Jovei Kurniadi
102013160
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731
Abstrak
Abstract
The metabolism of the human body is the key to know how food, toxins, drugs
metabolized so that known functions, expenses, compensation, even disorder and its
impact to the body. The thyroid gland produce thyroid hormones, which control body
metabolism speed. If cells worked even harder, then organs would work faster. To produce
thyroid hormones, the thyroid gland requires iodine element is present in food and water.
Thyroid hormone increase the metabolic activity all or most body tissues. If this so much,
hormone secretion the basal metabolism speed up from normal limits.
Keywords : thyroid, metabolism, hormone.
1
Pendahuluan
Sistem endokrin, salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh, mengeluarkan
hormon yang bekerja pada sel sasaran untuk melaksanakan aktivitas homeostatik yang antara
lain berupa, mengatur konsentrasi molekul nutrien, air, garam, dan elektrolit lain. Hormon juga
berperan besar dalam mengontrol pertumbuhan dan reproduksi serta dalam adaptasi stress.
Sistem endokrin, melalui hormon yang disekresikan dan masuk ke dalam aliran darah, umumnya
mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di bagian tengah
oleh bagian sempit kelenjar, sehingga kelenjar ini tampak seperti dasi kupu-kupu. Kelenjar ini
bahkan terletak di posisi yang tepat untuk pemasangan dasi kupu-kupu, yaitu diatas trakea, tepat
dibawah laring.1 Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui struktur organ kelenjar tiroid,
fungsi kelenjar tiroid, mekanisme pembentukan hormon tiroid, peran hipofisis anterior terhadap
pembentukan hormon tiroid dan pengaruh hormon tiroid.
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakea dan
diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus serta melintasi permukan anterior
trakea tepat dibawah kertilago tiroid setinggi cincin trachea keempat atau kelima.2,3 Pada
anterolateral lobus tiroid dibatasi oleh musculus sternohyoideus, venter superior musculus
omohyoideus, musculus sternohyoideus dan pinggir anterior musculus sternocleidomastoideus.
Di bagian posterolateral pula kelenjar ini dibatasi oleh selubung carotis dengan arteri carotis
communis, vena jugularis interna dan nervus vagus. Di bagian medial, larnyx, trachea, pharynx
dan oesophagus yang membatasi kelenjar tiroid. Pinggir posterior masing-masing lobus yang
bulat berhubungan di posterior dengan glandula parathyroidea superior dan inferior.4 Bentuk
kelenjar ini menyerupai huruf H atau mirip dasi kupu-kupu bisa dilihat pada gambar 1 dibawah
ini.
2
Gambar 1. Topografi Kelenjar Tiroid1
Kelenjar ini diperdarahi oleh arteri thyroidea superior dan arteri thyroidea inferior
sebagai arteri utama. Sedangkan untuk aliran venanya terbagi menjadi tiga yaitu vena thyroidea
superior yang akan bermuara ke vena jugularis interna, vena thyroidea medialis yang bermuara
ke vena jugularis interna juga, dan vena thyroidea inferior yang bermuara ke vena anonyma kiri.3
Untuk aliran kelenjar getah beningnya mengikuti dua aliran yaitu nnll intraglandulari dan nnll
ekstraglandularis.3 Kelenjar ini dipersarafi ganglion simpatis cervicalis media dan cervicalis
inferior dan saraf parasimpatis oleh nervus laryngea superior dan nervus laryngea recurrens.4
3
Mikroskopis Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid dibungkus oleh kapsula jaringan ikat padat kolagen irregular yang tipis,
merupakan derivate fasia cervical dalam. Jaringan ikat simpai masuk ke dalam kelenjar sebagai
septa yang membagi kelenjar menjadi banyak lobulus. Pada permukaan posterior kelenjar tiroid,
terdapat kelenjar paratiroid yang ikut diselubungi simpai kelenjar tiroid.5
Kelenjar tiroid menyimpan produk sekretorisnya dalam lumen folikel. folikel adalah
bangunan bulat mirip kista dan tersusun atas epitel selapis kuboid yang membungkus lumen
berisi koloid. Setiap folikel dapat menyimpan pasukan hormone untuk kebutuhan beberapa
minggu didalam koloidnya terikat pada glikoprotein. Ketika hormone akan dilepaskan melalui
endositosis akan dilakukan pemotongan oleh protease lisomal. Septa jaringan ikat yang berasal
dari jaringan ikat simpai masuk ke dalam jaringan parenkim bersama pembulu darah, sarah, dan
pembuluh limfe.5
Sel folikular mempunyai inti bulat sampai ovoid dengan dua anak inti dan sitoplasma
yang bersifat basofilik. Sel ini bagian apikalnya mengandung banyak lisosom, mitokondria
berbentuk batang, sebuah kompleks golgi, dan banyak vili pendek yang menjulur kedalam
koloid. Sedangkan sel parafolikular berwarna pucat dan dapat mengelompok atau menyendiri di
antara sel folikular tetapi tidak mencapai lumen folikel. Granula sekretoris ini mengandung
kalsitonin yaitu hormone peptide yang menghambat resopsi tulang oleh osteoklas. jadi kadar
kalsium dalam darah akan turun.5 Pada gambar 2 dibawah ini dapat dilihat struktur mikroskopik
dari kelenjar tiroid.
4
Fungsi Kelenjar Tiroid
Hormon tiroid disintesis dan disimpan di molekul tiroglobulin, bahan dasar untuk sintesis
hormon tiroid adalah tirosin dan iodium. Dimana keduanya harus diserap dari darah oleh sel
folikel. Tirosin, suatu asam amino, dibentuk dalam jumlah memadai oleh tubuh sehingga bukan
suatu zat essensial dalam makanan. Sebaliknya, iodium yang dibutuhkan untuk sintesis hormone
tiroid harus diperoleh dari makanan. Pembentukanm penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid
melibatkan langkah-langkah berikut1:
5
4. Kemudian, terjadi proses penggabungan antara molekul-molekul tirosin yang telah
beriodium untuk membentk hormon tiroid. Penggabungan satu MIT dan satu DIT
menghasilkan triiodotironin atau T3 Penggabungan dua DIT akan menghasilkan
tetraiodotironin atau T4 atau disebut juga tiroksin, yaitu pembentuk hormon tiroid dengan
empat iodium. Antara dua molekul MIT tidak terjadi penggabungan. Semua produk ini
tetap melekat ke tiroglobulin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam bentuk ini di koloid
sampai terurai dan disekresikan. Jumlah hormon tiroid yang tersimpan normalnya dapat
memenuhi kebutuhan tubuh untuk beberapa bulan. mengandung 140 asam amino tirosin,
dan tirosin merupakan substrat utama yang berikatan dengan iodium untuk membentuk
hormon tiroid. Hormon ini akan terbentuk dalam molekul tiroglobulin. Untuk
mensekresikan hormon tiroid, sel folikel memfagosit koloid penuh tiroglobulin.
Pelepasan hormon tiroid ke dalam sirkulasi sistemik adalah suatu proses yang agak rumit
karena dua alasan. Pertama, sebelum pembebasannya, T3 dan T4 masih terikat di dalam
molekul tirglobulin. Kedua, kedua hormon tersimpan di tempat ekstrasel, lumen folikel,
sehingga harus diangkut menembus sel folikel untuk mencapai kapiler yang berjalan di
ruang intertisium di antara folikel-folikel. Pada proses sekresi hormon tiroid, sel folikel
memutus sepotong koloid, menguraikan molekul tiroglobulin menjadi bagian-bagiannya,
dan mengeluarkan T3dan T4 yang telah dibebaskan ke dalam darah. Pada stimulasi yang
sesuai yang sesuai untuk sekresi hormon tiroid, sel-sel folikel meninternalisasi sebagian
kompleks tiroglobulin-hormon dengan memfagosit sepotong koloid. Di dalam sel, butir-
butir koloid terbungkus membran menyatu dengan lisosom, yang enzim- enzimnya
memisahkan hormone hormon tiroid, yang aktif secara biologis, T3 dan T
4, serta iodotirosin yang inaktif, MIT dan DIT. Hormon tiroid karena sangat lipofilik,
mudah melewati membran luar sel folikel dan masuk ke dalam darah. MIT dan DIT tidak
memiliki nilai endokrin. Sel-sel folikel mengandung suatu enzim yang secaracepat
mengeluarkan iodium dari MIT dan DIT sehingga iodium yang telah bebas ini dapat
didaur ulang untuk membentuk lebih banyak hormon. Enzim yang sangat spesifik ini
akan mengeluarkan iodium hanya dari MIT dan DIT, bukan dari T3 atau T4. Setelah
dikeluarkan ke dalam darah, molekul-molekul hormon tiroid yang sangat lipofilik
berikatan dengan beberapa protein plasma. Sebagian besar T3 dan T
4 diangkut oleh thyroxine-binding globulin, suatu protein plasma yang secara selektif
6
berikatan hanya dengan hormone tiroid. Kurang dari 0,1% T4 dan kurang dari 1% T3
tetap berada dalam bentuk bebas. Hal ini luar biasa mengingat hanya bentuk bebas dari
keseluruhan hormon tiroid, yang memiliki akses ke reseptor sel sasaran dan menimbulkan
efek. Sekitar 90% dari produk sekretorik yang dibebaskan dari kelenjar tiroid adalah
dalam bentuk T4 namun T3 memiliki aktivitas biologik empat kali lebih kuat. Meskipun
demikian, sebagian besar dari T4 disekresikan diubah menjadi T3, ataudi aktifkan,
ditinggalkan satu iodiumnya di luar kelenjar tiroid, terutama di hati dan ginjal. Sekitar
80% T3 dalam darah berasal dari T4 yang telah mengalami proses di perifer. Karena itu,
T3 adalah bentuk hormon tiroid utama yang aktif secara biologis di tingkat sel, meskipun
kelenjar tiroid terutama menghasilkan T4.1
Thyroid-stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anterior, adalah
regulator fisiologis terpenting bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam
pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH.1
Pengaturan sehari-hari kadar hormon tiroid bebas tampaknya dilaksanakan oleh umpan-
balik negatif antara tiroid dan hipofisis anterior, sementara penyesuaian jangka-panjang
diperantarai oleh hipotalamus. Tidak seperti sebagian besar sistem hormonal lain, pada orang
dewasa hormon-hormon di sumbu tiroid secara normal tidak mengalami pergeseran sekresi yang
mendadak dan lebar. Kecepatan sekresi hormon tiroid yang relatif stabil sesuai dengan respons
terhadap hormon yang bersifat lamban dan berlangsung lama; peningkatan atau penurunan kadar
hormon tiroid dalam plasma yang endadak tidak memiliki nilai adaptif. Satu-satunya faktor yang
diketahui meningkatkan sekresi TRH (dan dengan demikian, TSH dan hormon tiroid) adalah
pajanan ke dingin pada bayi; keadaan ini merupakan mekanisme yang sangat adaptif pada bayi
baru lahir. Peningkatan drastis sekresi hormon tiroid penghasil panas diperkirakan ikut berperan
dalam mempertahankan suhu tubuh dalam mengahdapi penurunan mendadak suhu lingkungan
pada saat lahir, sewaktu bayi berpindah dari tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang
lebih dingin. Pada orang dewasa, respons TSH serupa terhadap pajanan dingin tidak terjadi,
8
walaupun hal ini secara fisiologis masuk akal dan memang terjadi pada beberapa jenis hewan
percobaan.1
Berbagai jenis stres diketahui menghambat sekresi TSH dan hormon tiroid, diperkirakan
melalui pengaruh saraf pada hipotalamus, walaupun makna adaptif inhibisi ini belum jelas.1
- Karbohidrat
9
- Protein
Yang berkaitan erat dengan efek metabolik keseluruhan dari hormon tiroid adalah efek
kalorigenik (penghasil panas). Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan
produksi panas.1
Hormon tiroid meningkatkan metabolisme sebagian besar tubuh, kelebihan hormon ini
akan meningkatkan laju metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen diatas nilai
normalnya. Sebaliknya, bila tidak ada hormon tiroid yang dihasilkan, maka laju metabolisme
basal menurun sampai hampir setengah nilai normal.1
- Pertumbuhan
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan yang normal. Efek hormon tiroid dalam
mendorong pertumbuhan tampaknya merupakan efek sekunder dari efeknya pada hormon
pertumbuhan. Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga
mendorong efek hormon pertumbuhan pada sintesis protein struktural baru dan pada
pertumbuhan rangka. Anak yang mengalami defisiensi tiroid mengalami gangguan pertumbuhan,
yang reversibel jika anak tersebut diberi hormon tiroid pengganti. Namun, tidak seperti kelebihan
hormon pertumbuhan, kelebihan hormon tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan.1
10
Kesimpulan
Di daerah pegunungan, didapati pasien dengan pembesaran pada bagian leher dan
beberapa siswa SD tampak lebih kecil dan pendek karena adanya pengaruh dari hormon tiroid.
T3 dan T4 adalah hormon yang secara kolektif di sebut hormone tiroid yang penting untuk laju
metabolic basal (BMR) kelebihan atau kekurangan hormone kelenjar tiroid berdampak pada
perkembangan kelenjar tiroid seperti pembesaran kelenjar tiroid.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke 2. Jakarta: EGC; 2001.
2. Evelyn CP. Anantomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: Gramedia; 2009. h.281-4
3. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h.208-10
4. Snell RS. Kepala dan leher dalam Anatomi klinis. Alih bahasa, Sugiharto L. Ed 6.
Jakarta: EGC; 2006. h.705-6.
5. Leslie PG, James LH. Buku ajar berwarna histology. Singapura: Elsevier; 2007. h.303-7.
6. Tandra H. Mencegah dan mengatasi penyakit tiroid. Jakarta: Gramedia; 2011.
11