Anda di halaman 1dari 93
BUDIDAYA SAYURAN HIDROPONIK DENGAN METODE "NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)" DITINTAU DARI SISI FINANSIAL DAN MARTIN PEMASARAN ( Kasus Kebun Studio Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) AULIA ANGGRAINI A08495045 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1999 ...Bismillaahirrahmaanirrahiiw ... Kavya int Ka persembahhar Past dan flasel tensayang RINGKASAN AULIA ANGGRAINI. Budidaya Sayuran Hidroponik dengan Metode "Nutrient Film Technique (NFT)" Ditinjau dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran. (Kasus Kebun Studio Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) di bawah bimbingan RATNA WINANDI ASMARANTAKA. Suatu kebijakan untuk meningkatkan kontribusi subsektor hortikultura guna menanggulangi krisis ekonomi siap diluncurkan oleh Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Gerakan yang diberi nama Gema Hortina 2003 (Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara tahun 2003) bertujuan untuk meningkatken kemampuan memenuhi secara konsisten dan kontinu konsumsi dalam negeri serta berorientasi ekspor. Kebutuhan komoditi sayuran cenderung meningkat tiap tahun dan belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Selain itu terbukanya pasar substitusi impor maupun pasar ekspor, merupakan peluang bagi para petani atau produsen yang sekaligus memiliki hambatan berupa kontinuitas dan kualitas produk yang harus dapat dipenuhi, Pertanian konvensional belum mampu memenuhi tuntutan tersebut sehingga dibutuhkan altemnatif lain, Hidroponik NFT di dalam greenhouse merupakan salah satu cara budidaya yang lebih memungkinkan terpenubinya syarat kualitas dan kontinuitas produk. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat kelayakan investasi secara finansial budidaya sayuran dengan hidroponik NFT pada tingkat suku bunga 48 persen dan tingkat suku bunga 16 persen, (2) menganalisis sensitivitas pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT jika terjadi perubahan-perubahan dalam komponen manfeat dan biaya dan (3) menganalisis efisiensi_ pemasaran komoditi sayuran yang dibudidayakan dengan hidroponik NET tersebut dari sisi marjin pemasaran, Penelitian dilakukan di kebun Studio Agribisnis (SA), Pasir Sarongge yang dipilih dengan pertimbangan bahwa kebun SA ini mengusahakan sayuran yaitu tomat recento dengan hidroponik NET di dalam greenhouse. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, dengan tingkat suku bunga 48 persen (tingkat suku bunga yang berlaku pada saat investasi dilakukan, Desember 1998) pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, tidak layak untuk dijalankan, Ini ditunjukkan dari nilai NPV yang negatif Rp 163,196.140,00, nilai NBCR sebesar 0,22, nilai IRR sebesar 3,42 persen serta nilai payback period lebih dari dua belas tahun (melebihi umur proyek). Sementara pada kondisi saat ini (Agustus 1999) di mana tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian bank pemerintah sebesar 16 persen, pengusahaan tomat recento tersebut layak dijalankan. Nilai NPV yang diperoleh Rp 35.218,980,00 mengandung arti investasi akan memberikan manfeat sebesar Rp 35.218,980,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang. Nilai NBCR 1,20 mengandung arti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran Rp 1,00 akan memberikan manfaat sebesar Rp 1,20. Nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto 16 persen dan payback period dicapai dalam masa 5,3 tahun, Namun dengan nilai NPV dan nilai NBCR yang relatif kecil serta masa pengembalian investasi yang hampir mencapai umur proyek, maka dapat dikatakan bahwa tingkat suku bunga 16 persen masih relatif besar untuk melakukan investasi di bidang pertanian, Selanjutnya analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat perubahan pada nilai NPV, NBCR, IRR dan payback period jika terjadi peningkatan produksi sebesar 65 persen, jika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen atau jika terjadi peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen, Secara keseluruhan hasil analisis sensitivitas baik pada tingkat suku bunga 16 persen maupun pada tingkat suku bunga 48 persen menunjukkan bahwa pengusahaan tomat recento tersebut peka terhadap peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen dan memberikan respon positif terhadap peningkatan produksi sebesar 65 persen. Peningkatan produksi sebesar 65 persen akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan apabila tidak terdapat peningkatan produksi dalam pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT tersebut. Saluran pemasaran yang dilalui dalam proses penyaluran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, ke konsumen akhir hanya satu saluran pemasaran yaitu produsen (SA) > pedagang pengumpul (PT Sandimas Intimitra) > supermarket (SOGO Plaza Indonesia Jakarta) > konsumen. Saluran pemasaran yang hanya satu tersebut menunjukKan bahwa produsen tidak atau belum memiliki alternatif pemasaran lainnya. Hasil analisis marjin pemasaran dan penyebarannya menunjukkan bahwa marjin pemasaran total yang dihasilkan yaitu Rp 4.550,00 per kg (60,26 persen dari harga jual di tingkat supermarket) dengan farmer's share sebesar 39,74 persen dari harga jual di tingkat supermarket, Dari segi lembaga pemasaran, supermarket memiliki nilai rasio keuntungan-biaya terbesar yaitu 1,55. Nilai rasio keuntungan- biaya pada pedagang pengumpul sebesar 0,47. Tingginya nilai rasio keuntungan- biaya pada supermarket menunjukkan bahwa supermarket memiliki posisi yang kuat dalam saluran pemasaran tersebut. Fakta ini menggambarkan penyebaran keuntungan dan biaya yang tidak merata di antara lembaga pemasaran yang terlibat. Hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa nilai marjin pemasaran total yang dihasilkan cukup tinggi dengan penyebaran keuntungan dan biaya yang tidak merata di antara lembaga pemasaran yang terlibat. Farmer's share jauh lebih kecil dibandingkan marjin pemasaran total yang dihasilkan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemasaran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, belum efisien. Evaluasi atau penghitungan kembali atas arus manfaat biaya selama proyek berjalan perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan dalam arus manfaat dan biaya. Peningkatan produksi akan meningkatkan manfaat yang dapat diperoleh dari penanaman investasi pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT tersebut, Selain itu perlu adanya subsidi atau penurunan suku bunga kredit pertanian dari pemerintah, Karena tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian sebesar 16 persen masih relatif besar untuk sektor pertanian, Kebijakan ini dapat mendorong investor dan produsen/ petani untuk melakukan investasi pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT di dalam greenhouse. Sementara dari sist pemasaran, efisiensi dapat dicapai dengan mencari alternatif pemasaran lain atau dengan perbaikan kontrak antara produsen dengan pedagang pengumpul sehingga dapat diperoleh harga yang lebih baik bagi masing-masing pelaku. Dengan cara tersebut diharapkan farmer's share dapat meningkat. BUDIDAYA SAYURAN HIDROPONIK DENGAN METODE "NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)" DITINJAU DARI SISI FINANSIAL DAN MARJIN PEMASARAN (Kasus Kebun Studio Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) AULIA ANGGRAINI A08495045 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA SURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1999 INSTITUT PERTANIAN BOGOR, FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa RP Program Studi Judul Aulia Anggraini : A08495045 : Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya : Budidaya Sayuran Hidroponik dengan Metode " Nutrient Film Technique (NFT) " Ditinjau dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran (Kasus Kebun Studio Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) dapat diterima sebagai syarat kelulusan Sarjana Pertanian dari Jurusan [Imu-Iimu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tanggal Kelulusan oe = pg kuLy>, \S " Menyetujui Dosen Pembimbing Ir, Ratna Winandi Asmafantaka, MS NIP. 130 687 506 Mengetahui [imu Sosial Ekonomi Pertanian ‘NIP. 131 124 021 22 September 1999 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI BENAR- BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN, Bogor, September 1999 ia At 08495045 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 3 Maret 1977. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Bambang Basuki dan Sri Suhartini. Penulis menamatkan sekolah dasar tahun 1988 di SD Negeri No.050749 Pangkalan Berandan, Sumatera Utara. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, hingga tamat pada tahun 1991, Pada tahun 1994, penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Surabaya, Jawa Timur, Pada tahun 1993, melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan IImu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih program studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Imu-IImu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Skripsi yang berjudul Budidaya Sayuran Hidroponik dengan Metode “Nutrient Film Technique (NFT)" Ditinjau dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran (Kasus Kebun Studio Agribisnis, Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) ini bertujuan menganalisis kelayakan finansial, sensitivitas dan marjin pemasaran pada budidaya sayuran_hidroponik dengan metode nutrient film technique (NFT). Sayuran hidroponik dipilih sebagai objek karena komoditas hortikultura di Indonesia merupakan komoditas yang mendapat prioritas dalam pengembangannya. Disamping itu sayuran mempunyai peluang yang besar baik untuk pemenuhan dalam negeri, terutama pasar substitusi impor dan untuk pemenuhan pasar ekspor. Hasil-hasil penelitian dijelaskan dalam Bab Hasil dan Pembahasan dalam skripsi ini, Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berminat untuk mengembangkan budidaya sayuran dengan hidroponik NFT, Bogor, September 1999 Penulis UCAPAN TERIMA KASH Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima Kasih yang sebesar-besamya kepada : > Papi dan Mami atas do'a dan sayangnya buat Lia (Lis juge sayang Peps Maan). Makasih dorongannya supaya Lia cepat nyelesaiin skripsi biar bisa nemanin Papi Marni yang mau cuti, Juga buat adikku Wisnu and Fany. Expecially for little Fany, thank's udah ngingetin biar nggak males nyelesaiin skripsi juga buat kopi dan tehnya. > Tbulr. Ratna Winandi Asmarantaka, MS selaku dosen pembimbing atzs bimbingan, masukan, arahan dan saran-sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini. vy Ibu Ir. Yayah K, Wagiono, MEc dan Mas M. Firdaus, SP, MSi selatcs tim penguji atas masukan dan saran-saran yang diberikan, serta Mbak Tanti Novianti, SP etas kesediaannya menjadi moderator seminar. > Spesial buat Um a yang sdah buanyak bantuin Ho ne y, ninlai bari bikie proposal ‘sara bikin shripsi Makastp pan. sidah nementn ke sana ke ari buat cari data, npannperin ‘and mnggnin, telepon, juga buat tumpangan ngeth and ngeprint propa biat dorongannya, semangatarya, saran and kritieannya yang sannpai bikin nangly msakasi ‘akin seminar and wjian (bikin binguing sya U) tru... makasip juga buat sapangnpa (It really means a fot to me). Mataf yaa... ering kecipratan nganbelnga Honey. > Buat pembimbing keduaku Mas Dikky, makasih wakiw and Cantuaange gaand0e bahan dan data-datanya, juga buat diskusi, saran and kritiknya, udah nyamperin ap nelpon, juga traktirannya (sertg-sering yal). Thank's udah dibolehin ikut ke Pasir Sarongge. Sorry bikin sibuk, tapi nggak apa-apakan kerjaannya digangguin terus. Last...makasih nemenin ngobrol waktu gue sidang, > ForLina, Timmy and Ir.Gunawan sesama anak bimbing Bu Ratna, Lina makasih udah mau jadi pembahas waktu seminar. Ir. Gunawan makesik dorongannya supaya cepet seminar and sidang (sorry Gun, nggak jadi nemenin wisuda). Tienrny makasih udah nyemangatin gua and dateng waktu gue sidang, juga buat "gosip- gosip" selama nongkrong bareng and bantuannya. > Hoti (makasih buat kue seminarny), Zaki and Ambong (buruan selesaiin skripsi!), Tr, Runy (gimana rasanya wisuda?!), Mbak Ve (adi mahasiswa bimbingan Mas Dikky juga yaa...., good luck deh!!!), Mbak Santi (moga keelar), Mbak Rina, Mbak Ida (nggak pernah keliatan lagi??!!), rekan-rekan EP. 32 terute: feai?t), Bambang, Deni, Slamet (capek ya ngubek Jak-Sel). Boy kiting, Anci Tetty (siapa nih yang masih ngadep Pak Sutara?!). Isch and Siska (ngecengin s yang ikut ngeramein seminar gue (Aapa wit pede npesnwal and ft fen Pak Bonar terusss..), Yuli, Yani, Mami Yeni, Imoon, Rani, Elin, Mita, Aik, Wenny, Mira, Yayuk, Devi, Asih, Elita, Dewi, Ridwan, Abch (kemana aja ya?!l!), Sarimin (alm), Suryadi, Lukman, DC, Arif, Andri, Komang, Risman (2). Thank's for being my friend... > Warga Studio Agribisnis, Mas Taufik (Makasih ijin and ledekannya. Sorry ya Mas bikin nggak konsen kerja), Mas Dikky (apa yaa...2?!), Oby (nggemesin deh!!! pengen jitak! Oh ya, makasih udah mampir), Mas Rio (thank's proposalnya, Oleh- olehnya juga), and buat Heti juga. > Teh Ida (TU) makasih bantuan administrasinya, > Semua pihak yang udah bantuin tapi nggak kesebut namanya di sini (s7aa/yas...) Semoga semua yang telah diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amieen...... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI......0.... i DAFTAR TABEL. svvedli DAFTAR GAMBAR. iii DAFTAR LAMPIRAN........ iv L_ PENDAHULUAN. 0. LL, Latar Belakang osc 1.2, Permasalahan.. 13. Tujuan Penelitian Il. TINJAUAN PUSTAKA... 2.1. Usahatani Secara Hidroponik.... 2.2. Hidroponik NFT 2.3, Greenhouse......sennenennnnninens 2.4, Beberapa Penelitian Terdahuly 1.0 UI, KERANGKA PEMIKIRAN...... 3.1. Analisis Proyek... sees 3.1.1. Kriteria Investasi Berdiskonto . 16 3.1.2. Umur Proyek....... 3.2. Analisis Pemasaran 3.2.1, Pemasaran/ Tataniaga. 3.2.2. Fungsi-Fungsi Pemasaran.... . ; oe LB 3.2.3, Saluran Pemasaran., 7 3.2.4, Mekanisme Penemuan Marga ......:sssiinenisnsensenen ees 20 3.2.5, Kontrak dalam Pemasaran....c..ssssnnnsssinnnnnnnsnnsnn 22 3.2.6. Marjin Pemasaran ...... ; . 2B 3.2.7, Efisiensi Pemasaran «0.001. aera oven D5 IV, METODE PENELITIAN, ns soveestonenenneneeene . 27 4.1, Lokasi dan Waktu Penelitian...........0ccccccccccesccessscesssceesseesnsens pete 27 4.2. Metode Pengumpulan dan Sumber Data ...........cscssessssssssenesesessesesserseeeeee 27 4.3. Analisa Data..... 4.3.1, Penentuan Input Output... ; ne 43.2. Analisis Finansial..... 4.3.2.1. Net Present Value (NPV) ; 4.3.2.2. Net Benefit Cost Ratio (NBCR)...... . 4.3.2.3, Internal Rate of Retum (IRR)... . 30 4.3.2.4, Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) .....00031 4.3.3, Analisis Sensitivitas.........cu0:uniennnenennneneennnee 32 4.3.4, Analisis Marjin Pemasaran dan Penyebarannya....... 32 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN..... 34 5.1, Gambaran Umum Studio Agribisnis 5.2, Gambaran Umum Kebun Pasir Sarongge.. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ..........0:::s0ccssseesseeeseeeee 6.1. Input dan Output... 6.2. Analisis Finansial............... 6,3. Analisis Sensitivitas ....... 6.4, Saluran Pemasaran 6.4.1, Produset..csssete 6.4.2, Pedagang Pengumpul.. 6.4.3. Supermarket SOGO... 6.5, Analisis Marjin Pemasaran dan Penyebarannya 51 VII. KESIMPULAN DAN SARAN.......:necsnesinenitnnnasninetnieess 5S 7.1. Kesimpulan.... 7.2. Saran... DAFTAR PUSTAKA 58 No. Ll 1.2. 13. 6.1, 6.2. 6.3, 6.4. No. 3 DAFTAR TABEL Teks Konsumsi dan Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 1990 - 1996 Impor Sayuran dan Buah-buahan Indonesia 1993 ~ 1997... Ekspor Sayuran Indonesia Tahun 1991 - 1998.. Penjualan dan Proyeksi ejualaa Tomat Recento Kebun SA, Pasir Sarongge. Kriteria Investasi dengan Tingkat Suku Bunga 1 16 Persen dan 48 Persen ...... Hasil Analisis Sensitivitas veda Tingkat Suku Bangs 1 16 Persen dan 48 Persen... oe Pemasaran Tomat Recento dan Peery Ao 1999... ele scleslanee DAFTAR GAMBAR Teks Konsep Marjin Pemasaran....,.0s.0sensnne iti Halaman 1 2 3 41 44 46 52 Halaman 24 No. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Larutan Nutrisi Untuk Tanaman dalam Bentuk Berat Unsur-Unsur Hara (8) yang Dilarutkan dalam 1,000 Liter Air... 7 ; Denah Greenhouse Kebun SA, Pasir Sarongge.. Jadwal Tanam, Produksi dan Proyeks Produksi Tomat Recento Kebun SA, Pasir Sarongge ... Biaya Investasi Budidaya Tomat Recento o dengan “Hidroponik NET Kebun SA, Pasir Sarongge Biaya Operasional Tomat Recento dengan Hidroponk NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Per Tahun.. : Perhitungan Jasa Hutang Investasi Bueidaya Tomat Recento Hidropoi NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Bunga 16 Persen Per Tahun. Cash Flow Finansial Budidaya Tomat Recento dengan Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Suku Bunga 16 Persen.. Perhitungan Kriteria Investasi Suku Bunga 16 Persen Budidaya Tomat Recento dengan Hidroponik NET Kebun SAP Pasir Sarongge (alam Rp 000.00)... Perhitungen Jasa Hutang Investasi Budidaya Tomat Recento Hope NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Bunga 48 Persen Per Tahu Cash Flow Finansial Budidaya Tomat Recento dengan Hiroponik NET Kebun SA, Pasir Sarongge, Suku Bunga 48 Perse... Perhitungan Kriteria Investasi Suku Bunga 48 Persen Budidaya Tomat Recento dengan Hidropoik NET Kebun 8A, Pasir Sarongge alam Ro Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Produksi Sebesar 65 Perse Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, dengan Suku Bunga 16 Persen... Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Produksi Sebesar 65 Perse, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, dengan Suku Bunge 48 Persen, Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 100 Persen, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, Suku Bunga 16 Persen... Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 100 Persen, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, Suku Bunga 48 Persen. Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Gaji Tenaga Kerja Sebesar 25 Persen, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, Suku Bunga 16 Persen..... Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Gaji Tenaga Kerja Sebesar 25 Persen, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, Suku Bunga 48 Persen... . 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 nM 72 B 14 15 76 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komodites hortikultura yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan, merupakan salah satu komoditas yang mendapat prioritas dalam pengembangannya untuk meningkatkan devisa negara, meningkatkan pendapatan petani serta memperluas kesempatan kerja. Untuk itu, suatu kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan kontribusi subsektor hortikultura dalam menanggulangi krisis ekonomi siap diluncurkan oleh Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. Gerakan ini diberi nama Gema Hortina 2003, singkatan dari Gerakan Mandiri Hortikultura Tropika Nusantara tahun 2003, Selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memenubi secara konsisten dan kontinu konsumsi dalam negeri, gerakan ini juga berorientasi ekspor.' Konsumsi sayuran dalam jumlah yang cukup kini semakin dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, Masyarakat semakin menyadari sayuran merupakan bahan pangan yang mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia, antara lain sebagai sumber vitamin, mineral dan karbohidrat lengkap (Karbohidrat yang lambat diserap tubuh). Tabel 1.1, Konsumsi dan Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 1990 - 1996 Tahun Konsumsi (Ton) 1990, 3.930 430,20 3 627 169) 1991 4 304 830,00. 3 645 702 1992, 4090 165,47, 4 010 521 1993, 4744 125,81 5_350_000 1994 5502 909,36 4 539 028 1995, 6 371 493,98 5.513 198 1996, 6 737 299,20, 5 502 416. Sumber : Biro Pusat Statistik (1991, 1993, 1995 dan 1997) ' Anonim. “Gema Hortina 2003: Mengangkat Potensi Hortikultura Indonesia” Trubus N. 351, Februari 1999, Dari tabel 1.1. dapat dilihat bahwa kebutuhan komoditi sayuran cenderung meningkat tiap tahun dan belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Tahun 1994 dan 1995 konsumsi sayuran penduduk Indonesia 963.881,36 ton dan 858.295,98 ton lebih besar daripada produksi sayuran Indonesia pada tahun yang sama. Begitu pula pada tahun 1996, dimana jumlah konsumsi sayuran penduduk Indonesia 1.234.883,2 ton lebih besar daripada produksi sayuran pada tahun yang sama. Jumlah tersebut menunjukkan belum seimbangnya permintaan dan penawaran komoditi sayuran, Oleh karena itu, merupakan peluang bagi produsen untuk mengembangkan komoditi sayuran untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Krisis ekonomi yang ditandai dengan semakin merosotnya nilai tukar rupiah tethadap dollar menyebabkan mulai langkanya produk-produk impor, termasuk sayuran impor, karena harganya semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan konsumen yang mengkonsumsi produk impor beralih ke produk dalam negeri karena harganya yang lebih murah. Dengan demikian, tercipta pasar tersendiri bagi produk hortikultura lokal (produksi dalan negeri), terutama komoditas substitusi impor, seperti : lettuce, brokoli, tomat recento, okra, terung jepang, timun jepang, paprika, dan sebagainya. Terciptanya pasar substitusi impor ini merupakan peluang bagi produsen untuk mengembangkan sayuran substitusi impor yang umumnya tergolong sayuran komersial atau sayuran yang bernilai tinggi. Tabel 1.2. Impor Sayuran dan Buah-buahan Indonesia 1993 - 1997 Tahun Kuantitas (Ton) Nilai (US $) 1993 209.375,87 131,601.961 1994 421.598,70 197,358,461 1995 388.716,13 240.776.625. 1996. 358.121,92 249.197.124 1997* 395.130,57 244.327.716 Keterangan ; * Sampai bulan Oktober 1997 Sumber : Biro Pusat Statistik (1992, 1994, 1996 dan 1997) Volume impor sayuran dan buah-buahan Indonesia masih besar sebagaimana diperlihatkan pada tabel 1.2. Oleh karena itu, dengan menyediakan sayuran dan buah- buahan substitusi impor akan dapat menghemat devisa negara yang dikeluarkan untuk mengimpor sayuran dan buah-buahan. Untuk selanjutnya pengembangan sayuran substitusi impor dapat diarahkan kepada peningkatan ekspor sayuran Indonesia. Pasar ekspor menyediakan peluang besar selama kualitas dan kontinuitas yang menjadi syarat utama ekspor dapat dipenuhi produsen Indonesia, Beberapa pasar _potensial untuk ekspor sayuran diantaranya : Singapura, Taiwan, Jepang, — Hongkong, Malaysia dan negara-negara Eropa. Tabel 1.3. Ekspor Sayuran Indonesia Tahun 1991 - 1998 Tahun Kuantitas (Ton) Nilai (US $) 1991 176.700,00 30.000.000. 1992 185.500,00 37,300,000 993 228.600,00 46,900,000 1994 194.900,00 47,700,000 1995 192.800,00. 43.400.000 1996, 170.800,00 38.700,000 1997 95.400,00_ 23,900,000 1998" $1,600,00 12,500,000 Keterangan ; * Sampai bulan September 1998Sumber : Biro Pusat Statistik (1998) Baik pasar dalam negeri (seperti swalayan, restoran, hotel, rumah sakit dan sebagainya) maupun pasar ekspor, merupakan peluang bagi para petani atau produsen yang sekaligus memiliki hambatan berupa kualitas dan kontinuitas produk yang harus dapat dipenuhi. Pertanian konvensional (bertanam di atas tanah) di dataran tinggi maupun di dataran rendah belum mampu memenuhi tuntutan tersebut, Tidak semua jenis tanah pada suatu lahan di Indonesia cocok atau dapat diusahakan secara baik untuk pembudidayaan sayuran bernilai tinggi. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan khusus, misainya keadean fisik dan kimia atau kesuburannya yang harus dikelola khusus (Anonim,1996). Oleh karena itu, perlu dilakukan sistem budidaya lain yang mampu memenuhi tuntutan kualitas dan kontinuitas. Usahatani secara hidroponik di dalam greenhouse merupakan alternatif yang dapat ditempub, terutama bagi produsen yang memiliki skill dan modal yang memenuhi. Budidaya dengan cara ini dapat menghasilkan produk dengan kualitas tinggi secara kontinu, Salah satu teknologi budidaya hidroponik tersebut adalah metode muirient fiim technique (NET), suatu cara budidaya yang lebih memungkinkan terpenuhinya syarat kualitas dan kontinuitas produk. Namun pembangunan greenhouse, instalasi NFT serta sarana pendukung Jainnya memerlukan biaya yang relatif besar. Oleh karena itu, tingkat suku bunga bank yang berlaku akan berpengaruh terhadap kelayakan investasi pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT. Kenyataannya, tingkat suku bunga bank yang berlaku selama krisis ekonomi melanda Indonesia relatif tinggi untuk melakukan investasi di bidang pertanian. Tingkat suku bunga bank yang berlaku pada akhir tahun 1998 yaitu sebesar 48 persen per tahun, merupakan tingkat suku bunga yang tinggi untuk melakukan investasi dalam bidang pertanian. Namun dengan adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan tingkat suku bunga, secara bertahap hingga bulan Agustus 1999 tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian bank pemerintah menjadi 16 persen per tahun, Untuk itu perlu ditelaah kembali apakah dengan tingkat suku bunga 16 persen per tahun ini investasi pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT layak dilaksanakan. Selain itu dalam investasi juga harus memperhitungkan perubahan- perubahan yang mungkin terjadi mengingat kondisi perekonomian Indonesia saat ini belum stabil. Sejalan dengan pemilihan budidaya hidroponik NFT sebagai upaya peningkatan produksi sayuran yang menjamin terpenuhinya kualitas dan kontinuitas perlu pula tersedia sistem pemasarannya. Pengembangan sistem pemasaran dimaksudkan untuk mendorong kelancaran arus produksi komoditi sayuran dari produsen ke Konsumen. Sistem pemasaran yang efisien akan dapat menyalurkan komoditi dari produsen kepada konsumen dengan harga yang menguntungkan kedua belah pihak. Tetapi secara umum efisiensi pemasaran pada sistem pemasaran yang ada belum terwujud. Hal ini dilihat dari masih tingginya biaya pemasaran yang lebih sering merugikan produsen, serta belum meratanya pembagian marjin diantara lembaga pemasaran. Selain itu, rantai pemasaran yang beranekaragam dan panjang menyebabkan distribusi produk dari produsen ke konsumen tidak efektif. 1.2, Permasalahan Studio Agribisnis (SA) adalah salah satu produsen yang mengusahakan sayuran dengan hidroponik NET di dalam greenhouse. Pengelolaan hidroponik NFT berlokasi di kebun Pasir Sarongge tersebut ditujukan sebagai sentra produksi yang dapat dijadikan institutional reaching farm atau tempat pelatihan dan model agribisnis yang berhasil. Investasi dilakukan oleh SA mulai Desember 1998 di mana tingkat suku bunga bank yang berlaku masih sebesar 48 persen per tahun. Melihat fakta ini dan dengan adanya penurunan tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian bank pemerintah yang berlaku pada bulan Agustus 1999 menjadi 16 persen per tahun, maka perlu ditelaah apakah secara finansial pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT ini layak untuk dilaksanakan dengan tingkat suku bunga yang relatif tinggi Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain : 1. Bagaimanakah kelayakan investasi secara finansial budidaya sayuran dengan hidroponik NET pada tingkat suku bunga 48 persen dan tingkat suku bunga 16 persen? 2. Bagaimanakah sensitivitas pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT tersebut apabila terjadi perubahan-perubahan dalam komponen manfaat dan biaya? 3. Bagaimanakah efisiensi pemasaran sayuran yang dibudidayakan dengan hhidroponik NFT tersebut ditinjau dari sisi marjin pemasaran? 1.3, Tujuan Penelitian Berdasarkan later belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1. Menganalisis tingkat kelayakan investasi secara finansial budidaya sayuran dengan hidroponik NFT pada tingkat suku bunga 48 persen dan tingkat suku bunga 16 petsen, 2. Menganalisis sensitivitas pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT jika terjadi perubahan-perubahan dalam komponen manfaat dan biaya. 3. Menganalisis efisiensi pemasaran komoditi sayuran yang dibudidayakan dengan hidroponik NFT tersebut dari sisi marjin pemasaran IL TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usahatani Secara Hidroponik Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik temyata sudah dikenal manusia sejak jaman kuno, Berdasarkan penemuan arkeologi, dapat diketahui bahwa kerajaan Babilonia di Timur Tengah, yang berdiri sekitar tahun 1800-an SM, telah melakukan usaha perekayasaan penanaman tumbuhan, Tamanisasi di pusat kota kuno itu dikenal dengan nama ‘Taman menggantung’ karena taman dibangun di daerah perbukitan yang gersang, sehingga dari jauh terlihat seperti ada taman di awang- awang,” Begitu pula dengan orang Aztec dari Amerika Tengah, yang melakukan adaptasi terhadap alam sekitarnya di danau Tenochtitlan, di lembah Meksiko, dengan ‘mengembangkan usaha pertanian di atas rakit yang disebut chinampa, Namun tehnik ini baru meluas pemakaiannya setelah W. F. Gericke dan W. R. Robbins, dari Amerika Serikat, mengembangkan cara bercocok tanam tanpa tanah ini pada tahun 1920-an.? Istilah hydroponics (diindonesiakan menjadi hidroponik) berasal dari kata Yunani Hydro (air) dan Ponos (kerja). Istilah ini dilontarkan oleh W. A. Setchell dari University of California, sehubungan keberhasilan W. F. Gericke (1929) dari universitas yang sama, dalam pengembangan tehnik bercocok tanam dengan air sebagai medium tanam, Bersamaan dengan penemuan hidroponik Gericke (yang sebenarnya bukan seratus persen bertanam di atas air), pada masa yang sama antara tahun 1928 dan 1940, di Amerika juga dicoba cara bercocok tanam di atas medium pasir seratus persen, oleh E, R. Robbins. (Soeseno, 1987). Umumnya istilah hidroponik ini digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa tanah. Karena itu bercocok tanam dengan menggunakan bahan- bahan organik dan anorganik non tanah (seperti arang sekam, sabut kelapa, pakis, kerikil dan lain-lain) juga disebut hidroponik (Budiarto, 1998). * Anonim, “Bermula dari Kerajaan Babilonia” Kedaulatan Rakyat, 7 Agustus 1995. > Anwar, N. “TEC-MCT Hydroponic System. Sistem Hidroponik Baru dari Jepang” Trubus, Agustus 1993, Berusahatani secara hidroponik di dalam greenhouse menurut Soeseno (1987), Lingga (1993), Nicholls (1996) dan Budiarto (1998) memiliki beberapa keuntungan, vyaitu : 1. Dapat dilakukan pada lahan yang lebih sempit daripada dengan bercocok tanam tradisional, Dapat dilakukan pada berbagai kondisi lahan. Hasilnya bersih karena medianya bukan tanah, Lebih terjamin kebebasan tanaman dari hama dan penyakit serta gulma, wp, en Kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk lebih tinggi bila dibandingkan dengan bertani secara konvensional. 6. Pemberian pupuk lebih efisien dan menghemat penggunaan tenaga kerja, Produksi tidak tergantung musim sehingga produsen dapat menerima harga lebih tinggi. 8, Musim tanam pertahun dapat diperbanyak Karena efisiensi waktu tunggu antara panen dengan penanaman berikutnya, dan lebih cepatnya umur panen karena optimalnya keadaan lingkungan. Hal ini menjamin kontinuitas produk. Beberapa cara pertanian yang diklasifikasikan ke dalam hidroponik, yaitu : Substrate Agriculture (bercocok tanam menggunakan media tanam organik dan non organik) serta Nutrient Film Technic (NET) yang dianggap sebagai Pure Hydroponics karena cara ini hanya menggunakan media air, tanpa bahan organik (Budiarto, 1998), 2.2, Hidroponik NFT Sejak tahun 1973, A. J. Cooper dari Nutrient Film Technology Ltd, Arie! Works, Leicester, England mengembangkan tehnik hidroponik dengan tetap memakai air sebagai medium tanam, tetapi jauh berbeda dengan cara yang dilakukan oleh Gericke. Ia beranggapan bahwa cara Gericke dan Robbins itu kurang menjamin persedian oksigen bagi akar tanaman. Sebab akar ini tersekap seluruhnya dalam medium pasir atau kerikil di atas cairan makanan, Karena itu, ia memakai air yang diedarkan ke tanaman secara dangkal, supaya bagian atas dari akar masih berada di udara, dan mendapat oksigen yang cukup. Ta pun berpendapat, bahwa walaupun para pekebun memakai istilah hidroponik, namun kenyataannya mereka tidak memenuhi persyaratan istilah ‘hydro’ dari hidroponik lagi. Kebanyakan tidak memakai air lagi, tetapi bahan lain sebagai ‘medium tanam, Karena itu, Cooper lalu tidak memakai istilah Aydroponics lagi supaya tehnik yang dikembangkannya tidak dikacaukan dengan tehnik bercocok tanam tanpa tanah yang salah kaprah itu. Ia memakai istilah muirient film technique. Tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari plat logam tipis tahan karat, yang mudah dibentuk. Kalaui tanaman dalam saluran ini dialiri air yang mengandung unsur makanan secara dangkal maka di sekitar akarnya terbentuk film (lapisan tipis), larutan mineral sebagai makanan tanaman itu. Inilah sebabnya, mengapa tehnik ini kemudian disebut muirient film technique. Bukan hidroponik, meskipun ia hidroponik yang sesungguhnya. (Soeseno, 1987). Kelebihan NFT dibandingkan Substrate Agriculture antara lain yeitu (Sarwono, 1995; Budiarto, 1998) : 1. Mengurangi biaya untuk pengolahan dan persiapan media tanam (untuk mempersiapkan polybag berisi arang sekam, diperlukan paling tidak 80 HOK (Hari Orang Kerja) per musim per hektar). 2, Mengurangi biaya untuk media tanam (arang sekam, kerikil dan lain-lain) 3. Pemberian nutrisi efisien dan efektif, tidak ada larutan nutrisi yang terbuang. Disamping kelebihannya, NT juga memiliki kelemahan. Pada awalnya, sistem ini mengedarkan larutan secara terus-menerus, sirkulasi tanpa henti (24 jam non stop). Hal ini mengakibatkan ketergantungan pada aliran listrik sangat tinggi, karena padamnya aliran listrik selama setengah jam sudah dapat menyebabkan tanaman mengalami layu permanen, Oleh karena itu, diperlukan cadangan sumber listrik selain PLN. Namun saat ini, masalah tersebut telah dapat diatasi dengan mengurangi sirkulasi larutan, Larutan dapat diedarkan selama dua belas jam sehari, karena tanaman melakukan fotosintesis pada siang hari. Sirkulasi larutan dapat dihentikan pada malam hari saat tanaman tidak melakukan fotosistesis. Dengan demikian sistem ini menjadi lebih mudah dilakukan oleh petani maupun pengusaba agribisnis. Kelemahan lainnya, setiap tanaman satu sama lain saling berhubungan erat karena larutan yang mengalir ke semua tanaman berasal dari satu sumber. Sehingga apabila satu tanaman terserang penyakit dapat dengan mudah menyerang tanaman jainnya, Hal tersebut dapat dikurangi resikonya dengan pembuatan blok-blok penanaman yang sempit (membagi areal lebih banyak ke dalam sistem yang berdiri sendiri), serta mempertinggi sumberdaya manusia agar dapat mengetahui dengan cepat kondisi-kondisi kelainan dan dapat mengantisipasi secepatnya (Budiarto, 1998) Hidroponik NFT ini memerlukan modal relatif mahal, terutama untuk biaya perawatan greemhouse. Oleh karena itu, hidroponik NET dapat diusahakan oleh petani atau produsen yang mempunyai modal dan skill yang cukup tinggi. 2.3. Greenhouse Greenhouse diartikan sebagai rumah yang dibuat untuk tanaman, Kelebihannya dibanding bercocok tanam biasa adalah (Soeseno, 1987; Nicholls, 1996, Suprayitna, 1996; Budiarto, 1998) : 1. Dapat mengontrol kondisi tingkungan yang diinginkan, disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sehingga dapat diproduksi sepanjang tahun, 2. Lebih mudah mengendalikan hama dan penyakit sehingge mengurangi biaya perawatannya, 3. Pertumbuhan tanaman cukup baik dan produksi tinggi baik kuantitas maupun kualitas, Greenhouse dibangun dengan cara sedethana dan menggunakan bahan yang sederhana pula untuk menekan biaya sekecil-kecilnya, Dulu atapnya dibuat dari kaca. Setelah ditemukan plastik PVC ( polyvinyl chloride ) yang tebalnya hanya + 0,10 milimeter, orang kemudian beralih untuk menggunakannya karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kaca. Sedangkan konstruksinya dibangun dengan menggunakan kayu atau bambu, Biaya perawatan greenhouse relatif mahal, tetapi dapat ditutupi dengan keuntungan yang diperoleh. Hal ini karena sayuran dapat ditanam di Iuar musimnya sehingga dapat dijual dengan harga yang berlipat ganda (Soeseno, 1987). 2.4, Beberapa Penelitian Terdahulu Utami (1995) dalam tulisannya mengungkapkan bahwa penggunaan sistem NFT dalam penanaman secara hidroponik memiliki keunggulan dalam hal efisiensi dan efektivitas pemberian nutrisi, sehingga lebih menguntungkan dan menghasilkan kualitas produk yang optimal. Umumnya seluruh elemen nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman dipergunakan dalam sistem NFT. Utami menyertakan contoh larutan nutrisi untuk sistem NET, yang telah berhasil digunakan petani-petani di Taiwan, sebagaimana tercantum dalam lampiran 1. Penelitian yang spesifik mengenai aspek pemasaran komoditi sayuran hidroponik Khususnya hidroponik metode NFT masih terbatas, Oleh karena itu, pendekatan dilakukan melalui penelitian sejenis dengan komoditi sayuran yang dibudidayakan secara konvensional. Berdasarkan hasil penelitian Kurniati (1996), analisis keragaan usahatani cabai rawit per hektar selama satu musim tanam (12 bulan) di lokasi penelitian, menunjukkan usahatani tersebut cukup menguntungkan, walaupun tingkat produktivitasnya relatif lebih rendah dibanding beberapa sentra produksi lain, Hal ini dilihat dari nilai R/C sebesar 3,14 untuk musim tanam Maret 1994 dan R/C sebesar 1,91 untuk musim tanam September 1994 menunjukkan penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, Secara fisik tingkat produksi yang dicapai (10.500 kg) lebih besar dari titik impas, yaitu 235,11 kg untuk musim tanam Maret 1994 dan 537,54 kg untuk musi tanam september 1994, Jika harga faktor produksi meningkat sebesar sepuluh persen, maka nilai R/C sebesar 2,92 dan titik impas adalah 243,54 kg untuk penanaman bulan Maret 1994 dan penanaman bulan September 1994 memiliki nilai R/C sebesar 1,78 dan titik impas 583,73 kg, Penurunan produksi sebesar tiga puluh persen, memberikan nilai R/C sebesar 2,20 dan titik impas pada 288,71 kg untuk penanaman bulan Maret 1994, dan untuk penanaman bulan September 1994 R/C sebesar 1,34 dan titik impas 934,87 kg. Selain itu, dari analisis keragaan sistem tataniaga cabai rawit yang dilakukan oleh Kurniati (1996), arus komoditas cabai rawit dari lokasi penelitian lebih banyak dipasarkan ke Pasar Induk Kramat Jati dengan pola saluran : petani > pedagang pengumpul desa -> pedagang antar kota > bandar besar > pedagang u pengecer > konsumen, Marjin tataniaga total sebesar Rp 1.812,50 per kg atau 63,04 persen dari harga jual di tingkat pengecer. Petani memperoleh share cukup rendah (36,96 persen) karena fungsi tataniaga (pengepakan dan pengangkutan barang) yang dilakukan masing-masing lembaga kurang memadai. Akibatnya, biaya penyusutan cukup tinggi (42,74 persen dari biaya total) dan menjadi faktor utama tingginya biaya tataniaga (Rp 379,46 per ke). ‘Sementara hasil penelitian Hendra (1998) mengenai efisiensi pemasaran pasar bawang putih menunjukkan adanya tiga saluran pemasaran bawang putih dari desa Panundaan, yaitu : (1) petani > bandar desa -> grosir Pasar Induk Ciwidey (PIC) > pengecer PIC - konsumen, (2) petani > bandar desa -> grosir Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) > pengecer PIKJ -® konsumen , (3) petani -> grosir PIC > pengecer PIC > konsumen. Total marjin pemasaran bawang putih pada saluran ITI (41,74 persen dari harga jual pengecer) relatif lebih kecil daripada marjin pemasaran saluran I (50,87 persen) dan saluran IK (52,48 persen), Ini berarti saluran IIE lebih efisien karena memiliki total marjin pemasaran dan farmer's share terbesar (59,07 persen dari harga jual pengecer). Sementara penyebaran marjin pemasaran belum merata, di mana marjin terbesar dimiliki oleh grosir dan pengecer. Hendra (1998) mengungkapkan bahwa dari sisi marjin efisiensi pemasaran bawang putih di desa Panundaan belum terwujud Efisiennya saluran III tidak menunjukkan sudah efisiennya pemasaran bawang putih dari desa Panundaan, karena hanya lima petani yang melakukan sistem pemasaran ini, Selain itu, struktur pasar cenderung mendekati pasar yang tidak bersaing. Wahendra (1998) menganalisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif pada usaha budidaya letas (lettuce) dengan sistem NFT dengan menggunakan model matriks analisis kebijakan atau “Policy Analysis Matric (PAM)” Dalam penelitiannya, analisis Rasio Biaya Privat (PCR) menghasilkan nilai sebesar 0,37. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan tambahan output sebesar satu satuan dibutuhkan tambahan input domestik sebesar 0,37 satuan, Nilai PCR yang lebih kecil dari satu ini menyatakan bahwa usalia budidaya lettuce dengan sistem NFT memiliki efisiensi secara finansial, yang berarti usaha ini memiliki keunggulan kompetitif untuk dapat bersaing di pasar internasional 2 Analisis Rasio Sumberdaya Domestik (DRC) menghasilkan nilai sebesar 0,27. Artinya, untuk mendapatkan tambahan satu satuan output diperlukan tambahan biaya faktor domestik sebesar 0,27 satuan, Nilai DCR yang Kurang dari satu ini menunjukkan efisiensi secara ekonomi. Ini berarti usaha budidaya lettuce dengan sistem NFT bisa bersaing di pasar internasional karena memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor. Sementara besarnya keuntungan privat dan keuntungan sosial yang diperoleh dari penelitian, masing-masing sebesar Rp 2.217,38/ kg dan Rp 3.678,57/ kg, Nilai keuntungan privat dan keuntungan sosial yang lebih besar dari nol ini menunjukkan bahwa pengusahaan budidaya lettuce dengan sistem NET layak untuk dikembangkan, dan memiliki keunggulan komparatif serta layak untuk dilanjutkan, Wahendra (1998) juga melakukan analisis sensitivitas guna melihat perubahan yang mungkin terjadi tehadap hasil analisis jika terdapat kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas tersebut dilakukan dengan merubah beberapa harga faktor, yaitu harga output turun 50 persen, upah tenaga kerja meningkat 66 persen dan harga pupuk meningkat 100 persen, serta analisis gabungan dari ketiga faktor tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai PCR (rasio biaya privat) dan DRC (rasio biaya sumberdaya domestik) memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan harga output, Penurunan harga output menyebabkan nilai PCR dan DRC semakin mendekati nilai satu. Karjono (1999) dalam tulisannya memaparkan tentang penelitian rumah plastik (greenhouse) yang dilakukan oleh Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (Faperta Unpad) berlokasi di Jatinangor (700 meter di atas permukaan laut). Tanaman yang diusahakan yaitu tomat recento pada lahan seluas 0,5 hektar dengan hidroponik substrat. Tomat recento ditanam dalam polyback dengan media arang sekam yang telah disterilisasi. Polyback diletakkan di atas guludan yang ditutupi dengan plastik perak. Guludan berukuran 80 om x 25 om tersebut dapat memuat dua larikan tanaman dengan jarak antar tanam 50 cm dan jarak antar guludan satu meter. Untuk greenhouse seluas 300 m? dapat memuat 500 hingga 550 batang tomat recento, Besar biaya yang dikeluarkan untuk greenhouse (termasuk instalasinya), media dan bibit lebih kurang mencapai Rp 45.000,00/ m*, Biaya yang dikeluarkan untuk greenhouse seluas 300 m? 3 sebesar Rp 13.500.000,00 dengan masa penggunaan selama empat hingga lima tahun, Menurut Karjono (1999), dari penelitian mengenai pengaruh greenhouse terhadap produktivitas yang dilakukan Faperta Unpad diketahui bahwa lebar dan tinggi greenhouse menentukan tingkat produksi tanaman, Greenhouse pada mulanya berukuran 50 m x 7 m, tinggi sisi terendah 2,5 m dan bagian tengah 5 m dengan ventilasi menghadap ke satu sisi sehingga suhu di dalam mencapai 38°C. Dengan dasar bahwa suhu optimal pembungaan tomat berkisar 18 - 25°C, maka ukuran greenhouse diperbaiki menjadi 30 m x 10 m dengan tinggi sisi terendah 3 m, bagian tengah 5,5 m dan ventilasi dibuat sistem piggy back (punggung babi) sehingga suhu ruangan sekitar 35°C dan sirkulasi udara menjadi lebih baik. Dari perbaikan yang dilakukan dihasilkan kuntum bunga yang lebih banyak dan lama pemanenan meningkat dari tiga bulan menjadi 4,5 bulan. Produksi rata-rata meningkat dari empat kilogram per tanaman menjadi sembilan kilogram per tanaman. Menurut Faperta Unpad, dengan hidroponik di dalam greenhouse dapat melakukan penanaman sepanjang tahun tanpa mengenal musim dan kualitas serta kuantitas tomat hidroponik jauh di atas pertanian konvensional. Kualitas tomat Unpad 85 persen masuk pasar swalayan dengan ukuran 150 - 250 gram per butir dan harga Rp 2.700,00 per kilogram, Selebihnye 15 persen adalah tomat apkir yang dijual secara eceran di pasar lokal dengan harga Rp 1.000,00 - Rp 3,500,00 per kilogram, Menurut Unpad persentase tomat apkir masih terlalu besar dan masih dapat ditekan, Unpad dapat menghasilkan tomat recento secara kontinu 200 kilogram per hari dari Iuas penanaman 0,5 hektar, Sementara Wibowo (1999) menulis mengenai tomat recento dengan produsen PT. Rejo Sari Bumi yang berlokasi di Tapos, Bogor. Wibowo menulis bahwa tomat recento atau beeftomato adalah tomat jenis baru di Indonesia yang berasal dari Belanda. Tomat ini hanya cocok untuk dataran tinggi. Idealnya ditanam diketinggian mulai dari 800 meter di atas permukaan laut dengan kisaran suhu optimal 17 - 32°C. ‘Masa panen tomat hibrida ini dapat sampai enam bulan, Tinggi tanaman tujuh sampai delapan meter sehingga memerlukan turus untuk tempat perambatan, Perlu dilakukan topping (pemotongan titik tumbuh) ketika setinggi turus, Penampang batang bulat, berwarna hijau dengan diameter pangkal batang tiga sentimeter. Percabangan banyak, 4 tetapi biasanya hanya dipelihara satu cabang. Daun berukuran besar. Tandan bunge hingga 15 buah, tiap tandan terdiri dari empat sampai lima kuntum bunga, Buah berbentuk bulat, permukaan licin, daging buah tebal dan kadar air sedikit. Diameter buah mencapai enam sentimeter dengan bobot sekitar 150 gram per butir. Produksi di negara asalnya rata-rata sepuluh kilogram per tanaman. PT Rejo Sari Bumi selain mengusahakan tomat recento juga membudidayakan paprika dengan sistem irigasi tetes bersubstrat di dalam rumah plastik (greenhouse), Luas total rumah plastik yang dimiliki yaitu 3,5 hektar, tapi hanya 40 persen atau 1,4 hektar yang digunakan untuk tomat dan selebihnya untuk paprika. Setiap rumah plastik berukuran 12,8 m x 50 m diisi kurang lebih 1.155 tanaman. Setiap minggu disemai 1.200 benih, sehingga dalam sebulan dapat menyemai empat kali. PT Rejo Sari Bumi dapat menghasilkan rata-rata 10 kg tomat per tanaman dan per hari dapat dipetik 500 kilogram tomat (Wibowo, 1999), Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan analisis finansial dan marjin pemasaran terhadap budidaya sayuran dengan hidroponik NFT . Berbeda dengan ‘Wahendra (1998) yang mempergunakan metode Policy Analysis Matric (PAM), maka dalam penelitian ini peneliti mempergunakan kriteria investasi yang meliputi ner present value (NPV), net benefit cost ratio (NBCR), internal rate return (IRR), dan payback periode untuk menganalisis kelayakan investasi secara finansial. Tojuan utama metode PAM yang dipergunakan Wahendra (1998) adalah untuk mengukur dampak kebijaksanaan pemerintah terhadap keuntungan privat dalam sistem pertanian dan dalam penggunaan sumberdaya yang efisien, Metode ini dapat menghasilkan perhitungan keunggulan kompetitif, keunggulan komperatif serta dampak kebijaksanaan pemerintah pada input dan output yang diperdagangkan secara keseluruhan dan sistematis. Tetapi untuk melihat sejauh mana suatu proyek dapat memberikan manfaat kepada para pelaku proyek tersebut, maka analisis investasi usahatani dan analisis perbandingan (rasio) finansial dengan kriteria NPV, NBCR, IRR, dan payback period merupakan alat yang cukup baik, lebih mudah serta lebih umum penggunaannya daripada metode PAM. Selain itu berbeda dengan analisis usahatani yang dilakukan Kurniati (1996) dalam perelitiannya, maka dengan mempergunakan analisis kelayakan investasi secara finansial, dalam penelitian ini pengaruh waktu juga dipethitungkan, sehingga dilakukan diskonto. Pengaruh waktu menyebabkan berbedanya nilai uang saat ini dengan nilai uang dimasa akan datang, serta adanya ketidakpastian dalam ekonomi. Dengan diskonto dapat dinilai apakah manfaat dari proyek menggambarkan ‘opportunity cost proyek tersebut, Sementara analisis marjin pemasaran dalam penelitian ini menggunakan model marjin pemasaran yang dijelaskan oleh Dahl dan Hammond (1977) sebagaimana dipergunakan pula oleh Kurniati (1996) maupun Hendra (1998) dalam penelitiannya. Model ini sering dipergunakan karena melalui analisis ini dapat diketahui distribusi/ penyebaran marjin pemasaran serta penyebab tingginya marjin tersebut. Tetapi, tinggi rendahnya marjin pemasaran tidak selamanya dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi kegiatan pemasaran, Hal ini dimungkinkan karena adanya kondisi- kondisi tertentu yang dapat mengakibatkan pemasaran menjadi relatif efisien walaupun marjin pemasaran yang dihasilkan tinggi. IM, KERANGKA PEMIKIRAN, 3.1, Analisis Proyek Agribisnis memerlukan perencanaan bisnis yang sangat matang dan rindi, Mulai dari hulu hingga hilir. Untuk sebagian besar kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian, persiapan pelaksanaan proyek secara cermat pada tahap awal paling tidak, bila tidak ingin dikatakan sangat penting sekali, merupakan cara yang terbaik yang dapat dilakukan untuk menjamin tercapainya dana-dana kapital secara ekonomis, efisien dan untuk memungkinkan pelaksanaan proyek secara tepat menurut waktu atau jadwal (Gittinger, 1986). Tujuan dari analisa proyek adalah untuk menentukan pemilihan investasi dari berbagai macam proyek, karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas, Perhitungan dilakukan untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan kemanfaatan yang dapat diharapkan dari masing- masing proyek (Kadariah et.al., 1976). Ada dua pendekatan yang umum digunakan dalam analisis proyek yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial adalah analisis yang melihat hasil proyek dari segi individu pelaku proyek. Sedangkan analisis ekonomi bertujuan untuk melihat hasil proyek dari segi perekonomian secara keseluruhan, Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kelayakan finansial dari budidaya sayuran dengan hidroponik NFT, karena proyek ini merupakan proyek Studio Agribisnis yang ditujukan sebagai sentra produksi yang dapat dijadikan institutional teaching farm atau tempat pelatihan dan model agribisnis yang berhasil. Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan dilakukan analisis finansial. 3.1.1. Kriteria Investasi Berdiskonto Untuk mengetahui tingkat keuntungan proyek, perlu dihitung manfaat yang akan diperoleh dan biaya yang diperlukan. Untuk maksud ini telah dikembangkan berbagai cara pengukuran yang dinamakan kriteria investasi. Kritevia ini diklasifikasikan menurut dua Kategori yakni kriteria non-diskonto dan kriteria diskonto. 0 Perbedaan antara kedua Kategori ini adalah kriteria non-diskonto tidak menyertakan konsep time value of money sebagaimana yang diterapkan pada kriteria diskonto, Semua ukuran kemanfaatan yang tidak berdiskonto mempunyai kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima, Sedangkan kriteria diskonto merupakan suatu. teknik yang dapat “menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi "nilai biaya pada masa sekarang" Gittinger, 1986). Menurut konsep time value of money, nilai uang pada saat ini lebih tinggi nilainya dibanding nilai uang dalam jumlah yang sama pada masa yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya unsur time preference (tingkat kepuasan individu dari sejumlah konsumsi yang dinikmati sekarang lebih besar dari jumlah konsumsi yang sama tetapi baru dinikmati beberapa waktu kemudian) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan Keuntungan di masa datang melalui kegiatan produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et.al., 1976). Lebih lanjut Kadariah (1976) mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar modal dan menentukan harga modal, yaitu tingkat bunga. Tingkat bunga inilah yang memungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan benefit yang penyebarannya di dalam waktu tidak merata. Untuk tujuan itu tingkat bunga diterapkan melalui proses yang disebut "discounting". 3.1.2. Umur Proyek ‘Ada beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek, antara lain (Kadariah et. al., 1976) 1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode (jangka waktu) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari proyek. Umur ekonomis suatu asset yaitu jumlah tahun selama pemakaian asset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan dari padanya, 2. Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur tehnis dari unsur-unsur pokok investasi. Untuk 1B proyek-proyek tertentu umur tehnis dari unsur-unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena ketinggalan jaman akibat adanya tehnologi baru yang lebih efisien. Keadaan ini hanya terdapat dalam proyek-proyek industri dan pengangkutan, tetapi jarang terdapat dalam proyek- proyek pertanian, 3. Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama dari 25 tahun, dapat diambil 25 tahun karena nilai-nilai sesudah itu jika didiscount dengan discount rate sebesar 10 persen ke atas, maka present value-nya sudah kecil sekali. Usahatani sayuran dengan sistem hidroponik NFT pada penelitian ini dimaksudkan untuk jangka waktu enam tahun yang ditetapkan berdasarkan umur tehnis Konstruksi greenhouse. Dengan demikian, setelah enam tahun diperlukan investasi kembali untuk greenhouse yang biayanya mencapai Rp 20.540.770,00 per greenhouse, Asset-asset lain yang dipergunakan antara lain : instalasi NFT, instalasi listrik, instalasi air, gudang, alat-alat pertanian dan sebagainya. 3.2, Analisis Pemasaran 3.2.1. Pemasaran/ Tataniaga Dahl dan Hammond (1977) memberikan pengertian pada marketing sebagai serangkaian kegiatan/ fungsi yang diperlukan untuk menggerakkan produk mulai dari produsen hingga sampai kepada konsumen akbir Secara khusus, pemasaran dapat didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomik, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen. Pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda, yang menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut (Downey dan Steven, 1992). 3.2.2, Fungsi-Fungsi Pemasaran Proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen memerlukan berbagai kegiatan atau tindakan-tindakan yang memperlancar proses penyampaian barang atau jasa bersangkutan. Kegiatan tersebut dinamekan sebagai fungsi-fungsi pemasaran, Ada tiga tipe fungsi pemasaran (Downey dan Steven, 1992) : 19 1, Fungsi pertukaran (exchange function), yaitu produk harus dijual dan dibeli sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran. Fungsi ini terdiri dati flungsi pembelian dan fungsi_ penjualan. 2. Fungsi fisik, adalah kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam perlakuan, perpindahan dan perubahan fisik secara aktual dari komoditas. Fungsi ini terdiri dari fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, dan fungsi pemrosesan, 3. Fungsi penyediaan sarana, merupakan semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini terdiri dari fungsi informasi pasar, fungsi penanggung resiko, fungsi standarisasi dan penggolangan mutu serta fungsi pembiayaan, 3.2.3, Saluran Pemasaran. Tataniaga suatu barang atau jasa memerlukan keterlibatan berbagai pihak seperti produsen, konsumen maupun lembaga perantara, sehingga memiliki saluran tataniaga tertentu, Saluran pemasaran adalah jejak penyaluran barang dari produsen ke konsumen akhir. Jenis dan kerumitan saluran pemasaran berbeda-beda sesuai dengan komoditinya (Downey dan Steven, 1992). Selanjutnya Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan bahwa pemilihan saluran pemasaran ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : 1. Pertimbangan pasar, meliputi konsumen sasaran akhir yang mencakup potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli dan volume pesanan. 2. Pertimbangan barang, meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang, tingkat kerusakan, sifat tehnis barang, apakah barang tersebut untuk memenuhi pesanan atau pasar. 3. Pertimbangan intern perusahaan, meliputi besarnya modal dan sumber pemodalan, pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan. 4, Pertimbangan lembaga dalam rantai pemasaran, meliputi segi kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan perusahaan, Berdasarkan pertimbangan terhadap faktor-faktor tersebut, produsen menentukan. saluran pemasaran dari berbagai alternatif yang ada agar efisien dan efektif, 20 3.2.4, Mekanisme Penemuan Harga Penetapan harga dalam pasar-pasar pertanian dibuat dengan beberapa mekanisme untuk menemukan harga pasar yang pasti, Mekanisme tersebut oleh Tomek dan Robinson disebut sebagai "mekanisme penemuan harga (mechanisms of price discovery)". Modifikasi klasifikasi mekanisme penemuan harga tersebut antara lain : (1) penentuan dengan negosiasi individu (individual negotiations), (2) penemuan dalam pasar-pasar yang terorganisasi (organized markets), (3) hasil dari sistem pengelolaan harga (administered pricing systems) baik administrasi privat maupun publik, dan (4) ditemukan melalui negosiasi kelompok (group negotiations) Pertimbangan untuk memberikan harga produk biasanya melibatkan lebih dari satu mekanisme atau prosedur (Dahl dan Hammond, 1977). Lebih lanjut Dah! dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa individual negotiations adalah proses tawat menawar yang sederhana antara individu pembeli dan penjual untuk masing-masing transaksi, Biasanya tidak terlihat adanya peraturan- peraturan yang formal. Penjual berusaha memperoleh harga tertinggi dan pembeli sebaliknya menghendaki harga terendah. Untuk perdagangan produk yang lebih luas mekanisme ini membutuhkan biaya yang besar, Masing-masing pelaku (pembeli dan penjual) menghendaki informasi penawaran dan permintaan total yang terbaik dan mungkin menemukan bahwa menguntungkan untuk merahasiakan informasi yang dimiliki Mekanisme organized markets telah digunakan secara Iuas untuk komoditi pertanian daripada dalam industri-industri lainnya, Besarnya jumlah transaksi menyebabkan individual negotiations menjadi tidak praktis serta memakan waktu dan biaya, Tipe organized markets antara lain bursa komoditi (commodity exchanges) dan pasar lelang (auction markets). Bursa memberikan tempat bagi perdagangan dengan peraturan-peraturan yang spesifik, Harge dan transaksi dengan segera diketahui seluruh pedagang di lantai bursa dan dilaporkan di media massa. Untuk beberapa produk seperti padi-padian, sampel mungkin diperlihatkan dalam bursa, sementara untuk produk lainnya diperdagangkan hanya dengan deskripsi kelas produ. Hampir semua produk yang dijual harus dalam persetujuan warehouse atau dalam transit untuk diperdagangkan dalam bursa. 24 Disamping dalam cash trading, bursa komoditi juga melakukan perdagangan dengan kontrak untuk penyerahan komoditi pada masa yang akan datang. Kegiatan ini disebut future trading, berhubungan dengan alokasi suplai komoditi berdasarkan waktu dan penyisihan beberapa resiko yang berkaitan dengan penahanan komoditi Bursa komoditi sangat efisien untuk menemukan harga pasar yang pasti bagi beberapa komoditi pertanian yang penting. Biaya proses penemuan hanya bagian kecil dari biaya pemasaran total. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan digunakannya commodity exchange, yaitu : 1, Jumlah transaksi besar. Kualitas produk mudah diidentifikasi dengan kelas (grade) dan standard, Pembeli dan penjual banyak dan tidak satupun pelaku dapat memanipulasi harga. wp . Informasi lengkap dan tidak bias tersedia pada karakteristik supply dan demand komoditi. 5, Pemerintah bukan faktor penentu dalam penentuan harga. Tipe organized markets lainnya adalah pasar lelang yang penggunaannya lebih luas di mana pemeriksaan produk diperlukan sekali untuk menentukan kualitasnya. Sekarang berbagai variasi transaksi telah berlaku dalam pasar lelang, Penggunaan telepon dan felelype misalnya, dapat menggantikan kehadiran pembeli dan penjual dalam satu lokasi sehingga untuk itu diperlukan sistem grading yang dapat diterima pelaku transaksi Mekanisme administered prices dilakukan karena banyak produk pertanian yang dijual dalam keadaan di mana tidak ada pasar sentral dan individual negotiations tidak dapat dilaksanakan dan membutuhkan biaya yang besar. Pada kondisi ini penjual atau agen yang berwenang atau pemerintah pusat secara sepihak menentukan harga dimana produk akan dijual, Prosedur ini dikenal sebagai skema public and private administered pricing. Keputusan tersebut tidak sepenuhnya sewenang-wenang karena sejumlzh prosedur dan petunjuk mungkin digunakan (Dahl dan Hammond, 1977). Ketidakpuasan dengan penetapan harga dalam pasar yang berkompetisi bebas telah membawa petani untuk membentuk asosiasi tawar-menawar di mana mereka dapat menawar untuk harga yang tinggi. Collective bargaining digunakan secara luas dalam negosiasi tenaga kerja. Sejumlah kondisi yang memerlukan dan membolehkan 2 penggunaan yang efektif dari collective bargaining telah dibuat oleh ahli pemasaran, yaitu : (1) Agen tawar menawar harus mempunyai kontrol yang kuat berdasarkan harga sehingga orang luar tidak menawarkan produk pada harga yang rendah. Untuk itu asosiasi tawar menawar perlu untuk memotong atau membatasi suplai agar dihasilkan harga yang tinggi. (2) Diperlukan pembeli dalam jumlah yang sedikit agar memudahkan penawaran dan pembeli dapat siap melihat keuntungan dari penyelesaian atau dari bukan penyelesaian negosiasi (Dahl dan Hammond, 1977). 3.2.5. Kontrak dalam Pemasaran Setiap perusahaan atau lembaga pemasaran produk pertanian menanggung resiko yang sebagian besar berhubungan dengan penyimpanan terutama untuk barang atau input yang dibeli satu waktu untuk digunakan dalam proses produksi atau dijual pada masa yang ekan datang, Resiko tersebut meliputi : (1) resiko kehilangan fisik dan (2) resiko yang berhubungan dengan perubahan harga. Kehilangan fisik dapat terjadi karena kebakaran, pencurian atau bencana alam. Resiko tersebut dapat diatasi dengan asuransi. Resiko yang berhubungan dengan perubahan harga dapat terjadi karena penyusutan produk, Tidak ada cara untuk memindahkan resiko ini, tetapi dapat ditangani dengan manajemen dan dapat diminimumkan hanya melalui metode pengontrolan inventaris barang (Dahl dan Hammond, 1977). Lebih lanjut Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa resiko yang berhubungan dengan perubahan harga dapat diminimumkan dengan pembatasan dalam future market, Future market adalah fasilitas dan institusi yang terorganisasi dimana pembeli dan penjual melakukan transaksi untuk kontrak masa yang akan datang (future contracs). Future contracs adalah perjanjian yang dibuat untuk mengatur penukaran yang terorganisasi untuk membeli atau menjual sejumlah komoditi yang ditentukan pada suatu harga yang ditetapkan untuk diserahkan pada tanggal yang akan datang. Ketentuan atau syarat kontrak mengenai seluruh variabel seperti kelas dan waktu penyerahan, kuantitas dan harga, tercakup dalam aturan pertukaran di mana transaksi dilakukan. Beberapa ciri dari kontrak pertukaran antara lain (Dahl dan Hammond,i977) 1. Kontrak dibuat berdasarkan grade (kelas) tertentu dari komoditi untuk diserahkan 23 pada harga yang disepakati. Kelas diketahui sebagai contrac grade. Biasanya ada kelas-kelas lain yang ditunjuk sebagai kelas yang dapat dilepaskan pada harga tetap atau pada potongan harga dalam contrac grade yang spesifik. 2, Masa yang akan datang meliputi akhir transaksi dalam bulan tertentu, Penjual mempunyai kebebasan menyerahkan hari apapun dalam bulan yang dispesifikasi dalam kontrak. 3. Ada ketentuan penetapan penyerahan komoditi dalam menyelesaikan kontrak Biasanya penyerahan dilakukan dengan alat-alat/ pesawat transmisi gudang penerima yang menyerahkan kepada pembeli dari kontrak komoditi yang disimpan dalam gudang yang ditetapkan di mana komoditi telah ditimbang dan dikelaskan dengan lisensi pengawas. 4, Pelaksanaan kontrak dijamin dengan ketentuan/ syarat bahwa penetapan sejumlah uang, atau marjin, disetorkan dengan clearinghouse oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam kontrak, Clearinghouse adalah agen yang dibentuk oleh bursa. Disamping menangani persyaratan marjin, clearinghouse adalah perantara antara semua pembeli dan penjual, Jika perdagangan telah dibuat antara dua pihak, clearinghouse memikul posisi dari pembeli Jawan penjual dan penjual lawan pembeli, Ini membolehkan pembeli semula atau penjual semula untuk kemudian membatalkan kontrak dengan suatu penggantian kerugian tanpa mencari kontraktor semula. Ketentuan dari future conrac tersebut menghasilkan suatu standarisasi yang tinggi dan memudahkan perjanjian perdagangan, 3.2.6, Marjin Pemasaran Perbedaan rantai pemasaran dan perlakuan dari lembaga dalam sejumlah saluran pemasaran menyebabkan perbedaan harga jual. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam penyaluran komoditas, maka semakin banyak perbedaan harga yang harus dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen, karena setiap lembaga pemasaran yang mau melibatkan diri dalam sistem pemasaran tertentu pada dasaraya mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan, Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan perbedaan antara harga pada tingkat sistem pemasaran yang berbeda sebagai marjin pemasaran. Marjin pemasaran juga dapat diartikan sebagai penyebaran harga petani-pengecer. Demikian pula dengan 24 Tomek dan Robinson (1975) yang mendefinisikan marjin pemasaran sebagai perbedaan antara harga yang diterima produsen dan yang dibayarkan oleh konsumen. Secara sederhana, marjin pemasaran merupakan perbedaan antara kurva permintaan primer (primary demand) dan permintaan turunan (derived demand) untuk produk tertentu. Primary demand ditentukan oleh respon dari konsumen akhir Pendugaan empiris dari fungsi primary demand biasanya didasarkan pada data kuantitas dan harga pengecer. Derived demand didasarkan atas hubungan antara harga- kuantitas yang terdapat pada titik di mana produk meninggalkan pertanian atau pada titik intermediat di mana produk dibeli oleh pengecer besar atau pemroses. Sementara, konsep primary supply dan derived supply dapat dianalogkan dengan demand. Primary supply menunjukkan hubungan pada tingkat produsen. Pendugaan empiris didasarkan pada data tingkat petani. Hubungan supply pada tingkat pengecer diturunkan dari hubungan primer dengan menambahkan marjin yang tepat. Price s Pr Majin Pemasaran ,-P) P| Gambar 3.1, Konsep Marjin Pemasaran. Sumber : Tomek dan Robinson (1975); Dahl dan Hammond (1977) Keterangan : P, = harga tingkat pengecer Py = harga tingkat petani S, = penawaran tingkat pengecer / derived supply Sp = penawaran tingkat petani / primary supply D, = permintaan tingkat pengecer / primary demand Dr = permintaan tingkat petani / derived demand Qer= jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer Berdasarkan gambar 3.1, marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga petani (P;) dan harga pengecer (P,). Juga digambarkan sebagai jarak vertikal antara kurva permintaan (atau kurva penawaran). Nilai dari marjin pemasaran (Value of Marketing Margin - VMM) merupakan perbedaan harga pada dua tingkat sistem 25 pemasaran dikalikan jumlah produk yang dipaserkan (Dahl dan Hammond, 1977) Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : _M = (Pr—Pf) x Quf Selanjutnya Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan bahwa marjin tataniaga terdiri dari dua Komponen, yaitu biaya dan keuntungan tataniaga. Yang dimaksud biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyampaian komoditi dari mulai petani sampai konsumen akhir. Sedangkan keuntungen tataniaga merupakan penerimaan dari investasi akibat memperhitungkan opportunity cost-nya. Kedua Komponen tersebut secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Mi = Ci + ai di mana: Mi = marjin tataniaga pada lembaga ke-i ; Ci. =biaya tataniaga pada lembaga ke-i mi = keuntungan tataniaga pada lembaga ke-i Besar marjin pada suatu saluran tataniaga tertentu dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari marjin pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat, Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut Me= xy Mi ‘tat 3.2.7. Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran menurut Kohls dan Downey (1972) adalah maksimisasi dari rasio output dan input. Suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input tanpa mengurangi Kepuasan konsumen dati output yang dapat berupa barang dan jasa menunjukkan suatu perbaikan tingkat efisiensi pemasaran, Sebaliknya suatu perubahan yang dapat mengurangi biaya input tetapi mengurangi pula kepuasan konsumen menunjukkan suatu penurunan tingkat efisiensi pemasaran. Pemasaran yang efisien merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dari sistem pemasaran. Indikasi adanya efisiensi pemasaran adalah terciptanya kondisi pasar bersaing sempurna, Dalam kenyataan sehari-hari kondisi pasar tersebut tidak ada. Lebih lanjut Kohls dan Downey (1972) menyatakan bahwa efisiensi pemasaran dibagi dalam dua kategori yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional menekankan kepada kemampuan meminimalkan biaya yang digunakan untuk menggerakkan komoditas dari produsen ke konsumen, atau kemampuan meminimalkan biaya untuk melakukan fungsi pemasaran, Indikator yang digunakan adalah biaya dan margin pemasaran, Melalui analisis ini dapat diketahui distribusi/ penyebaran marjin pemasaran tersebut. Efisiensi harga menekankan pada keterkaitan harga antara berbagai tingkat lembaga pemasaran dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan karena adanya perubahan tempat, waktu ataupun bentuk komoditas. Melalui efisiensi harga dapat dilihat integrasi pasar yang menunjukkan seberapa jauh terbentuknya harga komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga ditingkat lembaga pemasaran lainnya (Kohls dan Downey, 1972). Raju dan Oppen dalam Asmarantaka (1985) juga berpendapat ada dua ukuran efisiensi pemasaran yaitu : (1) efisiensi operasional dan (2) efisiensi harga. Ukuran efisiensi operasional dicerminkan oleh biaya pemasaran dan marjin pemasaran. Sedangkan efisiensi harga ukurannya dicerminkan oleh korelasi harga, sebagai akibat adanya pergerakan produk tersebut dari pasar yang satu ke pasar lainnya. Lebih lanjut Raju dan Oppen menyatakan bahwa penelitian marjin, biaya dan Korelasi harga merupakan “analisis efisiensi relatif" dari saluran-saluran pemasaran yang terlibat dan merupakan tingkat integrasi antara pasar yang satu terhadap pasar lainnya. Secara relatif, koefisien korelasi harga yang tinggi atau marjin yang rendah menunjukkan sistem pemasaran yang satu lebih efisien daripada yang lain. Tetapi kenyataannya konsep ini tidak selalu benar, karena adakalanya dua pasar yang merubah saluran pemasarannya (arus komoditinya) akan menunjukkan korelasi harga yang rendah, walaupun kenyataannya pedagang-pedagang tersebut mungkin beroperasi lebih efisien pada tingkat marjin yang minimal. Fakta lain, marjin mungkin relatif tinggi pada beberapa pasar, di mana tingkat integrasinya baik (nilai koefisien korelasi tinggi). Tingginya marjin ini disebabkan oleh jarak antara satu pasar dengan pasar yang lain cukup jauh, sehingga biaya transportasi tinggi. Pada dua kasus di atas, sebetulnya pasar tersebut dapat dikatakan relatif lebih efisien daripada yang lain (Raju dan Oppen dalam Asmarantaka, 1985). Pada penelitian mengenai budidaya sayuran dengan hidroponik NET ini efisiensi pemasaran yang digunakan adalah efisiensi operasional. Untuk itu indikator yang dipergunakan dalam menganalisis efisiensi operasional dari pemasaran adalah analisis marjin pemasaran, Melalui analisis ini dapat diketahui distribusi/ penyebaran marjin pemasaran tersebut. 27 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan kasus yang dilakukan di kebun Studio Agribisnis (SA), Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa kebun SA ini mengusahakan sayuran dengan hidroponik NET di dalam greenhouse. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli - Agustus 1999. Budidaya sayuran dengan hidroponik NFT ini dilakukan dengan skala usaha relatif kecil yaitu pada areal seluas 3420 m’, termasuk di dalamnya enam buah greenhouse seluas 2624 m°, Sayuran yang ditanam yaitu tomat recento, 4.2.Metode Pengumpulan dan Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan (SA). Sedangkan pemilihan lembaga pemasaran dilakukan dengan mengikuti arus barang dalam proses penyalurannya dari produsen (SA) sampai kepada konsumen, Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan (kebun SA) dan wawancara, Data juga dikumpulkan dari instansi terkait dan literatur yang relevan dengan penelitian ini. 4.3. Analisa Data Analisis data dilakukan secara kuantitatif untuk menganalisis kelayakan finansial, sensitivitas dan marjin pemasaran dari pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT. Data yang terkumpul sebelum dianalisis terlebih dahulu dikelompokkan kedalam arus manfaat dan arus biaya, kemudian dibuat tabulasi. Data diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer. 4.3.1. Penentuan Input Output Seluruh input dan output fisik dari aktifitas harus dapat diidentifikasi, Pada penelitian ini sebagai aktifitas adalah budidaya sayuran (yaitu tomat recento) dengan hidroponik NET. Input dari aktifitas mencakup bibit, obat-obatan, pupuk, media tanam, tenaga kerja, dan listrik. Output yang dihasilkan adalah tomat recento. 28 43.2. Analisis Finansial Pada penelitian ini digunakan metode discounting criteria. Penggunaan metode discounting criteria didasarkan pada pertimbangan bahwa adanya inflasi, resiko dan reinvestasi mengakibatkan perbedaan nilai uang saat ini dengan nilai uang di mase yang akan datang. Akibatnya nilai uang yang diterima hari ini lebih tinggi daripada nilai uang pada masa yang akan datang, Tingkat diskonto yang digunakan adalah 16 persen dan 48 persen, Tingkat diskonto 16 persen merupakan tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian bank pemerintah pada saat penelitian dilakukan (Agustus 1999), Sedangkan 48 persen adalah tingkat suku bunga rata-rata deposito bank pada awal pelaksanaan proyek (Desember 1998). Prosedur diskonto dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut (Gittinger (1986); Hernanto (1989)) : 7 di mana; P = nilai sekarang Pay F =nilai yang akan datang pada akhir periode ke-n (1+i) i = tingkat bunga n = periode Pada penelitian ini akan dilakukan analisa finansial terhadap budidaya sayuran dengan hidroponik NFT. Analisa ini menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung di dalamnya. Dengan demikian analisa finansial bertyjuan melihat manfaat hasil dari proyek dari sudut pandang peserta proyek secara individu. Selain itu analisa ini juga untuk menilai penggunaan sumberdaya terbatas dan menilai insentif pada para pelaku proyek. Analisa finansial akan menghasilkan suatu rencana yang menggambarkan keadaan finansial dan sumber-sumber dana berbagai peserta proyek serta proyek itu sendiri, juga membuat penilaian tentang kerumitan pengelolaan finansial proyek dan kemampuan pimpinan dalam mengelola proyek (Gittinger, 1986). Untuk menilai kelayakan investasi, digunakan alat ukur yang disebut kriteria investasi untuk menentukan apakah suatu proyek layak dilaksanakan atau tidak, Kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : net present value (NPV), net benefit cost ratio (NBCR), internal rate of return (IRR ), dan payback period (masa pengembalian investasi. 29 4.3.2.1. Net Present Value (NPV) NPV merupakan ukuran yang bertujuan untuk mengurutkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal di mana proyek memberikan NPV biaya yang sama atau NPV manfaat yang kurang lebih sama setiap tahun (Hernanto, 1989). NPV dari suatu proyek merupakan selisih antara total nilai sekarang (present value) arus manfaat dengan total nilai sekarang arus biaya, atau merupakan penjumlahan nilai sekarang dari manfaat bersih tambahan selama umur proyek, Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Gittinger (1986), Kadariah et.al., (1976)) + _B__ Nery di mana: B,= manfaat proyek pada tahun ke-t. C, = biaya proyek pada tahun ke-t. 1,2,3,..,m. jumlah tahun tingkat bunga (diskonto) Proyek dinyatakan layak atau bermanfaat jika nilai NPV lebih besar atau sama dengan nol (NPV 2 0). Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar biaya imbangan (opportunity cost) faktor produksi modal. Tahun saat NPV sama dengan nol merupakan tahun tercapainya masa pengembalian investasi. Pada kondisi ini proyek tidak memperoleh keuntungan dan tidak rugi. Sedangkan jika NPV kurang dari nol (NPV < 0), proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan sebaiknya ditolak. Ini berarti bahwa sumber-sumber yang dipakai untuk proyek tersebut sebaiknya dialokasikan pada penggunaan lain yang lebih menguntungkan. Cara perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Tentu saja cara ini tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan. Kelemahan yang ada terletak pada keharusan menentukan suku bunga yang tepat dan benar sebelum metode itu digunakan (Soekartawi et. al., 1986). 30 4.3.2.2, Net Benefit Cost Ratio (NBCR) NBCR merupakan angka perbandingan antara jumlah present value (PV) yang bernilai positif (sebagai pembilang) dengan jumlah PV yang bemilai negatif’ (sebagai penyebut). Perhitungan NBCR ilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Proyek layak dilaksanakan jika NBCR lebih besar atau sama dengan satu (NBCR > 1), Sedangkan jika NBCR kurang dari satu(NBCR < 1), suatu proyek dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan (Kadariah et. al., 1976). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Hemanto, 1989; Kadariah et. al, 1976) (B.-C)>0 untuk (Boe )<0 4.3.2.3, Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat diskonto yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol dan dinyatakan dalam presentase. Tingkat tersebut adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayarkan oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal. Hal tersebut merupakan “tingkat pengembalian atas kapital yang belum selesai tiap periode sementara kapital tersebut masih diinvestasikan pada proyek” (Merrett dan Sykes dalam Gittinger, 1986). Secara matematis dirumuskan sebagai berikut (Gittinger, 1986) : B.-C ‘Tingkat diskonto sedemikian sehingge, NPY = ° Bho a Gai atau (Kadariah et. al, 1976): NPY, IRR = 1+ 5 NPY, G-i) di mana : iy = discount rate yang menghasilkan NPV positif i= discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV positif NPV negatif’ = Aji, maksimal lima persen 31 Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto (tingkat suku bunga) yang berlaku, karena pada kondisi tersebut NPV dari proyek lebih besar atau sama dengan nol (impas). Sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto tersebut, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan sebab NPV proyek pada saat itu kurang dari nol. Namun ada dua kelemahan dengan menggunaken IRR, yaitu: : 1. Metode ini tebih sulit dipraktekkan dibandingkan NPV. 2. Dalam hal-hal tertentu akan dihasilkan lebih dari satu IRR yang dapat membuat NPV sama dengan nol. Tetapi dalam praktek hal ini jarang dijumpai (Soekartawi et. al., 1986) Walaupun demikian, IRR memiliki keuntungan tersendiri di mana perhitungannya tidak tergantung pada tingkat diskonto dan merupakan kcriteria investasi yang paling luas penerapannya (Gray et. al. dalam Anwar, 1998), 4.3.2.4, Masa Pengembalian Investasi (Payback Period) Masa pengembalian investasi (payback period) adalah umur di mana pada tingkat diskonto tertentu, manfaat bersih kumulatif sama dengan nol dan menunjukkan pada umur proyek berapa investasi dapat kembali. Masa pengembalian investasi tercapai pada saat nilai NPV berubah dari negatif menjadi positif. Perhitungan masa pengembalian investasi dilakukan dengan metode discounted payback period, di mana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan dikumulatifkan dari tahun ke talun, Dengan demikian akan didapatkan tahun-tahun di mana manfaat bersih kumulatif masih bernilai negatif dan tahun di mana manfaat bersih mulai bernilai positif, yang menandakan bahwa investasi sudah kembali (Ross et. al, dalam Anwar, 1998). Nilai payback period berbanding terbalik dengan nilai NPV. Semakin tinggi nilai NPV, makin kecil nilai payback period yang didapatkan, Semakin kecil nilai ini, maka manfaat yang diperoleh makin besar karena investasi yang ditanamkan makin cepat dikembalikan. Nilai payback period makin kecil apabila : investasi dapat ditekan serendah-rendahnya, penghasilan kebun dapat ditingkatkan setinggi-tingginya dan biaya produksi dapat ditekan serendah-rendahnya (Rajino dalam Limbong, 1996). 4.3.3. Analisis Sensitivitas Dalam merencanakan suatu proyek, semua biaya yang akan dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh tiap tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Dengan demikian mungkin saja terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan biaya dan manfaat yang disusun karena adanya perubahan-perubahan. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika terjadi kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat (Kadariah et. al., 1976). Gittinger (1986), menyatakan bahwa proyek pada bidang pertanian dapat berubah-ubah sebagai akibat dari empat masalah utama yaitu : (1) perubahan harga jual produk proyek pertanian, (2) keterlambatan pelaksanaan proyek, (3) kenaikan biaya dan (4) kesalahan dalam perkiraan hasil. Dengan demikian analisis sensitivitas penting untuk dilakukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, Pada penelitian ini analisis sensitivitas yang akan dilakukan meliputi : 1. Analisis sentsitivitas pada saat produksi meningkat 65 persen, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Penentuan besarnya peningkatan produksi ditentukan dengan dasar bahwa produksi rata-rata tomat recento dapat mencapai sembilan hingge sepuluh kilogram per tanaman, 2. Analisis sensitivitas pada saat harga pupuk naik 100 persen. Peningkatan harga pupuk sebagai asumsi adanya kenaikan harga bahan-bahan kimia impor yang digunakan untuk membuat pupuk, sedangkan faktor-faktor lainnya tetap. 3, Analisis sensitivitas pada saat gaji tenaga kerja meningkat sebesar 25 persen, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Hal ini berdasarkan perkiraan tingkat inflasi tahun 1999. 4.3.4, Analisis Marjin Pemasaran dan Penyebarannya Marjin tataniaga terdiri dari dua komponen, yaitu biaya iataniaga dan keuntungan tataniaga. Model analisis marjin tataniaga yang digunakan sebagai berikut (Limbong dan Sitorus, 1987) 33 (1) M=C+L oleae 1) dengan menggabungkan persamaan (1) dan (2), didapat : We 09, Pee Pie = CFL, cccsssnnre en) Persamaan yang menunjukkan besarnya marjin tataniaga total adalah: °' ¢ Py. = C14 bi My = Mi wmnnnnnsnnnnnsinnnnne) f di mana : Mj = marjin tataniaga total Mi = marjin pada lembaga tataniaga ke-i Pi. = harga penjualan produk pada lembaga tataniaga ke-i harga pembelian produk pada lembaga tataniaga ke-i jiaya tataniaga lembaga ke-i ‘euntungan tataniaga lembaga ke-i = jumlah lembaga tataniaga yang terlibat (i= 1, 2, 3, ..., n) Penyebaran marjin tataniaga dilihat berdasarkan bagian (share) yang diperoleh masing-masing lembaga tataniaga dan dihitung berdasarkan rumus : Si=Pif Pr. 100% (5) di mana : Si = bagian harga yang diperoleh lembaga tataniaga ke-i harga jual produk yang diterima lembaga tataniaga ke-i Pr = harga beli produk oleh konsumen akhir Penyebaran marjin tataniaga dapat pula dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya tataniaga pada masing-masing lembaga tataniaga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus ; Rasio Keuntungan terhadap biaya (%) = Lif Ci x 100.% ssc: (6) euntungan tataniaga lembaga ke-i biaya tataniaga lembaga ke-i dimana : Li Ci . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1, Gambaran Umum Studio Agribisnis Studio Agribisnis (SA) diresmikan pada tahun 1995 dengan nama Studio Magang Agribisnis sebagai laboratorium sosial ekonomi dan laboratorium magang yang pelaksanaannya dikelola oleh Jurusan Ilmu-IImu Sosial Ekonomi Pertanian. Peresmian dilakukan oleh Dekan Fakultas Pertanian dalam rangka Dies Natalis Institut Pertanian Bogor (IPB) ke-32. Pada tahun 1997 terjadi restrukturisasi manajemen, diketuai oleh Ir. M. Taufik A. Rahman, Restrukturisasi terutama terjadi dalam penggunaan nama Studio Agribisnis Faperta IPB untuk kegiatan-kegiatan keluar kampus IPB. Sedangkan untuk hubungan ke dalam kampus IPB tetap digunakan nama Studio Magang Agribisnis, Berdasarkan SK Dekan Faperta IPB No. Ola/K13.1/PL/1999 tentang Peresmian Perubahan Nama Serta Pembentukan Tim Manajemen Studio Magang Agribisnis, maka Studio Magang Agribisnis dirubah secara resmi menjadi Studio Agribisnis Faperta, dengan penasehat Ir. Lala M. Kolopaking, MS. dan Ir. Nunung Nuryartono, MSi. Tim manajemen SA (13 orang) terdiri dari direktur (Ir. M. Taufik A. Rahman) yang membawahi bagian keuangan dan administrasi, manajer pelatihan dan pengembangan beserta staf, manajer operasional dan staf operasional, manajer on farm dan staf on farm, dan tim pemasaran, SA bergerak dalam bidang pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada pengembangan sumberdaya manusia agribisnis serta penelitian dan Konsultasi teknologi dan manajemen agribisnis. Visi utama SA adalah membentuk unit usaha bisnis untuk magang mahasiswa. Misi yang diemban SA antara lain : a. Menyiapkan sumberdaya manusia (SDM) pertanian, yaitu mahasiswa pertanian, tenaga kerja teknik terampil dan keluarga tani agar dapat mandiri dan mampu mengembangkan kemampuan wirausaha maupun profesionalisme, hingge pada akhimnya dapat meningkatkan kualitas sektor pertanian dan tara’ hidup pelaku bisnis pada sektor tersebut. b. Mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan SDM untuk mendukung penciptaan sistem agribisnis yang sesuai dengan kebutuhan dunia serta terjaga kesinambungannya. ¢. Mengembangkan jaringan kerja internasional, nasional, maupun regional yang mampu mendukung penciptaan SDM agribisnis dan sistem pendidikannya. Berbagai kerjasama dan kegiatan agribisnis yang berbasiskan pada integrated farming telah dilaksanakan oleh SA. Kerjasama dan kegiatan agribisnis yang diselenggarakan pada tahun 1997 hingga 1999, antara lain : 1. Seminar Nasional Pengembangan Perekonomian Pedesaan. Jurusan Iimu-Imu Sosial Ekonomi Pertanian IPB. 1997 2. Lanscaping (contractor) di Cibubur, Bogor dan Bandung, 1997 - 1998 3. Pertukaran Pemuda ke Jepang. 1998. 4. Kerjasama dengan BPPT dalam pengembangan hidroponik di Pasir Sarongge 1998. 5. Konsultan hidroponik untuk Yayasan Amal Bakti Ananda di Cicurug, Sukabumi 1999. 6. Konsultan hidroponik untuk Koperasi Wirausaha Mandiri. 1999 7. Pameran dan partisipasi program "Kami Peduli" BPPN. 1999. 8. Kerjasama Kadin tingkat I DKI untuk pelatihan "Wirausaha Agribisnis Baru’. 1999. 9. Kerjasama pelatinan Agribisnis bersama RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa). 1999, 10. Dan lain-lain, 5.2. Gambaran Umum Kebun Pasir Sarongge Salah satu kegiatan agribisnis yang ditangani SA adalah proyek Pembangunan Konstruksi dan Masa Percobaan Rumah Kaca yang merupakan kerjasama BPPT - Fakultas Pertanian IPB di Kebun Percobaan Pasir Sarongge. Pengelolaan Kebun Percobaan Pasir Sarongge (selanjutnya dalam penelitian ini disebut kebun SA, Pasir Sarongge) ditujukan sebagai sentra produksi yang dapat dijadikan institutional teaching farm atau tempat pelatihan dan model agribisnis yang berhasil Pemanfaatan lahan seluas kurang lebih 3420 m? untuk hidroponik NFT tersebut, ditangani oleh R. Dikky Indrawan, SP. selaku staf SA dan Slamet Budiarto, SP. 36 Secara khusus pengelolaan Kebun SA, Pasir Sarongge, di lapangan dipegang, oleh seorang manajer lapang (Slamet Djatmiko, SP) dibantu lima orang tenaga kerja operasional, Lima orang tenaga kerja operasional (tenaga kerja lapang) tersebut terdiri dari empat orang tenaga kerja pria dan satu orang tenaga kerja wanita, Pelaksanaan hidroponik NET dimulai tanggal 25 Desember 1998 pada saat tingkat suku bunga bank masih sebesar 48 persen, merupakan tingkat suku bunga yang tinggi untuk melakukan investasi di bidang pertanian, Keputusan untuk investasi hidroponik NFT dilakukan atas dasar adanya kebijakan pemerintah untuk menurunkan tingkat suku bunga bank serta adanya peluang bisnis berupa mempersiapkan suatu sentra produksi yang dapat dijadikan tempat pelatihan dan model agribisnis yang berhasil pada masa mendatang. SA memilih bidroponik NFT dengan pertimbangan bahwa metode ini menjamin kualitas produk, memiliki harga jual lebih tinggi, periode tanam lebih singkat, produktivitas lebih tinggi, dan produksi per tahun lebih banyak karena tidak ada waktu sela tanam, Sementara pemilihan tomat recento sebagai komoditi utama ditetapkan berdasarkan tes iklim mikro terhadap berbagai tanaman komersial (antara lain : lettuce, tomat recento, pakeoy) yang dilakukan sebelumnya. Hasil tes iklim mikro menunjukkan bahwa tomat recento memberikan hasil paling menguntungkan dibandingkan tanaman komersial lainnya. Areal seluas 3420 m? merupakan skala usaha relatif kecil. Pada lahan tersebut terdapat enam buah greenhouse (A, B, C, D, E dan F) seluas 2624 m’, satu germinator room ukuran 6 m x 4m, satu rumah jaga seluas 24 m? dan saung serbaguna ukuran 15 m x 7 m, Dari enam greenhouse yang ada hanya lima yang dipergunakan untuk menanam tomat recento yaitu greenhouse A, B, D, E, dan F seluas 2.112 m’. Sedangkan greenhouse C dengan luas 512 m? saat ini digunakan untuk percobaan pembudidayaan tanaman lainnya. Masing-masing greenhouse dibuat dengan ventilasi piggy back (punggung babi) dengan tinggi sisi terendah 4 m dan tinggi bagian tengah 6,5 m. Pada greenhouse A, B, D, E, dan F masing-masing ditanam tomat recento dengan populasi 1.100 tanaman per greenhouse, Produksi rata-rata yang dicapai 5,6 kilogram per tanaman tomat recento. 37 Untuk tahap awal SA bekerjasama dengan PT Sandimas Intimitra (SI) dalam pemasaran hasil hidroponik NFT tersebut. SI dipilih karena perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan komoditas pertanian terutama tanaman hortikultura yang juga mengumpulkan sayuran lainnya dari produsen-produsen lain di sekitar kebun SA serta telah memiliki jaringan pasar terutama ke supermarket. SA dan SI bekerjasama dari segi pemasaran hasil produksi (pemasaran tomat recento). Kerjasama SA dan SI dilakukan melalui kontrak dengan jangka waktu satu tahun. Dari perjanjian kerjasama tersebut, Kedua belah pihak memperoleh keuntungan antara lain : 1. SI sebagai penampung dapat memperoleh tomat recento dengan standard mutu yang telah ditetapkannya sehingga kualitas dan kontinuitas tomat recento yang selanjutnya dijual ke supermarket tersebut dapat terjamin, 2. SA sebagai produsen memperoleh jaminan pasar dan tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran karena biaya transportasi ditanggung sepenuhnya oleh SI. Tomat recento diambil langsung oleh SI dari kebun SA untuk menjage mutu tomat recento, 3. Adanya harga standard minimum sebesar Rp 2.500,00 per kilogram tomat recento yang ditetapkan SI menjamin SA (produsen) memperoleh harga jual yang stabil dan menguntungkan, terutama apabila harga pasar turun di bawah harga minimum tersebut. Sementara SI memperoleh harga beli yang stabil sehingga dapat mempermudah dalam perhitungan marjin atau dalam memperkirakan keuntungan yang diperoleh. 4, Apabila terdapat kenaikan harga pasar, maka SA (produsen) dapat menegosiasikan harga tomat recento dengan SI sehingga diperoleh harga baru yang menguntungkan kedua belah pihak. Pada bulan Juli 1999, harga jual tomat recento SA telah naik menjadi Rp 3,000,00 per kilogram. 5, Adanya jaminan dalam sistem pembayaran kepada SA (produsen) sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 6. Perjanjian kerjasama tersebut cukup fleksibel dalam hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian tersebut apabila dirasakan perlu oleh kedua belah pihak dapat ditambahkan kemudian sesuai dengan kesepakatan bersama. 38 7. Adanya sangsi berupa penghentian kerjasama, sehingga diharapkan dapat mendorong SA (produsen) untuk menjual produk hasil panen yang memenuhi standard mutu sesuai kesepakatan kepada SI. Selain Keuntungan di atas, perjanjian Kerjasama tersebut juga menuntut kompensasi kedua belah pihak yaitu antara lain : 1, SA (produsen) harus dapat memenuhi kewajibannya dalam memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan SI. 2. SI harus menampung dan membeli semua hasil produksi budidaya tomat recento yang dihasilkan SA yang memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan, sekaligus harus menanggung biaya transportasi sepenuhnya, Adanya perjanjian kerjasama tersebut memberikan keuntungan-keuntungan kepada SA (produsen) maupun kepada SI (penampung). Dengan melakukan perjanjian kerjasama (kontrak) ini SA memperoleh keuntungan berupa jaminan pasar serta memperoleh harga jual tomat recento yang stabil. Hal ini sesuai dengan tujuan dari future contracs yang merupakan perjanjian yang dibuat guna mengatur penukaran yang terorganisasi untuk membeli atau menjual sejumlah komoditi yang ditentukan pada suatu harga yang ditetapkan untuk diserahkan pada tanggal yang akan datang. 39 VI. HASEL DAN PEMBAHASAN 6.1. Input dan Output Pada penelitian ini sebagai aktifites adalah budidaya sayuran (yaitu tomat recento) dengan hidroponik NFT di dalam greenhouse. Input dari aktifitas mencakup bibit, obat-obatan, pupuk, media tanam, tenaga kerja, dan listrik, Output yang dihasilkan adalah tomat recento. Obat-obatan yang dipergunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman terdiri dari fungisida dan insektisida. Pupuk yang digunakan merupakan campuran pupuk A dan pupuk B (Pupuk AB Mix), Masing-masing pupuk diracik sendiri dari bahan-bahan kimia sesuai dengan kebutuhan. Tenaga kerja untuk hidroponik NFT di kebun SA, Pasir Sarongge ini terdiri dari satu orang manajer lapang dan lima orang tenaga kerja operasional (empat orang pria dan satu orang wanita). Masing-masing tenaga kerja bekerja selama enam hari per minggu dengan jumlah jam kerja selama sepuluh jam per hari, Pekerjaan yang dilakukan meliputi penyemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta panen. Tenaga kerja tersebut masing-masing mendapat upah (gaji) yang dibayar per bulan. Berdasarkan tes iklim mikro yang dilakukan SA, dipilih tomat recento sebagai komoditi utama. Bibit yang dipergunakan adalah F1 Recento Belanda, yang merupakan bibit impor. Tomat recento ini berumur enam bulan untuk satu musim tanam dan mulai berbuah pada umur 2,5 - 3 bulan. Tomat recento yang dipanen yaitu yang matang fisiologis (berwarna kekuningan). Matang warna dicapai dalam waktu lima hari setelah pemetikan, Tomet recento yang dihasilkan terdiri dari grade A, B dan C. Kriteria didasarkan atas tekstur buah dan berat buah (berat grade A di atas 180 g per buah dan grade B antara 150 g - 180 g per buah). Sejak 25 Desember 1998 hingga penelitian dilakukan (Agustus 1999) SA telah melakukan empat kali penanaman, yaitu masa tanam Desember 1998 - Juni 1999 (pada greenhouse A dan B), masa tanam Maret 1999 - September 1999 (pada greenhouse D dan 3/4 E), masa tanam April 1999 - Oktober 1999 (pada 1/4 greenhouse E dan greenhouse F), dan masa tanam Juni 1999 - Desember 1999 (pada greenhouse A, B). Dengan demikian, tomat recento telah dipanen mulai bulan Maret 1999 hingga penelitian ini dilakukan (Agustus 1999). Produksi rata-rata yang dihasilkan per tanaman adalah 5,6 kg dengan populasi tomat recento per greenhouse berjumlah 1,100 tanaman. Tabel 6.1 berikut memperlihatkan produksi yang dijual, nilai produksi serta proyeksinya dari panen tomat recento kebun SA, Pasir Sarongge selama proyek berjalan (enam tahun), Produksi total pada tahun pertama mencapai 39.424 kg. Jumlah ini lebih rendah 3,696 kg daripada perkiraan awal produksi total yang dapat dicapai pada tahun pertama yaitu 43,120 kg tomat recento dengan produksi rata-rata 5,6 ke/ tanaman (lampiran 3). Namun dengan adanya peningkatan harga jual grade A, B mulai bulan Agustus 1999 menjadi Rp 3.000,00/kg, nilai produksi total pada tahun pertama dapat mencapai Rp 104.720,000,00, Walau demikian, nilai ini masih lebih rendah Rp 3.080,000,00 daripada perkiraan awal nilai produksi total yang dapat diperoleh pada tahun pertama yaitu Rp 107.800.000,00 dengan harga grade A dan B Rp 2.500,00/ kg. Lebih rendahnye nilai produksi total tahun pertama disebabkan karena dalam pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT tersebut terjadi kesalahan manajemen kebun yang meliputi keterlambatan penyemaian tanaman, keterlambatan transplanting, dan pemberian nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, Dari lampiran 3. dapat dilihat bahwa untuk masa tanam Maret'99 - September'99 penanaman pada greenhouse D, E, F tidak dilakukan dalam waktu yang sama. Transplanting tomat recento pada seperempat areal greenhouse E dan pada greenhouse F yang seharusnya dilakukan pada bulan Maret 1999, baru dilakukan pada bulan April 1999, Ini menyebabkan masa panen tomat recento pada greenhouse D, E, F tidak sama sehingga kontinuitas kurang terjamin. Selain itu, pemberian nutrisi yang tidak sesuai pada greenhouse D, E, F menyebabkan bentuk dan tekstur buah yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang dibarapkan. Grade A dan B yang dihasilkan dari greenhouse D, E, F hanya 10 persen dan 30 persen dari hasil prodiiksi greenhouse D, E, F. Selebihnya 40 persen adalah grade C dan 20 persen lainnya adalah waste, Waste tersebut saat ini dicoba digunakan untuk benih tomat recento, mengingat harga benih impor cukup mahal. Tetapi penggunaan benih yang berasal dari waste masih dalam tahap uji coba. Tabel 6.1. Penjualan 4 dan Proyeksi Penjualan Tomat Recento Kebun SA, Pasir Sarongge Tahun Produksi Nilai Produksi Proyek | O*eethouse Panen > iz Dari tabel 6.2. di atas dapat dilihat bahwa dengan tingkat suku bunga 48 persen, NPV yang diperoleh negatif sebesar Rp 163.196,140,0. Nilai ini menunjukkan bahwa penanaman investasi pada budidaya tomat recento dengan hidroponik NET akan mengalami kerugian sebesar Rp 163.196.140,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang. Nilai NBCR yang diperoleh sebesar 0,22 mengandung arti untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar Rp 1,00 hanya akan memberikan manfaat sebesar Rp 0,22. IRR yang dicapai hanya sebesar 3,42 persen menunjukkan bahwa investasi tidak layak dilakukan karena IRR lebih kecil daripada tingket suku bunga yang berlaku (lebih kecil dari 48 persen). Sedangkan masa pengembalian investasi lebih dari dua belas tahun (lebih lama daripada umur proyek), Berdasarkan nilai kriteria investasi yang diperoleh di atas, maka dengan tingkat suku bunga 48 persen pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NET kebun SA, Pasir Sarongge, tidak layak untuk dijalankan, Ini ditunjukkan dari nilai 45 NPV yang negatif, nilai NBCR yang kurang dari satu, nilai IRR yang lebih kecil dari tingket suku bunga yang berlaku serta dari nilai payback period yang lebih lama dari umur proyek Selanjutnya tabel 6.2. _memperlihatkan bahwa apabila tingkat suku bunga yang berlaku adalah 16 persen, maka pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NET di kebun SA, Pasir Sarongge, dapat memenuhi kriteria kelayakan investasi. Pada tingkat suku bunga 16 persen, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 35.218.980,00. Artinya budidaya tomat recento dengan hidroponik NFT tersebut akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 35.218.980,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang, Nilai NBCR yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk setiap nilai sekarang dari pengeluaran sebesar Rp 1,00 akan memberikan manfeat sebesar Rp 1,20. Sedangkan nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari 16 persen yaitu sebesar 21,61 persen. Dengan tingkat suku bunga 16 persen pengembalian investasi dicapai dalam masa 5,3 tahun Dengan demikian, pada kondisi saat ini di mana tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian bank pemerintah sebesar 16 persen, investasi pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, tetap layak dijalankan, Namun melihat nilai NPV (Rp 35.218,980,00) dan NBCR (1,20) yang diperoleh relatif kecil, maka dapat dikatakan bahwa tingkat suku bunga sebesar 16 persen tersebut masih relatif tinggi untuk melakukan investasi di bidang pertanian. Untuk itu masih diperlukan penurunan tingkat suku bunga khususnya untuk sektor pertanian. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pelaksanaan budidaya tomat recento dengan hidroponik NFT ini telah terjadi kesalahan manajemen yang meliputi keterlambatan penyemaian tanaman, keterlambatan transplanting, dan pemberian nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, Apabila kesalahan manajemen ini dapat diatasi dan pengusahaan tomat recento ini dapat dioptimalkan, maka produksi tomat recento yang dihasilkan dapat meningkat. Dengan demikian nilai-nilai NPV, NBCR, IRR, dan payback period dapat meningkat, sehingga manfaat yang diperoleh akan lebih besar dan masa pengembalian investasi dapat lebih cepat dicapai. 6.3. Analisis Sensitivitas Untuk menelaah kembali basil analisis kelayakan budidaya tomat recento dengan hidroponik NFT jika terjadi perubahan-perubahan dalam perhitungan, maka dilakukan analisis sensitivitas terhadap arus manfaat dan biaya. Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, NBCR, IRR dan payback period jika terjadi peningkatan produksi sebesar 65 persen, jika terdapat peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen dan jika terdapat peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen. Analisis sentsitivitas untuk peningkatan produksi sebesar 65 persen ditentukan dengan dasar bahwa produksi rata-rata tomat recento dapat mencapai sembilan hingga sepuluh kilogram per tanaman dengan asumsi faktor-faktor lain tetap, Penentuan peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen sebagai asumsi adanya kenaikan harga bahan-bahan kimia impor yang dipergunakan untuk membuat pupuk, sedangkan faktor-faktor lainnya tetap. Sedangkan penentuan peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen berdasarkan perkiraan inflasi tahun 1999 dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Hasil analisis sensitivitas pada tingkat suku bunga 16 persen dan tingkat suku bunga 48 persen dapat dilihat pada tabel 6.3. berikut. Tabel 6.3. Hasil Analisis Sensitivitas pada Tingkat Suku Bunga 16 Persen dan 48 Persen Kriteria Investasi peeaen, Produksi naik | Harga pupuk naik | Gaji tenaga kerja 65% 100% naik 25% Suku bunga 48% : - NPV (Rp) 31.500.140,00 | = 210.323.510,00 | - 103.359.890,00 - NBCR 1,19 0,08 0,54 - IRR(%) 55,86 <0 1,42 - Payback period (thn) 48 >>6 >>6 Suku bunga 16% : - NPV (Rp) 447.747.740,00 | _ -56.899.410,00 | 20.848,510,00 - NBCR 3,78 072 1il - IRR (%) 75,82 6,92 19,31 - Payback period (thn) 19 >>6 5,6 a7 Tabel 6.3. di atas memperlihatkan bahwa dengan tingkat suku bunga 48 persen apebila terjadi peningkatan produksi sebesar 65 persen, maka budidaya tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, layak untuk dilaksanakan. Ini ditunjukkan oleh nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 31.500.140,00. Artinya pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT tersebut akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 31.500.140,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang, Dari nilai NBCR yang diperoleh, untuk setiap pengeluaran Rp 1,00 akan diperoleh manfaat sebesar Rp 1,19. IRR yang diperoleh sebesar 55,86 persen atau lebih besar dari tingkat suku bunga 48 persen. Sementara masa pengembalian investasi dicapai dalam 4,8 tahun, Pada tingkat suku bunga 48 persen pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NET kebun SA, Pasir Sarongge, menjadi tidak layak diusahakan jika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen maupun jika terjadi peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen, Ini ditunjukkan dari nilai NPV yang negatif, nilai NBCR kurang dari satu, nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku dan payback period melebihi umur proyek. Nilai NPV yang diperoleh jika terdapat peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen adalah negatif sebesar Rp 210.323.510,00. Artinya pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT tersebut akan mengalami kerugian sebesar Rp 210,323.510,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang. Dari nilai NBCR yang diperoleh, untuk setiap pengeluaran Rp 1,00 hanya akan diperoleh manfaat sebesar Rp 0,08. Berarti manfaat yang diperoleh jauh lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan IRR lebih kecil dari nol persen dan payback period lebih besar dari enam tahun. Sedangkan apabila terjadi peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen, NPV yang dihasiikan adalah negatif Rp 103.359.890,00 dengan nilai NBCR sebesar 0,54. Nilai IRR yang diperoleh yaitu 1,42, lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku dan masa pengembalian investasi melebihi umur proyek. Tabel 6.3. juga memperlihatkan hasil analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga 16 persen. Pada tingkat suku bunga 16 persen pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NET tersebut tetap layak untuk dilakukan baik jika terjadi peningkatan produksi sebesar 65 persen atau jika terdapat peningkatan gaji tenaga 48, kerja sebesar 25 persen. Kelayakan dicerminkan dari nilai NPV yang positif, nilai NBCR yang lebih dari satu, nilai IRR yang lebih besar dari 16 persen dan payback period yang kurang dari enam tahun. Adanya peningkatan produksi sebesar 65 persen menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 447.747.740,00, yang artinya penanaman investasi akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 447.747.740,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang. Nilai NBCR yang diperoleh sebesar 3,78 menunjukkan bahwa untuk setiap pengeluaran Rp 1,00 akan memberikan manfaat yang lebih besar yaitu Rp 3,78 menurut nilai sekarang. Nilai IRR. yang diperoleh 75,82 persen atau lebih besar dari tingkat suku bunga 16 persen yang berlaku, Sedangkan masa pengembalian investasi dicapai dalam waktu 1,9 tahun. Peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen pada tingkat suku bunga 16 persen menyebabkan nilai NPV yang dihasilkan menjadi sebesar Rp 20.848.510,00, yang berarti penanaman investasi akan memberikan keuntungan sebesar Rp 20.848.510,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang. Nilai NBCR yang diperoleh hanya sebesar 1,11, artinya setiap pengeluaran sebesar Rp 1,00 akan memberikan manfaat sebesar Rp 1,11 menurut nilai sekarang. Nilai IRR sebesar 19,31 persen lebih besar dari tingkat suku bunga 16 persen dan masa pengembalian investasi dicapai dalam waktu 5,6 tahun, Sementara adanya peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen menyebabkan nilai NPV menjadi negatif sebesar Rp 56.899.410,00. Berarti penanaman investasi akan mengalami kerugian sebesar Rp 56.899.410,00 selama enam tahun menurut nilai sekarang, Nilai NBCR yang diperoleh sebesar 0,72 menunjukkan bahwa untuk setiap pengeluaran Rp 1,00 hanya akan memberikan manfaat sebesar Rp 0,72 menurut nilai sekarang. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 6,92 persen yang berarti lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku dan masa pengembalian investasi melebihi umur proyek. Ini berarti peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen pada tingkat suku bunga 16 persen menyebabkan pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, menjadi tidak layak untuk dilaksanakan, Berdasarkan tabel 6.3. di atas dapat dilihat bahwa dengan peningkatan produksi sebesar 65 persen, maka pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun 49 SA, Pasir Sarongge, layak untuk diteruskan baik pada tingkat suku bunga 16 persen maupun pada tingkat suku bunga 48 persen yang merupakan tingkat suku bunga yang tinggi untuk melakukan investasi di bidang pertanian. Namun pada tingkat suku bunga 16 persen, penanaman investasi peka terhadap peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen, Sedangkan dengan peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen, investasi masih layak dilaksanakan hanya saja NPV dan NBCR yang diperoleh relatif kecil, Sementara pada tingkat suku bunga 48 persen penanaman investasi tersebut sangat peka terhadap perubahan peningkatan arus biaya yang ditunjukkan dari peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen dan peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen, Secara keseluruhan hasil analisis sensitivitas baik pada tingkat suku bunga 16 persen maupun pada tingkat suku bunga 48 persen menunjukkan bahwa pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, peka terhadap peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen. Hal ini ditunjukkan dari nilai NPV yang negatif, NBCR yang lebih kecil dari satu, IRR yang lebih rendah dari tingkat suku bunga yang berlaku dan masa pengembalian investasi yang melebihi uumur proyek, 6.4, Saluran Pemasaran Berdasarkan arus barang dalam proses penyalurannya dari produsen ke konsumen akhir, maka dapat diketahui saluran pemasaran tomat recento hasil kebun SA, Pasir Sarongge. Saluran pemasaran yang ada saat ini hanya satu saluran pemasaran, yaitu : produsen (SA) -> pedagang pengumpul (PT Sandimas Intimitra) > supermarket SOGO (Plaza Indonesia Jakarta) > konsumen, Ini berarti produsen tidak atau belum memiliki alternatif pemasaran lainnya untuk tomet recento yang dihasilkan. 6.4.1. Produsen Kerjasama antara SA sebagai produsen dengan PT Sandimas Intimitra (SI) sebagai pedagang pengumpul sejak awal dilakukan dengan kontrak yang disepakati antara kedua belah pihak. Tujuan dari penggunaan kontrak ini yaitu untuk memperoleh jaminan pasar dan jaminan harga dari tomat recento. 50 Volume penjualan SA berkisar antara satu setengah hingga dua ton tomat recento per bulan hingga Juli 1999. Jumlah ini sesuai dengan permintaan SOGO. yang berjumlah dua ton per bulan untuk tomat recento grade A dan B hingga Juli 1999. Pada bulan Agustus 1999 permintaan pasokan tomat recento segar dari SOGO meningkat menjadi empat ton per bulan untuk grade A dan B. Apabila volume penjualan tomat recento SA kurang dari permintaan SOGO, maka SI akan menambah kekurangan tomat recento tersebut dengan tomat recento yang berasal dari kebun SI sendiri, Dengan demikian jumlah permintaan tomat recento dari SOGO dapat dipenuhi. Biaya total produsen yang dikeluarkan selama enam tahun sebesar Rp 454,432.860,00 dengan produksi total 365 904 kg tomat recento. Dari nilai tersebut diperoleh biaya usahatani per kilogram tomat recento sebesar Rp 1.241,95. Harga jual tomat recento di tingkat produsen yang dipergunakan dalam analisis marjin pemasaran adalah harga tomat recento untuk bulan Agustus 1999 yaitu Rp 3.000,00 per kilogram 6.4.2, Pedagang Pengumpul Pedagang pengumpul (dalam hal ini PT Sandimas Intimitra) adalah pedagang yang membeli tomat recento langsung dari produsen (SA) untuk kemudian dijual kembali ke supermarket SOGO. Selain membeli tomat recento dari SA, SI juga melakukan pembelian sayuran dan buah yang lain (lettuce, pakcoy, melon dan lain- lain) dari produsen-produsen sayur lainnya. Penjualan dan pembelian antara SI dengan SA maupun antara SI dengan SOGO dilakukan dengan kontrak yang disepakati kedua belah pihak. SI biasanya mengambil tomat recento langsung dari kebun SA, Pasir Sarongge, pada saat pembelian untuk kemudian dibawa ke tempat pengemasan SI. Setelah tomat recento tersebut dikemas sedemikian rupa dalam kemasan-kemasan plastik transparan bertuliskan Hydrophonic dan berlabel Hygreen, tomat recento segar tersebut dikirimkan ke SOGO. Dengan demikian SI sebagai pedagang pengumpul sekaligus pemasok menanggung biaya transpot dari kebun SA ke tempat pengemasan dan dari tempat pengemasan ke SOGO. Selain itu SI juga mengeluarkan biaya untuk penyimpanan, pengepakan dan pengemasan tomat recento. 6.4.3, Supermarket SOGO SOGO dalam saluran pemasaran ini merupakan retailer yang membeli tomat recento dari SI berdasarkan kontrak untuk kemudian dijual kepada konsumen. Pembelian bersifat beli - putus yang berarti apapun yang terjadi terhadap tomat recento setelah diterima SOGO menjadi resiko yang harus ditanggung sendiri oleh SOGO. Tomat recento yang telah dikemas dalam plastik oleh SI di SOGO diberi abel yang mencantumkan befat dan harga. Harga tomat recento di SOGO yang dipergunakan dalam analisis pemasaran pada penelitian ini merupakan harga jual rata-rata tomat recento per kilogram yang berlaku di SOGO. 6.5. Analisis Marjin Pemasaran dan Penyebarannya Marjin pemasaran total adalah perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen, Marjin pemasaran terditi dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Marjin pemasaran tomat recento dianalisis dengan menggunakan saluran pemasaran yang berlaku selama penelitian dilaksanakan, yaitu : produsen (SA) > pedagang pengumpul (PT Sandimas Intimitra) > supermarket (SOGO Plaza Indonesia Jakarta) konsumen, Saluran pemasaran yang hanya satu tersebut menunjukkan bahwa produsen tidak atau belum mempunyai alternatif pemasaran lain, Penyebaran marjin untuk pemasaran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, secara terinci dapat dilihat pada tabel 6.4. Farmer's share merupakan konsep yang digunakan untuk melihat bagian yang diterima petani/ produsen sebagai balas jasa atas kegiatan yang dilakukan di dalam usahatani, Dari tabel 6.4. dapat dilihat bagian yang diperoleh produsen (SA) sebesar Rp 3.000,00 per kilogram atau 39,74 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Jika harga jual tomat recento di tingkat produsen dibandingkan dengan harga jual di ingket supermarket, maka harga di tingkat produsen jeuh lebih kecil daripada harga di tingkat supermarket. Farmer's share sebesar 39,74 persen dari harga jual di tingkat supermarket tersebut jauh lebih kecil daripada marjin pemasaran total pada saluran pemasaran tomat recento yaitu 60,26 persen dari harga jual di tingkat supermarket atau Rp 4550,00 per kilogram. Ini menunjukkan produsen belum memiliki posisi yang kuat dalam pemasaran, 52 Tabel 6.4. Marjin Pemasaran Tomat Recento dan Penyebarannya, Agustus 1999 Unsur marjin Biaya | Harga | Keuntungan | Persentase ter- (pkg) | (Re/kg) | (Rp/kg) | hadap harga jual supermarket (%) Harga jual produsen 3.000,00 39,74 © Biaya usahatani 1.241,95 Keuntungan 1.758,05 + Harga beli pedagang pe- Pern ngumpul . * Biaya 1.600,00 21,19 Harga jual 5.350,00 70,86 * Keuntungan 750,00 9,93 * Marjin 2.350,00 31,13 ‘© Harga beli supermarket 5.350,00 * Biaya 862,50 11,42 Harga jual 7.580,00 100,00 * Keuntungan 1.337,50 17,72 * Marjin 2,200,00 29,14 Total biaya pemasaran: | 2.462,50 32,62 Total keuntungan oe 2165 |_pemasaran : : ‘ Total Margin : 330,00 60,26 Keuntungan/Biaya (K/C) : 0,85 Pedagang pengumpul memperoleh marjin terbesar yaitu Rp 2.350,00 per kg atau 31,13 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Sedangkan supermarket memperoleh marjin sebesar Rp 2.200,00 per kg atau 29,14 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Besarnya marjin yang diterima pedagang pengumpul disebabkan karena pedagang pengumpul menanggung biaya pemasaran terbesar yaitu Rp 1.600,00 per kg atau 21,19 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Biaya pemasaran tersebut meliputi biaya transportasi, biaya penyimpanan, biaya pengemasan dan pengepakan. Dalam pemasaran tomat recento ini pedagang pengumpul harus menanggung biaya transportasi pulang pergi dari kebun produsen ke tempat pengemasan dan biaya transportasi dari tempat pengemasan ke supermarket. Melihat tabel 6.4. ternyata penyebaran marjin terbesar terdapat pada biaya pemasaran total sebesar Rp 2.462,5 per kg atau 32,62 persen dari harga jual di tingkat supermarket, Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu Rp 1.600,00 3 per kg atau 21,19 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul meliputi biaya transportasi sebesar Rp 900,00 per kg (11,92 persen dari harga jual di tingkat supermarket), biaya penyimpanan Rp 100,00 per kg (1,32 persen dari harga jual di tingkat supermarket), biaya pengepakan dan pengemasan sebesar Rp 600,00 per kg ( 7,95 persen dari harga jual di tingkat supermarket ), Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh supermarket sebesar Rp 862,5 per kg atau 11,42 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Biaya pemasaran yang dikeluarkan supermarket terdiri dari biaya tetap Rp 762,5 per kg (10,1 persen dari harga jual di tingkat supermarket) dan biaya pelabelan Rp 100,00 ( 1,32 persen dari harga jual di tingkat supermarket). Biaya pemasaran yang ditanggung oleh supermarket lebih kecil daripada biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul karena supermarket tidak mengeluarkan biaya transportasi, Besarnya total keuntungan pemasaran untuk saluran pemasaran tomat recento yaitu Rp 2.087,5 per kg atau 27,65 persen dari harga jual di tingkat supermarket Marjin keuntungan terbesar terdapat pada supermarket yaitu Rp 1.337,5 per kg atau 17,72 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Sementara pedagang pengumpul memperoleh keuntungan sebesar Rp 750,00 per kg atau 9,93 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Fakta ini menunjukkan bahwa supermarket mempunyai posisi yang kuat dan juga resiko yang tinggi karena pembelian yang dilakukan dari pedagang pengumpul bersifat beli - putus. Total rasio keuntungan dan biaya yang dimiliki oleh seluruh lembaga pemasaran yang terlibat adalah 0,85. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh semua lembaga pemasaran akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 0,85. Dilihat dari segi lembaga pemasaran, supermarket memiliki nilai rasio keuntungan - biaya terbesar yaitu 1,55. Sedangkan nilai rasio keuntungan - biaya pada pedagang-pengumpul sebesar 0,47. Tingginya nilai rasio keuntungan - biaya pada supermarket disebabkan karena supermarket tidak mengeluarkan biaya transportasi. Nilai rasio keuntungan - biaya di tingkat supermarket jauh lebih tinggi daripada nilai rasio keuntungan - biaya di tingkat pedagang pengumpul. Ini menggambarkan penyebaran keuntungan dan biaya yang tidak merata di antara lembaga pemasaran yang terlibat. Dalam hel ini supermarket memperoleh keuntungan yang jauh lebih besar dari pada pedagang pengumpul. Hasil analisis marjin pemasaran di atas menunjukkan bahwa nilai total marjin pemasaran yang dihasilkan cukup tinggi dengan penyebaran keuntungan dan biaya yang tidak merata di antara lembaga pemasaran yang terlibat. Farmer's share jauh lebih kecil dibandingkan total marjin pemasaran yang dihasilkan, Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemasaran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, belum efisien, Efisiensi pemasaran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, dapat dicapai dengan cara produsen (SA) mencari alternatif pemasaran lainnya, Dengan cara ini produsen dapat memperoleh altematif harga yang lebih tinggi. Selain itu dapat pula dilakukan dengan memperbaiki kontrak antara produsen dengan pedagang pengumpul (SI) untuk memperoleh harga yang lebih baik bagi masing-masing pelaku. Upaya- upaya di atas diharapkan tidak menyebabkan kepuasan konsumen terhadap output menjadi berkurang, bahkan diharapkan dapat mengurangi harga yang diterima oleh konsumen sehingga kepuasan konsumen terhadap output meningket. VI, KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan 1. Analisis finansial yang dilakukan dengan membedakan tingkat suku bunga 48 persen (tingkat suku bunga yang berlaku pada saat investasi dilakukan, Desember 1998) dengan tingkat suku bunga 16 persen (tingkat suku bunga pengembalian pinjaman kredit pertanian bank pemerintah, Agustus 1999) menunjukkan bahwa pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, hanya layak dijalankan pada tingkat suku bunga 16 persen. Pada tingkat suku bunga 48 persen NPV yang diperoleh negatif, nilai NBCR kurang dari satu, nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku serta nilai payback period lebih besar dari umur proyek, sehingga investasi tidak layak untuk dijalankan. Namun pada tingkat suku bunga 16 persen, nilai NPV (Rp 35.218.980,00) dan nilai NBCR (1,20) yang diperoleh relatif kecil dan pengembalian investasi dicapai dalam masa 5,3 tahun atau hampir mencapai umur proyek. Ini berarti bahwa tingkat suku bunga 16 persen masih relatif besar untuk melakukan investasi di bidang pertanian. s Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat perubahan pada nilai NPV, NBCR, IRR dan payback period jika terjadi peningkatan produksi sebesar 65 persen, jika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen atau jika terjadi peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa dengan tingkat suku bunga 48 persen budidaya tomat recento dengan hidroponik NET kebun SA, Pasir Sarongge, sangat peka tethadap peningkatan dalam arus biaya, yaitu peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen maupun peningkatan gaji tenaga kerja sebesar 25 persen. Secara keseluruhan baik pada tingkat suku bunga 48 persen maupun tingkat suku bunga 16 persen, budidaya tomat recento tersebut peka terhadap peningkatan harga pupuk sebesar 100 persen, Sementara pada kedua tingkat suku bunga tersebut, peningkatan produksi sebesar 65 persen memberikan dampak yang positif terhadap pengusahaan tomat recento dengan hidroponik NFT kebun SA, Pasir Sarongge, sehingga manfaat yang dihasilkan lebih besar dibandingkan apabila tidak terdapat peningkatan produksi. 56 3. Analisis marjin pemasaran dilakukan dengan saluran pemasaran yang dilalui dalam proses penyaluran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, ke konsumen akhir yaitu : produsen (SA) ® pedagang pengumpul (PT Sandimas Intimitra) ® supermarket (SOGO Plaza Indonesia Jakarta) ® konsumen, Saluran pemasaran yang hanya satu tersebut menunjukkan bahwa produsen tidak atau belum mempunyai alternatif pemasaran lain. Hasil analisis marjin pemasaran dan penyebarannya menunjukkan bahwa marjin pemasaran total yang dihasilkan yaitu Rp 4.550,00 per kg atau 60,26 persen dari harga jual di tingkat supermarket dengan farmer's share sebesar 39,74 persen dari harga jual ditingkat supermarket. Pedagang pengumpul memperoleh marjin sebesar Rp 2.350,00 per kg atau 31,13 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Sedangkan supermarket memperoleh marjin sebesar Rp 2.200,00 per kg atau 29,14 persen dari harga jual di tingkat supermarket. Total rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh yaitu 0,85. Nilai ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh semua lembaga pemasaran akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 0,85, Dilihat dari segi lembaga pemasaran, supermarket memiliki nilai rasio keuntungan - biaya terbesar yaitu 1,55. Sedangkan nilai rasio keuntungan- biaya pada pedagang pengumpul sebesar 0,47, Fakta ini menunjukkan bahwa supermarket mempunyai posisi yang kuat dan juga resiko yang tinggi karena pembelian yang dilakukan dari pedagang pengumpul bersifat beli - putus. Hasil analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa nilai total marjin pemasaran yang dihasilkan cukup tinggi dengan penyebaran keuntungan dan biaya yang tidak merata di antara lembaga pemasaran yang terlibat. Farmer's share jauh lebih kecil dibandingkan total marjin pemasaran yang dihasilkan, Dengan demikian ditinjau dari marjin pemasaran dan penyebarannya dapat dikatakan bahwa pemasaran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, belum efisien. 7.2, Saran Sebagaimana hasil pengamatan maupun analisis yang dilakukan, disarankan 1) Perlu dilakukan evaluasi atau penghitungan kembali atas arus manfuat biaya selama proyek berjalan mengingat penanaman investasi pada hidroponik NFT ini 2 3 37 peka terhedap peningkatan harga pupuk dan menunjukkan respon positif terhadap peningkatan produksi. Peningkatan produksi masih dapat dilakukan mengingat produksi rata-rata tomat recento dapat mencapai sembilan hingga sepuluh kilogram per tanaman, dan ini akan meningkatkan manfaat yang dapat diperoleh dari penanaman investasi. Perlunya subsidi atau penurunan suku bunga kredit pertanian dari pemerintah, karena tingkat suku bunga pengembalian pinjaman Kredit pertanian sebesar 16 persen masih relatif besar untuk sektor pertanian. Kebijakan ini dapat mendorong, investor dan produsen/ petani untuk melakukan investasi pengusahaan sayuran dengan hidroponik NFT di dalam greenhouse. Efisiensi pemasaran tomat recento dari kebun SA, Pasir Sarongge, dapat dicapai dengan cara produsen mencari alternatif pemasaran lainnya. Selain itu dapat pula dilakukan dengan memperbaiki kontrak antara produsen dengan pedagang pengumpul (SI) untuk memperoleh harga yang lebih baik bagi masing-masing pelaku, Dengan demikian diharapkan farmer's share dapat meningkat, Untuk itu produsen juga harus menjaga dan meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk, 58 DAFTAR PUSTAKA : PT Penebar Swadaya. Anonim, 1996. Sayuran Komersial, Jakarta Anonim, “Gema Hortina 2003 : Mengangkat Potensi Hortikultura Indonesia” Trubus. No, 351,.Februari 1999. Anwar, V. R. “Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi serta Tingkat Pengembalian Investasi pada Usahatani Alpukat” Skripsi Jurusan Ilmu - Imu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 1998. Asmarantaka, R. W. "Analisis Pemasaran Jagung di Daerah Sentra Produksi Propinsi Lampung" Tesis Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 1985. Biro Pusat Statistik. 1991. Neraca Bahan Makanan di Indonesia 1990 - 1991. Yakarta : Biro Pusat Statistik . 1992, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Impor 1992 Jilid If. Jakarta : Biro Pusat Statistik. . 1993, Neraca Bahan Makanan di Indonesia 1992 -1993, Jakarta : Biro Pusat statistik . 1994, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Impor 1994 Jilid If, Jakarta : Biro Pusat Statistik. . 1995. Neraca Bahan Makanan di Indonesia 1994 -1995. Jakarta ; Biro Pusat statistik . 1996, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Impor 1996 Jilid TT Vakarta ; Biro Pusat Statistik. . 1997. Neraca Bahan Makanan di Indonesia 1996 -1997. Jakasta : Biro Pusat statistik . 1997, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Impor Oktober 1997. Jakarta : Biro Pusat Statistik, . 1997, Statistik Indonesia 1997. Jakarta : Biro Pusat Statistik .1998. Buletin Statistik Bulanan Indikator Ekonomi Desember Biro Pusat Statistik, 1998. Takarta Budiarto, S. “Agribisnis Hortikultura” Proposal Studio Agribisnis Bogor. 1998 39) Dahl, D. C. dan J. W. Hammond. 1977. Market and Price analysis, The Agricultural Industries, New York. Downey, W. D. dan Steven P. E, 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi Kedua, Jakarta : Erlangga. Gittinger, J. P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta : UI - Press. Hernanto, F. 1989. imu Usahatani. Cetakan I. Jakarta : Penebar Swadaya. Kadariah, et, al. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Jakarta : FE - UL. Karjono. "Rumah Plastik : Tomat 9 Kg/Pohon" Trubus. No. 351, Februari 1999. Kohls dan Downey. 1972. Marketing Of Agricultural Product. New York : Macmillan Company. Kurniati, D. “Analisis Usahatani dan Tataniaga Cabai Rawit (Capsicum frutecsens) di Desa Sindangsari, Kecamatan Sukanagera, Kabupaten Cianjur” Skripsi Jurusan Imu - Imu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 1996, Limbong, A.M.H. Analisis Finansial Peremajaan Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit. Skripsi Jurusan Imu - IImu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 1996. Limbong, W.H. dan Panggabean S, 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian, Bogor : Jurusan Timu - Iimu Sosial Ekonomi Pertanian IPB. Lingga, P. 1993. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah, Cetakan Kesembilan. Jakarta : Penebar Swadaya, Nicholls, R. E. 1996, Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah, Cetakan Keenam. ‘Semarang : Dahara Prize. Sarwono, B. "Kultur Hidroponik" Trubus. Februari 1995. Soekartawi, et. al., 1986, //mu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI — Press. Soeseno, S. 1987. Bercocok Tanam Secara Hidroponik, Cetakan Ketiga, Jakarta : PT Gramedia. 60 Tomek, W. G. dan K. L. Robinson. 1975. Agricultural Product Prices. Cetakan Kedua. New York : Cornell University Press. ‘Trubus. Kumpulan Kliping Hidroponik. Jakarta ; Pusat Informasi Pertanian Trubus. Wahendra, R. “Prospek Pengembangan Letas (Lettuce) dengan Sistem Budidaya Hidroponik Metode Nutrient Film Technique (NFT)” Skripsi Jurusan IImu - Umu sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 1998, Wibowo, S. "Tomat Baru : Untuk Buah Meja Atau Sayur" Trubus. No. 352, Maret 1999, Lampiran 1. Larutan Nutrisi Untuk Tanaman dalam Bentuk Berat Unsur-Unsur Hara (g) yang Dilarutkan dalam 1.000 Liter Air Jenis Tanaman | KNO; | Ca(NOs).4H,0 | MgSO,7H,0 | NH.H2PO | FeEDTA | H:BO; | MnSO..4H,0 | ZnSO,7H,0 | CuS0,.5H:0 | NaMoO. Anthurium | 200 240 200 30 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Bayam 300 470 250 80 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Carnation _|_400 590 310 80 20 3 2 0,22 0,05 0.22 Jeruk 200 470. 185 60. 20 3 2 0,22, 0,05 0,22 Kangkung _|_707 354 246 152. 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Krisan 400 240 125 80 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Labu siam 610 830, 500 120 20 3 2 0,22, 0,05 0.22 Mawar 300 360 150, 60 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Melon 610 830 380 150 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Paprika 610 360 250 100 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Selada 400 240 125, 60, 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Seledri 710 240 250 190 20. 3 2 0,22 0,05 0,22 Semangka _| 610 830 185, 60 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Tomat 400 360 250 80, 20 3 2 0,22 0,05 0,22 Sumber : Utami. “Pemberian Nutrisi Hidroponik sistem NFT” Trubus. Februari 1995. Lampiran 2. Denah Greenhouse Kebun SA, Pasir Sarongge G = Germinator Room Total luas tanah yang di pagar : 3420 m? Lampiran 3, Jadwal Tanam, Produksi dan Proyeksi Produksi Tomat Recento Kebun SA, Pasir Sarongge ‘Greenhouse Masa Tanam Produksi (kg) AB Desember98 - Junioo 12320 D, 34 Maret’99 - September99*) 10780 EF ‘April'99 - Oktober99 *) 7700 AB Jun’'99 - Desember99 12320 DEF September'99 - Maret’00 18480 AB Desember99- Junv00 12320 DEF Maret00 - September00 18480 AB Juni00 - Desember00. 12320 DEF ‘September 00 - Maret'01 18480 AB Desember00- Juni0t 12320 DEF Waret01 - September 01 18480 AB ‘Juni'01 - Desember01 12320 BEF ‘September01 - Maret'02 18480 AB ‘Desember0t - Juni02 12820 DEF Maret02 - Seplember02 12480 AB ~Juni'02 - Desember02 12320 DEF ‘Seplember02 - Maret'03 718480 AB Desember02 - Junvos 12320 DEF Maret03 - September03 18480 AB ~Juni'03 - Desember 03 12320 DEF ‘September03 - Maret 04 18480 AB Desember03 - Junto4 12320 DEF Maret'04 - September 04 718480 AB Junr'04 - Desember04 12320 DEF ‘September'04 - Maret 05, 18480 Keterangan : *) Terjadi keterlambatan tanam pada 1/4 greenhouse E dan greenhouse F, serta pemberian nutrisi yang tidak sesuai sehingga produksi yang dihasilkan 10% grade A, 30% grade 8, 40 grade C, 20% waste, 1) Greenhouse A,B menghasilkan tomat recento grade A dan B 2) Mulal masa tanam Juni'99 - Desember'99 telah dilakukan perbaikan manajemen kebun sehingga untuk panen selanjutnya dapat dihasilken grade A dan B saja. 3) Luas greenhouse A, B, D, E masing-masing 432 m2 dan greenhouse F 384 m2 4) Jumiah tanaman per greenhouse = 1.100 tanaman 5) Produksi rata-rata 5,6 kilogram per tanaman Lampiran 4, Biaya Investasi Budidaya Tomat Recento dengan Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir Sarongge No Uraian Biaya (Rp) 1 '|Biaya greenhouse 1. Biaya konstruksi 22,162,350.00} |2. Kaso 30,277 ,500,00| |3. Reng 4/3 8,229,000.00) |4. Pondasi 5,375,000,00} 5. Atap 8,595,000,00} le. Kassa 10,125,000.00} 7. Baut 9,825,000.00} (8. Lain-lain. 8,115,000.00) 2 |Instalasi NFT 4. Talang 16,920,000.00) |2. Hose dan PVC (2,466,250.00} 3. Faucet dan aksesoris, 134,000.00 |4. Submersible pump 1,750,000.00} 5. Hidro tank 3,000,000.00} \6, Catchment tank 3,000,000.09} I7. Styrofoam 2,320,000.00| 3 |Instalas| listrik 4. Kabel dan aksesoris 280,000.00 12. Generator listrik 1,200,000.00} 4 |instalasi air 1. Kontainer 400,000.00) 12. Sumur 2,000,000.00| 5 |Kantor, gudang dan asrame karyawan (rumah jaga) 8,000,000.00} Peralatan 1. EC meter 41,000,000.09) \2. pH meter 1,000,000.00) '3. Timbangan 200 kg 400,000.00] |4, Knopsack sprayer 41,000,000.00) 5. Peralatan panen 200,000.00) 7 |Analitical Scales 600,000.00) 8 |Germinator room 568,750.00) 9 [Pagar 15,000,000. 00 Total 160,942,850.00} Lampiran 5. Biaya Operasional Tomat Recento dengan Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir ‘Sarongge, Per Tahun Ino Uraian Biaya (Rp) Persentase (%) A.|Biaya Tetap 1 | Tenaga kerja 15,600,000.00) (21.41 l2 |Listrik 41,500,000.00 2.06 [3_[Penyusutan 26,823,808.33| 36.81 Sub Total 43,923,808.33] 60.27 IB. [Biaya Variabet 1 ibit 1,200,000.00) 1.65 2 |Pupuk AB Mix 25,000,000.00) 34.31 13 |Obatobatan 2,500,000.00} 3.43 |4_|Media tanam 250,000.00) 0.34 Sub Total 28,950,000.00) 39.73 [Total Pengeluaran 72,873,808.33| 4100.00 Lampiran 6. Perhitungan Jasa Hutang Investasi Budidaya Tomat Recento Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Bunga 16 Persen Per Tahun Perincian Tahun (dalam Rp 000.00) 0 4 2 3 4 5 6 [Penerimaan Pinjaman dan Saldo /* Penerimaan pinjaman 160,942.85, ol dl ol o| | o * Saido yang belum dilunasi pada akhir tahun 160,942.85 | 134,119.04 | 107,205.23 | 80,471.43 | _53,647.62| _26,823.81 | lJasa Hutang * Bunga = 25,750.86 | 21,459.05 | 17,167.24 | 12,875.43 8,563.62 | 4,291.81 * Pelunasan uang pokok = 26,823.81 | 26,823.81 | 26,823.81 | 26,823.81 | 26,823.81 | 26,823.84 It Jumiah : $2,574.66 | _ 48,262.86 | 43,991.05 | 39,699.24 | 35,407.43 31,115.62 Pembiayaan Neto 160,942.85 | (52,574.66) _(48,282.86)|__(43,991.05)|__(39,699.24)|__(35,407.43)|_(31,115.62)| Keterangan : * Asumsi cicilan pinjaman (uang pokok) dalam jumlah tetap dan bunga dihitung berdasarkan saldo yang belum dilunasi akhir tahun sebelumnya * Penerimaan pinjaman pada akhir tahun ke-O dan jasa hutang pada akhir tahun ke-1 *Tingkat suku bunga pengembalizn pinjaman adalah 16 persen setahun Lampiran 7. Cash Flow Finansial Budidaya Tomat Recento dengan Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Suku Bunga 16 Persen Uraian ‘Tahun (dalam Rp 000.00) o 4 2 3 4 5 6 A. in Flow }. Nilai Produksi Total - 104,720.00} 184,800.00] 184,800.00 | 184,800.00} 184,800.00 | 240,240.00 2. investasi 160,942.85 - : : : : - [Total In Flow 160,942.85 | 104,720.00 | _184,800.00| 184,800.00 | 184,800.00 184,800.00 | 240,240.00 IB. Out Flow 1. Biaya Investasi 160,942.85 - - - - . - l2. a. Biaya Operasional 4. Tenaga kerja - 15,600.00 18,600.00 15,600.00] 15,600.00} 15,600.00 15,600.00 2. Listrik - 1,500.00 1,500.00 1,500.00] 1,500.00 1,500.00} 1,500.00 3, Penyusutan - 26,823.81 26,823.81) 26,823.81] 26,823.81 | 26,828.81] 26,823.81 4. Bibit - 1,200.00 1,200.00 1,200.00 1,200.00} 1,200.00 1,200.00 5, Pupuk AB Mix - 25,000.00 25,000.00 | 25,000.00} 25,000.00} 25,000.00 25,000.00 6. Obatobatan - 2,500.00 2,500.00 2,500.00} 2,500.00] 2,500.00] 2,500.00 7. Media tanam - 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 b. Biaya Pometiharaan 1, Plastik UV (Atap) : - - 8,595.00 - - 8,595.00 [3. Jasa Hutang : 52,574.66 43,282.86 | _43,991.05| 39,699.24| 35,407.43 | _ 31,115.62 [Total Out Flow 160,042.85 | 125,448.47 | 121,156.67 | 125,459.86 | 112,573.05 | 108,281.24 |_ 112,584.43, Net Benefit (A-B)_ 0.00] -20,728.47| __ 63,643.34] 59,340.14] 72,226.95] 76,518.76 | 127,655.57 Lampiran 8. Perhitungan Kriteria Investa: juku Bunga 16 Persen Budidaya Tomat Recento dengan Hidroponik NFT Kebun SA Pasir Sarongge (dalam Rp 000.00) Tahun, Net Benefit DF 16% NPV 16% DF 20% NPV 20% DF 25% NPV 25% oO ~160,942.85] 1.000 ~160,942.85| 1.000 -160,942.85 1.000 -160,942.85} 1 20,728.47) 0.862] -17,869.37 0.833 17,273.73 0.800 -16,582.78| 2 63,643.34 0.743 (47,297.37 0.694 44,196.76] 0.640 40,731.73} 3 59,340.14 0.641 38,016.72] 0.579 34,340.36 0.512 30,382.15} 4 72,226.95 0.552 39,890.30) 0.482 34,831.67] 0.410 29,584.16} 5 76,518.76 0.476 36,431.58} 0.402 30,751.17 0.328 25,073.67] 6 127,655.57 0.410 52,395.24) 0.335, 42,751.59} 0.262 33,464.14) Total NPV: 35,218.98 8,654.98 -18,289.77| NCR = 214,031.21/178,81222= 1.20 IRR = 20% + ((8,654.98/ (8,654.98-(-18,289.77))) x (25% - 20%)) = 21.61% Payback Period = Keterangan 5 5.3 tahun 5 * + 1(-160,942.85+(-17,869.37}47,297.37+38,016.72439,890.30+36,431.58)/52,395.24)! “Tahun Proyek ke-5 di mana NPV kumulatif dengan suku bunga 16 persen masin negatif sebesar Rp 17.176.300,00 F = discount factor Lampiran 9. Perhitungan Jasa Hutang Investasi Budidaya Tomat Recento Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Bunga 48 Persen Per Tahun Tahun (dalam Rp 000.00) Perincian 0 4 2 3 4 5 6 |Penerimaan Pinjaman dan Saldo | * Penerimaan pinjaman 160,942.85 | o| 0 0] 0} 0 * Saido yang belum dilunasi pada akhir tahun 160,942.85, 134,119.04 | 107,295.23 80,471.43 53,647.62 26,823.81 | JJasa Hutang_ * Bunga = 77,252.57 64,377.14 51,501.71 38,626.28 25,750.86 12,875.43, * Pelunasan uang pokok_ = 26,823.81 26,823.81 26,823.81 26,823.81 26,823.81 26,823.81 * Jumiah = 104,076.38, 91,200.95 78,325.52 65,450.09 52,574.66, 39,699.24 |Pembiayaan Neto 160,942.85 (104,076.38)|__ (91,200.95)|_(78,325.52)| (65,450.09)| (52,574.68)| __(39,699.24)| Keterangan : * Asumsi cicilan pinjaman (uang pokok) datam jumian tetap dan bunga dihitung berdasarkan saldo yang belum dilunasi akhir tahun sebelumnya * Penerimaan pinjaman pada akhir tahun ke-0 dan jasa hutang pada akhir tahun ke-1 * Tingkat suku bunga pengembalian pinjaman adalah 48 persen setahun Lampiran 10. Cash Flow Finansial Budidaya Tomat Recento dengan Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir Sarongge, Suku Bunga 48 Persen Uraian Tahun ( dalam Rp 000.00 ) o 4 2 3 4 5 6 lA. In Flow 41. Nilai Produksi Total 104,720.00 | 184,800.00} 184,800.00] 184,800.00} 184,800.00] 240,240.00 2. Investasi 160,942.85 : : = : : : [Total in Flow 160,942.85 | _104,720.00| _ 184,800.00] 184,800.00 | 184,800.00 | 184,800.00 | 240,240.00 IB. Out Flow 1, Biaya Investasi 160,942.85 - - - - : - 2. a. Biaya Operasional 1. Tenaga kerja - 15,600.00} 15,600.00] 45,600.00) 15,600.00] 15,600.00} 15,600.00 2. Listrik - 1,500.00 1,500.00 1,500.00 4,500.00 1,500.00] 1,500.00 3. Penyusutan - 26,823.81 26,823.81| 26,823.81] 26,823.81) 26,823.81 | 26,823.81 4, Bibit - 1,200.00 1,200.00 1,200.00 1,200.00 1,200.00 | 1,200.00 5. Pupuk AB Mix - 25,000.00] 25,000.00) 25,000.00] 25,000.00] 25,000.00} 25,000.00 6. Obat-obatan - 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00 2,500.00} 2,500.00 7. Media tanam - 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 b. Biaya pemeliharaan 1. Plastik UV (Atap) - - - 8,595.00 - - 8,595.00 3. Jasa Hutang - 104,076.38| 91,200.95] _78,326.52| 65,450.09 | _§2,574.66| _ 39,699.24 [Total Out Flow 160,042.85| 176,950.18] 164,074.76 | 159,704.33 | 138,323.00 | 125,448.47 | _ 121,168.04 Net Benefit (A-B) 0.00] __-72,230.18| _20,725.24| _25,005.67| _46,476.10| _59,351.53| 119,071.96 Lampiran 11. Perhitungan Kriteria Investasi Suku Bunga 48 Persen Budidaya Tomat Recento dengan Hidroponik NFT Kebun SA, Pasir Sarongge (dalam Rp 000.00) Tahun | Net Benefit DF 48% | NPV 48% DF 5% NPV 5% OF 2% NPV 2% 0 | 160,042.85 | 1.000 |-160,042.85] 1.000] —-160,942.85| 4.000) — -160,942.85 1 72,230.18 0.676 | -48,804.18) 0.952 68,790.65) 0.980 -70,813.91 2 20,725.24 0.457 9,461.85 0.907 18,798.41 0.961 19,920.46 3 25,005.67 0.308 7,713.53 0.864 21,600.84 0.942 23,563.40 4 46,476.10 | 0.208] 9,686.86] 0.823, 38,236.00 0.924 42,936.73 5 59,351.53 | 0.141] 8,358.40] 0.784 46,503.47 0.906 53,756.51 6 | 119,071.96 | 0.005] 11,330.24] 0.746 88,853.33 sss | 105,732.49 Total NPV Proyek : -163,196.14 15,741.45] 14,152.83, 7 56,486.19%) 0.064 3,631.70 8 111,926.194)| 0.043 4,862.26 9 103,331.19*)| 0.029 3,033.03 10 111,926.194)} 0.020 2,219.80 an 111,926.19) 0.013 1,499.87 12 103,331.19*)| 0.009 935.60 [Total NPV. -147,013.88) NBCR 46,550.89/209,747.03 = 0.22 IRR 2% + ((14,152.83/ (14,152.83-(-15,741.45))) x (5%-2%)) = 3.42% Payback Period = >> 12 tahun Keterangan *) Net benefit tahun ke-7 hingga tahun ke-12 diperoleh dari selisin proyeksi nilai produksi total sebesar Rp 184.800.000,00 per tahun dengan out flow per tahun tanpa jasa hutang +) Lebih besar dari 12 tahun karena NPV suku bunga 48% pada tahun tersebut masih negatif Rp 147.013.880,00 Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Produksi Sebesar 65 Persen, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, dengan ‘Suku Bunga 16 Persen Uraian ‘Tahun (dalam Rp 000,00) 0 7 z 3 4 5 é ASI Ftow 1. Nilai Produksi Total 7 172,788.00 | 304,920.00 | 304,920.00 | 304,920.00 304,920.00 | 396,396.00 |2. Investasi 160,942.85, = = - = - . otal in Flow 160,942.85 | 172,768.00 | 304,920.00 | 304,920.00 | 304,920.00 | 304 820.00 | 306,306.00 1. Biaya Investasi 160,042.85 - : : - - 2 2. a. Biaya Operasional 1, Tenaga kerja 7 15,600.00 15,600.00 15,600.00 | 15,600.00 15,600.00 15,600.00 2. Listrik 7 1,500.00 1,500.00 1,500.00 1,500.00 1,500.00 1,500.00 3. Penyusutan : 26,823.81 | 26,823.81 26,823.81] 26,823.81| 26,823.61 | 26,623.81 4. Bibit : 4,200.00] 1,200.00] 1,200.00] 1,200.00 1,200.00} 1,200.00 ‘5. Pupuk AB Mix r 25,000.00 25,000.00 25,000.00 | 25,000.00 25,000.00 25,000.00 6. Obat-obatan 7 2,500.00 2,500.00 2,500.00 (2,500.00 2,500.00 2,500.00 7. Media tanam r 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 b, Biaya pemeliharaan 1. Plastik UV : : : 8,595.00 : : 8,595.00 3. Jasa Hutang 7 52,574.66 48,262.86 43,991.05 | 39,699.24 35,407.43 31,115.62 | Total Out Flow 160,942.85 | 125,448.47 | 121,156.67 | 125,459.86 | 112,573.05 108,281.24 | 112,584.43 [Net Benefit (A-B )_ 0.00] 47,339.53 | 183,763.34 | _179,460.14 | 192,346.95. 196,638.76 | 283,811.57 Kriteria Investasi : [Fahun] Net Benefit DFi6% | NPV 16% [| DE75% | NPV 75% | DF80% [NPV 80% Oo -160,942.85) 1.000 | -160,942.85) 1.000 | -160,942.85| 1.000 ~160,942.85] 1 47,339.53 0.862} 40,809.94 0.s71| 27,051.16 0.556} 26,209.74 2 183,763.34] 0.743 | 136,586.09 0.327 | 60,004.35 0.309] 56,717.08 3 179,460.14 O.641 | 114,972.52 0.187| 33,485.27 0.171} 30,771.63 4 192,346.95 0.552 | 106,231.51 0.107} 20,508.48, 0.095 | 18,322.95, 5 196,638.76 0.476 | 93,622.27 0.061) 11,980.61 0.053 | 10,406.55, 6 283,811.57] 0.410 | 116,488.26 0.035 9,881.02 0.029 8,344.40 [Total NPV: 447,747.74 1,968.03 -10,080.51 NBCR = 3,78 IRR = 75,82% Payback Period = 1,9 tahun Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Produksi Sebesar 65 Persen, ASumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, dengan ‘Suku Bunga 48 Persen Uraian Tahun (dalam Rp 000.00) 0 1 2 3 a = 6 A. In Flow }. Nilai Produksi Total - 172,788.00 | 304,920.00 | 304,920.00 | 304,920.00 | 304,920.00 | 396,398.00 2. Investasi 160,942.85 = ~ - = - - [Total in Flow 160,942.85 | 172,768.00 | 304,920.00 | 304.920.00 | 304,920.60 | 304,920.00 | 396,396.00 IB. Out Flow 1. Biaya Investasi 160,942.85 - - - - - - 2. a. Biaya Opera: 4, Tenaga kerja - 45,600.00] 15,600.00] 15,600.00] 15,600.00} 15,800.00 15,600.00 2. Listrik - 1,500.00} 1,500.00) 1,500.00] 1,500.00 1,500.00} 1,500.00 3. Penyusutan - 26,823.81 | 26,823.81] 26,823.81 | 26,823.81 | — 26,823.81| 26,823.81 4. Bibit - 1,200.00} 1,200.00] 1,200.00} 1,200.00 1,200.00} 1,200.00 5. Pupuk AB Mix - 25,000.00 | 25,000.00 25,000.00} 25,000.00] 25,000.00] 25,000.00 6. Obat-obatan - 2,800.00] 2,500.00] 2,500.00} 2,500.00 2,500.00} 2,500.00 7. Media tanam : 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 b. Biaya pemeliharaan 1. Plastik UV - - : 8,595.00 - - 8,595.00 3. Jasa Hutang - 104,076.38 | __91,200.95| _78,325.52| 65,450.09 | __52,574.66 | _39,699.24 [Total Out Flow 160,947.85 | 176,950.19 | 164,074.76 | 159,794.33 | 138,323.90 | 125,448.47 | 121,168.05 [Net Benefit (A-B) 0.00] _-4,162.15| 140,845.24 |_ 145,125.67 | 166,596.10 | 179,471.53 | 275,227.95 Kriteria investasi : ffahua| Net Benefit DF 48% | NPV48% | DF 53% [| NPV53% | DF 56% | NPV 58% 0 ~160,942.85| 4.000 | -160,042.85| 1.000 | -160,942.85 1.000 | 160,942.85] 1 -4,162.19| 0.676 | —-2,812.29 0.654} — -2,720.38] 0.633 -2,634.30| 2 140,845.24] 0.457 | 64,301.15 0.427] 60,167.13, 0.401 56,419.34 3 145,125.67 0.308 | 44,767.11 0.279} 40,520.05 0.254) 36,793.66 4 166,596.10} 0.208 | 34,723.06 0.182] 30,401.79 0.160) 26,732.31 5 179,471.53} 0.141 | 25,274.76 0.119 | 21,406.14 0.102} 18,226.79 6 275,227.95| 0.095 | 26,189.20 0.078 | 21,455.76 0.064 | __ 17,690.90 [Total NPV: 31,500.14 10,287.64 =7,714.15| NBCR = 1,19 IRR = 55,86% Payback Period = 4,8 tahun Lampiran 14, Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 100 Persen , Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, ‘Suku Bunga 16 Persen Uraian ‘Tahun (dalam Rp 000.00) 0 4 z 3 4 5 6 [Aa FTow }\. Nilai Produksi Total - 104,720.00 | 184,800.00] 184,800.00 | 184,800.00 | 184,800.00 | 240,240.00 2. Investasi 160,942.85 - - - : : - Total In Flow 160,942.85 | 104,720.00 | 184,800.00 | 164,600.00 | 164,800.00 | 184,800.00 | 240,240.00 |B. Out Flow 1. Biaya Investasi 160,942.85 - - - - - - 12. a. Biaya Operasional 1. Tenaga kerja - 45,600.00 | 15,600.00] 15,600.00] 15,600.00} — 15,600.00] 15,600.00 2. Listrik - 1,500.00} 1,500.00} 1,500.00] 1,500.00 1,500.00} 1,500.00 3. Penyusutan - 26,823.81 | 26,823.81] 26,823.81] 26,823.81 | 26,823.81 | 26,823.81 4. Bibit - 1,200.00} 1,200.00] 1,200.00] 1,200.00 1,200.00} 1,200.00 5. Pupuk AB Mix - 50,000.00 | 50,000.00] 50,000.00} 50,000.00] 50,000.00 50,000.00 6. Obat-obatan 2,500.00] — 2,600.00] 2,500.00} 2,500.00 2,500.00 | 2,500.00 7. Media tanam 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 b. Biaya Pemeliharaan 1. Plastik UV - - - 8,595.00 - - 8,595.00 3. Jasa Hutang _ : 52,574.66 | _48,282.86| 43,991.05 | _39,699.24| _ 35,407.43 | _31,115.62 Total Out Flow 160,942.85 | 150,448.47 | 146,156.67 | 150,459.86 | 137,573.05 | 133,261.24 | 137,584.43 [Net Benefit (A-B) 0.00] -45,728.47| 38,643.34] 34,340.14 | 47,226.95 51,518.76 | 102,655.57 Kriteria Investasi : [Tahun] Net Benefit. DF 16% | NPV 16% | DF 2% NPV 2% DE 7% NPV 7% 0 -160,942.85 1.000 | -160,942.85 1,000 | -160,942.85| 1.000 | -160,942.85| 1 ~45,728.47 0.862 | -39,421.10) 0,980] -44,831.84| 0.935 | —-42,736.89) 2 38,643.34] 0.743 | 28,718.29 0.961] 37,142.77 0.873) 33,752.59 3 34,340.14 0.641 | 22,000.28 0,942] 32,359.48 0.816 | 28,031.79 4 47,226.95 0.552 | 26,083.03 0.924] 43,630.41 0.763] 36,029.22 5 51,518.76 0.476 | 24,528.75 0.906 | 46,662.13 0.713] 36,732.17 6 102,655.57| 0.410 | 42,134.18 0.888} 91,155.21 0.666 | 68,403.74 [Total NPV: -56,899.41 45,175.31 -730.24) NBCR = 0,72 IRR = 6.92% Payback Period = > 6 tahun Lampiran 15. Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 100 Persen , Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, ‘Suku Bunga 48 Persen Uraian Tahun (dalam Rp 000.00) o 4 2 3 4 5 6 [A-in Flow }.. Nitai Produksi Total - 104,720.00 | 184,800.00 | 184,800.00 | 184,800.00} 184,800.00 | 240,240.00 2. investasi 160,942.85 - - - - : - [Total In Flow 160,942.85 | 104,720.00 | 184,800.00 | 184,800.00 | 164,600.00 | 184,800.00 | 240,240.00 IB. Out Flow 1. Biaya Investasi 160,942.85 - - - : : : 2. a. Blaya Operasional 1. Tenaga kerja : 15,600.00} 15,600.00} 15,800.00] 15,600.00) — 15,600.00 15,600.00 2. Listrik - 1,500.00] 1,500.00] 1,500.00} 1,500.00, 1,500.00} 1,500.00 3. Penyusutan : 26,823.81 | 26,823.81] 26,823.81 | 26,823.81| 26,823.81 26,823.81 4. Bibit : 4,200.00} 1,200.00} 1,200.00} 1,200.00 1,200.00} 1,200.00 5. Pupuk AB Mix - 50,000.00 | 50,000.00} 50,000.00} 50,000.00 50,000.00] 50,000.00 6. Obat-obatan : 2,500.00] 2,500.00} 2,500.00] 2,500.00 2,500.00| 2,500.00 7. Media tanam : 250.00 250.00 250.00] 250.00 250.00 250.00 b. Biaya Pemeliharaan 4. Plastik UV : - : 8,595.00 - : 8,595.00 3. Jasa Hutang - 104,076.38 | _ 91,200.95 | 78,325.52 | _65,450.00| _52,574.66 | 30,699.24 Total Out Flow 760,042.85 | 201,950.19 | 189,074.76 | 184,704.33 | 163,323.90 | 150,448.47 | 146,168.05 Net Benefit (A-B) 0.00| -97,230.19] _-4,274.76| 5.67 | 21,476.10] 34,351.53 | 04,071.95 Kriteria Investasi = frahun] Net Benefit DF4a% | NPV 48% [DF O% NPV 0% 0 ~160,942.85| 1.000 | -160,942.85 1.000 | 160,042.85} 1 -97,230.19] 0.676 | -65,696.07| 1.000] -97,280.19} 2 -4,274.76} 0.457 | -1,951.59 4.000] 4,274.76} 3 5.67 0.308 4.75 4.000 5.87 4 21,476.10 0.208 | 4,476.19 1,000 | 21,476.10 5 34,381.53} 0.141 | 4,837.68 4.000} 34,351.53, 6 24,071.95] 0.095 | _ 6,951.38 1.000 | _ 94,071.95 [Total NPV: 210,323.51 712,542.55] NBCR = 0,08 IRR = < 0% Payback Period = > 6 tahun Lampiran 16. Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Gaji Tenaga Kerja Sebesar 25 Persen, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, ‘Suku Bunga 16 Persen Uraian ‘Tahun (dalam Rp 000.00) 0 1 2 3 a 5 6 ASI FrOW 1. Nilai Produksi Total - 104,720.00 | 184,800.00 | 184,800.00 | 184,800.00} 184,800.00 | 240,240.00 12. Investasi 160,942.85 - - - - : iL [Total in Flow 160,942.85 | 104,720.00 | 184,800.00 [184,600.00 | 184,800.00 | 184,800.00 | 240,240.00 Out FIOW 1. Biaya Investasi 160,942.85 : - - - - - 2. a. Biaya Operasional 1. Tenaga kerja - 19,500.00 | 19,500.00] 19,500.00] 19,500.00] 19,800.00 19,500.00 2. Listrik - 1,500.00} 1,500.00] 1,500.00] 1,500.00 1,500.00 | 1,500.00 3. Penyusutan - 26,823.81 | 26,823.81 | 26,823.81 | 25,823.81 26,823.81 | 26,823.81 4. Bibit - 1,200.00} 1,200.00] 1,200.00] 1,200.00 1,200.00 | 1,200.00 5. Pupuk AB Mix - 25,000.00 | 25,000.00} 25,000.00} 25,000.00] 25,000.00] 25,000.00 6. Obat-obatan : 2,500.00] 2,500.00} 2,500.00} 2,500.00 2,500.00 | 2,500.00 7. Media tanam - 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 b. Biaya Pemeliharaan 1. Plastik UV (Atap) - : - 8,595.00 - - 8,595.00 3. Jasa Hutang ~ 52,574.66 | 48,282.86 | 43,991.05 | 30,699.24 | _35,407.43 |_31,115.62 [Total Out Flow 760,942.65 | 129,348.47 | 125,056.67 | 129,358.86 | 116,473.05 | 112,181.24 | 116,404.43 Net Benefit (A-B) 0.00] -24,626.47| 59,743.24 | 55,440.14 | 68,326.95 | 72,618.76 | 123,755.57 Kriteria Investasi : fTahus] Net Benefit DF 16% | NPVie% | DF20% | NPV 20% 0 -160,942.85 1,000 | -160,542.85| 7.000 | 160,942.85 1 -24,828.47, 0.862 | -21,231.44 0.833} -20,523.73] 2 59,743.34 0.743| 44,399.03, 0.694] 41,488.43 3 55,440.14 0.641] 35,518.15 0.579| 32,083.42 4 68,328.95 0.552] 37,736.37 0.482] 32,950.88 5 72,818.76 0.476 | 34,574.74 0.402} 29,183.85 6 123,755.57 0.410 | 50,794.52 0.335 | _ 41,445.49 Total NPV: 20,848.51 4314.54 NBCR = 1,11 IRR = 19,31% Payback Period = 5,6 tahun Lampiran 17. Analisis Sensitivitas Jika Terjadi Peningkatan Gaji Tenaga Kerja Sebesar 25 Persen, Asumsi Faktor-Faktor Lain Tetap, ‘Suku Bunga 48 Persen Uraian Tahun (dalam Rp 000.00) a i 2 3 a & 6 [A in Flow 1. Nilai Produksi Total - 104,720.00 | 184,800.00] 184,800.00 | 184,800.00] 184,800.00] 240,240.00 2. Investasi 160,942.85 = - = - : - [Total In Flow 160,942.85 | 104,720.00 |" 184,800.00 | 184,800.00 | 184,600.00 | 184,800.00 | 240,240.00 | |B. Out Flow 1. Biaya Investasi 160,942.85 - - - - : - 2. a. Biaya Operasional 1. Tenaga kerja - 19,500.00 | 19,500.00} 19,500.00} 19,500.00] 19,500.00} 19,500.00 2. Listrik - 1,500.00} 1,500.00} 1,500.00} 1,500.00, 1,500.00 1,500.00 3, Penyusutan - 26,823.81 | 26,823.81] 26,823.81 | 26,823.81 26,823.81 | 26,823.81 4. Bibit - 1,200.00} 1,200.00} 4,200.00] 1,200.00 1,200.00] 1,200.00 5, Pupuk AB Mix - 25,000.00 | 25,000.00} 26,000.00} 25,000.00} 25,000.00) 25,000.00 6, Obat-obatan - 2,500.00} 2,500.00] 2,500.00] 2,500.00 2,500.00] 2,500.00 7. Media tanam : 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 250.00 b. Biaya Pemetiharaan 1. Plastik UV (Atap) - : - 8,595.00 - - 8,595.00 9. Jasa Hutang : 104,076.38 | _91,200.95 | _78,325.52| 65,450.09 | 52,574.66 | _ 39,699.24 [Total Out Flow 160,942.85 | 180,850.19 | 167,974.76 | 163,694.33 | 142,223.90 | _ 129,348.47 | 125,068.05 iNet Benefit (A-B) 0.00] "-76,130.15] 16,825.24 | 21,105.67 | 42,576.10 | $5,451.53 | 115,171.95 Kriteria Investasi : fahunl Net Benefit DF 46% | NPV 48% | OF O% NPV 0% DFS% NPV 5% 0 ~160,942.85] 7.000 | -160,942.85 7.000 | -160,542.85} 1.000 | -160,942.85] 1 -76,130.19| 0.862 | -65,629.47| 1.000) -76,130.19| 0.952] — -72,504.94| 2 16,825.24 0.743 | 12,503.90 1.000] 16,825.24 0.907} 15,260.99 3 21,105.67 0.641 | 13,521.51 4.000] 21,105.67 0.864) 18,231.87 4 42,576.10 0.552] 23,514.40 1.000| 42,576.10 0.823) 35,027.46 5 55,451.53, 0.476 | 25,401.19 1,000} 55,451.53 0.764) 43,447.72 6 115,171.95 0.410 | 47,271.44 4.000 | 115,171.95 0.746 | __ 85,943.09 [Total NPV: =103,359.69} 14,057.45] -35,536.65) NECR = 0,54 IRR = 1,42% Payback Period = > 6 tahun

Anda mungkin juga menyukai