu. Reaksi kimia
dipengaruhi oleh lingkungannya, yang pada prinsipnya reaksi kimia ini
dipengaruhi oleh karakteristik pH lumpur. Penganalisaan kimia alkalinitas
meliputi penetuan total alkalinity, CO3-2 alkalinity, OH- alkalinity, dan HCO3-
alkalinity.
Air yang mengandung sejumlah besar ino Ca2+ dan Mg2+ dikenal sebagai
Hard water atau air sadah. Ion-ion ini bisa berasal dari lumpur pada waktu
memberi formasi gypsum (CaSO4.2H2O).
Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material-
material yang tidak diinginkan yang masuk kedalam lumpur pemboran atau yang
disebut kontaminan. Kontaminan tersebut dapat berupa NaCl, Gypsum, Semen,
dan lain-lain. Pada percobaan ini parameter-parameter yang berubah antara lain
viscositas, gel strength, dan ketebalan mud cake.
Selain dari ketiga kontaminasi diatas, bentuk kontaminasi lain yang dapat
terjadi selama operasi pemboran adalah:
Kontaminasi Hard Water
Kontaminasi Carbon Dioxide
Kontaminasi Hydrogen Sulfida
Kontaminasi Oxygen
Kontaminasi Air
Kontaminasi Minyak
95
Ketika lumpur dasar terkontaminasi oleh kontaminan-kontaminan seperti
NaCl, Gypsum, dan semen. Pada saat terkontaminasi terjadi perubahan nilai gel
strength, filtration loss, dan penambahan ketebalan mud cake. Pada pemboran
nilai gel strength yang terlalu besar dapat menambah beban pompa sirkulasi, dan
juga mempersulit pengangkatan cutting. Salah satu cara menanggulanginya adalah
menambahkan zat additive yang dapat mengurangi gel strength yang terlalu besar,
seperti soda ash, NH(H2PO4), dan NaOH.
Baik buruknya dari nilai tukar kation tergantung dari kepentingan. Jika
diinginkan suatu clay yang reaktif, maka clay yang memiliki KTK tinggi lebih
bagus. Namun jika diinginkan yang tidak terlalu reaktif clay yang memiliki KTK
rendah lebih bagus.
96
Adapun hal yang menyebabkan mineral clay memiliki kapasitas tukar
kation adalah:
a) Adanya ikatan yang putus disekeliling sisi unit silica alumina, akan
menimbulkan muatan yang tidak seimbang ,sehingga agar
seimbang kembali (harus bervalensi rendah) diperlukan
penyerapan kation.
b) Adanya Substitusi alumina bervalensi tiga didalam kristal untuk
silica equivalen serta ion-ion bervalensi terutama magnesium
didalam struktur tetrahedral.
c) Penggantian hydrogen yang muncul dari gugusan hidroksil yang
muncul oleh kation-kation yang dapat ditukar-tukarkan
(exchangeable).Untuk fakta ini masih disangsikan
kemungkinannya karena tidak mungkin terjadi pertukaran
hydrogen secara normal.
97
BAB IX
KESIMPULAN UMUM
1. Kadar pasir atau sand content dapat berpengaruh pada harga densitas.
5. Gel strength yang besar dapat mempersulit sirkulasi, akan menambah beban
pompa sirkulasi dan mempersulit pemisahan cutting.
98
7. Penambahan dextride dan bentonite ke lumpur dasar dapat meningkatkan
harga pH dan menanbah ketebalan mud cake.
9. Metode utama dalam analisa kimia lumpur pemboran adalah Titrasi yaitu
membandingkan larutan sampel dengan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (larutan standart).
12. Jenis kontaminasi yang sering terjadi dalam lumpur prmboran ialah
kontaminasi Sodium Chllorida, Gypsum, Semen, Hard Water, CO2, O2,dan
H2S.
13. Kontaminasi NaCl, gypsum, dan semen berpengaruh pada perubahan nilai
gel strength, filtration loss, dan ketebalan mud cake.
14. Kontaminasi garam, gypsum dan semen dapat merubah sifat-sifat fisik dari
lumpur pemboran seperti viskositas, gel strength, volume filtrate dan tebal
mud cake yang terbentuk.
99
15. Kontaminasi semen menyebabkan nilai gel strength, volume filtrate, dan
tebal mud cake semakin besar.
16. Untuk mengatasi kontaminasi garam, gypsum, dan semen maka perlu
ditambahkan additive karena lumpur pemboran yangtelah mengalami
perubahan sifat-sifat fisiknya tidak dapat digunakan pada operasi pemboran.
17. Kapasitas tukar kation adalah kemampuan atau total kapasitas pertukaran
kation dari system suatu dimana apabila terjadi kontak dengan air akan
terjadi swelling (pengembangan volume clay).
18. Harga kapasitas tukar kation bentonite baroid kecil dan tidak bersifat reaktif.
19. Nilai tukar kation yang lebih kecil lebih bagus dibandingkan nilai tukar
kation yang besar karena kemungkinan terjadinya swelling kecil (clay
berada pada formasi).
20. Pada pengukuran MBT ada Bentonite Indobent yang memiliki Kapasitas
Tukar Kation lebih besar dari pada bentonite baroid. Bentonit indobent baik
dalam menyerap air dan bereaksi dengan lingkungan ion disekelilingnya.
100
DAFTAR PUSTAKA
101