Anda di halaman 1dari 3

Ket:

Maka, ketika perasaan jengkel dan kesal ini muncul, mendorong pelaku untuk
melakukan tindakan langsung kepada targetnya (istri kaka kandung pelaku dan
selingkuhannya). Tindakan yang diambil dalam fase pertama disini adalah tindakan yang
tidak ekstrem yaitu berupa tindakan spontan awal karena dikendalikan rasa jengkel dan kesal
tersebut. Tindakannya berupa memberikan peringatan secara verbal kepada keduanya
(selingkuhan istri kaka kandungnya ataupun kepada istri kaka kandungnya langsung).
Tindakannya bertujuan menasihati bukan ancaman. Dalam keterangan dari pelaku, dia
melakukan tindakan peringatan ini sebanyak dua kali ketika memergoki kali keduanya
sedang berduaan selama 6 bulan.
Singkat cerita, setelah dua kali peringatan dilakukan oleh pelaku kepada keduanya,
hal diharapkan oleh pelaku bahwa peringatannya dapat didengarkan sehingga keduanya tidak
akan melakukan perselingkuhan lagi. Maka dari sini dapat diasumsikan, bahwa tindakan
peringatan yang dilakukan pelaku bertujuan untuk dirinya. Tujuan untuk dirinya yaitu
mencoba meminimalisir dan menghilangkan perasaan cemas, jengkel dan kesal tersebut.
Namun, ternyata tindakan pelaku tidak dihiraukan keduanya, sehingga perselingkuhan tetap
terjadi. Maka, disini terjadi peingkatan rasa jengkel dan kesal tersebut dan masuk ketahap
perasaan baru yaitu benci (emosi). Hal ini terjadi karena pelaku dalam dirinya sudah
mencapai batas perasaan jengkel dan kesal tersebut (batas kesabaran). Efek yang ditimbulkan
dari dihiraukannya peringatan yang dilakukan oleh pelaku membawa peningkatan yang
cukup besar maka timbul perasaan baru yaitu perasaan benci.
Kemudian perasaan benci yang baru sekaligus meningkatkan kembali perasaan cemas dalam
dirinya untuk mencoba membuktikan kebenaran perselingkuhan kepada kaka kandungnya
agar dipercaya. Karena kecemasan yang tidak terkendali sehingga membuat perasaan pelaku
hilang kontrol. Hilangnya keinginan untuk meminimalisir kecemasan yang mana sekaligus
meningkatkan hal lain dalam dirinya yaitu naluri namun bukan untuk meminimalisir
kecemasan melainkan naluri untuk menghilangkan secara instan kecemasan dan perasaan
bencinya secara cepat dan ekstrim. Lalu, dari hal tersebut mendorong pelaku untuk
melakukan tindakan fase kedua atau lanjutan yaitu dengan tujuan menghilangkan
kecemasannya dan memuaskan hasrat bencinya yang diharapkan memberikan efek jera pada
keduanya (istri kaka kandungnya yang berselingkuh dan selingkuhannya) untuk mengekspos
perselingkuhannya kepada masyarakat. Fase tindakan lanjutan yang dilakukan pelaku yaitu
untuk menghilangkan nyawa selingkuhan dari istri kaka kandungnya.
Jika dianalisis dalam teori sutherland dari beberapa premisnya :
Premis 1 Tingkah laku kejahatan di pelajari
Apa yang dilakukan pelaku tertanggal 12 mei 2007 merupakan suatu tindakan yang
direncakanan jika dilihat dari pasal hukumannya (340KUHP). ketika di wawancarai,
tersangka pun mengaku melakukan pembunuhan berencana yang mana hanya berdasarkan
niat dan waktu saja (tidak mempersiapkan alat maupun rute pelarian, dsb). Pembunuhan ini
kali pertama bagi tersangka dan kali pertama pula masuk penjara sehingga tersangka bukan
seorang kriminal laten melainkan warga biasa. Tindakan pembunuhan dilakukan pada pukul
11 malam ketika banyak warga tertidur, tersangka kemudian memasuki rumah korban dan
menuju kamar tidur lalu membekap korban dengan bantal ketika korban sedang tidur. Korban
kehabisan nafas dan meninggal. Setelah membunuh, tersangka sempat kabur dan pergi
kerumahnya sambil memikirkan tindakannya. Setelah itu, tersangka menyerahkan diri ke
polisi karena beranggapan jika kabur pun toh tetap akan tertangkap karena menjadi buronan
dan karena ada sidik jarinya di bantal (alat) untuk membunuh korbannya (targetnya).
Berdasarkan keterangan pelaku alasan tidak mempersiapkan alat pembunuhan karena untuk
menyamarkan dirinya, karena jika menggunakan alat atau senjata kepunyaanya maka akan
segera disadari masyarakat namun jika menggunakan barang (senjata) milik korban maka
pembunuhan akan terlihat dilakukan oleh orang lain sehingga tidak mengarah kedirinya
(karena orang-orang ada yang tahu bahwa hubungan terangka dengan korban buruk). Alasan
melakukan pembunuhan karena kesal dengan istri kaka kandung tersangka yang kerap
berselingkuh dengan korban, korban pernah di peringati 2 kali namun tetap saja berselingkuh.
Tujuannya membuat malu baik korban maupun istri kaka kandung tersangka sekaligus
membela harga diri kakak kandungnya.
Premis 2 Kejahatan itu dipelajari dari interaksi (teknik, motif, dorongan rasional dan sikap)
Tindakan membunuh yang dilakukan tersangka tidak dipelajari dari siapapun (dalam
pengakuannya) baik dari keluarga dan sebagainya karena dia berasal dari keluarga yang baik.
Namun, kondisi dimana dia seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya menjadi alasan
kecurigaan pada tersangka mengenai tindakan kejahatannya. Kecurigaan tindakan
pembunuhan yang dilakukan mungkin terinspirasi dari film, berita koran dan tv, obrolan
dengan teman, dan sebagainya dimana dia berstatus duda tinggal sendirian di rumah pasti di
asumsikan banyak menonton televisi kala waktu senggang, obrolan dengan teman dan baca
koran atau berita mengingat pekerjaannya sebagai tukang pemeach batu dan tukang cukur
yang sering beromunikasi dengan banyak orang.
Premis 4 Yang dipelajari termasuk tekik kejahatan, petunjuk, arah dan sebagainya.
Membunuh pada tengah malam dan tidak mempersiapkan senjata yang mencolok (pisau,
celurit, dsb) dapat diasumsikan rencana pembunuhan yang dilakukan tersangka. Pertama, bisa
saja terinspirasi dari film barat di televisi yang bertema pembunuhan. Karena penetapan
membunuh waktu tengah malam dan tanpa senjata apalagi menggunakan bantal (meredam
jeritan korban) yang berarti bisa membiaskan tindakan dan jejak kaki yang tertingga pada
lokasi kasus pembunuhan. Ini kerap di perlihatkan dalam film-film barat terkait agen dan
sebagainya. Kedua, bisa saja rencana yang dilakukan hanya berdasarkan asumsi rasional
tersangka untuk memudahkan aksinya tanpa menimbulkan saksi dan kecurigaan orang-orang
(memilih waktu tengah malam) karena itu adalah waktu sepi saat orang-orang banyak yang
sudah tidur di lingkungannya. lalu tidak mempersiapkan senjata mungkin nantinya akan
menggunakan alat di rumah korban untuk membiaskan jejak kaki sehingga menyamarkan
kasus bukan sebagai pembunuhan tapi sebagai bunuh diri (karena alat punya korban) atau
oleh orang lain (teman dekat korban, dsb) asumsi lai terkait alat yang digunakan bisa saja
sebagai niat kemungkinan dari tersangka untuk menjebak istri kakak kandungnya agar
disalahkan sebagai pelaku pembunuhan karena kedekatan dan hubungan gelapnya dengan
korban.
Premis 5 Mempelajari peraturan hukum (UU, pasal, dll) yang membuat dirinya menang
Dalam hal ini berdasarkan pengakuan tersangka bahwa vonisnya tidak sampai seumur hidup
atau mati karena tidak adanya saksi maka akan terkena tuntutan ringan dari pasalnya. Berarti,
tersangka cukup tahu mengenai pasal pembunuhan berencana dan melakukan tindakan
pembunuhan pada malam hari sebagai upaya meminimalisir saksi itu benar adanya walaupun
tidak bilang secara langsung dan hal tersebut diakuinya ketika diwawancarai mengapa
memilih wkatu tengah malam. Dari hal tersebut membuahkan hasil dimana tersangka
mendapat tuntutan ringan yang kemungkinan dari penuntut umum (karena pihak korban
maupun selingkuhannya tidak menuntut karena malu karena faktanya korban adalah perusak
hubungan rumah tangga orang lain dan berzina) juga mendapat keringanan vonis dari hakim
karena tidak ada pihak yang memberatkan tersangka.
Melakukan kejahatan setelah memperhitungkan untung rugi
Dalam pengakuan tersangka tentang tindakan pembunuhan berencananya, bahwa saat
pelaksaanaan tersangka telah memperhitungkan untung rugi yang mana sesuai pada premis
keempat (4). Berdasarkan kemungkinan dan pengakuan tersangka, keuntungan yang
dimaksud :
Waktu tengah malam : meminimalisir jumlah saksi meminimalisir warga yang mendengar
teriakan atau perlawanan korban saat kejadian nanti, memberikan cukup waktu pelarian
tersangka sebelum korban ditemukan warga atau pihak kepolisian, dan menyamarkan
tindakannya pelaku sebagai tindakan orang lain (orang terdekat atau selingkuhannya yang
merupakan istri dari kakak kandung tersangka).
Tidak membawa atau menggunakan alat milik sendiri (tersangka) : menggunakan bantal
untuk meredam suara perlawanan atau jeritan minta tolong korban, menggunakan bantal
korban untuk meminimalisir jejak sidik jari tersangka, menyamarkan tindakannya pelaku
sebagai tindakan orang lain (orang terdekat atau selingkuhannya yang merupakan istri dari
kakak kandung tersangka).

Jika dianalisis dalam teori tegang :


Peristiwa pembunuhan dipicu oleh suatu peristiwa perselingkuhan kakak ipar yang dilakukan
berulang-ulang walaupun sudah diperingati. Hal ini menimbulkan suatu kondisi tekanan pada
pelaku dimana ia merasa perlu mengambil tindakan agar kakaiparnya kapok dan
mempermalukannya di masyarakat sehingga memicu stress yang akhirnya menciptakan
ketegangan dengan korban (selingkuhan kaka ipar) kemudian mendorong pada tindakan
desktruktif yaitu membunuh tersebut.

Anda mungkin juga menyukai