Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN By.

Ny W

DENGAN BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

DI RUANG NUSA INDAH III RSUD SLEMAN

Disusun Oleh :

RISKA DESTRIANA (2520142456)

III A

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri PKK Maternitas Semester V
di Ruang Nusa Indah III RSUD Sleman, yang disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Praktikan,

( Riska Destriana)

Mengetahui,

Pembimbing Lahan, PembimbingAkademik,

( ) ( )
BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

A. PENGERTIAN
Menurut Ribek dkk. (2011), BBLR yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(dihitung satu jam setelah melahirkan). BBLR adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru sofian,2012).BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(Pudjiaji, dkk, 2010)
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).

B. ETIOLOGI
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013).
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
1. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai
dengan masa kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau
BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
a) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
b) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
c) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d) Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah
(perokok).
e) Primigravidarum.
f) Usia ibu < 20 tahun.
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan
ganda, anomaly congenital.
d. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni
adalah :
a) Gerakan otot masih hipotonis.
b) Umur kehamilan <37 minggu.
c) Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis
dan halus.
d) Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
e) Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan
pelipis lengan.
f) Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora
belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis
belum turun.
g) Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.
2. Dismature
Dismatur (IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. IUGR
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress sub akut gangguan terjadi beberapa
minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor
yang mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
a) Faktor ibu (HT,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
b) Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark
plasenta,insersi tali pusat).
c) Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli, cacat bawaan,
infeksi dalam kandungan)
d) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

C. KLASIFIKASI
Ada beberapa cara dalam mengelompokan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010)
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 100-2500 gram
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Premauritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasinya atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan (NKB-SMK)
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat
badan rendah adalah
1. Sebelum lahir
a. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
b. Pergerakan janin lebih lambat.
c. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
c. Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan
intra uterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah : Berat
badan dari 2500 gram, panjang kurang dari 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33
cm, umur kehamilan < 37 minggu , kulit tipis, transparan, rambut lanugo
banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tidak teratur
dapat terjadi apnea, ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-
lurus.

PERMASALAHAN PADA BBLR


Menurut Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena
ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR
yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf
pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro interstinal, ginjal, termoregulasi.

1. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih
sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi
dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps
pada saat ekspirasi).
Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan
nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak
adanya gag refleks danpembuluh darah paru yang imatur. Hal hal
inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu
asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada
sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan
oksigen dan kekurangan perfusi.
3. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan
janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra
uterine ke kehidupan ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan
ductus arteriosus.
4. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak
adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 3334
minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat
menyerap lemak dan mencerna protein

5. Sistem termogulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang
disebabkan antara lain:
a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan
berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )
b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat )
c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
d. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
6. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain
adalah
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek
b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,
sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
8. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di
mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air, elektrolit, asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolisme dan obat obatan dengan memadai serta tidak mampu
memekatkan urin.
9. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
10. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

E. KOMPLIKASI
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas
pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang
berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia.

F. PENATALAKSANAAN BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.
Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik
maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong,
2008)
1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan
suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,
merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,
posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan
kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi
panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam
suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk
konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Suhu aksilar
optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C, suhu netral bagi
bayi adalah 36,7C 37,3C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara :
a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
b. Pemancar pemanas
c. Ruangan yang hangat
d. Inkubator
Preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi
tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi
BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan
belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode
pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi
dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan
kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme
oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu
cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi
kapasitas mereka dalam menerima makanan.
Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut
jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat
menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,
menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan
penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke
lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan
mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi
pernafasan.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat.


Yogyakarta : AR Group.

Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri


dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI

Maryuani. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Post Partum). Jakarta :
Trans Info Media

Prawirohardjo. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. 2010. BBLR. Yogyakarta : Nuha


Medika

Pudjiadi Antonious, H.,Hegar Badriul,dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis


Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : IADAI

Anda mungkin juga menyukai