Anda di halaman 1dari 125

KANDUNGAN GIZI DALAM 100 G KACANG HIJAU

Energi 345 kal


Protein 22,2 g
Lemak 1,2 g
Karbohidrat 62,9 g
Serat 4,1 g
Kalsium 125 mg
Fosfor (320) mg
Besi 6,7 mg
Vitamin A 157 IU
Vitamin B1 0,64 mg
Vitamin C 6 mg
Air 10 g
Jumlah Kandungan Lemak Daun Kelor = 1,7 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Daun Kelor = 14,3 gr
Jumlah Kandungan Protein Daun Kelor = 6,7 gr
Jumlah Kandungan Fosfor Daun Kelor = 70 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Daun Kelor = 7 mg
Jumlah Kandungan Kalsium Daun Kelor = 440 mg
Jumlah Kandungan Energi Daun Kelor = 82 kkal
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Daun Kelor = 0,21 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Daun Kelor = 220 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Daun Kelor = 11300 IU

Tepung ikan merupakan tepung yang diperoleh dari penggilingan ikan dan termasuk bahan
essensial yang sangat diperlukan untuk campuran pakan ternak sebagai sumber protein untuk
mempercepat pertambahan berat badan. Mutu tepung ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain jenis dan kesegaran ikan dan teknik atau cara pengolahannya. Mutu tepung ikan dapat
dinilai secara fisik, kimia, mikrobiologi. Secara fisik, kriteria yang dinilai adalah bentuk dan
keseragaman ukuran partikel tepung. Penilaian secara kimiawi dilakukan dengan mengukur
kandungan protein, lemak, air dan abu. Secara mikrobiologi, tepung ikan harus terbebas dari
bakteri patogen seperti Salmonella dan kapang. Tepung ikan yang bermutu baik harus
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: mempunyai butiran yang seragam, bebas dari sisa-sisa
tulang dan benda-benda asing lainnya.
Sumber: janathafishmeal.com

Baca Juga

Standar dan Cara menghitung FCR Ayam Broiler


Manfaat Dan Kandungan Air Rebusan Kedelai Untuk Ternak
Pengertian Pakan Ternak

Berdasarkan The International Association of Fish Meal Manufacture (Donald et al., 1981)
dinyatakan bahwa kualitas tepung ikan dapat dibagi menjadi empat golongan, sebagai berikut:

1. Kandungan protein tinggi yaitu mengandung protein lebih dan 680 g/kg dan kurang dan
90 g minyak/kg.
2. Kandungan protein reguler yaitu mengandung protein antara 640-679 g/kg dan
kandungan minyak cukup banyak yaitu 130 g/kg.
3. Protein regular dengan kandungan minyak rendah yaitu 640-679 g protein/kg dan
kandungan minyak 60 g/kg.
4. Protein standar yaitu kandungan protein 600-639 g/kg.

Tepung ikan yang dipasarkan memiliki protein kasar 65%, tetapi dapat bervariasi dari 57-70%
tergantung pada spesies ikan yang digunakan (Maigualema dan Gernet, 2003). Menurut Jassim
(2010) komposisi kimia tepung ikan, yaitu protein kasar 60%, kadar air 2,5%, lemak 2,54%, dan
kadar abu 1,2%. Di samping mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tepung ikan juga
merupakan sumber mineral, misalnya kandungan unsur kalsium yang cukup tinggi yaitu 80 g/kg,
kemudian fosfor 35 g/kg dan juga sejumlah mineral lainnya seperti magnesium, besi dan iodin.
Kemudian tepung ikan juga sebagai sumber vitamin misalnya vitamin B komplek, khususnya
koline, B-12 dan riboflavin (Donald et al., 1981). Pencampuran tepung ikan ke dalam pakan
ternak dilakukan ketika pemberian pakan pada hewan usia muda, yaitu mempercepat
pertumbuhan pada tahap awal dan tahap akhir sehingga menaikkan berat badan yang biasanya
dicampurkan dalam pakan sekitar 3-10%

Sumber:
Donald, P., R. Edwards, And J. Greenhalgh. 1981. Animal Nutrition. 3rd Ed. Longman, London.
Jassim, J.M. 2010. Effect of using local fish meal (Liza abu) as protein concentration in broiler diets. J.
Poultry Sci., 9(12):1097-1099.
Maigualema, M.A. and A.G. Gernet. 2003. The effect of feeding elevated levels of Tilapia
(Oreochromus niloticus) by product meal on Broiler performance and Carcass characteristics. J.
Poultry Sci., 2:195:199.
Yuningsih. 2002. Kualitas Tepung Ikan Sebagai Campuran Pakan Unggas Dan Gambaran Toksisitasnya.
Balai Penelitian Veteriner, P. 0. Box 52, Bogor. Wartazoa Vol. 12 No. 3
Home Kandungan Gizi T Isi Kandungan Gizi Tepung Ikan - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan

Isi Kandungan Gizi Tepung Ikan - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan


godam64 14:55 1 Komentar

Tepung Ikan adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tepung Ikan
mengandung energi sebesar 316 kilokalori, protein 60,1 gram, karbohidrat 22,4 gram, lemak 6,5 gram,
kalsium 3196 miligram, fosfor 1976 miligram, dan zat besi 16,6 miligram. Selain itu di dalam Tepung
Ikan juga terkandung vitamin A sebanyak 1083 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil
tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tepung Ikan, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 100 %.

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Tepung Ikan :

Nama Bahan Makanan : Tepung Ikan


Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Tepung Ikan yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Tepung Ikan yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Tepung Ikan = 316 kkal
Jumlah Kandungan Protein Tepung Ikan = 60,1 gr
Jumlah Kandungan Lemak Tepung Ikan = 6,5 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Ikan = 22,4 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Ikan = 3196 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Ikan = 1976 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Ikan = 16,6 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Ikan = 1083 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Ikan = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Ikan = 0 mg
Khasiat / Manfaat Tepung Ikan : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : T
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber
lainnya.
Keterangan :
Riset/penelitian pada Tepung Ikan yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil yang didapat
karena

godam64 08:55 Komentari


Kacang Kedelai adalah bahan makanan kacang-kacangan yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Kacang Kedelai mengandung energi sebesar 381 kilokalori, protein 40,4
gram, karbohidrat 24,9 gram, lemak 16,7 gram, kalsium 222 miligram, fosfor 682 miligram, dan
zat besi 10 miligram. Selain itu di dalam Kacang Kedelai juga terkandung vitamin A sebanyak 0
IU, vitamin B1 0,52 miligram dan vitamin C 121,7 miligram. Hasil tersebut didapat dari
melakukan penelitian terhadap 100 gram Kacang Kedelai, dengan jumlah yang dapat dimakan
sebanyak 100 %.

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kacang Kedele :

Nama Bahan Makanan : Kacang Kedelai


Nama Lain / Alternatif : Kacang Kedele
Banyaknya Kacang Kedelai yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Kacang Kedelai yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Kacang Kedelai = 381 kkal
Jumlah Kandungan Protein Kacang Kedelai = 40,4 gr
Jumlah Kandungan Lemak Kacang Kedelai = 16,7 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Kacang Kedelai = 24,9 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Kacang Kedelai = 222 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Kacang Kedelai = 682 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Kacang Kedelai = 10 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Kacang Kedelai = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kacang Kedelai = 0,52 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Kacang Kedelai = 121,7 mg
Khasiat / Manfaat Kacang Kedelai : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : K
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta
sumber lainnya

Home Pupuk Urea Kandungan Pupuk Urea

Kandungan Pupuk Urea


Kandungan pupuk urea secara global terdiri dari 46% nitrogen dan 54% zat pembawa (carrier). Hal ini
berarti, di dalam 100 kg urea terdapat sebanyak-banyaknya 46 kg nitrogen tersedia dan 56 kg zat
pembawa yang tidak memberikan efek positif bagi tanaman. Itupun dari 46% nitrogen tersedia yang
terkandung dalam pupuk urea, biasanya hanya separuhnya saja yang dapat dikonsumsi tanaman,
selebihnya nitrogen tersebut hilang karena pencucian (leaching) oleh air tanah mapun karena
penguapan (evaporasi).

Kandungan Pupuk Urea Dimanfaatkan sebagai Penambah Hara Tanah

Kandungan nitrogen adalah satu-satunya zat yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan
tanaman. Nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman memang tersedia cukup banyak dalam pupuk
urea. Berbeda dengan zat pembawanya yang justru banyak memberikan efek negatif bagi tanah seperti
pemadatan, nitrifikasi, dan lain sebagainya. Kendati demikian, tanpa zat pembawa, urea tidak akan
dapat diproduksi dan diaplikasikan seperti sekarang ini.

Pupuk urea memang menjadi pupuk anorganik yang sangat digemari oleh petani Indonesia. Selain
karena harganya yang relatif murah, manfaat dan fungsi pupuk urea juga dapat langsung dilihat setelah
diaplikasikan pada pertumbuhan tanaman. Pupuk yang memiliki sifat higroskopis (mudah menyerap air)
ini sering membatu jika tidak ditempatkan dengan sistem penyimpanan yang tepat.

Berbicara masalah kandungan pupuk urea, tentu tidak terlepas dari komposisi zat pembawanya. Dalam
54% zat pembawa tersebut nyatanya terdapat kandungan karbondioksida yang terikut saat proses
pembuatan pupuk urea berlangsung. Kandungan karbondioksida ini jumlahnya cukup banyak, apalagi
jika pupuk urea telah mengalami penguraian, jumlah karbondioksidanya pun akan semakin banyak.

Kandungan karbondioksida dalam pupuk urea sebetulnya masih memiliki beberapa manfaat seperti
membantu proses fotosintesis dan menyediakan nutrisi bagi organisme anaerob tanah yang
menguntungkan bagi tanaman. Selain karbondioksida, di dalam urea juga terkandung senyawa biuret
yang terikut saat proses purifikasi dalam pembuatan pupuk urea. Senyawa biuret ini sangat menggangu
pertumbuhan tanaman, oleh karena itu jumlah senyawa biuret dalam urea dibatasi keberadaannya pada
persentase tertentu. Senyawa biuret ini adalah salah satu senyawa yang memacu timbulnya berbagai
jenis penyakit pada tanaman. Itulah sebabnya mengapa setelah dipupuk urea biasanya tanaman akan
menjadi sangat rentan terhadap berbagai penyakit.

Demikianlah pembahasan mengenai kandungan pupuk urea. Pupuk urea memang harus diketahui apa
saja kandungannya agar kita tidak salah dalam melakukan aplikasi pemupukan pada tanaman.

Manfaat Garam dan Kandungan Mineral dalam Garam Dapur


Pada garam dapur terkandung unsur sodium dan chlor (NaCl). Dimana unsur sodium sangat penting
untuk mengatur proses keseimbangan cairan di dalam tubuh, disamping fungsinya dalam mengatur
kelancaran proses transmisi saraf dan kerja otot. Tubuh manusia sebenarnya hanya membutuhkan
kurang dari 7gr garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg sodium.

Satu sendok teh garam dapur setara dengan 2.000 mg sodium. Sodium yang terkandung dalam setiap
menu modern rata-rata ialah sekitar 500 mg. Acapkali dalam menu makanan harian kita justru
mengandung berlebihan garam dari yang sekedar kita butuhkan oleh tubuh. Hasilnya, kinerja organ
ginjal jadi 6 kali lebih berat untuk membuangnya. Selain itu, konsumsi garam berlebihan bagi tubuh juga
mutlak menyebabkan darah tinggi. Tidak hanya hipertensi, orang yang mengidap penyakit jantung pun
perlu membatasi asupan sodium pula. Begitu juga jika mengidap penyakit ginjal dan gangguan hati.

Beberapa jenis makanan yang banyak mengandung sodium, antara lain seperti soda kue, bubuk soda
sebagal pengawet, obat pencahar, makanan yang dipanggang, keju, makanan kaleng dan laut, serta
sereal. Sementara beberapa jenis makanan yang memiliki kadar rendah sodium antara lain seperti buah
dan sayur-mayur segar, daging dan unggas segar.

Penting diketahui, kekurangan garam sama berbahayanya dengan berlebihan garam. Kekurangan
sodium dan chlor secara drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal. Diiringi gejala pembengkakan
(oedema), kaki bengkak yang disebabkan penyakit jantung.

Adapun pembatasan konsumsi terbagi menjadi 3 kategori:

Diet ketat : cukup 500 gr sodium atau setara 1,5 gr garam dapur.
Diet Sedang : cukup 800 gr sodium atau setara 2 gr garam dapur.
Diet Ringan : cukup 2000 gr sodium atau setara 5 gr garam dapur.

Berikut penjabaran kandungan mineral yang terdapat dalam garam yang biasa kita konsumsi sehari-hari
dari makanan maupun minuman.

1. Yodium

Zat mineral yodium biasanya terdapat pada garam dapur yang tersedia bebas di pasaran, namun
pastikan garam yang anda beli memiliki kandungan yodium. Karena zat ini berperan penting
untuk membantu perkembangan kecerdasan atau kepandaian pada anak pada masa
pertumbuhannya.

2. Phospor

Phosfor berfungsi untuk pembentukan tulang dan membentuk gigi.

3. Cobalt

Cobalt memiliki fungsi untuk membentuk pembuluh darah.

4. Kalsium

Kalsium atau zat kapur merupakan zat mineral yang memiliki fungsi dalam pembentukan tulang
dan gigi disamping perannya dalam vitalitas otot pada tubuh.

5. Kalium

Kalium berfungsi sebagai pembentuk aktivitas otot jantung.

5. Zinc atau Seng

Diperlukan untuk pembentuk enzim dan hormon penting.

7. Sulfur atau Belerang

Berfungsi dalam proses pembentuk protein di dalam tubuh.


8. Chlor

Chlor digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl sendiri
berfungsi membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung serta mengaktifkan pepsinogen
menjadi pepsin.

9. Magnesium

Magnesium berfungsi sebagai zat yang pembentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen
dan hemoglobin.

10. Mangaan

Mangaan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan tubuh kita dan sistem reproduksi.

11. Tembaga

Tembaga pada tubuh manusia berguna sebagai pembentuk hemo globin pada sel darah merah.

12. Natrium / Na

Natrium adalah zat mineral yang kita andalkan sebagai pembentuk faram di dalam tubuh dan
sebagai penghantar impuls dalam serabut syaraf dan tekana osmosis pada sel yang menjaga
keseimbangan cairan sel dengan cairan yang ada di sekitarnya.
13. Flour
Memiliki peran dalam pembentukan lapisan email gigi yang melindungi dari segala macam gangguan
pada gig

Kandungan dan Manfaat Cangkang Telur dalam Industri Pangan 07 Maret 2017 06:42:11
Diperbarui: 07 Maret 2017 08:41:04 Dibaca : 78 Komentar : 0 Nilai : 0 Durasi Baca : 1 menit
Kandungan dan Manfaat Cangkang Telur dalam Industri Pangan Anonim. 2015. 9 Manfaat
Cangkang Telur Bagi Kesehatan Kerajinan Kecantikan . Available at:
http://manfaat.co.id/manfaat-cangkang-telur# (diakses pada tanggal 7 Maret 2017). Masyarakat
Indonesia mengkonsumsi telur setiap harinya, tidak hanya dalam skala rumah tangga namun juga
telur sebagai bahan baku pembuatan makanan di industri besar. Sehingga banyak cangkang telur
yang terbuang karena pada umumnya yang dikonsumsi adalah putih dan kuning telur. Namun
ternyata cangkang telur juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku untuk industri
makanan yang ramah lingkungan yaitu menjadi tepung yang fungsinya sama seperti tepung
terigu. Lalu bagaimana kandungan yang ada didalam cangkang telur? Kandungan yang ada
didalam cangkang telur terdiri dari mengandung 94% kalsium karbonat, 1% kalium phospat, dan
1% magnesium karbonat .Menurut Daengprok dalam Journal Agricultural and Food Chemistry
51:6056-6061 bahwa kalsium dari cangkang telur merupakan suplemen yang sempurna untuk
bahan pangan. Kalsium dari cangkang telur berfungsi meningkatkan densitas mineral dalam
tulang untuk penderita osteoporosis. Selain itu cangkang telur yang diolah menjadi tepung ini
memiliki rasa yang lebih lezat dan gurih dikarenakan kandungan amilum yang tidak ada pada
tepung terigu.Sedangkan kekurangannya teksturnya masih kasar menyerupai pasir, tepung
cangkang telur ini masih membutuhkan pengolahan tambahan untuk mencapai kelembutan yang
menyerupai tepung terigu. Yuk, mari simak cara pembuatan tepung cangkang telur ini. Pertama
kulit telur di cuci bersih, buang sisa telur dan lapisan dalam telur, jadi hanya murni cangkang
telur saja yang di pakai. Setelah dicuci bersih kulit telur di rebus atau di kocor air panas sekitar
setengah jam, lalu di keringkan, baru di giling tepung. afifah indah /afifahindahn Selengkapnya...
IKUTI Share Share 0 0 JADIKAN FAVORIT

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/afifahindahn/kandungan-dan-manfaat-cangkang-
telur-dalam-industri-pangan_58bdf3d3a3afbdeb10b3a1cf

Berikut ini contoh format laporan praktikum Biologi yang menurut saya baik dan lengkap.
Silahkan simak dan sesuaikan dengan tema praktikum Anda.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi
fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang
memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat
berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari
terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang
berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).

dst

Latarbelakang berisi dasar teori singkat yang berisi penjelasan ringkas mengenai konsep yang
relevan/berhubungan dengan tema praktikum, atau sesuatu yang mendorong mengapa kamu
melakukan praktikum tersebut.
1.2 Tujuan

Tujuan percobaan tentang fotosintesis ini adalah untuk:

1. membuktikan bahwa dalam fotosintesis dihasilkan oksigen (O2)


2. mengamati pengaruh cahaya dan CO2 terhadap pembentukan oksigen pada proses fotosintesis
3. mengetahui ada tidaknya simpanan amilum dalam jaringan daun yang diberi perlakuan cahaya
matahari berbeda

dst

Tujuan berisi konsep yang apa diuji atau yang ingin diketahui atau hasil yang diharapkan dalam
praktikum.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum fotosintesis ini berlangsung pada hari Senin tanggal 15 dst

2.2 Alat dan Bahan

Alat alat yang digunakan dalam praktikum tentang fotosintesis ini adalah beaker glass, corong
kaca, tabung reaksi, cawan petri, lampu spiritus/kompor, dst

2.3 Prosedur kerja

Fotosintesis

1. Dimasukkan beberapa cabang Hydrilla verticillata yang sehat sepanjang kira-kira 15 cm


dst

Metode praktikum berisi tentang uraian prosedur kerja, alat dan bahan, waktu pelaksanaan
praktikum, tim/kelompok praktikum dsb.

dst

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Pengamatan


Data hasil pengamatan berisi catatan hasil praktikum. Data yang dicatat bisa berupa data numerik
(angka) atau pengamatan terhadap suatu peristiwa. Untuk mempermudah biasanya dituangkan
dalam bentuk tabel.

3.2 Pembahasan

Pada percobaan tentang proses fotosintesis, Hydrilla verticillata dengan panjang yang telah
ditentukan dimasukkan ke dalam corong kaca yang ditutup dengan tabung reaksi dan kemudian
ke dalam beaker glass yang berisi air sampai penuh, apabila dilakukan perlakuan dengan
memberikan cahaya pada Hydrilla verticillata tersebut akan menghasilkan gelembung udara yang
banyak, dst

Pembahasan berisi tentang uraian hasil praktikum. Pembahasan ini umumnya bisa dipermudah
dengan mensinkronkan antara hasil eksperimen dengan teori. Tidak masalah jika hasil praktek
sesuai dengan teori. Yang jadi persoalan bila hasil praktikum tidak sesuai dengan teori. Kasus ini
sering disebut dengan anomali praktikum.

Untuk menghindari masalah ini rancanglah prosedur percobaan dengan baik dan cermat. Selain
itu Anda juga harus memahami benar mengenai variabel bebas, variabel terikat, variabel kontrol,
serta faktor lain yang kiranya bisa menyebabkan munculnya anomali tersebut.

Untuk lebih jelas lagi silahkan baca di sini.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Fotosintesis adalah suatu proses metabolisme dalam tanaman untuk membentuk karbohidrat
dengan memakai karbondioksida (CO2) dari udara dan air (H2O) dari dalam tanah dst

Kesimpulan berisi penegasan konsep hasil praktikum secara singkat, dan disesuaikan dengan
tujuan praktikum dengan berlandaskan hasil eksperimen. Jika tujuan praktikum ada lima item
misalnya, maka kesimpulan bisa ditarik berdasarkan setiap item tujuan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar literatur yang digunakan sebagai acuan dasar teori. Anda boleh mencantumkan
sumber apa saja di sini, mulai buku, laporan ilmia, maupun artikel pada suatu situs tertentu.
Semakin banyak literatur yang relevan dan berkualitas, maka dasar teori Anda semakin bagus.

Jika ada pertanyaan, tambahan, atau koreksi, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga berguna.
Beranda contoh surat 3 CONTOH KATA PENGANTAR MAKALAH YANG BAIK

3 CONTOH KATA PENGANTAR MAKALAH YANG BAIK


Oleh hengki kristianto

Tuesday, March 1, 2016

Contoh Kata Pengantar Makalah Yang Baik ~ Saat membuat makalah harus disertai kata pengantar
untuk melengkapi susunan sebuah karya tulis ilmiah, Baik itu dari sekolah menengah maupun dari
kampus. Isi pengantar makalah biasanya terdiri dari ucapan syukur kepada Sang Pencipta, ucapan
terimakasih kepada guru pembimbing, ataupun instansi terkait.

Dalam kata pengantar boleh juga ditambahkan harapan-harapan dari penulis termasuk saran maupun
kritik hingga manfaat dari makalah yang telah dibuatnya tersebut.

Susunan sebuah kata pengantar makalah harus dibuat sedemikian rapi dan teratur dengan dilengkapi
tata bahasa yang baik dan benar sehingga memudahkan untuk dibaca dan dimengerti akan makna yang
tertuang di dalamnya.

Di bawah ini saya tuliskan beberapa contoh kata pengantar makalah yang baik dan benar agar dapat
dijadikan bahan regerensi bagi Anda yang memerlukannya, Silahkan disimak ya

Contoh Kata Pengantar Makalah 1

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

Contoh Kata Pengantar Makalah 2

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Maret 2015

Penyusu

Laporan Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum

by sobah March 25, 2015

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh :

Nurus Sobah

13/349268/PT/06587

Kelompok VII

Asisten : Meita Puspa Dewi

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK

BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015
BAB I

PENDAHULUAN

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan
organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu
kesehatan ternak. Bahan pakan merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk
menunjang kehidupan ternak dalam melakukan semua proses metabolisme dalam tubuh, mulai
dari sistem digesti, respirasi, sirkulasi, pertumbuhan dan perkembangan, sistem hormon, sistem
limfoid dan syaraf, sistem gerak, sistem kekebalan tubuh (imun), ekskresi maupun reproduksi.

Pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang nantinya akan berpengaruh
pada produktivitas ternak serta pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pakan yang dibutuhkan
harus memiliki kualitas baik yaitu pakan yang mengandung seluruh nutrien yang dibutuhkan
oleh ternak. Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan dapat diketahui melalui beberapa analisis
bahan pakan salah satunya yaitu analisis proksimat. Bahan pakan perlu dianalisa kandugan
nutrienya. Ada beberapa metode analisa yang digunakan menentukan kandungan bahan pakan.
Metode yang sering digunakan adalah metode analisis proksimat. Disebut analisis proksimat
karena nilai yang diperoleh mendekati nilai komposisi yang sebenarnya.

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi
seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau
pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen-komponen lain dengan
jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah
sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi
atau nilai sesungguhnya.

Tujuan dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah untuk mengetahui
kandungan nutrien dari sampel bahan pakan dengan menggunakan metode analisis proksimat.
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah dapat
mempraktikkan secara langsung prosedur analisis proksimat untuk mengetahui kandungan
nutrien dari suatu sampel atau bahan pakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pakan atau dulu disebut bahan makanan ternak (feed) adalah segala sesuatu yang dapat
dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, tanpa mengganggu kesehatan pemakannya,
dan bermanfaat bagi pemakannya (Utomo et al., 2008). Bahan pakan adalah suatu bahan yang
dapat dimakan oleh hewan ternak yang mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya)
yang dibutuhkan tubuh ternak (Hartadi et al., 1997). Kamal (1994), menyatakan bahwa bahan
pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat diabsorbsi, bermanfaat bagi ternak dan
tidak menganggu kesehatan ternak tersebut. Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan
nutrien atau komposisi kimianya.

Bahan pakan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu air dan bahan kering. Bahan kering dibagi
menjadi bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri dari karbohidrat, lipida,
protein dan vitamin. Bahan organik hanya terdiri mineral (Tillman et al., 1998). Komposisi
susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan dapat diketahui dengan dilakukan analisis
kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dari Weende Experiment Station
di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan komponen
bahan pakan yang ada pada makanan. Metode analisis proksimat ini, komponen bahan pakan
dapat dikelompokkan dalam bahan kering (dry matter), abu (ash), ekstrak ether, serat kasar
(crude fibre), protein kasar (crude protein), dan ekstrak tanoa nitrogen (ETN) (Utomo et al.,
2008).

Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia serta penggunaannya, bahan pakan dibagi menjadi
8 klas : Klas 1 adalah hijauan kering (dry forages) dan jerami (roughages) yaitu semua hijauan ,
jerami serta produk lain yang serat kasar >18%, dinding sel >35%, contohnya hay (hijauan
kering), jerami padi, stover, sekam, daging buah (pod). Klas 2 adalah pasture (tanaman
padangan) yaitu semua hijauan (forages) yang diberikan segar dipotong atau tidak, contohnya
rumput gajah, rumput raja, daun lamtoro, daun turi, daun nangka, ketela pohon. Klas 3 silage
(silase) yaitu semua silage yang berasal dari hijauan (rumput, tanaman jagung dan sebagainya),
tidak termasuk seilage umbu, silage bebijian, dan silage ikan. Klas 4 adalah sumber energi yaitu
bahan pakan yang mengandung serat kasar <18%, dinding sel <35%, dan protein kasar <20%,
contohnya bebijian, umbi. Kekacangan, hasil ikutan industri pertanian (dedak halus, onggok, dan
tetes). Klas 5 adalah sumbeer protein yaitu bahan pakan yang mengandung serat kasar <18%,
dinding sel <35%, dan protein kasar 20%, contohnya biji legume, bungkil, bahan pakan asal
hewan dan ikan. Klas 6 adalah sumber mineral yaitu bahan pakan yang digunakan sebagai
sumber mineral, contohnya batu kapur, tepung tulang. Klas 7 sumber vitamin, termasuk hasil
peragian. Klas 8 adalah additive yaitu bahan tambahan, contohnya hormon, pewarna, obat-
obatan, antibiotik (Utomo et al,. 2008).

Nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan tanaman buah yang populer yang banyak
ditanam di Thailand dan daerah tropis lainnya. Buah yang matang banyak mengandung daging
buah warna kuning dengan rasa manis dan terdapat biji di dalamnya. Benih nangka berukuran 10
sampai 15% dari total buah dan memiliki karbohidrat dan protein tinggi (Tulyathan et al., 2001).
Nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman ini menyukai
wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun dimana keringnya tidak terlalu keras.
Pohon tinggi 20 sampai 30m, permukaan batang kasar, diameter kurang lebih 80cm, bergetah
putih, kayunya bagian dalam berwarna kekuningan. Daun nangka berbentuk bulat telur dan
panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan bertangkai pendek. Permukaan atas
daun berwarna hijau tua mengilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Di
daerah aslinya, nangka tumbuh di hutan-hutan selalu hijau pada ketingiian 400 sampai 1200m.
Namun pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada daerah beriklim hangat dan
lembab pada ketinggian di bawah 1000 mdpl dan dengan curah hujan 1500 mm atau lebih.
Tumbuhan ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan dengan ditanam pada kedalaman yang
cukup, memiliki drainase yang baik, pada tanah berpasir atau tanah liat dengan pH tanah 6,0
sampai 7,5 (Rukmana, 1997). Klarifikasi tumbuhan nangka, sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatopyta

Kelas : Dicotyledone

Ordo : Morales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus heterophyllus

Daun nangka (Artocarpus heterophyllus Lam) mengandung saponin, flavonoid, dan tanin, pada
buah nangka yang masih muda dan akarnya mengandung saponin. Senyawa saponin, flavonoid,
dan tannin dapat bekerja sebagai antimikrobia dan merangsang pertumbuhan sel baru. Senyawa
saponin akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel bakteri. Senyawa flavonoid
mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
diperbaiki lagi (Pelczar , 1998 dalam Hamzah, 2013). Sasongko et al., (2010) menyatakan bahwa
daun nangka banyak mengandung tanin. Hal tersebut diperkuat oleh Kurniawati (2008) dalam
Sasongko et al., (2010), bahwa setelah dilakukan penentuan kadar tanin pada beberapa hijauan
pakan yang belum banyak dikenal dengan menggunakan metode total phenol dan total tanin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar total tanin pada daun nangka relatif tinggi
dibandingkan dengan hijauan pakan lainnya.

Keberadaan tanin di sisi lain berdampak positif jika ditambahkan pada pakan yang tinggi akan
protein baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini disebabkan protein yang berkualitas tinggi
dapat terlindungi oleh tanin dari degradasi mikroorganisme rumen sehingga lebih tersedia pada
saluran pencernaan pasca rumen. Kompleks ikatan tanin-protein kemudian dapat lepas pada pH
rendah di abomasum dan protein dapat didegradasi oleh enzim pepsin sehingga asam-asam
amino yang dikandungnya tersedia bagi ternak. Hal ini menjadikan tanin sebagai salah satu
senyawa untuk memanipulasi tingkat degradasi protein dalam rumen (Jayanegara dan Sofyan,
2008).

BAB III

MATERI DAN METODE


Materi

Pengamatan fisik

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum pengamatan fisik adalah lembar kerja
praktikum dan alat tulis.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan fisik adalah daun nangka
(Artocarpus heterophyllus).

Penetapan kadar air

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar air adalah silica disk,
desikator, tang penjepit, oven pengering (105 sampai 110oC), dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar air adalah daun nangka
(Artocarpus heterophyllus).

Penetapan kadar abu

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar abu adalah silica disk,
desikator, tang penjepit, oven pengering (105 sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC), dan
timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar abu adalah Artocarpus
heterophyllus.

Penetapan kadar serat kasar

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar serat kasar adalah beaker
glass 600 ml, pemanas, saringan linen, serat gelas (glass wool), alat penyaring crucible, gelas
arloji, tang penjepit, desikator, oven pengering (105 sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC),
dan timbangan analitik.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar serat kasar adalah
Artocarpus heterophyllus, H2SO4 1,25%, NaOH 1,25%, dan etil alkohol 95%.

Penetapan kadar protein kasar

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar protein kasar adalah labu
kjeldahl 650 ml, labu Erlenmeyer 650 ml dan 300 ml, gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet
volume 25/50 ml, alat destruksi, alat destilasi, dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar protein kasar adalah
Artocarpus heterophyllus, H2SO4 pekat, CuSO4 dan K2SO4, kjeltab, NaOH 50%, HCl 0,1 N,
H3BO3 0,1 N, indicator mix (Metil Red, Brom Cresol Green, metanol).

Penetapan kadar ekstrak eter

Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar lemak kasar adalah
seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari Soxhlet, labu penampung, alat pendingin, oven
pengering, desikator, tang penjepit, timbangan analitik, dan kertas saring bebas lemak.

Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar lemak kasar adalah
Artocarpus heterophyllus.

Metode

Pengamatan fisik

Pengamatan fisik yang dilakukann pada praktikum kali ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan fisik dengan parameter yang diamati adalah tekstur, warna, bau, dan rasa dari
Artocarpus heterophyllus.

Penetapan kadar air

Silica disk yang sudah bersih bersama tutup yang dilepas dalam oven pengering pada
suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam. Silica disk didinginkan bersama tutup yang dilepas di
dalam desikator selama 1 jam, dan bila sudah dingin ditimbang. Cuplikan bahan ditimbang
seberat sekitar 1 gram, dimasukkan ke dalam silica disk dan dikeringkan bersama tutup yang
dilepas di dalam oven pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 110oC. Silica
disk dikeluarkan bersama dengan cuplikan bahan pakan dari dalam oven, lalu didinginkan di
dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam. Silica disk yang berisi cuplikan ditimbang
dalam keadaan dingin dan tertutup sampai diperoleh bobot yang tetap.

Perhitungan :

Kadar Air =

Kadar bahan kering = 100% kadar air

Keterangan : x = bobot silica disk

y = bobot cuplikan pakan

z = bobot cuplikan pakan+silica disk setelah dioven 105 110C


Penetapan kadar abu

Silica disk yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 sampai 110oC selama 1
jam. Silica disk didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian setelah dingin
ditimbang. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 1 gram, dimasukkan ke dalam silica disk.
Silica disk yang berisi cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tanur. Tanur dinyalakan pada
suhu 550 sampai 600oC selama lebih dari 2 jam hingga cuplikan berwarna putih seluruhnya.
Setelah itu suhunya diturunkan sampai 120oC, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 1
jam.Sesudah dingin kemudian bahan pakan ditimbang.

Perhitungan :

Kadar Abu =

Keterangan : x = bobot silica disk kosong

y = bobot sampel sebelum dibakar dalam ditanur

z = bobot sampel + silica disk setelahditanur

Penetapan kadar serat kasar

Cuplikan bahan pakan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass
600 ml, ditambahkan 200 ml H2SO4 1,25%, dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit.
Bahan pakan disaring dengan saringan linen dengan bantuan pompa hampa. Hasil saringan
dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambahkan 200 ml NaOH 1,25% lalu dipanaskan sampai
mendidih selama 30 menit. Bahan pakan disaring kembali dengan menggunakan crucible yang
dilapisi glass wool dengan bantuan pompa vacuum kemudian dicuci dengan beberapa ml air
panas dan dengan 15 ml etil alkohol 95%. Hasil saringan termasuk glass wool dimasukkan ke
dalam alat pengering dengan suhu 105 sampai 110oC selama semalam kemudian didinginkan
dalam desikator selama 1 jam. Crucible bersama dengan isinya kemudian ditanur dengan suhu
550 sampai 6000C sampai berwarna putih seluruhnya. Dinginkan crucible dengan menggunakan
desikator, lalu ditimbang.

Perhitungan :

Kadar serat kasar =

Keterangan : x = bobot sampel awal

y = bobot sampel setelah dikeringkan oven 105C

z = bobot sisa pembakaran 550 600C

Penetapan kadar protein kasar


Destruksi. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 0,5 gr. Setelah bahan pakan ditimbang
kemudian disiapkan 2 butir batu didih, 20 ml H2SO4 pekat dan tablet kjeltab. Cuplikan bahan
pakan dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang telah bersih dan kering. Kompor destruksi
dihidupkan kemudian tabung-tabung destruksi ditempatkan pada lubang yang ada pada kompor,
lalu pendingin dihidupkan. Skala pada kompor destruksi di set kecil kurang lebih 1 jam.
Destruksi diakhiri bila larutan berwarna jernih kemudian didinginkan dan dilanjutkan proses
destilasi.

Destilasi. Hasil destruksi diencerkan dengan air sampel volumenya 300 ml, digojog agar larutan
homogen. Erlenmeyer 650 ml yang berisi 50 ml H3BO3 0,1 N, 100 ml air, dan 3 tetes indicator
mix disiapkan. Penampung dan labu kjeldahl disiapkan dalam alat destilasi. Air pendingin
dihidupkan dan tombol ditekan hingga menyala hijau. Dispensing ditekan ke bawah untuk
memasukkan NaOH 50% ke dalam tabung. Penambahan NaOH harus melalui dinding. Handle
steam diturunkan sehingga larutan yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah
desilat mencapai 200 ml kemudian buat blanko dengan menggunakan cuplikan yang berupa H2O
dan di destilasi.

Titrasi. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah warna.

Perhitungan :

Kadar protein kasar =

Keterangan : x = jumlah titrasi sampel (ml)

y = jumlah titrasi blanko (ml)

N = normalitas HCl

z = bobot sampel (gram)

Penetapan kadar ekstrak eter

Cuplikan bahan pakan ditimbang sekitar 0,7 gr dan dibungkus dengan kertas saring bebas lemak,
diambil sampel sebanyak 3 bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam
oven pengering 105 sampai 110oC selama semalam. Bungkusan cuplikan bahan pakan ditimbang
dalam keadaan panas kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Labu penampung
diisi dengan petroleum benzene sekitar volume labu penampung, alat ekstraksi Soxhlet juga
diisi sekitar volume dengan petroleum benzene. Labu penampung dan tabung Soxhlet
dipasang, kemudian penangas dan pendingin dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16
jam atau sampai petroleum benzene dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas dimatikan
kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering selama semalam. Bahan pakan
dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang.

Perhitungan :
Kadar ekstrak eter =

Keterangan : x = bobot sampel awal

y = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105C (sebelum diekstraksi).

z = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105C (setelah diekstraksi)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan fisik

Pengamatan fisik pada praktikum ini dilakukan dengan cara menganalisis bahan pakan secara
fisik meliputi tekstur, warna, bau, dan rasa. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
diketahui data hasil pengamatan tertera pada Tabel 1. sebagai berikut :

Tabel 1. Pengamatan fisik

Parameter Pengamatan

Tekstur Kasar

Warna Hijau

Bau Harum

Rasa Hambar

Berdasarkan data hasil pengamatan fisik yang telah dilakukan didapatkan bahwa sampel yang
digunakan mempunyai tekstur kasar, berwarna hijau, bau harum, dan rasa hambar. Berdasarkan
pengamatan fisik tersebut diperkirakan bahwa bahan pakan yang digunakan untuk sampel
praktikum adalah daun nangka. Rukmana (1997), menyatakan daun nangka berbentuk bulat telur
dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan bertangkai pendek. Permukaan
atas daun berwarna hijau tua mengilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda.
Menurut Verheij dan Coronel (1997) nangka memiliki daun tunggal, tersebar, bertangkai 1
sampai 4 cm, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai
jorong (memanjang), dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, ujung pendek runcing atau
agak runcing, dan berwarna hijau muda sampai tua.

Daun nangka. Nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman
ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun dimana keringnya tidak
terlalu keras. Pohon tinggi 20 sampai 30 m, permukaan batang kasar, diameter kurang lebih
80cm, bergetah putih, kayunya bagian dalam berwarna kekuningan. Daun nangka berbentuk
bulat telur dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan bertangkai pendek.
Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna
hijau muda. Di daerah aslinya, nangka tumbuh di hutan-hutan selalu hijau pada ketingiian 400
sampai 1200 m. Namun pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada daerah beriklim
hangat dan lembab pada ketinggian di bawah 1000 mdpl dan dengan curah hujan 1500 mm atau
lebih. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan dengan ditanam pada kedalaman
yang cukup, memiliki drainase yang baik, pada tanah berpasir atau tanah liat dengan pH tanah
6,0 sampai 7,5 (Rukmana, 1997). Kurniawati (2008) dalam Sasongko et al., (2010) menyatakan
bahwa setelah dilakukan penentuan kadar tanin pada beberapa hijauan pakan yang belum banyak
dikenal dengan menggunakan metode total phenol dan total tanin. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar total tanin pada daun nangka relatif tinggi dibandingkan dengan hijauan pakan
lainnya. Berikut adalah data tabel kandungan nutrien yang ada pada daun nangka tertera pada
Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Kandungan nutrien daun nangka (Artocarpus heterophyllus).

Parameter Nilai

Bahan Kering (%) 16

Protein Kasar (%) 10,5

Lemak Kasar (%) 3,8

Serat Kasar (%) 19,8

Abu (%) 21,8

BETN (%) 32,9

(Hartadi et al., 1997)

Analisis Proksimat

Analisis proksimat atau analisis Weende dikembangkan dari Weende Experiment Station
di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis dan
menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia
dan disebut analisis proksimat. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan
kegunaannya (Tillman et al., 1998). McDonald et al. (1995), menyatakan analisa proksimat
dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Sutardi et al. ( 2003), menyatakan pada prinsipnya
bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui
pemanasan pada suhu 105C. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu
dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500C.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data analisis proksimat tertera pada Tabel
3 sebagai berikut :

Tabel 3. Data hasil analisis proksimat sampel bahan pakan

Pengamatan
Parameter
Kelompok 7 Kelompok 8 Rata-rata

Kadar Air (%) 66,6% 66,31% 66,455%

Bahan Kering (%) 33,4% 33,69% 33,545%

Protein Kasar (%) 14,67% 8,08% 11,375%

Serat Kasar (%) 22,41% 22,64% 22,525%

Lemak kasar (%) 3,38% 5,5% 4,44%

Abu (%) 14,6% 14,19% 14,395%

Penetapan kadar air. Air yang dimaksud dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang
menguap pada pemanasan selama beberapa waktu, yakni pada suhu 100 sampai 105C dengan
tekanan udara bebas sampai sisanya tidak menguap (Kamal, 1999). Penentuan kadar air
bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut, hal ini penting karena bobot
bahan kering akan digunakan sebagai standar bobot untuk penentuan kadar fraksi lainnya
(Kamal, 1994). Sudarmadji et al., (2007), menyatakan bahwa prinsip penentuan kadar air dengan
cara pengeringan adalah dengan menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan
pada suhu 105 sampai 1100C selama 8 sampai 24 jam, kemudian bahan tersebut ditimbang
sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Kelemahan metode ini meliputi
bahan lain juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam
asetat, minyak atsiri dan lain-lain; dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air
atau zat mudah menguap lain, contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak
mengalami oksidasi dan sebagainya; bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air
secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.

Langkah yang digunakan dalam menentukan kadar air pada praktikum ini adalah dengan
memanaskan silica disk terlebih dahulu dengan menggunakan pemanas oven pada suhu 105
sampai 1100C selama 1 jam, ini dimaksudkan agar kandungan air pada silica disk menghilang
sehingga tidak mempengaruhi bahan pakan yang akan diuji. Silica disk yang telah dioven
kemudian didinginkan di dalam desikator selama satu jam. Desikator berfungsi untuk
menstabilkan suhu penggunaan agar tetap dalam kondisi stabil dan tidak terkontaminasi dengan
air. Bahan pakan dan silica disk kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik,
lalu catat bobot dari bahan pakan dan silica disk tersebut. Bahan pakan dan silica disk yang telah
ditimbang kemudian dipanaskan dengan menggunakan pemanas oven pada suhu 105 sampai
1100C selama 8 sampai 24 jam. Pemanas oven berfungsi agar air yang ada dalam bahan pakan
tersebut dapat menguap. Pemanasan dihentikan setelah bobot dari bahan pakan tersebut stabil
dan tidak mengalami penurunan berat atau berat kering.

Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar air diperoleh data bahwa rata-rata kadar air adalah
66,445% dengan kadar bahan kering sebesar 33,4%. Gunawan et al. (2003), menyatakan kadar
air pada daun nangka adalah sebesar 67%, sedangkan Sasongko et al., (2010), menyatakan kadar
air pada daun nangka adalah 66%. Berdasarkan literatur tersebut dapat dikatakan bahwa data
yang diperoleh sudah sesuai dengan literatur. Menurut Hartadi et al., (1997), kadar bahan kering
padadaun nangka (Artocarpus heterophyllus) adalah sebesar 16%. Kamal (1994), menyatakan
perbedaan kadar air pada bahan pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ketika panen dan
pengolahan pasca panen, sedangkan Sutardi (2003) menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi kadar air yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan.

Penetapan kadar abu. Abu dalam analisis proksimat adalah suatu bahan yang dibakar
sempurna pada suhu 500 sampai 6000C selama beberapa waktu, maka semua nyawa organiknya
akan terbakar menjadi CO2, H2O, dan gas lain yang menguap, sedangkan sisanya yang tidak
menguap itulah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan
macam mineral yang terkandung di dalam bahannya (Kamal, 1994). Abu atau mineral diperoleh
dengan jalan membakar sempurna bahan pakan pada temperatur 5500C sampai semua bahan
organik terbakar (Utomo et al., 2008). Penentuan kadar abu bertujuan untuk menentukan kadar
abu dalam suatu bahan pakan. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal
dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur penting. Kadar abu
berguna khususnya sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor pada bahan makanan yang
berasal dari hewan (Tillman et al., 1998). Prinsip kerja kadar abu adalah semua bahan pakan bila
dibakar pada suhu 550 sampai 6000C selama beberapa waktu maka semua zat organiknya akan
terbakar sempurna menghasilkan oksida yang menguap yaitu berupa CO2, H2O, dan gas-gas lain,
sedang sisanya yang tertinggal tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu
(Kamal, 1994).

Proses penentuan kadar abu dilakukan setelah melakukan uji kadar air. Bahan pakan dan silica
disk hasil dari uji kadar air kemudian dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 550 sampai 6000C
selama lebih dari 12 jam. Pemanasan dengan tanur pada suhu 550 sampai 6000C adalah untuk
mengoksidasi semua zat organik yang ada dalam bahan pakan. Proses penanuran selesai jika
cuplikan bahan pakan tersebut berwarna putih seluruhnya. Matikan tanur dan tunggu selama satu
hari agar panas dalam tanur menurun karena jika langsung dibuka akan berbahaya karena udara
panas dalam tanur sangat tinggi. Ambil bahan pakan dan silica disk kemudian timbang bobotnya
dengan menggunakan timbangan analitik.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa rata-rata kadar abu adalah
sebesar 14,395%. Hartadi et al. (1997), menyatakan kadar abu dalam bahan pakan daun nangka
adalah 21,8%, sedangkan Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar abu dalam bahan paka daun
nangka adalah sebesar 14,3%. Berdasarkan literatur tersebut dapat disimpulkan bahwan kadar
abu dalam bahan pakan daun nangka berada pada kisaran normal. Barry (2004), menyatakan,
asal bahan baku dan lokasi pembudidayaan mempengaruhi kadar abu karena media tanam pada
daerah yang berbeda memiliki kandungan mineral yang berbeda, sehingga mempengaruhi kadar
mineral pada tanaman. Setiap spesies tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk
menyerap nutrien, khususnya mineral, yang terkandung dalam tanah, sehingga menyebabkan
perbedaan kandungan mineral pada tanaman yang juga menyebabkan perbedaan kualitasnya.

Penetapan kadar serat kasar. Serat kasar adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis
asam dan basa lemah (Utomo et al., 2008). Serat kasar menurut analisis proksimat adalah semua
senyawa organik yang tidak larut dalam perebusan dengan larutan H2SO4 1,25% dan perebusan
dengan larutan NaOH 1,25% selama 30 menit secara berurutan. Perebusan akan melarutkan
senyawa organik kecuali serat kasar dengan berbagai campurannya. Senyawa yang termasuk
dalam serat kasar adalah hemiselulosa, pentosan, lignin dan cutine (Hartadi et al., 2008). Analisa
penentuan serat kasar menghitung banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer maupun
basa encer dengan kondisi tertentu (Sudarmadji et al., 2007). Prinsip penetapan kadar serat kasar
adalah semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus dalam HSO 1,25%
(0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313 N) yang berurutan masing-masing selama 30 menit.
Bahan organik yang tertinggal disaring dengan glass wool dan crucible. Hilangnya bobot setelah
dibakar 550 sampai 600C adalah serat kasar (Kamal, 1999).

Penetapan kadar serat kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan bahan pakan sebanyak 1
gram dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass
600 ml, lalu ditambahkan dengan 200 ml H2SO4 1,25% dan kemudian dipanaskan hingga
mendidih selama 30 menit. Pemanasan dengan menggunakan H2SO4 1,25% adalah untuk
menghidrolisis karbohidrat dan protein yang ada dalam bahan pakan selain itu juga disesuaikan
dengan pH yang ada dalam lambung. Bahan pakan yang sudah direbus dengan menggunakan
H2SO4 1,25% selama 30 menit kemudian disaring dengan menggunakan saringan linen dibantu
dengan menggunakan pompa hampa (pompa vacum). Pompa vacum berfungsi untuk membantu
agar proses penyaringan dapat berjalan dengan cepat. Hasil saringan kemudian dimasukkan
kembali ke dalam beaker glass dan ditambahkan dengan 200 ml NaOH 1,25% lalu dididihkan
selama 30 menit. Perebusan dengan menggunakan NaOH bertujuan untuk penyabunan lemak
yang ada dalam bahan pakan, selain itu juga disesuaikan dengan pH yang ada dalam usus. Bahan
pakan yang telah dididihkan dengan NaOH 1,25% kemudian disaring dengan menggunakan
crucible yang telah dilapisi dengan glass wool dengan bantuan pompa vacum, cuci dengan
beberapa ml air panas dan kemudian dengan 15 ml ethyl alkohol. Glass wool berfungsi agar
meminimalisir bahan pakan yang ikut larut dalam penyaringan, selain itu juga karena glass wool
tidak mudah lebur atau meleleh jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan menggunakan tanur
(550 sampai 6000C). Ethyl alkohol berfungsi untuk menghidrolisis lemak yang kemungkinan
masih terkandung dalam bahan pakan. Hasil saringan termasuk glass wool dipanaskan pada oven
dengan suhu 105 sampai 1100C selama semalam, kemudian dinginkan dengan desikator lalu
timbang bobotnya. Bakar crucible bersama dengan isinya pada tanur dengan suhu 550 sampai
6000C sampai berwarna putih seluruhnya, lalu dinginkan dengan desikator dan timbang
bobotnya.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data bahwa rata-rata kadar serat kasar
adalah 22,525%. Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar serat kasar pada daun nangka adalah
21,45%, sedangkan Gunawan et al. (2003), menyatakan kadar serat kasar pada daun nangka
adalah sebesar 31,369%. Berdasarkan literatur tersebut diketahui kadar serat kasar berada pada
kisaran normal. Hartadi et al., (1997), menyatakan perbedaan kadar serat kasar disebabkan oleh
adanya perbedaan umur tanaman, jenis lingkungan, dan pemupukkan terhadap induk tanaman
yang digunakan sebagai sampel Aak (2008) menyatakan semakin tua umur tanaman maka
semakin tinggi serat kasarnya karena semakin banyak serabut yang diselubungi oleh lignin dan
membuat tanaman menjadi keras, juga semakin rendah pula kecernaannya. Faktor lain seperti
jenis tanaman dan komposisi tanaman mempengaruhi kadar serat kasar dalam bahan pakan.

Penetapan kadar protein kasar. Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N x 6,25 (protein
rata-rata mengandung N 16%). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan
dengan ikatan peptida (Utomo et al.,2008). Protein merupakan salah satu zat makanan yang
berperan pada produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan melalui metode kejedahl yang kemudian dikali faktor protein 6,25
(Suparjo, 2010). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan dengan
ikatan-ikatan peptida. Energi protein sebesar 5,50 Kcal/g, apabila digunakan sebagai sumber
energi 1,25 Kcal/g keluar sebagai urea, setiap unit protein tinggal 4,25 Kcal/g. Karena digesti
protein yang tidak sempurna, nilai energinya berkurang 0,25 Kcal/g sehingga tinggal 4 Kcal/g
(Utomo, 2012).

Penetapan kadar protein kasar dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan
titrasi. Proses destruksi (oksidasi) merupakan perubahan N-protein menjadi ammonium sulfat
(NH4)2SO4. Prinsip destruksi yaitu menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana,
sehingga nitrogen dalam bahan terurai dari ikatan organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat oleh
H2SO4 menjadi (NH4)2SO4. Raksi destruksi dilakukan dengan cara menimbang bahan pakan
seberat 0,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung destruksi. H2SO4 pekat 20 ml dan
seperempat tablet kjeltab dimasukkan ke dalam tabung destruksi. Tablet kjeltab terdiri dari
CuSO4 dan K2SO4 dengan perbandingan 2 : 1 yang berfungsi dari katalisator. Tabung destruksi
kemudian ditutup dengan penutup yang sudah terhubung dengan selang yang terhubung ke udara
bebas. Tabung destruksi kemudian dimasukkan ke dalam kompor destruksi lalu dipanaskan pada
suhu tertentu selama 1 jam. Fungsi dari kompor destruksi adalah sebagai katalisator sama seperti
dengan tablet kjeltab. Destruksi diakhiri apabila larutan sudah berwarna jernih kekuningan.
Reaksi destruksi :

N organik + H2SO4 (NH4)2SO4 + H2O + NO3 + NO2 (Suparjo, 2010).

Hasil dari destruksi kemudian masuk ke tahapan destilasi. Prinsip dari destilasi yaitu memecah
(NH4)2SO4 menjadi NH3 yang kemudian ditangkap oleh H3BO3. Hasil destruksi pertama
dilarutkan dengan menggunakan air sebanyak 75 ml, setelah itu dimasukkan NaOH 50%
sebanyak 100 ml melalui dinding tabung. Berwarna biru apabila larutan NaOH sudah cukup dan
berwarna coklat apabila NaOH masih kurang dari 100 ml. NaOH berfungsi untuk merubah
(NH4)2SO4 menjadi NH4OH yang apabila dipanaskan akan berubah menjadi gas NH3 dan
kemudian dikondensasi berubah menjadi larutan. NH3 kemudian mengalir ke dalam tabung yang
sudah berisi larutan H3BO3, indikator mix (methanol, methyl red, dan brom kresol green), air,
dan NaOH rendah. NH3 kemudian ditangkap oleh H3BO3 menjadi (NH4)3BO3 yang ditandai
dengan berwarna hijau. Proses destilasi diakhiri apabila larutan yang ada dalam tabung
erlenmeyer sudah berisi larutan sebanyak 200 ml. Reaksi dari proses destruksi adalah :
(NH4)2SO4 + 2 NaOH 2NH4OH + Na2SO4

2NH3 2H2O

NH3 + H3BO (NH4)3BO3 (Suparjo, 2010).

Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai timbul perubahan warna hijau menjadi warna
perak. Prinsip titrasi yaitu mengukur sisa asam yang tidak bereaksi dengan NH3. Reaksi ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Reaksi yang terjadi pada proses titrasi
sebagai berikut:

(NH4)3BO3 + 3HCl 3NH4Cl + H3BO3 (Suparjo, 2010).

Berdasarkan dari praktikum penentuan kadar protein kasar yang telah dilakukan, diperoleh data
bahwa rata-rata kadar protein kasar adalah 11,375%. Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar
protein kasar pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 11,22%. Gunawan et al. (2003),
menyatakan kadar protein kasar pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 14,945%,
sedangkan Hartadi et al., (1997), menyatakan kadar protein kasar pada bahan pakan daun nangka
adalah sebesar 10,5%. Berdasarkan literatur yang ada, rata-rata kadar protein kasar berada pada
kisaran normal. Kamal (1999), menyatakan kadar protein kasar dipengaruhi oleh faktor spesies,
perbedaan umur tanaman, dan bagian tanaman yang dianalisis. Semakin tua umur tanaman maka
kadar protein kasarnya semakin berkurang. Syamsuddin (2013) bahwa semakin tua umur
tanaman kadar protein kasarnya semakin berkurang. Rendahnya kadar protein tanaman tua dapat
disebabkan karena semakin tua tanaman memiliki batang yang lebih tinggi persentasenya
daripada daun. Penetapan kadar lemak kasar. Lemak kasar adalah semua bahan organik
yang larut dalam dalam pelarut lemak termasuk lipida dan zat yang tidak berlemak. Dengan
demikian bukan gambaran lemak yang sebenarnya (gliserol dan 3 asam lemak) (Utomo et al.,
2008). Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut dalam pelarut lemak (ether,
petroleum ether, petroleum benzene dan sebagainya), oleh karena itu lemak kasar lebih tepat
disebut ekstrak ether. Disebut lemak kasar karena merupakan campuran beberapa senyawa yang
larut dalam pelarut lemak. Penentuan lemak kasar dapat dikerjakan dengan jalan ekstraksi
menggunakan zat pelarut lemak menurut soxhlet, apabila sudah larut kemudian pelarutnya
diuapkan maka yang tertinggal adalah lemak kasarnya (Suparjo, 2010). Prinsip kerja lemak kasar
adalah lemak kasar dapat diekstraksi dengan menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain
menurut Soxhlet kemudian ether diuapkan den lemak dapat diketahui bobotnya (Kamal,1994).

Penetapan kadar lemak kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan bahan pakan dan kertas
saring bebas lemak dengan menggunakan timbangan analitik. Kertas saring bebas lemak dipilih
karena agar tidak mempengaruhi hasil dari bahan pakan yang akan diuji. Bobot bahan pakan
yang ditimbang seberat 0,7 gram dan membuat 3 sampel yang sama dengan berat 0,7 gram.
Digunakan 3 sampel agar hasil yang didapat lebih akurat. Bahan pakan yang sudah dibungkus
kertas saring bebas lemak kemudian di oven dengan suhu 105 sampai 1100C dan setelah dioven
lalu ditimbang bobotnya. Bahan pakan yang sudah dioven pada suhu 105 sampai 1100C
kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Labu penampung kemudian diisi dengan
petrolium benzene sekitar volume labu penampung atau hingga melebihi batas pipa kecil,
kemudian ditambahkan lagi petrolium benzene yang kedua hingga semua bahan pakan
tenggelam dalam larutan petrolium benzene. Dipilih larutan petrolium benzene karena selain
harganya lebih terjangkau juga titik didih dari petrolium benzene lebih rendah dari pada ether.
Alat kondensasi kemudian dialiri air lalu pemanas dari Soxhlet dihidupkan. Pemanasan dilakukan
selama 16 jam dengan suhu yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga bisa berjalan maksimal.
Pemanasan diakhiri dengan ditandai petrolium benzene sudah berwarna bening yang
menunjukkan lemak sudah larut bersamaan dengan petrolium benzene. Sampel bahan pakan
kemudian dimasukkan lagi ke dalam oven dengan suhu 105 sampai 1100C lalu setelah itu
bobotnya ditimbang. Pemanasan yang kedua bertujuan agar larutan petrolium benzene yang
masih ada dalam bahan pakan akan menguap yang tersisa hanyalah bahan organik selain lemak
dan sehingga kadar lemak dapat diketahui dari selisish bobot sebelum diekstraksi dan bobot
setelah diekstraksi.

Berdasarkan praktikum penentuan kadar lemak yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa rata-
rata kadar lemak kasar adalah 4,44%. Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar lemak kasar
pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 2,55%. Gunawan et al. (2003), menyatakan kadar
lemak kasar pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 2,2016%, sedangkan Hartadi et al.
(1997), menyatakan kadar lemak kasar pada daun nangka adalah sebesar 3,8%. Berdasarkan
literatur yang ada, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar lemak kasar dari bahan pakan daun
nangka yang digunakan berada di atas kisaran normal. Rianto et al. (2010) menyatakan bahwa
kadar lemak banyak terdapat pada daun yang berumur muda dibanding pada batang dari suatu
tanaman, tetapi biji dalam suatu tumbuhan umumnya mempunyai kandungan lemak yang lebih
tinggi. Herman (2005) juga menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kadar lemak
adalah pengembangan atau pemelaran bahan tanaman, difusi, pH, ukuran partikel, temperatur,
dan pilihan pelarut ekstraksi.

Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen. Bahan ekstrak tanpa nitrogen diperoleh dari
hasil mengurangi sampel bahan kering dengan semua komponen-komponen sesperti air, serat
kasar, protein, dan abu (Tillman et al., 1998). Berdasarkan data hasil praktikum yang diperoleh,
dapat dilakukan perhitungan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari bahan pakan tersebut. Rata-
rata kadar bahan ekstrak nitrogen pada praktikum kali ini adalah 48,42%. songko et al. (2010),
menyatakan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari bahan pakan daun nangka adalah sebesar
50,73%, sedangkan Hartadi et al. (1997), menyatakan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari
bahan pakan daun nangka adalah sebesar 32,9%. Berdasarkan dari literatur tersebut dapat
disimpulkan bahwa kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari kedua kelompok masih dalam
kisaran normal. Perbedaan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen ini dipengaruhi oleh faktor spesies
tanaman, umur tanaman, perbedaan bagian yang digunakan untuk sampel, dan kesuburan tanah
(Tillman et al., 1998).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa daun nangka (Artocarpus
heterophyllus) mengandung rata-rata kadar air 66,455%, bahan kering 33,545%, protein kasar
11,375%, serat kasar 22,525%, lemak kasar 4,44%, abu 14,395%, dan kadar bahan ekstrak tanpa
nitrogen 48,42%. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar nutrien pada bahan pakan adalah
spesies tanaman, umur tanaman, perbedaan bagian yang digunakan untuk sampel, dan kesuburan
tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2008. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta

Barry. 2004. Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

Gunawan, Didik, E.W., dan Peni, W.P. 2003, Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong
Menfukung Agribisnis. Loka Penelitian Sapi Potong. Pasuruan.

Hamzah, Hamdiyah., Fatimali., Paulina V.Y.Y., dan Jeane M. 2013. Formulasi salep ekstrak
etanol daun nangka (Artocarpus heterophylus Lam) dan uji efektivitas terhadap penyembuhan
luka terbuka pada kelinci. Fakultas Farmasi UNSRAT Manado. Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi
UNSRAT Vol.2 No.03.

Hartadi, H., Kustantinah, R. E. Indarto, N. D. Dono, Zuprisal. 2008. Nutrisi Ternak Dasar.
Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hartadi, H., Soedomo R., Soekanto L., Allen D. Tillman. 1997. Tabel-tabel Dari Komposisi
Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Herman. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Jayanegara, A., dan A. Sofyan. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin beberapa hijauan secara
in vitro menggunakan hohenheim gas test dengan polietilen glikol sebagai determinan. Balai
Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI. Bandung. Media Peternakan, April 2008,
hlm. 44-52. ISSN 0126-0472. Vol. 31 No. 1.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan.


Yogyakarta.

Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Mc Donald, P., RA. Edwards. JFG Greenhalgh, and CA. Morgan. 1995. Animal Nutrition
Prentice Hall.
Rukmana R. 1997 .Budi Daya Nangka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sasongko, W.T., Lies Mira, Y., Zaenal, B., dan Mugiono, 2010, Optimalisasi peningkatan tanin
daun nangka dengan protein bovine serum albumin. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah
Mada. Buletin Peternakan Vol. 34(3):154-158, Oktober 2010.

Sudarmadji, S., Haryono, B dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi
Kedua. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.

Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan secara Kimiawi : Analisis Proksimat dan Analisis Serat.
Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Negeri Jambi. Jambi.

Sutardi, T. R., dan S. Rahayu. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Syamsuddin. 2013. Pengaruh pupuk organik dan umur defoliasi terhadap beberapa zat gizi silase
rumput gajah (Pennisetum Purpureum). Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol
9(1):9-17. ISSN 1411-4577.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo.


1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tulyathan, V., Kanitha T., Prapa S., Nongnuj J. 2001. Some physicochemical properties of
jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lam) seed flour and starch. Faculty of Science
Chulalongkorn University. Thailand. ScienceAsia 28 (2002) : 37-41.

Utomo R., Subur P.S.B., Ali A., Cuk T.N. 2008. Buku Ajar Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Utomo, Ristianto.2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. PT.Intan Sejati. Jakarta.

Verheij, E. W. M., dan R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan
yang Dapat Dimakan. Penerbit Gramedia. Jakarta.

LAMPIRAN

Perhitungan Kadar Air

Berat sampel = 1,0510 g


Berat sampel sebelum dioven 105C = 22,6070 g

Berat sampel setelah dioven 105C = 22,5449 g

Kadar Air I =

X 100 %

= berat sampel sebelum dioven 55C berat sampel setelah dioven 55C

berat sampel berat koran

= x 100%

= 64,5%

Kadar Bahan Kering (DW) = 100 % kadar air I

= 100 % 64,5 %

= 35,5 %

Kadar Air II =

X 100 %

= berat sampel sebelum dioven 105C berat sampel setelah dioven 105C

berat sampel berat koran

= x 100%

= 5,9086 %

Kadar Bahan Kering (DMDW) = 100% kadar air II

= 100% 5,9086%

= 94,09%

Kadar Air Total = KA I + (KA II x DW)

= 64,5% + (5,9086% x 35,5%)


= 66,60%

Kadar Bahan Kering = 33,40%

Perhitungan Kadar Abu

Bobot sampel + silica disk sebelum ditanur = 22,6070 g

bobot sampel + silica disk setelah ditanur = 21,7011 g

Bobot silica disk kosong = 21,5560 g

Bobot sampel = 1,0510 g

Kadar Abu dalam BK=

X 100 %

= bobot sampel dan silika disk setelah dibakar bobot silika disk kosong

sampel sebelum dibakar

= x 100%

= 14,6 %

Perhitungan Kadar Serat Kasar dalam BK

bobot sampel setelah dioven 105C = 21,2785 g

bobot sampel setelah ditanur = 21,0622 g

bobot sampel awal = 1,0252 g

Kadar Serat Kasar

X 100 %

= bobot sampel setelah dioven 105C bobot sampel setelah dibakar

bobot sampel awal


= x 100%

= 22,41%

Perhitungan Kadar Protein Kasar

Jumlah titrasi sampel = 9 ml

Jumlah titrasi blanko = 0,3 ml

Bobot sampel = 0,5513 g

Kadar Protein Kasar dalam BK =

X 100 %

= jumlah titrasi sampel jumlah titrasi blanko x 0,1 x 0,014 x 6,25

bobot sampel

= x 100%

= 14,67%

Perhitungan Kadar Lemak Kasar dalam BK

Bobot kertas saring I = 0,4557 g

Bobot kertas saring II = 0,4768 g

Bobot kertas saring III = 0,4739 g

Bobot sampel I sebelum ekstraksi 105C = 1,1030 g

Bobot sampel II sebelum ekstraksi 105C = 1,1263 g

Bobot sampel III sebelum ekstraksi 105C = 1,1725 g

Bobot sampel I setelah ekstraksi 105C = 1,0456 g


Bobot sampel II setelah ekstraksi 105C = 1,0975 g

Bobot sampel III setelah ekstraksi 105C = 1,1540 g

Bobot sampel I awal = 0,7164 g

Bobot sampel II awal = 0,7222 g

Bobot sampel III awal = 0,7736 g

Kadar Lemak Kasar dalam BK I

=x100%

=x 100%

= 8,51%

Kadar Lemak Kasar dalam BK II

X 100 %

= bobot sampel I sblm ekstraksi 105C bobot sampel I stlh ekstraksi 105C

bobot sampel I awal

= x 100%

= 4,23%

Kadar Lemak Kasar dalam BK III

X 100 %

= bbt sampel III sblm ekstraksi 105C bbt sampel III stlh ekstraksi 105C

bobot sampel III awal

= x 100%
= 2,54%

Kadar Lemak Kasar Rata-rata ( II dan III)

= kadar lemak kasar II + kadar lemak kasar III

= 3,38%

Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dalam BK

Kadar BETN (BK) = 100 % (kadar abu + kadar serat kasar + kadar protein kasar + kadar lemak
kasar)

=100% (14,6% + 22,41% + 14,67% + 3,38%)

= 44,94%

Sep

29

Laporan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (Bahan Pakan Kelas 6


(Sumber Mineral) & Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein))

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam
makalah ini penulis membahas tentang obat antibiotik pada ternak.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun penulis.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Bandar Lampung, 17 Juni 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................... 1

B. Tujuan............................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3

III. PEMBAHASAN........................................................................ 4

IV. KESIMPULAN......................................................................... 10

V. DAFTAR PUSTAKA................................................................... 11
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan makanan ternak atau pakan diartikan sebagai semua bahan yang dapat dimakan oleh ternak.
Bahan pakan mengandung sejumlah senyawa yang dibutuhkan oleh ternak dalam menunjang proses
kehidupan yang disebut zat makanan. Seperti halnya bahan pangan, sumber utama bahan pakan berasal
dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani) baik sebagai produk utama maupun hasil ikutan (limbah)
pengolahan produk utama.

Salah satu upaya yang dilakukan guna penyediaan bahan pakan sumber hijauan secara
berkesinambungan yang terjamin dalam hal kuantitas maupun kualitasnya dapat dimulai dengan
melakukan identifikasi pakan yang berada di daerah dimana akan dilaksanakannya usaha pemeliharaan
dan pengembangan ternak.

Pemakaian antibiotika pada hewan untuk pengobatan, pemacu pertumbuhan dan meningkatkan
efisiensi pakan dimulai pada awal 1950 sampai saat ini Centers Diseases Control (CDC) memperkirakan
sekitar 40% antibiotika di dunia digunakan sebagai imbuhan pakan ternak untuk memacu pertumbuhan
(AGP) Sebagai imbuhan pakan, antibiotika dapat memacu pertumbuhan ternak agar dapat tumbuh lebih
besar dan lebih cepat serta dapat mencegah terjadinya infeksi bakteri.

Ada beberapa klasifikasi bahan pakan, erdasrkan Nomenklatur Internasional Pakan dibedakan menjadi 8

kelas yaitu :

Hijauan kering & jerami (dry forage dan roughages)

Pasture (hijauan) kacang-kacangan dan rumput

Silase hijauan yang diawewtkan dan ditambah dengan sumber protein, vitamin dan mineral.

Makanan yang mengandung sumber energi. Contohnya pakan yang berasal dari biji-bijian, akar-akaran,

umbi-umbian, dan buah-buahan.


Makanan sumber protein bisa berasal dari protein hewani (tepung ikan) maupun protein nabati (tepung

daun).

Makanan sumber mineral. Contoh Tepung tulang dan kapur

Makanan sumber vitamin makanan yang berasal dari buah-buahan.

B. Tujuan

1. Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 5 (sumber protein)

2. Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 6 (sumber mineral)
II. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan makanan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan dalam bentuk yang dapat
dicerna seluruhnya atau sebagiandaripadanya dan tidak mengganggu kesehatan hewan yang
bersangkutan ( Lubis,1963). Sedangkan pengertian bahan pakan yang lebih lengkap yaitu bahan bahan
yang berasal dari pertanian, peternakan,maupun perikanan yang diolah maupun tidak, yang
mengandung unsur nutrisi dan atau energi, yang tercerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu
kesehatan hewan yang memakannya (Rahardjo, 2002).

Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat, serta dapat digolongkan ke dalam dua kelompok
besar yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan inkonvensional. Hijauan pakan merupakan
bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sepanjang taun
dalam sistem populasi ternak ruminansia ( Abdullah, 2005 ). Menurut Murni (2008) bahan pakan kasar
selain dari hijauan segar juga dapat diperoleh dari pemanfaatan limbah. Limbah yang dimanfaatkan
sebagai bahan baku pakan berasal dari bagian-bagian tanaman/ hewan yang dijadikan sebagai pakan
kasar, sumber energi, sumber protein atau sumber mineral.

Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama bahan pakan. Pencirian bahan
pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan. Ciri-ciri bahan makanan dibedakan dan
dipisahkan dengan mengkhususkan dari kualitas bahan pangan yang dihubungkan dengan perbedaan
nilai gizinya. Pemberian nama bahan pakan secara Internasional meliputi 6 faset, yaitu : asal mula,
bagian, proses, umur/ tingkat kedewasaan, defoliasi, serta grade/ kandungan kualitas dari pabrik (
Hartati, ddk, 2002 ).
III. PEMBAHASAN

A. Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein)

Sumber protein merupakan kelas nomor lima dalam klasifikasi internasional. Sumber protein adalah
pakan yang mengandung kandungan protein yang lebih tinggi dari kandungan nutrisi lain dan nutrisi
selain protein hanya sebagai pelengkap saja.

Bahan pakan sumber protein terdiri dari dua sumber yaitu protein yang berasal dari sumber hewani dan
yang berasal dari sumber nabati. Sumber protein nabati terutama dari jenis kacang-kacangan dan dari
jenis leguminosa.

Contoh bahan pakan kelas 5 :

1.Bungkil kelapa, berbau khas bungkil kelapa, bertekstur kasar, berasa pahit, dan berwarna cokelat tua.
Kandungan bungkil kelapa yaitu BK (86%), abu (6,4%), SK (14,4%), BETN (41,8%) dan PK (21%). Bungkil
kelapa mengandung protein sekitar 18%-26%, energi metabolismenya lebih dari 1600 kkal/kg.

2. Tepung bulu, berasa pahit, berbau menyengat, bertekstur halus, dan berwarna. Tepung bulu
memiliki kandungan protein yang tinggi serta sering diberikan oleh ternak sebagai campuran ransum.
Kandungan protein pada tepung bulu memang sangat tinggi, kadarnya sekitar 85% dan metabolisme
energinya sebesar 2.354 kkal/kg. Sedangkan kandungan nutrisi lainnya adalah serat kasar (0,3-1,5%),
abu (3,0-3,5%), Kalsium (0,2-0,4%), Fosfor (0,2-0,65%), Garam (0,2%).
3. Tepung ikan, bertekstur halus, berasa pahit, berbau amis, dan berwarna cokelat. Tepung ikan
memiliki kandungan protein yang tinggi serta bahan pakan sumber protein yang baik untuk ternak.
Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein terbaik, mengingat kandungan asam amino
esensialnya sangat tinggi. Kandungan gizi tepung ikan berupa protein (22,65%), lemak (15,38%), abu
(26,65%), serat (1,80%), serta air sebanyak (10,78%).

4. Tepung daun turi digunakan sebagai pakan ayam. Daun turi yang berwarna merah
mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi berbunga putih mengandung kadar
protein 40,62%. Kandungan lemak pada daun turi sebesar (4,73%), karbohidrat (21,30%), abu (20,45%),
serat kasar (14,01%) dan air (11,97%).

5. Ampas kecap termasuk sumber protein nabati karena bahan bakunya adalah biji kedelai.
Ampas kecap mengandung protein (24,9%), (24,3%) lemak, (0,39%) kalsium, dan (0,33%) fosfor. Ampas
kecap bisa diberikan secara langsung (tanpa diproses lagi) sebagai pakan ternak dengan jumlah 20 %
dari ransum.

6. Tepung daun lamtoro mempunyai imbangan asam-asam cukup baik dan kandungan karoten,
vitamin serta mineral terutama kalsium yang cukup tinggi dengan kandungan protein kasar 24 30 %
dari bahan kering. Nilai kandungan nutrisinya adalah (13% air); (2,6 %) protein; (18,4%) BETN; (3,6%)
serat kasar; (1%) lemak; (1,4%) abu, kadar protein yang dapat dicerna (2,1%) dan martabat patinya
(81%).
B. Bahan Pakan Kelas 6 (Sumber Mineral)

Sumber mineral adalah semua bahan pakan yang mengandung banyak mineral seperti Ca dalam tulang,
zat besi (Fe) serta mineral lainnya. Ketersediaan sumber mineral di pasaran dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu jenis mineral produksi alam, dan mineral buatan (sintetik).

Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan kimiawi
lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat sedikit tetapi sangat vital,
teutama pada proses tumbuh dan bereproduksi penyusunnya yaitu kalsium dan fosfor. Apabila ternak
kekurangan bahan pakan yang mengandung mineral maka dapat menyebabkan pertumbuhannya
lambat.

Contoh bahan pakan kelas 6 :

1. Tepung kerang digunakan sebagai sumber kalsium yang penting untuk unggas pedaging dan unggas
yang sedang bertelur dengan kadar kalsium yang cukup besar yaitu 38 % dan kandungan nutrien lainnya
yaitu (1,2%) BETN, (46,7%) PK, dan (86%) BK. Kulit kerang diperlukan lebih banyak dalam ransum untuk
ayam petelur yang bereproduksi tinggi sehingga dapat menahan telur dalam saluran telur dalam waktu
yang relatif singkat. Tepung kulit kerang memiliki warna hitam keabuan, berbau amis karena termasuk
dalam hewan laut dan memiliki rasa asin.

2. Potensi tepung kulit telur sebagai alternatif bahan pangan yang mengandung sumber mineral. Kulit
telur diolah untuk dijadikan tepung kulit telur dengan cara dikeringkan kemudian digiling hungga halus.
Kandungan nutrisi tepung kulit telur protein kasar (7,6%), abu (91,1%), kalsium (36,4%), fosfor (0,21%),
Mg (0,4%), K (0,1%), Fe (0,002%), dan S (0,090%).

3. Tepung batu kapur, berwarna putih kapur, tidak berbau dan teksturnya berbentuk tepung.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tepung batu mengandung Ca sekitar 55% yang terikat
dalam bentuk karbonat (CaCO3). Tepung batu di samping mineral Ca, juga mengandung unsur mineral
lain yang dibutuhkan oleh ternak, seperti besi (Fe), fosfor (P) dan magnesium (Mg). Tepung ini sebagai
bahan baku pakan ternak yang berguna sebagai sumber mineral.

4. Garam digunakan sebagai sumber Na (39,3%) dan Cl (60%). Penggunaanya dalam pakan maksimal
0,25%. Jika kelebihan dapat mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran feses meningkat

IV. KESIMPULAN

Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Bahan pakan yang termasuk kelas 5 (sumber protein) adalah bahan pakan yang mengandung protein
>20% dan nutrisi lainnya hanya tambahan saja, bahan ini juga ada yang berasal dari hewani dan nabati.
Contohnya adalah bungkil kelapa, tepung bulu, tepung ikan, tepung daun turi, ampas kecap, dan tepung
daun lamtoro.

2. Bahan pakan yang termasuk kelas 6 (sumber mineral) adalah bahan pakan yang dapat memberikan
suply mineral yang dibutuhkan, seperti kalsium, natrium, zat besi, dll.Contohnya adalah tepung kulit
kerang, tepung kulit telur, tepung batu kapur, garam.
V. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Luki dkk. 2005. Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum Fakultas Peternakan. Lokakarya
Nasional Tanaman Pakan Ternak.

Hartati, Sri. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Lubis, D. A. 1993. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Bogor..

Murni, dkk. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Fakultas Peternakan Jambi.
Jambi

Rahardjo,Tri S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bahan Makanan
Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Salirawati. 2007. Kegunaan Antibiotik. Grasindo : Jakarta

Posted 29th September 2015 by Abraham Hendry

0
Add a comment

Fresh Kesegaran

Classic
Flipcard
Magazine
Mosaic
Sidebar
Snapshot
Timeslide

1.

Sep

30

Laporan Anatomi Fisiologi Ternak (Sistem dan Organ Pencernaan


Ruminansia)

Posted 30th September 2015 by Abraham Hendry

Add a comment

2.

Sep

29
Penggunaan Antibiotik pada Unggas dan Contoh-contohnya

Posted 29th September 2015 by Abraham Hendry

Add a comment

3.

Sep

29

Laporan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (Bahan Pakan Kelas


6 (Sumber Mineral) & Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein))

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Dalam makalah ini penulis membahas tentang obat antibiotik pada ternak.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Bandar Lampung, 17 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................... 1

B. Tujuan............................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 3

III. PEMBAHASAN........................................................................ 4

IV. KESIMPULAN......................................................................... 10

V. DAFTAR PUSTAKA................................................................... 11
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan makanan ternak atau pakan diartikan sebagai semua bahan yang dapat dimakan oleh
ternak. Bahan pakan mengandung sejumlah senyawa yang dibutuhkan oleh ternak dalam
menunjang proses kehidupan yang disebut zat makanan. Seperti halnya bahan pangan, sumber
utama bahan pakan berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani) baik sebagai produk
utama maupun hasil ikutan (limbah) pengolahan produk utama.

Salah satu upaya yang dilakukan guna penyediaan bahan pakan sumber hijauan secara
berkesinambungan yang terjamin dalam hal kuantitas maupun kualitasnya dapat dimulai
dengan melakukan identifikasi pakan yang berada di daerah dimana akan dilaksanakannya
usaha pemeliharaan dan pengembangan ternak.

Pemakaian antibiotika pada hewan untuk pengobatan, pemacu pertumbuhan dan meningkatkan
efisiensi pakan dimulai pada awal 1950 sampai saat ini Centers Diseases Control (CDC)
memperkirakan sekitar 40% antibiotika di dunia digunakan sebagai imbuhan pakan ternak untuk
memacu pertumbuhan (AGP) Sebagai imbuhan pakan, antibiotika dapat memacu pertumbuhan
ternak agar dapat tumbuh lebih besar dan lebih cepat serta dapat mencegah terjadinya infeksi
bakteri.

Ada beberapa klasifikasi bahan pakan, erdasrkan Nomenklatur Internasional Pakan dibedakan

menjadi 8 kelas yaitu :

Hijauan kering & jerami (dry forage dan roughages)

Pasture (hijauan) kacang-kacangan dan rumput

Silase hijauan yang diawewtkan dan ditambah dengan sumber protein, vitamin dan mineral.

Makanan yang mengandung sumber energi. Contohnya pakan yang berasal dari biji-bijian, akar-

akaran, umbi-umbian, dan buah-buahan.


Makanan sumber protein bisa berasal dari protein hewani (tepung ikan) maupun protein nabati

(tepung daun).

Makanan sumber mineral. Contoh Tepung tulang dan kapur

Makanan sumber vitamin makanan yang berasal dari buah-buahan.

B. Tujuan

1. Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 5 (sumber
protein)

2. Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 6 (sumber
mineral)
II. TINJAUAN PUSTAKA

Bahan makanan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan dalam bentuk
yang dapat dicerna seluruhnya atau sebagiandaripadanya dan tidak mengganggu kesehatan
hewan yang bersangkutan ( Lubis,1963). Sedangkan pengertian bahan pakan yang lebih lengkap
yaitu bahan bahan yang berasal dari pertanian, peternakan,maupun perikanan yang diolah
maupun tidak, yang mengandung unsur nutrisi dan atau energi, yang tercerna sebagian atau
seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan hewan yang memakannya (Rahardjo, 2002).

Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat, serta dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok besar yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan inkonvensional. Hijauan
pakan merupakan bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun
kualitatif sepanjang taun dalam sistem populasi ternak ruminansia ( Abdullah, 2005 ). Menurut
Murni (2008) bahan pakan kasar selain dari hijauan segar juga dapat diperoleh dari
pemanfaatan limbah. Limbah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan berasal dari bagian-
bagian tanaman/ hewan yang dijadikan sebagai pakan kasar, sumber energi, sumber protein
atau sumber mineral.
Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama bahan pakan. Pencirian
bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan. Ciri-ciri bahan makanan
dibedakan dan dipisahkan dengan mengkhususkan dari kualitas bahan pangan yang
dihubungkan dengan perbedaan nilai gizinya. Pemberian nama bahan pakan secara
Internasional meliputi 6 faset, yaitu : asal mula, bagian, proses, umur/ tingkat kedewasaan,
defoliasi, serta grade/ kandungan kualitas dari pabrik ( Hartati, ddk, 2002 ).

III. PEMBAHASAN

A. Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein)

Sumber protein merupakan kelas nomor lima dalam klasifikasi internasional. Sumber protein
adalah pakan yang mengandung kandungan protein yang lebih tinggi dari kandungan nutrisi lain
dan nutrisi selain protein hanya sebagai pelengkap saja.
Bahan pakan sumber protein terdiri dari dua sumber yaitu protein yang berasal dari sumber
hewani dan yang berasal dari sumber nabati. Sumber protein nabati terutama dari jenis kacang-
kacangan dan dari jenis leguminosa.

Contoh bahan pakan kelas 5 :

1.Bungkil kelapa, berbau khas bungkil kelapa, bertekstur kasar, berasa pahit, dan berwarna
cokelat tua. Kandungan bungkil kelapa yaitu BK (86%), abu (6,4%), SK (14,4%), BETN (41,8%) dan
PK (21%). Bungkil kelapa mengandung protein sekitar 18%-26%, energi metabolismenya lebih
dari 1600 kkal/kg.

2. Tepung bulu, berasa pahit, berbau menyengat, bertekstur halus, dan berwarna.
Tepung bulu memiliki kandungan protein yang tinggi serta sering diberikan oleh ternak sebagai
campuran ransum. Kandungan protein pada tepung bulu memang sangat tinggi, kadarnya
sekitar 85% dan metabolisme energinya sebesar 2.354 kkal/kg. Sedangkan kandungan nutrisi
lainnya adalah serat kasar (0,3-1,5%), abu (3,0-3,5%), Kalsium (0,2-0,4%), Fosfor (0,2-0,65%),
Garam (0,2%).

3. Tepung ikan, bertekstur halus, berasa pahit, berbau amis, dan berwarna cokelat. Tepung ikan
memiliki kandungan protein yang tinggi serta bahan pakan sumber protein yang baik untuk
ternak. Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein terbaik, mengingat kandungan asam
amino esensialnya sangat tinggi. Kandungan gizi tepung ikan berupa protein (22,65%), lemak
(15,38%), abu (26,65%), serat (1,80%), serta air sebanyak (10,78%).

4. Tepung daun turi digunakan sebagai pakan ayam. Daun turi yang berwarna merah
mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi berbunga putih mengandung
kadar protein 40,62%. Kandungan lemak pada daun turi sebesar (4,73%), karbohidrat (21,30%),
abu (20,45%), serat kasar (14,01%) dan air (11,97%).
5. Ampas kecap termasuk sumber protein nabati karena bahan bakunya adalah biji
kedelai. Ampas kecap mengandung protein (24,9%), (24,3%) lemak, (0,39%) kalsium, dan
(0,33%) fosfor. Ampas kecap bisa diberikan secara langsung (tanpa diproses lagi) sebagai pakan
ternak dengan jumlah 20 % dari ransum.

6. Tepung daun lamtoro mempunyai imbangan asam-asam cukup baik dan kandungan
karoten, vitamin serta mineral terutama kalsium yang cukup tinggi dengan kandungan protein
kasar 24 30 % dari bahan kering. Nilai kandungan nutrisinya adalah (13% air); (2,6 %) protein;
(18,4%) BETN; (3,6%) serat kasar; (1%) lemak; (1,4%) abu, kadar protein yang dapat dicerna
(2,1%) dan martabat patinya (81%).
B. Bahan Pakan Kelas 6 (Sumber Mineral)

Sumber mineral adalah semua bahan pakan yang mengandung banyak mineral seperti Ca dalam
tulang, zat besi (Fe) serta mineral lainnya. Ketersediaan sumber mineral di pasaran dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu jenis mineral produksi alam, dan mineral buatan (sintetik).

Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan
kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat sedikit tetapi
sangat vital, teutama pada proses tumbuh dan bereproduksi penyusunnya yaitu kalsium dan
fosfor. Apabila ternak kekurangan bahan pakan yang mengandung mineral maka dapat
menyebabkan pertumbuhannya lambat.

Contoh bahan pakan kelas 6 :

1. Tepung kerang digunakan sebagai sumber kalsium yang penting untuk unggas pedaging dan
unggas yang sedang bertelur dengan kadar kalsium yang cukup besar yaitu 38 % dan kandungan
nutrien lainnya yaitu (1,2%) BETN, (46,7%) PK, dan (86%) BK. Kulit kerang diperlukan lebih
banyak dalam ransum untuk ayam petelur yang bereproduksi tinggi sehingga dapat menahan
telur dalam saluran telur dalam waktu yang relatif singkat. Tepung kulit kerang memiliki warna
hitam keabuan, berbau amis karena termasuk dalam hewan laut dan memiliki rasa asin.

2. Potensi tepung kulit telur sebagai alternatif bahan pangan yang mengandung sumber
mineral. Kulit telur diolah untuk dijadikan tepung kulit telur dengan cara dikeringkan kemudian
digiling hungga halus. Kandungan nutrisi tepung kulit telur protein kasar (7,6%), abu (91,1%),
kalsium (36,4%), fosfor (0,21%), Mg (0,4%), K (0,1%), Fe (0,002%), dan S (0,090%).

3. Tepung batu kapur, berwarna putih kapur, tidak berbau dan teksturnya berbentuk tepung.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tepung batu mengandung Ca sekitar 55% yang
terikat dalam bentuk karbonat (CaCO3). Tepung batu di samping mineral Ca, juga mengandung
unsur mineral lain yang dibutuhkan oleh ternak, seperti besi (Fe), fosfor (P) dan magnesium
(Mg). Tepung ini sebagai bahan baku pakan ternak yang berguna sebagai sumber mineral.
4. Garam digunakan sebagai sumber Na (39,3%) dan Cl (60%). Penggunaanya dalam pakan
maksimal 0,25%. Jika kelebihan dapat mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran feses
meningkat

IV. KESIMPULAN

Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Bahan pakan yang termasuk kelas 5 (sumber protein) adalah bahan pakan yang mengandung
protein >20% dan nutrisi lainnya hanya tambahan saja, bahan ini juga ada yang berasal dari
hewani dan nabati. Contohnya adalah bungkil kelapa, tepung bulu, tepung ikan, tepung daun
turi, ampas kecap, dan tepung daun lamtoro.

2. Bahan pakan yang termasuk kelas 6 (sumber mineral) adalah bahan pakan yang dapat
memberikan suply mineral yang dibutuhkan, seperti kalsium, natrium, zat besi, dll.Contohnya
adalah tepung kulit kerang, tepung kulit telur, tepung batu kapur, garam.
V. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Luki dkk. 2005. Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum Fakultas Peternakan.
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.

Hartati, Sri. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Lubis, D. A. 1993. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan. Bogor..

Murni, dkk. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Fakultas Peternakan
Jambi. Jambi

Rahardjo,Tri S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bahan
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Salirawati. 2007. Kegunaan Antibiotik. Grasindo : Jakarta

Posted 29th September 2015 by Abraham Hendry

0
Add a comment

Loading

Go-Livestock

Go Modern Animal Husbandry

Laporan Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (BPFR)

I.IDENTIFIKASI DAN PENGENALAN BAHAN PAKAN

a. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara


mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Agar ternak
peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan
penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan
menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan
adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang
diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan
yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
Oleh karena hal tersebut, para peternak harus bisa jeli di dalam menentukan bahan pakan apa
yang sekiranya bisa diberikan pada ternaknya. Di dalam menentukan bahan pakan, selain jumlah nutrisi
yang ada di dalamnya juga harus mempertimbangkan harga dari bahan pakan tersebut supaya di dalam
usaha peternakannya tersebut tidak mengalami kerugian.

2. Tujuan
a. Menghindari pemalsuan bahan pakan
b. Menghindari kerusakan bahan pakan
3. Waktu dan tempat

Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini dilaksanakan pada tanggal 28,30 April 2009 dan
tanggal 1,5,8 Mei 2009 dan bertempat di laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan
Peternakan,Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. TINJAUAN PUSTAKA

1. Bahan Pakan Hijauan


Hijauan umumnya terdiri dari dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan pertanian,
rumput jenis unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis leguminosa. Hijauan tersebut merupakan
bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Pakan hijauan yang sudah tua mengandung
serat kasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan hijauan yang tua tersebut kurang bermutu. Hijauan yang
bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kandungan protein leguminosa lebih
dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Oleh karena itu, kombinasi keduanya merupakan bahan
pakan yang bermutu (Sugeng dan Sudarmono, 2008).

Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar.
Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, leguminosa segar dan silage. Hijauan kering ialah makanan
yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (AAK, 1983).

Makanan kasar ialah bahan makanan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi. Bahan ini
umumnya terdiri dari makanan huijauan yang berupa rumput atau leguminosa dalam bentuk yang masih
segar ataupun yang telah diawetkan seperti silage atau hay (AAK, 2008).

Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami
sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan
kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama
penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang
rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua, jaringannnya telah mengalami lignifikasi tingkat lanjut dan
tingginya kandungan silikat (Anonim, 2009).

Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar,
baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak).
Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman
bijibijian / jenis kacang-kacangan (Anonim, 2009).

2. Bahan Pakan Sumber Energi

Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama. Zat karbohidrat ini bias berupa gula,
pati atau serat kasar. Makanan berbutir dan ubi-ubian banyak mengandung gula dan pati. Hijauan
merupakan sumber karbohidrat, apalagi makanan penguat seperti jagung dan sorghum (Sugeng, 2000).
Umbi-umbian tumbuh banyak di daerah tropis yang basah dan bermusim. Umbi-umbian yang
paling banyak di daerah tropis adalah ketela pohon, ubi, ketela ranbat, talas dan garut, mempunyai nilai
kandungan tenaga dalam bahan kering yang tinggi (Williamson dan Payne, 1993).

Bekatul biasanya bercampur pecahan-pecahan halus dari menir dan lebih sedikit mengandung
kulit dan selaput putih serta berwarna agak kecoklatan (Lubis, 1963). Bekatul mendekati analisa dedak
lunteh, tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit. Susunan zat makanannya sebagai
berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4 % serat kasar; 7,4 % lemak dan 7% abu, kadar
protein dapat dicerna 10,8 %dan MP 70 % (Anggorodi, 1985).

Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi dibandingkan zat zat
makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10% (Suprijatna, 2005). Bahan pakan sumber energi bukan
merupakan sumber zat makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses metabolis zat makanan
organik yang terdiri karbohidrat, lemak dan protei (Wahju, 1997).

Pakan sumber energi memiliki kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%. Dalam
karbohidrat dan protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu kurang lebih dari 4 kkal/gram,
sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih besar yaitu kurang lebih 9 kkal/gram. Sumber bahan
energi yaitu jagung kuning, sorghum, tapioka, beras, bekatul, dan lainnya (Wahyu dan jojo 1988).

3. Bahan Pakan Sumber Protein

Tepung bulu adalah tepung bulu ayam yang telah mengalami proses hidrolisis dengan jalan
pengukusan pada suhu dan tekanan yang tinggi. Tepung bulu mengandung protein yang cukup tinggi
yaitu sebasar 75-80% dengan nilai kecernaan protein di atas 75% bila proses pembuatannya baik (Kamal,
1998)

Bungkil kedelai merupakan bahan makanan yanbg dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan
ternak, meskipun bungkil kedelai tersebut sudah diambil minyaknya tetapi masih menyimpan protein
nabati sebesar kurang lebih 40% (Rasyaf, 2001).

Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk unggas serta mengandung protein.
Bungkil kelapa selain mudah didapat harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi
ransum maksimal sebesar 10 15%. Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam lemak juga sebagai
sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit (Hardjosworo, 2000). Penggunaan bungkil kelapa
seharusnya tidak lebih dari 20 % karena penggunaan yang berlebihan harus diimbangi dengan
penambahan metionin dan lisin (tepung ikan) serta lemak dalam ransum. Kandungan protein dalam
bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % , sedangkan nilai gizinya dibatasi oleh tidak tersedianya dan
ketidakseimbangan asam amino (Rasyaf, 1991).

Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan
protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil
sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi
kaliandra, gamal dan sentero.
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan
sebagainya) (Anonim, 2009).

Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein kasarnya,
sehingga kurang baik jika diberikan terlalu banyak (Rasyaf, 1991). Kedelai mentah mengandung
beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak tahan panas, sehingga bungkil
kedelai yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam penyusunan
ransum untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan. Pemanasan yang
terlalu lama dapat merusak kadar lisin (Wahju.1997).

4. Bahan Pakan Sumber Mineral

Bahan pakan sumber mineral umumnya terdapat pada pakan berbutir dan hasil ikutannya serta
hijauan. Pakan berbutir kaya akan unsur P, sedangkan hijauan kaya Ca, tetapi unsure P- nya kurang,
kecuali hijauan jenis leguminosa. Tepung tulang kaya akan Ca dan P, sedangkan kapur (giling)
merupakan sumber Ca yang paling bagus dan harganya pun murah (Sugeng dan Sudarmono, 2008).

Feed supplemen mineral lainnya adalah bahan makanan yang memiliki zat mineral seperti
bahan makanan yang terdapat dalam jenis makanan yang menyimpan unsur zat Mg (Magnesium) yaitu:
jenis kacang- kacangan (Hartono, 1995).

Salah satu jenis batu kapur yang disebut batu bintang ( watu lintang) adalah salah satu sumber
mineral Ca yang baik yang sering digunakan di dalam ransum ternak. Batu kapur yang baik hampir murni
tersusun dari kalsium karbonat (CaLO3) yang mengandung 36 sampai 38% Ca (Kamal, 1998).

5. Bahan Pakan Sumber Vitamin

Vitamin A dibentuk dari pro vitamin A (karoten). Warna kuning pada umbi-umbian dan butir-
butiran hijau sebagai provitamin A, oleh dinding usus halus diubah menjadi vitamin A. Apabila sebagian
besar daun pada hiajauan masih berwarna hijau, berarti provitamin-A nya masih tetap bertahan. Hijauan
yang dipanen pada saat masih muda, provitamin A-nya lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan yang
tua (Sugeng dan Sudarmono, 2003).

Vitamin B12 dibutuhkan untuk merangsang proses pertumbuhan, meningkatkan daya tetas,
meningkatkan resistan embrio dan membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B12
terdapat pada tepung ikan (Hartono, 1995).

Vitamin K banyak terdapat pada berbagai bagian tanaman hijau. Sejumlah senyawa mempunyai
aktivitas seperti vitamin K, dan yang digunakan sebagai standar normal adalah yang disebut menadion.
Ada tersedia beberapa derivat larut air yang berbeda yang diperdagangkan sebagai sumber vitamin K.
Dua di antaranya yang umum digunakan adalah meradion sodium bisulfite dan menadion
dimethilpyrimedinol bisulfite (Kamal,1998).
Vitamin D berguna untuk metabolisme dan mengatur keseimbangan unsur Ca dan P dalam
tubuh, lebih- lebih untuk pembentukan tulang. Vitamin D di dalam tubuh dibentuk dengan bantuan sinar
matahari. Di mana di bawah kulit terdapat provitamin D yang apabila kena sinar pagi akan terbentuk
vitamin D (Sugeng, 2000).

6. Feed Additif

Penggunaan antibiotika dalam usaha peternakan ayam dewasa ini semakin populer.
Penggunaan antibiotika dirasakan mempunyai peranan penting dalam merangsang pertunbuhan ayam
dan sekaligus memperbaiki efisiensi dalam penggunaan makanan. Penggunaan euramian, telah terbukti
sanggup memperbaiki pertumbuhan ayam rata-rata sebesar enam persen, efisiensi makanan sebesar
tiga persen dan kasus penyakit berak darah berkurang tiga persen sampai enam persen (Mutidjo, 1992).

Hormon oestrogen sintesis seperti stiboestrol memiliki peranan perangsang pertumbuhan,


sedangkan thyroxine dapat merangsang pertumbuhan dan produksi susu dan wol. Hormon dapat
dimasukkan kepada ternak baik melalui mulut atau implantasi di bawah kulit. Dengan implantasi, pelet
ditempatkan pada pangkal telinga ternak ruminansia, dan di leher pada komponisasi kimia ayam jantan
muda (Williamson dan Payne, 1993).

Masih ada sejumlah bahan makanan tambahan seperti nitrovin yaitu suatu devirat guanidin
dan senyawa quinoxaline, yang nampaknya meningkkan laju pertumbuhan beberapa klas ternak.
Koksidiostat yang digunakan pada makanan unggas dan obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan
histomoniasis pada kalkun juga bekerja sebagai perangsang pertumbuhan (Hartono, 1995).

Ternak sering terserang oleh berbagai macam penyakit, baik yang berupa parasit luar (ecto-
parasite) maupun parasit dalam (endo-parasit). Untuk mencegah timbulnya penyakit akibat teraserang
koksida (koksidosis) dapat digunakan berbagai macam koksidiostat. Salah satu koksidiostat yang sangat
efektif adalah sulfaquinoxalin. Di sampinng diberikan sebagai aditif pakan juga dapat diberikan bersama
air minum (Kamal, 1998).

c. MATERI DAN METODE

1. Materi
a. sampel bahan pakan
b. cawan petri
c. sendok
d. tabel kandungan nutrien bahan pakan
2. Metode

a. Mengambil dengan menggunakan sendok contoh bahan pakan dan memasukkannya ke


dalam cawan petri.
b. Mengamati dengan panca indera.
c. Mengidentifikasi setiap bahan yang disediakan.
d. Membuat hasil pengamatan dalam tabel hasil praktikum.
e. Menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Bahan Pakan Hijauan

a. Graminae

a.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Hijauan Graminae

No Nama Bahan Pakan Hasil Pengamatan Kesimpulan

1 Warna daun: hijau Pakan Kelas 2: hijauan segar


Tulang daun: sejajar (graminae)
Tipe daun: tunggal
Bentuk daun: oval BK:
memanjang
Batang: pelepah EE:

SK:
Rumput Raja
Pennisitum Hibrida TDN:

PK:

2 Warna daun: hijau tua Pakan Kelas 2: hijauan segar


Tulang daun: sejajar (graminae)
Tipe daun: tunggal
Bentuk daun: oval BK: 92 %
memanjang
Batang: pelepah EE: 4, 24 %

SK: 40, 82 %
Rumput Gajah
Pennisitum PK: 10, 79 %
Purpureum
TDN: 49, 9 %
3 Warna daun: hijau Pakan Kelas 2: hijauan segar
Tulang daun: sejajar (graminae)
Tipe daun: tunggal
Bentuk daun: memanjang BK:
Batang: pelepah
EE:

SK:
Rumput Belulang
Eleusin Indica TDN:

PK:

Sumber Laporan Sementara

a. 2. Pembahasan

Rumput adalah tanaman yang banyak digunakan sebagai pakanan ternak.Hal tersebut dikarenakan
rumput banyak memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan tanaman pakan ternak yang lain yaitu
diantaranya:

1. Sebagian besar rumput adalah palatabel bila umur belum tua.


2. Hanya sedikit yang bersifat toksik.
3. Kemampuan tumbuh baik, sehingga tenak ruminansia dapat mempertahankan
hidup.

Akan tetapi rumput juga masih mempunyai kekurangan yaitu diantaranya:

1. Kandungan air sangat tinggi.


2. Bagi ternak ruminansia menyebabkan kelebihan protein.
3. Dapat menyebabkan mencret.
4. Kandungan bahan kering rendah berakibat sukarnya penuhi energi secara
maksimal.

Rumput Raja atau Pennisetum Hibrida adalah salah satu dari sekian banyak jenis rumput yang
digunakan para peternak untuk pakan teraknya. Rumput raja adalah persilangan antara Pennisetum
Purpureum dengan Pennisetum Typoides. Adapun ciri- ciri dari rumput raja diantaranya adalah sebagai
berikut:

1. tinggi dua sampai empat sentimeter


2. panjang daun tujuh puluh sampai dengan seratus sentimeter
3. lebar daun tiga sampai enam sentimeter
4. batang tebal
5. daun agak kesar
6. defoliasi enam minggu
7. berkembang biak dengan stek
8. kandungan protein kasar 11, 02 %.

Selain rumput raja, rumput yang juga banyak digunakan untuk pakan ternak adalah rumput gajah
atau dengan bahasa latin Penisetum Purpureum dengan ciri- ciri diantaranya batang tebal dan keras,
tumbuh setinggi 3- 4,5 meter, berkembang dengan stek, sobekan rumpun, masa efoliasi 6-8 minggu,
produksi 150-200 ton/ha/tahun, analisa bahan kering 92%, TDN 49,9%, SK 40,82%, EE 4,24%, PK 10,79%.
Perlu perhatian khusus untuk penanaman rumput ini yaitu apabila musim kemarau tiba rumput
gajah paling banyak ditanam karena muah baradaptasi dengan tanah buruk.

Rumput Belulang (Fleusin Indica) adalah sejenis tanaman gulma atau tanaman pengganggu. Oleh
karena itu perlu dimanfaatkan sebagai pakan agar tidak tetap menjadi pengganggu. Pemberian rumput
ini pada ternak cukup mudah, yaitu hanya dengan melepaskan ternak ke padang rumput yang tingginya
sekitar 15 cm itu. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan nutrient ternak tidaklah cukup dengan hanya
menghandalkan rumput belulang ini sehingga perlu adanya pakan tambahan yang mencukupi
kebutuhan nutrient ternak tersebut.

b. Legume

b.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1.2 Pengamatan Hijauan Legume

No Nama Bahan Pakan Hasil Pengamatan Kesimpulan

1. Warna daun: hijau Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)

Tulang daun: menyirip BK:91,2%

Bentuk daun: Elip TDN: 50,55%

Tipe daun: inparipinate SK: 49,68%


Daun Gamal
Glirisida Sepium Batang: berkayu EE:1,63%

PK: 10,17%

2. Warna daun: hijau Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)

Tulang daun: menyirip BK:91,1%

Bentuk daun: lonjong TDN: 48,20%

Tipe daun: paripinate SK: 40,42%


Daun Turi
Sesbania Glandiflora Batang: berkayu EE:5,22%
PK: 25,99%

3. Warna daun: hijau Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)

Tulang daun: menyirip BK:100%

Bentuk daun: Elip Abu: 8,3%

Tipe daun: paripinate SK: 14,4%


Daun Lamtoro
Leucena Leucocephal Batang: berkayu EE:6,2%

PK: 24,3%

4. Warna daun: hijau Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)

Tulang daun: sejajar BK:100%

Bentuk daun: oval Abu: 8,8%

Tipe daun: trivoleat SK: 31,2%


Daun Kacang Kupu
Centrocema Pubescens Batang: menjalar EE:3,6%

PK: 22%

5 Warna daun: hijau Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)

Tulang daun: sejajar


Daun Kacang Panjang
Bentuk daun: Trivoleat
Vigna Sinensis
Tipe daun: Piramid

Batang: menjalar

Sumber: Hasil Pengamatan

b.2. Pembahasan

Gamal merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis, dapat hidup dengan segala
kondisi tanah tapi tidak tahan pada air tergenang. Fungsi tanaman selain sebagai pakan, tanaman pagar,
tanaman pelindung, dsb, juga sebagai penahan erosi. Tanaman ini belum sepenuhnya dimanfaatkan
sebagai pakan karena belum terbiasa dengan baunya yang kurang disukai ternak. Untuk membiasakan
dapat diberi sedikit demi sedikit atau dengan perlahan.

Turi (Sesbania Glandiflora) termasuk tanaman yang berpotensi menyediakan hijauan makanan ternak
yang berkualitas baik. Penambahan daun turi segar dapat memberi koefisien cerna semua zat makanan
bila dibanding tanpa penambahan turi. Karena disebabkan tinggi nilai makanan hijauan daun turi.
Penambahan daun turi dengan rumput gajah sebanyak 0,5, 1, dan 2 kg dapat meningkatkan bobot
badan ternak domba masing-masing sebesar 57, 63, dan 93 g/ ekor/ hari.

Daun Lamtoro (Leucena Leucocephal) telah lama dikenal dengan nama kemlandingan, petai cina, dll.
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai tanaman peneduh dan sebagai makanan ternak. Panen
pertama setelah tanaman berumur 6-9 bulan dan pemotongan 3-4 bulan dengan tinggi pemotongan 1-
1,5m.

Daun kacang kupu (Centrocema Pubescens) termasuk golongan bahan pakan kelas 2, pakan hijauan
segar jenis Legume.

Daun kacang panjang (Vigna Sinensis leaves) tanaman ini dimanfaatkan dan diberikan ke ternak dengan
skala kecil dengan tujuan memberi variasi pakan ternak. Tanaman ini tergolong pakan kelas 2, hijauan
segar jenis legume karena mengandung kandungan protein cukup baik untuk pertumbuhan.

c. Rambanan

c.1 Hasil pengamatan


Tabel 1.3 Hasil pengamatan hijauan rambanan

no Nama bahan pakar Hasil pengamatan kesimpulan

Warna daun : Pakar kelas

Hijau 2-hijauan segar (rambanan)

Tulang daun:

Daun ubi Menjari

Nbentuk daun:

Batang :

menjalar

2 Daun nangka Warna daun Pakar kelas 2

Artocorpus integro Hijau Hijauan segar (rambanan)

Tulang daun Bk:100%

Menyirip Abo:25%

Bentuk daun EE:4%

Oval SK:20%
Batang: PK:12,%

berkayu

3 Marihot utilisima Warna hijau: Pakar kelas 2

Hijau Hijauan segar (rambanan)

Tulang daun: BK:100%


EE:7,4%
Sejajar SK:22,9%
Tipe daun: BU:45,5%
PK:17,3%
Menjari

Bentuk daun:

Oual memanjang

Batang:

Berkayu gabus

Sumber hasil pengamatan

c.2. pembahasan

Selain forage rumput dan forase legume,adajuga forase lain uang berupa hijauan berbagai sayur-sayuranbaik hasil
sisa / sudah tidak digunakan untuk pangan atau dinamakan rambanan.contoh salah satunya adalah daun
singkong(manihot utilisima)tanaman sejanis cassava,atau benalu t6ak bercabang atau bercabang 2
tinggi mencapai 4m.bergetah putih dan mengandung surida pada konsentrasi yang berbeda.selain di
manfaat kan untuk pangan ,tanaman ini juga sudah dimanfaatkan menjadi pakar walau hasil yang akan
diperoleh berasal dari sisa bahan pangan.

2. Bahan Pakan Penyusun Konsentrat

a. Bahan Pakan Sumber Energi

a.1. Hasil Pengamatan


No Nama Bahan Pakan Hasil Pengamatan Kesimpulan

1. Biji Lamtoro Warna Coklat tua Sumber Energi


Tekstur: biji pipih

Bau Tengik

Rasa Getir

BK:29%

PK:6,8%

Abu: 2,4%

EE: 1,3%

SK: 6,2%

2. Dedak Padi Warna Coklat muda Sumber Energi

Tekstur: serbuk

Bau apek

Rasa tawar

BK:86,8%

PK:11,9%

Abu: 10,1%

EE: 12,1%

SK: 10,0%

3. Dedak Jagung Warna Coklat Tua Sumber Energi

Tekstur: kasar

Bau apek

BK:86%

PK:9,7%

Abu: 2%

EE: 6,4%

SK: 4,3%
4. Tepung Jagung Warna kuning Sumber Energi

Tekstur: kasar

Bau harum

Rasa tawar

BK:100%

PK:10,3%

Abu: 2%

EE: 4,7%

SK: 2,5%

5. Tepung Gaplek Warna Krem Sumber Energi

Tekstur: lembut

Bau apek

Rasa tawar

BK:100%

PK:3,3%

Abu: 3,3%

EE: 0,7%

SK: 5,3%

6. Tepung daun singkong Warna hijau gelap Sumber Energi

Tekstur: halus

Bau apek

Rasa tawar

BK:100%

PK:20%

Abu: 3,3%
EE: 3,8%

SK: 21,2%

7. Ampas tahu fermentasi Warna krem Sumber Energi

Tekstur: lembut

Bau apek

Rasa tawar

BK:

PK:

Abu:

EE:

SK:

8. Bekatul Warna krem muda Sumber Energi

Tekstur: agak kasar

Bau apek

BK:86%

PK: 12%

Abu: 7,7%

EE: 10,7%

SK: 5,2%

9. Corn gluten meal Warna kuning kecoklatan Sumber Energi

Tekstur: lembut

Bau apek menyengat

BK:

PK:

Abu:
EE:

SK:

10. Polard Warna Coklat muda Sumber Energi

Tekstur: sedikit kasar

Bau apek

BK:86%

PK:16,1%

Abu: 4,1%

EE: 45,0%

SK: 6,6%

11. Pati aren Warna Coklat tua Sumber Energi

Tekstur: kasar

Bau apek

Rasa tawar

BK:

PK:

Abu:

EE:

SK:

12. Tepung onggok Warna Coklat muda Sumber Energi

Tekstur: kasar

Bau apek

Rasa tawar

BK:

PK:
Abu:

EE:

SK:

13. Konsentrat komplit Warna Coklat Sumber Energi

Tekstur: kasar

Bau tengik

Rasa asin

BK:

PK:

Abu:

EE:

SK:

14. Kulit kopi Warna Coklat Sumber Energi

Tekstur: kasar

Bau apek

BK:

PK:

Abu:

EE:

SK:

Sumber: Laporan Sementara

a.2. Pembahasan

Biji lamtoro berwarna coklat tua, tekstur biji pipih, dengan bau tengik dan rasa getir. BK biji
lamtoro 29%, PK6,8%, Abu 2,4%, EE 1,3% dan SK 6,2%.

Biji lamtoro termasuk pakan ternak yang mempunyai kandungan nutrisi di antaranya protein anatara
30-40%, lemak 6,13%, seddangkan kadar salah satu jenis alkaloid yaitu memosin kadarnya sangat
rendah, maka tidak menyebabkan gangguan pada hewan ternak (Suprayitno, 1981).
Dedak padi berwarna coklat muda. Dengan tekstur serbuk, bau apek dan rasanya tawar.
Kandugan BK 86,8%, PK 11,9%, SK 10,0%, abu 10,1% dan EE 12,1%.

Bila dedak ini digunakan dalam ransum ungggas, harus dicegah terhadap kemungkinan terjadinya
ketengikan autooksidatif karena bisa mengakibatkan penyakit encephalomalacia pada anak ayam.
Pemakaian dedak pada dalam jumlah banyak dalam ransum, akan terjad kekurangan isoleusin dan
treonin yang gejala- gejalanya sama dengan kekurangan lisin (Wahyu, 1998)).

Dedak jagung berwarna coklat tua, tektur kasar sedikit dan berbau apek. Dengan BK 86%, PK
9,7%, SK 4,3% dan EE 6,4%.

Dedak jagung merupakan bulir bersama lenbaga dari proses awal pembuatan beras jagung.

Jagung merupakan sumber energi utama dalam ransum aneka ternak unggas (Anggorodi, 1995).

Jagung kuning selain mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum. Jagung
mempunyai kadar triptofan yang rendah. Yng paling rendah adalah kadar metioninnya, kemudian lisin
(Wahyu, 1988).

Tepung jagung berwarna kuning, tekstur kasar, bau harum dan rasanya tawar. Dengan
kandungan BK 100%, PK 10,3%, SK 2,5%, abu 2%, EE 4,7%.

Tepung jagung terbuat dari biji jagung. Di dalam biji jagung tersebut terdapat
banyakkarbohidrat. Sebagian besar beradu pada endospermium. Kandungan karbohidratdapat
mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji (Anonim, 2008).

Tepung gaplek berwarna krem, tekstur lembut, bau apek dan rasanya tawar. Dengan kandungan
BK 100%, PK 3,3%, SK 5,3%, abu 3,3%EE 0,7%.

Gaplek adalah umbi ubi kayu yang telah dkupas kulitnya dan telah dikeringkan. Salah satu tujuan
dari pengeringan adalah agar umbi ubi kayu apat disimpan dalam waktu yang cukup lama, mudah
penanganannya dan mengurangi atau menghilangkan kandungan glukosa (linamarin) yang dapat
menghasilkan HCN oleh adanya aktivitas enzim tertentu. Gaplek dapat digunakan sebagai bahan pakan
sumber energi untuk berbagai jenis ternak. Dan salah satu pemberiannya dapat dalam bentuk tepung
(Kamal, 1998).

Tepung daun singkong berwarna hijau gelap, tekstur hakus dan berbau apek. Kandungan yang
ada di dalamnya adalah BK 100%, pk 20%, SK 21,2%, Abu 10,8%, EE 21,2 % dan BN 44,2%.

Ampas tahu fermentasi berwarna krem, tekstur lembut dan bau apek. Ampas tahu fermentasi dapat
meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ayam pedaging. Proses fermentasi
menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus Digosporus dan Rizopus Oryzae. Proses
fermentasi akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya.
Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualiasnya dari bahan bakunya.
Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino, dan secara
tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas tahu (Anonim, 2008).

Bekatul berwarna krem muda, tekstur lembut agak kasar, dan bau tidak menyengat. Dengan
kandungan BK 86%, abu 7,7%,EE 10,7%, SK 5,2% dan PK 12%.

Bekatul merupakan hasil samping dari proses penyosohan beras pecah kulit. Bekatul tersusun dari
lapisan luar beras pecah kulit, pati dan mata beras. Bekatul cukup tinggi kandungan minyaknya, sehingga
mudah mengalami ketengikannya. Untuk menghindari ketengikan pada bekatul dapat dilakukan dengan
jalan pemanasan atau pengeringan segera setelah bekatul diperoleh dari proses penggilingan gabah.
Terjadinya ketengikan tersebut adalah akbat rusaknya enzim lipolitik (lipase) yang terdapat pada bekatul
(Kamal, 1998).

Corn Gluten Meal berwarna kuning kecoklatan, tekstur lembut dan bau apek menyengat.

Corn Gluten Meal merupakan salah satu hasil samping dari pembuatan pati jagung (pati mayzena) dan
sebagai bahan pakan merupakan konsentrat protein yang kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu di
atas kandungan protein bungkil kedelai (Kamal, 1998).

Polard berwarna coklat muda, tekstur sedikit kasar dan berbau apek. Kandungan BK 86%,
PK16,1%, SK 6,6%, abu 4,1% dan EE 45%.

Penggunaan polard di dalam ransum sering dibatasi kearena mempunyai bobot ringan
perunit(buky), namun demikian ckup palatabelbagi semua jenis ternak. Di samping sebagai sumber
energi, polard juga sebagai sumber vilatin larut air kecuali niasin (Kamal, 1998).

Pati aren berwarna coklat tua, tekstur kasar dan berbau apek.

Untuk menghasilkan pati aren yang baik dibutuhkan proses pembuatan yang panjang. Mula-
mula batang aren dipotong- potong sepanjang satu meter, lalu dibelah menjadi empat sampai enam
bagian. Bagian kayu luar yang keras dibuang dan bagian dalamnya diparut dengan mesin. Hasil parutan
kayu kemudian diperas sarinya, dimasukkan ke dalam bak penampungan. Setelah tiga jam didiamkan
menghasilkan endapan. Endapan inilah yang selanjutnya akan diolah menjadi pati aren. Caranya disaring
lagi dengan saringan mesin, diendapkan satu malam dan dijemur sehari (Anonim, 2008).

Konsentrat komplit berwarna coklat, tekstur kasar, bau tengik dan rasa asin.

Konsentrat merupakan campuran bahan yang mempunyai kandungan serat kasar rendah dan
mempunyai kandungan nutrien seperti protein atau energi, lemak tinggi dan mudah dicerna. Bahan
tersebut dapat dapat berupa dedak, bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang, bungkil kedelai atau bahan-
bahan sisa dalam proses biji-bijian. Bahan ini dicampur dengan baik sehingga kandungan nutrien yang
ada di dalamnya dapat memenuhi kekurangan nutrien yang dibutuhkan.

Tepung onggok berwarna coklat muda, tekstur kasar dan berbau apek.
Dalam pembuatan tapioka (pati umbi ubi kayu) dihasilkan ampas yang disebut onggok.
Walaupun onggok merupakan ampas dari pembuatan tapioka, namun kenyataanya masih cukup baik
untuk digunakan sebagai bahan pakan sumber energi terutama bagi ternak ruminansia. Hal ini
disebabkan masih cukup tingginya kandungan karbohidrat yang mudah larut (Ekstrak Tanpa Nitrogen /
ETN ) yang berupa pati. Onggok sebagai bahan pakan pada umumnya disimpan dalam keadaan kering
dan diberikan kepada ternak dalam bentuk tepung kasar atau giling kasar (Kamal, 1998).

Kulit kopi berwarna coklat, tekstur kasar berbau apek.

Kulit kopi yang diolah melalui prses fermentasi kandungan gizinya mencapai 12,5 %. Hal ini
membuktikan bahwa kandungannya lebih tinggi daripada kandungan dedak atau bekatul. Limbah kopi
ini mampu membuat pertumbuhan ternak kambing menjadi lebih cepat bongsor. Dengan diberi pakan
limbah sebesar 100 gram per ekor setiap harinya, berat badan seekor ternak bertambah 95 100gram
perhari (Anonim, 2008).

b. Bahan Pakan Sumber Protein

b.1 Hasil Pengamatan

No Nama Bahan Pakan Hasil Pengamatan Kesimpulan

1. Bungkil Kedelai Warna kuning krem Sumber protein

Tekstur agak kasar (kelas 5)

Bau tidak menyengat

SK: 6,5%

KA : 12%

PK: 50%

Abu: 7%

Lemak: 3,5%

TDN:80%

2. Bungkil Wijen Warna coklat tua Sumber protein

Tekstur kasar (kelas 5)

Bau tengik

SK:

BK:
PK:

Abu:

EE:

TDN:

3. Bungkil kelapa Warna coklat gelap Sumber protein

Tekstur kasar mennnggumpal (kelas 5)

Bau tengik

EK: 90,2%

SK: 12,78%

PK: 221,21%

TDN: 78,99%

Abu: 8,14%

EE: 8,89%

4. Bungkil Klenteng Warna hitam Sumber protein

Tekstur kasar (kelas 5)

Bau tengik

BK: 86%

PK: 27,3%

SK:20,6%

Abu: 6,8%

EE: 8,6%

5. Bungkil kacang hijau Wrna coklat tua ada warna hitamnya Sumber protein

Tekstur kasar (kelas 5)

Bau tengik
BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

6. Bungkil Kelapa sawit Warna hitam kecoklatan Sumber protein

Tekstur halus (kelas 5)

Bau tengik

BK: 89,3%

SK: 30,41%

PK:18,16%

EE:4,02%

Abu:5,96%

7. Biji kacang panjang Warna hitam Sumber protein

Tekstur butiran (kelas 5)

Bau apek

BK:86%

SK: 19,12%

Abu: 8,3%

PK: 12,21%

ME: 1, 97%

BETN: 43,3%

8. Biji kapuk Warna hitam Sumber protein

Tekstur butiran (kelas 5)


Bau apek

BK 91,4%

PK: 41,0%

SK:12,6%

Abu: 6,4%

TDN: 67%

9. Biji kacang hijau Warna hijau Sumber protein

Tekstur butiran (kelas 5)

Bau apek

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

10. Biji turi Warna coklat Sumber protein

Tekstur butiran (kelas 5)

Bau apek

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

11. Biji munggur Warna coklat Sumber protein


Tekstur agak kasar (kelas 5)

Bau tengik

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

12. Tepung enceng gondok Warna hijau Sumber protein

Tekstur agak kasar (kelas 5)

Bau tengik

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

13. Tepung daun lamtoro Warna coklat kehitaman Sumber protein

Tekstur agak kasar (kelas 5)

Bau apek

BK: 86%

PK: 20,4%

SK:15,5%

Abu: 5,4%

EE: 5,0%
14. Tepung tempe Warna coklat Sumber protein

Tekstur lembut (kelas 5)

Bau apek

BK: 86%

PK: 41,3%

SK: 5,3%

Abu: 8,0%

15. Tepung bulu hidrolisa Warna coklat muda Sumber protein

Tekstur halus (kelas 5)

Bau tengik

BK: 91%

PK: 81,7%

SK: 6%

Abu: 3,7%

EE: 3,0%

16. Tepung ikan Warna coklat kekuningan Sumber protein

Tekstur halus (kelas 5)

Bau amis

BK: 86%

PK: 62,6%

SK: 2,2%

Abu: 20,7%

EE: 6,8%

17. Tepung ikan asin Warna coklat Sumber protein

Tekstur halus (kelas 5)


Bau amis

BK: 86%

PK: 52,6%

SK: 2,2%

Abu: 9,9%

BETN: 2,9%

18. Tepung ikan hitam Warna coklat kehitaman Sumber protein

Tekstur kasar (kelas 5)

Bau amis

BK: 92%

PK: 60,2%

SK: 0,17%

Abu: 20,7%

BETN: 3,7%

19. Ampas tahu Warna krem Sumber protein

Tekstur sedikit kasar (kelas 5)

Bau tengik

BK: 100%

PK: 25, 37%

SK: 15, 27%

Abu: 7,4%

20. Ampas bir Warna coklat Sumber protein

Tekstur serbuk kasar (kelas 5)

Bau amis

BK: 94,3%
PK: 23,47%

SK: 18,5%

Abu: 4,6%

EE: 4,53%

TDN: 73,8%

21. Tepung daun Warna coklat tua Sumber protein

Tekstur lembut (kelas 5)

Bau apek

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

22. Tepung jahe Warna coklat Sumber protein

Tekstur lembut (kelas 5)

Bau apek

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

23. Meat Born Meal (MBM) Warna krem gelap Sumber protein

Tekstur agak kasar (kelas 5)


Bau amis

BK: 86%

PK: 58,6%

SK: 5%

Abu: 2,8%

EE: 7,2%

TDN:

24. Lysin Warna krem Sumber protein

Tekstur agak kasar (kelas 5)

Bau amis

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

25. Glycine max Warna coklat muda Sumber protein

Tekstur butiran (kelas 5)

Bau apek

BK: 100%

PK: 48%

SK: 6,2%

Abu: 9,3%

EE: 5,7%

BN: 30,8%
26. Glycine max hitam Warna hitam Sumber protein

Tekstur butiran (kelas 5)

Bau apek

BK: 100%

PK: 37,7%

SK: 7,0%

Abu: 5,7%

EE: 19,3%

27. Milo Warna orange Sumber protein

Tekstur butiran (kelas 5)

Bau apek

BK:

PK:

SK:

Abu:

EE:

TDN:

Sumber laporan sementara

b.2 Pembahasan

Bungkil kedelai berwarna kuning krem, tekstur agak kasar dan bau tidak menyengat. Dengan
kandungan SK 6,5%, KA 12%, PK 15%, Abu 7%, lemak 3,5 % dan TDN 80%.

Bungkil kedelai adalah salah satu bahan pakan yang konsentrat protein nabati yang sangat baik.
Kandungan asam amino asensialnya mendekati asam amino esensial dari protein susu, glisinnya cukup
tinggi kecuali metionin dan lisinnya rendah, sumber vitamin B kecuali vitamin B12 yang sangat rendah
yaitu tidak seperti yang terkandung di dalam konsentrat protein hewani. Sebagai standar, bungkil
kedelai mengandung protein kasar 50% untuk yang berasal dari kedelai tanpa kulit, biji 44% (Kamal,
1998).
Warna dari bungkil wijen adalah coklat tua, tekstur kasar dan bau tengik. Bungkil wijen (ampas)
yaitu wijen yang sudah diambil minyaknya. Sangat baik untuk pakan ternak. Budidaya wijen relatif
mudah, resiko kegagalan kecil input rendah dan mudah ditumpangsarikan dengan tanaman pangan atau
industri (Anonim, 2008).

Bungkil kelapa berwarna coklat gelap, tekstur kasar menggumpal dan bau tengik. Kandungan BK
90,2%, SK 12,78%, PK 21,21%, TDN 78,99 %, Abu 8,14%, dan EE 8,89%.

Bungkil kelapa diperoleh sebagai hasil ikutan dari extraksi minyak dari daging kelapa kering
(kopra). Pengaruh bungkil kelapa terhadap komposisi lemak pungung menaikkan kadar asam-asam
lemak jenuh yang rantainya pendek. Bungkil kelapa menyebabkan menurunnya asam stearat dan sedikit
perubahan asam oleat (Parakkasi, 1983).

Bungkil klentheng berwarna hitam, tekstur kasar dan bau tengik. Kandungan BK 86%, PK 27,3%,
SK 20,6%, abu 6,8%, EE 8,6%.

Setelah kandungan minyak biji kapas diambil dengan berbagai macam proses, didapat bungkil
klentheng yang kadar proteinnya akan relatif tinggi. Kadar zat-zat makanan dari bungkil tersebut banyak
dipengaruhi antara lain oleh konsentrasi kulit klentheng dalam produk dan cara prosessingnya
(Parakkasi, 1983).

Bungkil kacang hijau berwarna coklat tua ada hitamnya, tekstu kasar dengan kerikil kecil dan
baunya apek.

Kacang hijau mengandung vitamin (terutama vitamin B), cukup protein dan sedikit lemak.
Kacang hijau mempunyai mempunyai kandungan protein 24% dan karbohidrat sekitar 58% (Soeprapto
dan Sutarman, 1982).

Bungkil kelapa sawit berwarna coklat kehitaman, tekstur halus, bau tengik dan rasa tawar.
Kandungan BK 89,3%, SK 30,41%, PK 18,16%, EE 4,02% dan abu 5,96%.

Bungkil dari pembuatan minyak inti atau minyak daging buah disebut bungkil kelapa sawit dan
sering disebut pula sebagai bungkil inti sawit. Bungkil inti sawit banyak digunakan sebagai bahan pakan
sapi, bahkan untuk sapi perah (1,5 kg/ekor/hari) dapat menghasilkan susu yang bila lemak susunya
dibuat mentega akan menghasilkan mentega yang baik (Kamal, 1998).

Biji kacang panjang ini berwarna hitam, tekstur butiran atau biji dan berbau apek. Kandubgan BK
86%, SK 19,12%, PK12,21%, abu 8,3%, ME 1,97% dan BETN 43,3%.

Biji kacang panjang bentuknya bulat agak memanjang dan pipih, di tengahnya terdapat bintik
merah-tua atau hitam atau belang-belang.

Tanaman kacang panjang memiliki daya adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungan tumbuh.
Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
(pegunungan) lebih kurang 1500m dari permukaan laut (dpl). Tetapi paling baik adalah di dataran
rendah.

Biji kapuk berwarna hitam, tekstur butiran, bau apek. Kandungan BK 91,4%, PK41,0%, SK 12,6%,
abu 6,4%, TDN 67%.

Bij kapuk merupakan hasil samping dari buah kapuk, sedang hasil utamanya adalah serat
kapuknya. Biji kapuk giling ternyata dapat digunakan di dalam ransum ternak ruminansia dalam jumlah
yang cukup tinggi yaitu sampai 70% dalam ransum sapi potong (Kamal, 1998).

Biji kacang hijau berwarna hijau, ekstur butiran dan berbau apek.

Biji kacang hijau mengandung kadar lemak dan protein yang tinggi. Kandungan proteinnya seitar
23-34%, terdiri dari aasam-asam amino esensial seperti argonin, fenilalanin, histidin, asoleusin, leusin,
lisin, metionin, kriotofan, dan valin. Kandungan lemaknya sekitar 16-50%, 76-86% diantaranya adalah
aasam lemak tyidak jenuh seperti asam oleat dan linoleat. Kacang hijau mengandung karbohidrat sekitar
58% (Anonim, 2008).

Biji turi berwarna coklat, tekstur butiran, dan baunya apek.

Biji turi yang masih muda biasanya juga digunakan sebagai bahan masakan, sedang biji yang tua
dapat dipakai sebagai bahan tempe yang baik karena kandungan protein yang tinggi (Anonim, 2008).

Biji munggur berwarna coklat, tekstur butiran dan bau apek.

Munggur (Samanea Saman) terbukti menyerap paling banyak karbondioksida dalm setahun,
tanaman yang dibawa dari semenanjubg Yucatan, mexico itu menyerap 28,488,39 kg karbondioksida
(Anonim, 2008).

Tepung enceng gondok berwarna hijau, tekstur agak kasar dan berbau tengik.

Enceng gondok dapatdijadikan pakan ternak karena tingginya kandungan serat kasar, enceng
gondok harus diolah terlebih dahulu. Salah satu teknik pengolahannya adalah dengan proses fermentasi.
Proses fermentasi ini dapat meningkatkannilai gizi yang terkandung dalam enceng gondok. Protein kasar
meningkat sebasar 61,81% (6,31% ke 10,21%) dan serat kasar turun 18% (dari 26,61% ke 21,82%)
(Anonim, 2008).

Terpung daun lamtoro berwarna coklat kehitaman, tekstur agak kasar dan berbau apek. Kandungan
BK 86%, PK 20,4%, SK 15,5%, abu 5,4% dan EE 5,0%.

Tepung daun lamtoro banyak digunakan dalam ransum unggas. Tepung daun lamtoro
megandung 24% protein, 3,25% lemak, kira-kira 14% serat kasar dan lebih dari 350mg betakaroten aktif
perkilogram. Penggunaan tepung daun lamtoro masih dibatasi antara 3-4%, karena tepung daun
lamtoro mengandung alkaloid yang beracun dan dikenal dengan nama mimosin (Wahyu,1988).

Tepung tempe berwarna coklat, tekstur lembut dan berbau apek.


Tempe mengandung komposisi gizi yang komplit: ada protein, lemak, karbohidrat, serat, abu,
kalsium, fosfor, dan besi dalam kadar relatif tinggi. Kandungan ini lebih baik ketimbang kedelai biasa
karena tempe sudah melalui proses fermentasi. Serangkaian penelitian bertahun-tahun lahirlah produk
yang disebut (BMC) tempe. Ini adalah tempe yang dikukus lalu dikeringkan dan dibikin tepung. Tepung
ini kemudian diperkaya lagi dengan tepung kacang hijau beras, telur, dan beberapa bahan lainnya.
Tepung tempe ajaib inilah yang kini sedang dimasyarakatkan oleh UPT Balai Pengembangan Proses LIPI
di Yogyakarta. Tepung ini mengandung nutrisi: protein 16,4%, lemak nabati 2,5%, air 7,5% serta vitamin
B1, B2,B12, dan kalsimu, zat besi, kalium. Kandungan kalorinya 375/100gr bahan (Anonim, 2008).

Tepung bulu hidrolisa berwarna coklat muda, tekstur lembut, dan berbau tengik. Kandungan BK
91%, PK 81,7%, SK 6%, EE 30%, dan abu 3,7%.

Tepung ini dibuat dengan proses hidrolisa bersama dengan tekanan udara tertentu, nilai
proteinnya lebih tinggi atau lebih bermanfaat dibandingkan dengan prossessing lainnya. Daya cerna
proteinnya tidak kurang dari 70% dari 85% protein kasar yang dikandungnya (Parakkasi, 1983).

Tepung ikan berwarna coklat kekuningan., tekstur halus dan berbau amis. Kandungan BK 86%,
PK 62,6%, SK 2,2%, EE 6,8%, dan abu 20,7%.

Tepung ikan merupakan sumber protein yang sangat baik untk unggas., karena mengandung
asam-asam amino esensial yang cukup untuk kebuthan ayam dan sumber utama lisin dan metionin.
Tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan mengandungenergi metabolis yang tinggi dibandingkan
dengan bahan-bahan makanan produksi tinggi lainnya yang digunakan dalam ransum unggas. Kualitas
tepung ikan bervariasi tergantung pada kondisi pengolahan dalam pabrik (Wahyu, 1988).

Tepung ikan asin berwarna coklat, tekstur halus dan berbau amis.

Tepung ikan asin terbuat dari bahan dasar ikan asin. Salah satu cara untuk membuat tepung ikan
asin yaitu dengan teknik desalting. Yaitu dengan cara merendam ikan asin di dalam larutan
berkonsentrasi garam rendahselama 12 jam. Proses ini mampu mengurangi kadar garam, menimgkatkan
kadar protein, dan secara otomatis akan menaikkan harga jual produk. Dari segi mutu dan harga tepung
ini telah mengalami peningkatan. Kadar protein meningkat dari 47,5% menjadi 54% setelah pelaksanaan
program vecer, dan kadar air menurun dari 13,7% menjadi 10,4% (Anonim, 2008).

Tepung ikan hitam berwarna coklat kehitaman, tekstur kasar dan bau amis. Kandungan BK92%,
PK60,2% dan SK 0,17%.

Dalam pengolahan ikan-ian yang kaya akan lemak menjadi tepung, biasanya harus dimasak,
misalnya dengan steam (uap) kemudian diperas untuk mengeluarkan lemaknya dan akhirnya dugiling.
Dalam proses pengeringan, pemasakan,dan segala fase pengolahan yang memerlukan panas yang tidak
terkontrol akan menurunkan daya guna asam-asam amino yang terkandung di dalamnya (Parakkasi,
1983).

Ampas ytahu berwarna krem, tekstur sedikit kasar dan berbau tengik. Kandungan BK 100%, PK
25,36%, SK 15,27%, LK 11,2% dan abu 7,4%.
Ampas tahu merupakan produk sampingan pabrik tahu. Ampas tahu yang telah mengalami
fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan pemacu pertumbuhan ayam pedaging. Kandungan
air dan serat kasarnya tinggi, maka penggunaan ampas tahu menjadi terbatas dan belum memberikan
hasil yang baik. Guna mengatasi ingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan
fermentasi(Anonim, 2008).

Ampas bir berwarna coklat, tekstur serbuk kasar dan baunya amis. Kandungan BK 94,3%, PK
23,47%, SK 18,05%, EE 4,53%, abu 4,06% dan TDN 13,8%.

Ampas bir merupakan sisa dari pembuatan bir. Ampas ini merupakan penyaring yang
efektifuntuk unsur organis yang berbahaya bagi lingkungan seperti trichloroethylene, atau TCE, zat kimia
penyebab kangker yang terkandung dalm zat dan bahan perekat, serta benzene, racun yng biasa
ditemukan dalam air yang terpolusi (Anonim, 2008).

Tepung daun berwarna coklat tua, tekstur lembut dan berbau apek.

Tepung daun biasa digunakan untuk campuran dalam penyusunan ransum untuk ternak.

Tepung jahe berwarna coklat, tekstur lembut, dan baunya apek.

Tepung jahe adalah butiran kering dari hasil penggilingan jahe kering. Tepung jahe ini diolah dari
rimpang jahe segar, yang disortasi dan dicuci untuk menghilangkan pengaruh pestisida dan benda asing
yang mungkin melekat, kemudian diproses dengan dipotong dan disteam untuk mengurangi kandungan
mikroba, dan digiling setelah dicaoai kadar kekeringan yang diinginkan (Hasbullah, 2001).

Meat Born Meal berwarna krem gelap, tekstur agak kasar dan berbau amis. Kandungan BK 86%,
PK 58,6%, SK 5%, abu 2,8% dan EE 2,2%.

Meat Born Meal (MBM) atau tepung daging dan tulang dibuat dari daging dan tulangnya., tetapi
tidak termasuk darah, bulu, kulit, tanduk, kuku, lambung dan usus beserta isinya.. Kandungan fosfor
minimal 4,4% dan kalsium (Ca)tidak lebih dari 2,2 kali kandungan fosfornya (P). Tepung daging dan
tulang terutama digunakan untuk ternak babi dan unggas di samping untuk hewan piaraan (Kama,1998).

Lysin berwarna krem, tekstur agak kasar dan berbau amis.

Lysin meruoakan asam amino pembatas pada jagung. Oleh karena itu, mutu protein QPM (82%)
jauh lebih tinggi dibanding jagung biasa (32%), bahkan lebih tinggi mutu dari protein beras (79%) dan
gandum (39%) (Anonim, 2008).

Glycine max berwarna coklat muda, tekstur butiran dan berbau apek. Kandungan BK 100%, PK
48%, SK 6,2%, EE 5,7%, abu 9,3%, dan BN 30,8%.

Glycine max atau kedelai termasuk famili leguminosa. Tanaman glycine max yang masih hijau
dan daunnya dapat diberikan pada ternak. Biji glycine max yang berwarna putih kekuning-kuningan
dipakai untuk dijadikan tempe, tahu, tauco, susu dan tepung (Aksung, 1990).
Glycine max hitam berwarna hitam, tekstur butiran danbebau apek. Kandungan BK 100%, PK
37,7%, SK 7,0%, EE19,3% dan abu 5,7%.

Disebut glycine maxmax hitam karena biji glycine max ini berwarna hitam. Varietas unggul dari
kedelai hitam, lebih terbatas dibandingkan dengan kedelai kuning. Para petani kurang mengerti
budidaya kedelai hitam maupun pasca panen dan rantai bisnis kedelai hitam yang digunakan sebagai
bahan baku kecap. Varietas unggul nasional kedelai hitam yang diberi nama Mallika yang berasal
daribahasa Tamil artinya kerajaan. Varietas ini memiliki kandungan protein 37% dan lemak 20%. Di
samping itu, kulitnya mengandung antioksidan dan antosianin, dengan daya simpan benih lebih tinggi
dari kedelai kuning dengan masa simpan selama enam bulan masih mempunyai daya tumbuh lebih dari
80%.

Milo berwarna orange, tekstur butiran dan bau apek.

Milo disebut juga daun kaffir, energi metabolismenya hanya sedikit lebih rendah dari energi
metabolis jagung. Nilai gizi milo sekitar 92-95% dari niai gizi jagung. Kendala utamanya adalah tannin,
golongan poliphenol yang dapat berikatan dengan jenis protein. Tanninmenyyebabkan kecernaan bahan
kering dan asam amino berkurang sebanyak 10% (Anonim, 2008).

c. Bahan Pakan Sumber Mineral

c.1. Hasil pengamatan

No Nama Bahan Pakan Hasil pengamatan Kesimpulan

1. Tentra element phosphor Warna Abu-abu Sumber mineral

Tekstur halus

Bau menyengat

2. Calfos Warna putih Sumber mineral

Tekstur halus

Bau tidak terlalu menyengat

3. Nacl Warna putih Sumber mineral

Tekstur kasar

Tidak berbau

BK:100%

Cl: 60,66%
Na : 39,34%

4. Premix Warna jingga Sumber mineral

Tekstur halus

Bau apek

5. Kalsit Warna putih Sumber mineral

Tekstur kasar

Bau apek

6. Tri Sulfur Phosphat Warna ungu muda Sumber mineral

Tekstur butiran

Bau apek

7. Menir batu Warna putih kecoklatan Sumber mineral

Tekstur lembut

Bau apek

8. Tepung batu Kapur Warna putih kecoklatan Sumber mineral

Tekstur kasar

Bau tawar

Cl: 0,03%

Mg: 2,06%

K: 0,12%

BK: 100%

Na: 0,06%

Ca: 34%

P: 0,02%

S: 0,04%

Fe: 0,34%
9. MBM Coklat Warna coklat Sumber mineral

Tekstur halus

Bau gurih

Sumber: laporan Sementara

c.2. Pembahasan

Tetra Elemen Phospor

Tetra elemen phosphor berwarna abu-abu, tekstur halus dan bau menyengat.

Rumus ransum yang terdiri dari biji-bijian dan sumber-sumber protein pada umumnya akan
defisien terhadap phospor untuk kepentingan seluruh kondisi fisiologis dalam hidupnya, kecuali kalau
ditambah dengan preparat-preparat yang mengandung phospor (Parakkasi, 1983)

Calfos

Calfos berwarna putih, tekstur halus dan bau kurang menyengat.

NaCl

NaCl berwarna putih, tekstur kasar dan bau tidak ada. Kandungan BK 100%, Cl 60,66%, dan Na
39,34%.

NaCl tau garam dapur berfungsi sebagai kondimen atau perangsang nafsu makan. Sifat ini
disebabkan karena garam tersebut dapat merangsang sekresi saliva dan mengaktifkan enzim yang
terdapat dalam saliva dan diastase lainnya (Parakkasi, 1983)

Premix

Premix berwarna jingga atau pink, tekstur halus dan berbau apek. Premix adalah campuran dari
berbagai bahan sumber vitamin(premix vitamin), atau campuran sumber mineral mikro (premix mineral)
aau campuran kedua-duanya (premix vitamin-mineral). Penggunaan premix mix di dalam
ransum dibatasi yaitu hanya sampai sebanyak 0,5% (Kamal, 1988)

Kalsit

Kalsit berwarna putih, tekstur kasar dan berbau apek. Karakteristik fisik kalsik adalah berwarna
putih atau beruban atau kelabu, berkilap seperti kaca, sifat terhadap cahaya adalah lembut cahaya ke
transparan hanya di kristal yang individu, berbuih dengan mudah (Anonim, 2008)

Tri Sulfur Phosphat

Tri sulfur phosphat berwarna ungu muda, tekstur lembut dan berbau apek.
Tepung Batu Kapur

Tepumg batu kapur berwarna putih kecoklatan, tekstur kasar dan berbau tawar. Kandungan Cl
0,63%, Mg 2,06%, K 0,12%, BK 100%, Na 0,06%, Ca 34%, P 0,02%, S 0,04% dan Fe 0,34%.

Tepung batu kapur dapat dibuat dengan jalan menggiling batu kapur menjadi tepung (tepung
batu kapur). Sebagai sumber Ca, tepung batu kapur yang halus dapat dicampur di dalam ransum ternak,
dan tepung batu kapur yang kasar dapat diberikan tersendiri yaitu tidak dicampur di dalam ransum dan
penggunaannya khusus untuk ternak tertentu (unggas) (Kamal, 1998)

MBM Coklat

MBM coklat berwarna coklat, tekstur halus dan berbau amis gurih. Semua macam tepung tulang
dapat digunakan sebagai bahanpakan sumber utama mineral Ca dan P di dalam ramsum ternak.
Kandungan Ca dan Pdi dalam ketiga jenis tepung tulang adalah sebagai berikut: tepung tulang rebus
mengandung 22% Ca dan 10% P, tepung tulang kukus mengandung 35% Ca dan 155 p, tepung tulang
arang atau abu tulang mengandung 34% Ca dan 16% P (Kamal, 1988)

d. Bahan pakan Sumber Vitamin

d.1. Hasil Pengamatan

No Nama bahan pakan Hasil Pengamatan Kesimpulan

1. Vitamin blend Warna coklat Sumber vitamin

Tekstur kasar

Bau amis

2. Chloride atau choline Warna coklat tua Sumber vitamin

Tekstur kasar lengket

Bau amis

BK 100%

Cl 52,03%

Zn 47,97%

Sumber: Laporan Sementara

d.2. Pembahasan

Vitamin Blend
Vitamin blend berwarna coklat, tekstur kasar dan berbau amis. Pada umumnya vitamin yang
jumlahnya terbatas di dalam bahan pakan alamiah alah vitamin A, D, E, B, asam pantotenat, niasin,
kholin dan vitamin B12. kesemua macam vitamin yang di butuhkan ternak jumlahnya tergantung pada
masing-masing spesies dan jenis ternak tersebut. Dalam perdagangan, bentuk kristal vitamin atau
campuran vitamin banyak digunakan bagi manusia, dan dibuat dari hati dan ragi atau hasil fermentasi
serta beberapa hasil sintetik. Dengan demikian, berbagai macam sumber vitamin larut dalam air dapat
digunakan untuk memenuhi jumlah vitamin yang dibutuhkan di dalam ransum (Kamal, 1998).

Cloride atau Choline

Clorine berwarna coklat tua, tekstur kasar lengket dan berbau amis. Kandungan BK 100%, Cl
52,03% dan Zn 47,97%.

Zat dengan formula (CH3)2 NCH2CH2OH hendaknya disebut kholin. Vitamin ini adalh bagian
yang terpenting dalam molekul posfolipid, lesitin (Parakkasi, 1983).

e. Feed Additif

e.1. Hasil Pengamatan

Nama bahan pakan Hasil Pengamatan Kesimpulan

No

1. Metionin Warna putih Feed Additif

Tekstur halus

Bau menyengat

2. Criflatox Warna putih ke abu-abuan Feed additif

Tekstur lembut

Bau apek

3. Zink Warna kuning ke coklatan Fedd additif

Tekstur lembut

Bau amis

Zn 29,79%

Sumber : Laporan Sementara

e.2. Pembahasan
Metionin

Metionin berwarna putih, tekstur halus dan berbau menyengat. Tingkat metionin dalam ransum
adalh penting dalam hubungannya dengan kebutuhan untuk kolin sebagai donor metil, dan vice-versa.
Kolin dapat membantu metionin yang secara normal dipergunakan untuk tujuan transmetilasi tapi tidak
dapat membantu kebutuhan pokok dari metionin ubtuk sintesa protein, kecuali kalau ransum tersebut
mengandung homocystin (Wahyu, 1988).

Criflaktox atau anti fungal

Criflatox berwarna putih ke abu-abuan, tekstur lembut dan berbau apek. Jamur dapat
mencemari atau tumbuh pada bahan pakan sewaktu masih di lapangan ataupun pada pakan yang telah
jadi atau pakan komersial tersebut. Cara untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur pada pakan
antara lain adalah manambahkan bahan tertentu (anti fungal) yang dapat mencegah tumbuhnya jamur,
misalnya asam propinat, natrium propinat atau anti jamur yang lain (Kamal, 1998).

Zink

Zink berwarna kuning-kecoklatan, tekstur lembut, dan baunya amis. Kandungan Zn adalah
29,79%. Unsur ini didapatkan terutama dalam jaringan epidermis (kulit, rambut/bulu/woll); dalam
jumlah sangat sedikit didapatkan pula dalam tulang, urat daging, darah, dan berbagai organ lain
(Parakkasi, 1983).

E. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Bahan pakan penyusun konsentrat mengandung sumber energi, sumber protein, sumber mineral,
sumber vitamin dan feed additif.
b. Bahan pakan sumber energi dapat berasla dari bij lamtoro, dddak padi, dedak, jagung, tepung
jagung, tepung gaplek, tepung daun singkong, ampas tahu fermentasi, bekatul, corn gluten
meal, polard, pati aren, tepung onggok, konsentrat komplit, kulit kopi.
c. Bahan pakan sumber protein dapat berasal dari bungkil kedelai, bungkil wijen, bungkil kelapa,
bungkil klentheng, bungkil kacang hijau, bungkil kelapa sawit, biji kacang panjang, biji kapuk, biji
kacang hijau, biji turi, buji munggur, tepung enceng gondok, tepung daun lamtoro, tepung
tempe, tepung bulu hidrolisa, tepung ikan, tepung ikan asin, tepung ikan hitam, ampas tahu,
ampas bir, tepung daun, tepung jahe, meat bom meal (MBM), lysin, glysin max, glysin max hitam
dan milo.
d. Bahan pakan sumber mineral dapat berasal dari tetra elemen phosphat, calfo,NaCl, premix,
kalsit, ri sulfur phosphat, kenir batu, tepung batu kapur, dan MBM coklat.
e. Bahan pakan sumber vitamin dapat berasal dari vitamin blend dan cloride atau choline.
f. Feed additif dapat berasal dari metionin, criflatox atau anti fungal dan zink

2. Saran

a. Dalam praktikum identifikasi bahan pakan konsentrat, sebaiknya diatur mekanisme atau
sirkulasinya agar bahan pakan konsentrat teramati oleh praktikan seluruhnya tanpa ada bahan
pakan yang tertinggal/tidak teridentifikasi.
b. Untuk bahan pakan konsentrat sebaiknya dipisah-pisahkan antara sumber energi, sumber
protein, sumber mineral, sumber protein, dan feed aditif sehingga praktikan benar-benar
paham.
c. Bahan pakan yang digunakan untuk praktikum sebaiknya dalam keadaan baru atau masih
layak untuk dikonsumsi ternak. Sehingga menunjukan kondisi saat di lapangan atau
aplikasinya di lingkungan (masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Aak. 2008. Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.

Anggoradi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anonim. 2009. BALITNAK Ransum Ayam Kampung. Martsiano. http://wordpress.com Diakses tanggal 17 April
2009 pukul 10.48 WIB.

Anonim. 2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler. www.poultryIndonesia.com diakses tanggal 17
April 2009 pukul 11.18 WIB.

Anonim. 2009. Pati Aren. www.suaramerdeka.com Diakses tanggal 17 April 2009 pada pukul 12.16 WIB.
Anonim. 2009. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju. www.pustakadeptan.co.id
diakses tanggal 17 April 2009 pukul 12.38 WIB.

Anonim. 2009. Budidaya dan Pasca Panen. www.litbang_deptan.co.id diakses tanggal 17 April 2009 pukul 12.52
WIB.

Anonim. 2009. Biji Kacang Aren. www.Indobiogen.or.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 10.06 WIB.

Anonim. 2009. Bunga dan Biji Turi. www.griyokulo.tv.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 10.15 WIB.

Anonim. 2009. Bertanam Trembesi. www.sahabatlingkunganmultyplay.com diakses taggal 20 April 2009 pada
pukul 11.45 WIB.

Anonim. 2009. Agar Enceng tidak Bikin Gondok. www.katabermakna.blogspot.com diakses pada tanggal 20 April
2009 pada pukul 12.00 WIB.

Anonim. 2009. MBM Tempo Majalah. www.tempointeraktif.com diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 12.16
WIB.

Anonim. 2009. Bagaimana Memproses Tepung Ikan yang Baik. www.abswers.yahoo.com diakses tanggal 20 April
2009 pada pukul 12.37 WIB.

Anonim. 2009. Struktur Komposisi da Nutrisi Jagung. www.balitseeal.litbangdeptan.go.id diaksestanggal 20 April


2009 pada pukul 12.53 WIB.

Atjung. 2008. Tanaman yang Menghasilka Minyak, Tepung dan Gula. Yasaguna. Jakarta.

Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil. Gunung Mas. Pekalongan.
Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri. Sumatra
Barat.

Kamal, M.1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.

Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Parakasi, Amirudin. 1993. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Angkasa Bandung.

Rasyaf, M. 2001. Beternaka Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Depok.

Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Knisius. Yogyakarta.

Rukmana, Rahmat, dan Yuniarsih, Yuyun. 2001. Kedelai, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Soeprapto dan Sutarman, Tateng. 1982. Betanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugeng, B. 2000. Berternak Domba. Penebar Swadaya. Depok.

Sugeng dan Sudarmono. 2008. Beternak Domba Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.

Suprayetno,dkk. 1981. Lamtoro gung dan Manfaatnya. Bhratara Karya Aksana. Jakarta.

Wahyu, Jojo. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Pers. Yogyakarta.


Wiliamson da Paeni. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. UGM Pers. Yogyakarta.

Windyarti, S. S. 2007. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Depok.

II. FORMULASI RANSUM

.A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Tidak semua bahan dapat dimasukkan dalam kategori bahan pakan. Bahan pakan adalah setiap
bahan yang dapat di makan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat di absorbsi dan
bermanfaat bagi ternak, salah satu faktor terpenting dalam kehidupan ternak adalah pakan. Dimana,
apabila pakan yang diberikan pada ternak dalam jumlah yang cukupdapat digunakan untuk beraktivitas
dan tumbuh berkembang.
Seperti manusia ternak tidak hanya membutuhkan pakan dalam segi kuantitas yang cukup, tetapi
kualitas harus juga terpenuhi. Pakan dengan kuantitas yang cukup hanya bisa memenuhi kebutuhan
pokok ternak saja. Jadi kemampuan atau perfoman produksi terlihat biasa saja atau bahkan kurang.
Untuk mendapatkan suatu produksi yang maksimal dibutuhkan suatu kasein bahan pakan, baik itu segi
kualitas maupun segi kuantitas. Segi kualitas pakan mencakup kandungan nutrien bahan pakan, tekstur
bahan pakan maupun tingkat palatabilitas ternak terhadap pakan.

Pada ternak jenis ruminansia dan non ruminansia mempunyai kemampuan mencerna pakan yang
berbeda. Ternak ruminansia mampu mencerna pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi,
sedangkan ternak ruminansia tidak dapat, dan hanya terfokus pada pakan dengan energi dan protein
tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan produksi semua jenis ternak membutuhkan suatu pakan yang
mengandung nutrien yang cukup. Nutrien yang cukup tidak dapat di temukan dalam satu jenis bahan
pakan. Untuk itu diperlukan suatu campuran beberapa bahan yang mempunyai nilai nutritif tertentu
yang sesuai dengan tujuan dari peternak. Bahan pakan yang dicampur dalam satu kesatuan pakan dan
disusun sesuai dengan tujuan peternak biasa disebut ransum.

Ransum telah disusun dengan berbagai bahan pakan dan dapat pula berupa bahan non pakan.
Bahan penyusun ransum dapat berasal dari biji-bijian, hijauan, ataupun batu-batuan yang ukurannya
telah diperkecil. Dalam suatu ransum terdapat suatu keunggulan tertentu, baik itu dari segi energinya
ataupun proteinnya. Baik itu dalam penyusunannya harus disesuaikan denan tujuannya.
Penyusunan ransum yang tepat sangat berpengaruh terhadap performan ternak. Untk itu dalam
penyusunannya tidak boleh secara asal-asalan tetapi harus melalui beberapa proses tahapan dan
perhitungan yang matang sebelum melakukan suatu perhitungan untuk menyusun ransum diperlukan
beberapa informasi terlebih dahuli pada setiap kondisi dan situasi yaitu: 1,. Nutrien yang dibutuhkan
ternak. 2. macam bahan pakan yang akan digunakan. 3. tipe ransum, dan 4. jumlah ransum yang dapat
dikonsumsi.

2. Tujuan

Praktikum formulasi ransum ini bertujuan untuk mensuplai nutriae ( dalam bentuk %) dan energi
(dalam kalori), sehingga kebutuhan untuk ternak dapat terpenuhi.

3. Waktu dan Tempat

Praktikum formulasi ransum ini dilaksanakan pada tanggal 28,30 April 2009 dan tanggal 1,5,8 Mei
2009 dan bertempat di laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka

1. Formulasi Ransum
Dalam beberapa keadaan, peternakan akan merasa rugi bila memakai ransum yang dibuat oleh
salah satu pengusaha makanan ternak. Menyusun ransum untuk keperluan sendiri dengan
menggunakan bahan-bahan makanan yang mudah diperoleh disekitar peternakan atau dengan bahan
makanan hasil pertanian sendiri, mungkin dapat lebih menguntungkan, sertab lebih sesuai dengan
kebutuhan ternak yang sedang dipelihara (Aminudin, 1986).

Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan
produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang digunakan. Perubahan nilai nutrisi
bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh pengolahan dan penyimpanan. Untuk memilih
bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum harus diketahui dahulu kandungan zat-
zat makanan dan bahan-bahan makanan tersebut ( ).

Penggunaan beberapa hijauan yang pada umumnya dibawah 4% dari total formulasi ransum
menyebabkan hijauan ini tidak akan kekurangan, apalagi hijauan pada formulasi ransum unggas bukan
bahan utama. Hijauajn itu dapat diganti atau dihilangkan dari formula ransum tanpa menggangu
kandungan nutrisi dan harga ransum ( Rasyaf,1990).

Cara menyusun ransum perlu diketahui, bila ingin mengurangi biaya pakan. Ada dua cara dalam
penyusunan ransum, yaitu dengan komposisi tabel, berpedoman kandungan protein dan jumlah
maksimal penggunaan yang tersaji dalam tabel, dengan cara perhitungan sederhana

(Sandhy, 2007).
Salah satu metode untuk menentukan tepat tidaknya berapa bagian dari masing-masing
jenisbahan yang akan diperlukan dalam ransum adalah dengan menghitung menurut sistem segi empat
person. Dalam menentukan komposisi bahan-bahan pakan diutamakan memperhatikan banyaknya jenis
bahan yang berasal dari tanaman, yaitu bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat, serat kasar
dan protein ( Djanah, 1971).

2. Pencampuran Ransum

Pencampuran ransum pertama-tama dimulai dari bahan yang paling sedikit porsinya. Setelah
homogen dimasukkan bahan makanan yang porsinya terkecil kemudian begitu seterusnya dan terakhir
dimasukkan bahan pakan yang jumlah atau porsinya terbesar. Cara bertahap itu dimaksudkan agar tiap
bahan makanan tercampur homogen ditiap bagian sehingga sejumlah unsur nutrisi yang dirancang
benar-benar sampai ketujuannya (Rasyaf, 1994).

Sistem pemberian pakan yaitu penggabungan antara tepung halus (butiran halus) dengan butiran
kasar atau bijian, hal ini dilakukan semata-mata agar kebutuhan tepung halus bisa terkurangi. Biji-bijian
yang diberikan bersama tepung halus ( yaitu dari bahan yang banyak terdapat di sekitar kita misal,
jagung,gabah, kedelai, bungkil kacang dan sebagainya (Marhiyanto,2000).

Pada pembuatan pakan ternak ada dua bentuk pakan yang dihasilkan yaitu konsentrat dan pakan
jadi. Pada dasarnya konsentrat merupakan formulasi pakan yang berbentuk setengah jadi, biasanya
konsentrat mengandung serat kasar rendah dan mengandung nilai gizi sehingga dalam penggunaanya
harus dicampur dengan bahan-bahan lain yang mengandung protein ternak dan BETN sedangkan pakan
jadi merupakan formulasi pakan yang memenuhi persyaratan dan aliran sesuai dengan kebutuhan
ternak (Rasidi, 1998).

Dalam menyusun ransum dapat dilakukan dengan mencampur terlebih dahulu bahan pakan yang
mempunyai jumlah atau bagian kecil misalnya mineral, premix, garam dapur, dan tepung batu. Hal ini
bertujuan supaya campuran benar-benar merata, sebab kalau teknik pencampuran ini tidak tepat
dikhawatirkan bagian yang kecil tidak merata pada setiap permukaan bahan yang lebih besar, seperti
jagung, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kacang dan tepung ikan (Muslim,1993).

Untuk mendapatkan campuran ransum yang merata dan homogen, harus dilakukan pencampuran
dengan teknik yang benar. Pencampuran bahan baku pakan yang beragam, ini dapat dilakukan secara
mekanik dan manual. Dalam usaha ternak ayam berskala besar, dapat digunakan mesin pengaduk yang
disebut feed mixer, sedangkan untuk usaha berskala kecil dan menengah. Pencampuran pakan ini cukup
dilakukan secara manual, yakni dengan menggunakan skep atau drum (Sudarmono, 2003).

C. Materi dan Metode

1. Formulasi Ransum
a. Materi

- Tabel komposisi nutrien bahan pakan

- Kertas

- Bolpoin

- Kalkulator

- Data atau kandungan Energi, PK, Ca dan P yang diperlukan ternak)

b. Metode

- Menyiapkan tabel komposisi nutrien bahan pakan dan standar kebutuhan nutrien ternak.

- Menyiapkan peralatan

- Menghitung formulasi dengan person square method untuk menentukan protein mix.

- Menghitung formulasi ransumnya, kandunagn ME, PK, Ca dan P dalam ransum yang dibuat.

- Mencapai hasilnya.

2. Pembuatan Ransum

a. Materi

- Timbangan

- Plastik ukuran 5 kg

- Plastik untuk alas

- Tepung Jagung

- Tepung Ikan

- Bekatul

- Bungkil kedelai

- Premix

- Kertas

- Bolpoin

- Steples
b. Metode

Menyiapkan bahan pakan dan peralatan yang akan dipergunakan


Menenpatkan plastik di atas meja sebagai alat untuk mencampur ransom
Meninmbang tepung jagung 2,5 kg
Menimbang bekatul 1 kg
Menimbang tepung ikan 0,5 kg
Menimbang bungkil kedelai 1 kg
Menimbang premix 0,1 kg
Meletakkan bahan pakan di atas meja dengan berlapis lapis dengan urutan sebagai
berikut:
Paling bawah tepung jagung
Tengah bagian bawah bekatul
Tengah bungkil kedelai
Tengah bagian atas tepung ikan
Paling atas premix

Membagi menjadi empat bagian


Masing masing bagian diaduk sampai homogen

Menyatukan kembali empat bagian menjadi satu kembali dan mengaduknya sampai
homogen
menghitung persentase bahan pakan dan komposisi nutrien ransum yang telah dibuat
dan dituliskan dalam label
Memasukan ransom yang dibuat ke dalam pelastik dan memberinya lebel

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Formulasi Ransum
a. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1.1 Kandungan nutrient bahan pakan


Bahan Pakan ME (kkal) PK (%) Ca (%) P (%) Harga

Bekatul 2860 12 0,04 1,4 1.200

Tp Jagung 3370 8,6 0,02 0,3 2.000


Tp ikan 3080 61 5,5 2,8 6.000

Bungkil kedelai 2240 45 0,32 0,62 4.600

Premix - - 45 15 11.000

Sumber : Laporan sementara

Susunan ransum untuk ayam broiler fase starter dengan kebutuhan pakan sebagai berikut :

ME= 3200 kkal

PK = 23 %

Ca = 0,7 %

P = 0,45 %

Perhitungan :

Basal Mix

Protein mix

Metode person square

Premix = 0,2 %
Bahan pakan = 99,8 %

Angka konversi =

Basal Mix 9,45 27,3 66,83


23

Protein mix 50,3

40,85 100%

PK

ME

Ca

P
Tabel 2.1.2 Formulasi dan Kandungan Nutrien Ransum

Bhn Pakan Formulasi(%) ME (kkal) PK(%) Ca (%) P(%) Harga (Rp)

Bekatul 6,97575 199,506 0,8371 0,00279 0,0977 83,70909

Tepung Jagung 62,78182 2115,74273 5,3992 0,01256 0,1883 1255,636

Tepung Ikan 18,02545 555,184 10,996 0,9914 0,5047 1081,527

Bungkil Kedelai 12,01697 269,180121 5,7681 0,003845 0,0745 552,7806

Premix 0,2 -` - 0,09 0,03 22,00

100 3139,618061 23,0004 1,0452 0,8652 2973,653

Sumber : hasil Perhitungan

b. Pembahasan

Ransum adalah Pakan atau beberapa pakan yang diberikan ke ternak dalam jumlah tertentu dan
harus mampu memenuhi kebutuhan (rekruitment) dari ter nak itu sendiri sehingga didapatkan hasil
yang sesuai dengan tujuan dari pemeliharaan. Ransum yang baik adalah ransum yang mengandung
semua zat nutrient yang jumlahnya cukup serta sesuai dengan tingkat kebutuhan ternak, dan tidak
menimbulkan gangguan pada metabolism dan pencernaan atau tidak bersifat toksin.
Sebelum menyusun sebuah ransum ternak, kita harus terlebih dahulu mempersiapkan beberapa hal,
antara lain adalah kandungan nutrient beberapa bahan pakan yang akan dipergunakan. Dalam
penentuan bahan pakan yang akan dipergunakanpun juga harus mempertimbangkan beberapa aspek
antara lain ketersediaan bahan pakan dilingkungan, harga dan palatabilitas tingkat kesukaan ternak
terhadap pakan tersebut). Selan itu kita harus mengetahui kebutuhan nutrient ternak yang akan
dibuatkan ransumnya. Dengan demikian diharapkan ransum yang akan disusun dapat sesuai dengan
standart kebutuhan nutren ternak tertentu dan tujuan pemeliharaan ternak tersebut. Dalam praktikum
yang dilakukan, kami menyusun formulasi ransum untuk ayam broiler fase stater dengan kebutuhan
nutrient berupa FE sebesar 3200 kkal, PK 20%, Ca 1% dan P sebesar 0,45 % dengan bahan-bahan bekatul
dan tepung jagung sebagai sumber energy, tepung ikan dan bungkil kedelai sebagai sumber protein dan
premix sebagai sumber mineral. Metode yang digunakan dalam penentuan formulasi ransumadalah
metode Pearsons Square.

Pearsons Square Methodmerupakan metode yang sederhana dan yang hanya digunakan untuk
membuat campuran yang hanya terdiri dari dua bahan pakan. Kedua bahan pakan tyersebut yang yang
berbeda hanya kadar satu macam nutrien. Misalnya untuk menentukan kadar PK saja atau ME saja (
Kamal, 1998).

Pada praktikum didapatkan hasil perhitungan formulasi bahan pakan dan kandungan nutrient bahan
pakan seperti tertulis pada table 2.1.2 di atas. Formulasi atau komposisi Ransum terdiri dari : Bekatul
sebanyak 6,975758 %, tepung jagung sebanyak 62,78182 %, tepung ikan sebesar 18,02545 %, bungkil
kedelai sebesar 12,01697 % dan premix sebesar 0,2 %. Sedangkan kandungan nutrient yang didapatkan
dari formulasi ransum tersebut adalah ME sebesar 3139,618061 kkal. Protein kasar (PK) sebesar 23,0004
%, kalsium (Ca) sebesar 1,0452 %, Fosfor (P) sebesar 0,8652 %. Dan dengan formulasi di atas, harga per
kg produksinya sebesar Rp 2973, 653.

Jika dibandingkan dengan standart kebutuhan untuk ternak maka didapatkan selisih antara
kandungan nutrient ransum dengan kebutuhan ternak sebagaimana tertulis dalam tabel berikut ini :

Table 2.1.3 Perbandingan Kandungan Nutrient Langsung Dengan Standar Kebutuhan Ternak
Kandungan nutrien Dalam ransum Standar kebutuhan selisih

ME (kkal) 313,618061 3200 -60,381939

Pk (%) 23,0004 23 0,0004

Ca (%) 1,0452 1 0,0452

P (%) 0,8652 0,45 0,4152

Sumber: Laporan Sementara

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ME (energy) dari ransum yang dibuat di bawah
kebutuhan standar ternak sebesar 60,38 kkal atau sebesar 1,89 %. Walaupun kandungan energinya
kurang, namun masih dapat diperguankan ternak secara maksimal. Dengan demikian pertumbuhan
ternak tidak terganggu karena kekurangan energinya lebih kecil dari 2 %. Sementara kebutuhan nutien
lainnya telah terpenuhi, hanya saja kandungan nutrient Ca berlebihan sampai taraf 0,0452 atau 4,52 %
dari kebutuhannya dan P berlebihan sampai taraf 0,4152 atau 41,52 % dari kebutuhannya. Akan tetapi
kelebihan nutrient Ca dan P tersebut sangat kecil jika dilihat dari total ransum yang dibuat sehingga
kelebihan nutrient Ca dan P juga tidak mempengaruhi pertumbuhan ternak. Pada pencernaan ternak,
kelebihan kandungan nutrient pakan akan dikeluarkan lagi melalui proses atau ekskretanya.

Dengan kandungan nutrient yang telah mendekati sesuai dengan standar kebutuhan ternak
diharapkan pertumbuhan ternak ayam broiler fase starter yang dipelihara dengan ransum ini dapat
tumbuh dan berkembang secara maksimal dan efisiensi pakan juga tinggi dengan sedikitnya sisa atau
kelebihanya nutrient yang dibuang atau tidak dapat tercerna.

2. Pembuatan Ransum

a. Hasil Pengamatan
Table 2.2.1. komposisi ransum

bahan Jumlah (kg) Prosentase (%)

Bekatul 2,5 49,02

Tepung jagung 1 19,61

Bungkil kedelai 1 19,61

Tepung ikan 0,5 9,80

premix 0,1 1,96

total 5,1 100

Sumber : laporan sementara

Penghitungan kandungan nutrien ransum

Perhitungan Energy (ME) (kkal) per kg

Bekatul : 16,70 % x 2860 = 47762 %


Tepung jagung : 50,12 % x 3370 = 168904,4 %

Bungkil kedelai : 22,11 % x 2240 = 49526,4 %

Tepung ikan : 11,05 % x 3080 = 34034 %

TOTAL : 47762 + 168904,4 + 49526,4 + 34034 + 0

= 3002 %
Perhitungan Protein Kasar (%) per kg

Bekatul : 16,70 x 12 : 200,4 %


Tepung jagung : 50,12 x 8,6 : 431,032 %

Bungkil kedelai : 22,11 x 45 : 994,95 %

Tepung ikan : 11,05 x 61 : 674,05 %

TOTAL =

=23 %

Perhitungan Kalsium (%) per kg

Bekatul : 16,70 x 0,04 : 0,668 %


Tepung jagung : 50,12 x 0,02 : 1,0024 %

Bungkil kedelai : 22,11 x 0,34 : 7,5174 %

Tepung ikan : 11,05 x 5,5 : 60,775 %

TOTAL =

= 0,7 %

Perhitungan Fosfor (%) per kg

Bekatul : 16,70 x 0,16 : 2,672 %


Tepung jagung : 50,12 x 0,1 : 5,012 %

Bungkil kedelai : 22,11 x 0,29 : 6,4119 %

Tepung ikan : 11,05 x 2,8 : 30,94 %

TOTAL =

= 0,45 %

Perhitungan Harga (Rp) per kg

Bekatul :
Tepung jagung :

Bungkil kedelai :

Tepung ikan :

Premix :

TOTAL :

Tabel 2.2.2. Komposisi Nutrien pada label


Nutrien Jumlah

ME 2562,5 kkal

PK 23 %

Ca 1,5 %

P 1,4 %

Sumber : Laporan Sementara

b. Pembahasan

Komposisi bahan pakan yang digunakan dalam praktikum pembuatan bahan pakan adalah tepung
jagung sebesar 2,5 kg, tepung ikan sebesar 0,5 kg, bungkil kedelai 1kg dan premix sebesar 100 gram.
Dan dari perhitungan kandungan nutrient ransum didapatkan hasil ME sebesar 2562,5 kkal, PK sebesar
23 %, Ca sebesar 1,5 % dan P sebesar 1,4 %.

Proses pencampuran dilakukan secara manual menggunakan tangan (tanpa mesin). Teknis
pencampurannya dengan beberapa tahap, pertama-tama bahan pakan ditumpuk-tumpuk mulai yang
paling banyak berada di bagian bawah dengan ketebalan kurang lebih 3 cm. Kemudian bahan pakan
yang lebih kecil atau yang lebih sedikit, dan seterusnya sampai bahan pakan yang paling sedikit dengan
ditaburkan pada permukaan tumpukan sampai rata. Pada saat praktikum, bahan pakan yang paling
bawah adalah tepung jagung kemudian bekatul, kemudian bungkil kedelai, kemudian tepung ikan dan
yang terakhir adalah premix yang ditaburkan secara merata ker permukaan tumpukan yang terakhir.

Tahap berikutnya yakni membagi tumpukan ransum menjadi empat bagian yang masing-masing
bagian dicampur dengan membolak balikan dan mengaduk bahan pakan dengan tangan. Pengadukan
terus dilakukan hingga masing-masing bagian tercampur semuanya. Keempat bagian ransum tersebut
dicampur dan disatukan kembali menjadi satu bagian yang homogen. Setelah homogen, ransum yang
telah dibuat dimasukkan kedalam plastic dan di pak serta diberi label yang diberi tulisan kandungan
nutrient ransum tersebut.

Ransum yang dicampur pada acara praktikum ini termasuk kedalam jenis ransum yang komplit.
Ransum komplit termasuk dalam tipe ransum yang dibuat untuk ternak tertentu yang kandungan
nutrient didalamnya telah disesuaikan dengan standar kebutuhan ternak tersebut. Ransum tersebut
dapat diberikan langsung kepada ternak tanpa ditambahi atau dicampur dengan bahan lain (Rasidi,
1998).

Dari praktikum tersebut dapat dihitung biaya produksi untuk bahan pakan yang dipergunakan
untuk membuat 1 kg ransum jadi tersebut adalah Rp. 2686,10. Bila, ingin mendapat keuntungan maka
kita harus menjual dengan harga diatas Rp. 2700,00/kg.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan

a. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penyusunan ransum antara lain adalah standar
kebutuhan nutrient ternak, kandungan nutrient untuk setiap bahan pakan yang digunakan, jumlah
bahan pakan dilingkungan, tipe ransum dan harga bahan pakan.
b. Formulasi ransum dalam praktikum ini dilakukan dengan metode persons square.
c. Komposisi ransum terdiri dari bekatul , tepung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, dan premix.
d. Kandungan nutrient ransum yang dibaut adalah sebagai berikut : ME, KKal, PK, Ca, dan P.
e. ME dalam ransum kurang dari standar kebutuhan ternak yaitu sebesar Kkal. Sementara yang
lain telah mencukupi kebutuhan ternak (PK, Ca, dan P).
f. Pada proses percampuran pakan, bahan pakan disusun bertumpuk mulai dari bahan yang paling
banyak, kemudiaan yamg lebih sedikit. Bahan tadi diaduk sampai rata atau homogeny dengan
menggunakan tangan.
g. Komposisi bahan pakan yang digunakan sebagai penyusunan ransum adalah tepung jagung 2,5
kg, bekatul 1 kg, bungkil kedelai 1 kg, tepung ikan 0,5 kg, dan premix 100 gram.
h. Komponen nutriennya yaitu ME, KKal, PK, Ca, dan P.
i. Biaya yang dikeluarkan menyusun ransum adalah Rp. 2686,10/kg ransum jadi.
2. Saran

a. Waktu praktikum hendaknya diperpanjang agar praktikan lebih paham terhadap materi dan
praktikun yang dilaksanakan.
b. Perlu diadakan pengenalan macam bahan pakan, kandungan nutrient yang ada maupun cara
penyusunan ransum dengan menggunakan teknologi computer.
c. Metode formulasi ransum selain persons square method hendaknya diajarkan juga dalam
praktikum.
d. Bahan pakan sebelum praktikum diganti yang baru.

DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, p. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Universitas Indonesia Press. Yogyakarta.

Djanah, Djamalin. 1971. Beternak Ayam. C.V. Yasaguna. Jakarta.

Juju, Wahyu. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Kumal, M. 1998. Bahan Pakan dan Penyusunan Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada . Yogyakarta.

Marhiyanto. 2000. Sukses Beternak Ayam Arab. Dika Publisiner. Yogyakarta.

Muslim. 1993. Budidaya Ayam Bangkok. Kanisius. Yogyakarta.

Rasidi. 1998. Formulasi Ransum Lokal Untuk Unggas. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf. 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf. 2000. Bahan Makanan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Sandy. 2007. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta.

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Label: Bahan Pakan, Laporan, Ransum Ternak


No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

137,333

Entri Populer

RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAK)


Sistem Reproduksi Hewan Unggas Jantan
Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (IKT) | Nekropsi
Laporan Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (BPFR)
UJI HA CEPAT DAN HA LAMBAT, UJI HI CEPAT DAN HI LAMBAT, SERTA INOKULASI VIRUS PADA
TELUR AYAM BEREMBRIO
Contoh Proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL) | Fakultas Peternakan
Bentuk Karangan Deskripsi, Narasi, dan Eksposisi
FISIOLOGI TERNAK DAN LINGKUNGAN
Pemeriksaan Semen Secara Mikroskopik
MANAJEMEN PENETASAN DI SEBUAH PERUSAHAAN HATCHERY

Labels

Anatomi Ternak
Artikel
Bahan Pakan
Domba
Fisiologi Ternak
Hijauan Pakan
Hormon
Inseminasi Buatan
Kambing
Kebutuhan Nutrisi Puyuh
Konservasi
Kuda
Laporan
Leguminosa
Makalah
Manajemen
Masalah Peternakan
Nutrisi Ternak
Pakan Puyuh
Pakan Ternak
Pemeliharaan Burung Walet
Penggemukan sapi
Pengolahan Pakan
Penyakit Ayam
Produksi Ternak
Ransum Ternak
Reproduksi Hewan
Reproduksi Ternak
Ruminansia
Sapi
Ternak Puyuh
Usaha Ternak

Simple theme. Powered by Blogger.

Kedokteran Hewan

Informasi tentang hewan, penyakit hewan, kesehatan hewan, dan info menarik tentang dunia
kedokteran hewan

Oktober 13, 2012

Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Suntik

Brhubung gue lagi ada tugas makala nhe soal IB jadi gue tulis aja sekalian ya meskipun copas-copas sana
sini. hehe, langsung aja...
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani
(sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak
jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
'insemination gun'.

Tujuan Inseminasi Buatan

1. Memperbaiki mutu genetika ternak;


2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga
mengurangi biaya;
3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama;
4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)

1. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;


2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah
mati;
6. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu
besar;
7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan
hubungan kelamin.

Inseminator
Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan mendapat sertifikat sebagai inseminator dari
pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan).

Pelayanan Petugas Inseminasi Buatan


Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator yang telah memiliki surat izin melakukan
inseminasi (SIM) dengan sistem aktif, pasif dan semi-aktif.

Bila inseminator belum memiliki SIM maka tanggung jawab hasil kerjanya jatuh pada Dinas Peternakan
Propinsi tempatnya bekerja.

Pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti pedoman sebagai berikut:

1. Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya pada kartu catatan Inseminasi Buatan (IB) masing-masing akseptor
2. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang tidak birahi kembali setelah Inseminasi Buatan
(IB) pertama (kemungkinan bunting) dan tempat serta nama peternak yang sapi / ternaknya
yang baru di Inseminasi Buatan (IB) kepada Petugas Pemeriksa Kebuntingan
3. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang "repeat breeder" (sapi yang telah di Inseminasi
Buatan (IB) lebih dari tiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis Reproduksi.

Tugas pokok inseminator adalah:

1. Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut
dengan baik dan tepat waktu
2. Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya
3. Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi
Buatan (IB);
4. Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak;
5. Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan menyampaikan kepada pimpinan SPT
IB

Untuk mempermudah pelaporan / permintaan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) maka harus dibuat
suatu sistem pelaporan yang sederhana, cepat, mudah dan murah. Kotak laporan, bendera di depan
rumah / kandang, kartu birahi dan lain-lain adalah beberapa sistem komunikasi yang telah dijalankan
pada beberapa tempat di Indonesia. Setiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, oleh karena
itulah buatlah suatu perjanjian dengan para akseptor mengenai cara-cara komunikasi yang baik yang
disepakati bersama. Komitmen untuk mematuhi keputusan tersebut juga diperlukan.
Petugas IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi kalau betina sedang birahi saja. Kalau betina tidak
sedang birahi, petugas IB sebaiknya memberitahukan ke peternak dan memintanya untuk
memperhatikan gejala birahi dengan lebih baik lagi.
Anatomi dan Fisiologi Alat Kelamin Betina
Pubertas (kematangan alat kelamin / dewasa kelamin) terjadi akibat aktivitas dalam ovarium (indung
telur), umur pubertas pada sapi adalah antara 7 - 18 bulan, atau dengan berat badan telah mencapai
kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kecepatan tercapainya umur dewasa kelamin tergantung dari:

Jenis / bangsa sapi;

Gizi

Bila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka dewasa kelamin akan lebih
lama dicapai, hal ini disebabkan berat badan yang kurang;

Cuaca

Di daerah tropis seperti di Indonesia, umur dewasa kelamin lebih cepat / muda

Penyakit
Karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi bila menyerang alat
kelamin, maka kemungkinan besar umur dewasa kelamin lebih lambat dicapai.

Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang setiap 21 hari, dengan selang antara 17-24
hari.
Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan:

1. Sebelum dewasa kelamin;


2. Selama kebuntingan;
3. Masa post-partum.

Siklus birahi dibagi dalam 4 tahap, dan berbeda-beda pada setiap spesies hewan. Tahapan dan lamanya
pada sapi dapat ditemui di bawah ini :

Estrus

Pada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi 15 jam
setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 - 24 jam.

Proestrus

Waktu sebelum estrus. Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadang-
kadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang lain. Lamanya 3 hari.

Metaestrus

Waktu setelah estrus berakhir, folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan /
pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama periode ini 3 - 5 hari.

Diestrus

Waktu setelah metaestrus, corpus luteum meningkat dan memproduksi hormon progesteron.
Periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan pematangan
badan kuning, yaitu 13 hari.
Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai, aktivitas dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu
estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu
dipenuhi dengan sel khusus dan membentuk apa yang disebut corpus luteum (badan kuning)
Corpus luteum ini dibentuk selama 7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil
lagi karena ada satu hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan mencegah
pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif lama (sepanjang kebuntingan).

Selain membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon, yaitu:
1. Sebelum ovulasi: hormon estrogen;
2. Setelah ovulasi corpus luteum di ovarium memproduksi: hormon progesteron

Hormon-hormon ini mengontrol (beri jarak) kejadian siklus birahi di dalam ovarium.

Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB)

Pemeriksaan Awal
Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya adalah
kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan. Untuk memudahkan,
sebagai patokan biasa dilakukan sebagai berikut:

Pertama kali terlihat tanda-tanda


Harus diinseminasi pada Terlambat
birahi

Pagi Hari yang sama Hari berikutnya

Hari berikutnya (pagi dan paling lambat siang Sesudah jam 15:00
Sore
hari) besoknya

Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama.
Jarak antara satu birahi ke birahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati
maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya.
Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) juga akan berakibat pada
terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair
dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk
melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada.

Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :

1. ternak gelisah
2. sering berteriak
3. suka menaiki dan dinaiki sesamanya
4. vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang,
abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
5. dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
6. nafsu makan berkurang

Gejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak. Jika
tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada
petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat
pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi
yang telah beranak.
Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher
rahim (servix) pada posisi yang terbuka.
Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari
birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :

permulaan birahi : 44%


pertengahan birahi : 82%
akhir birahi : 75%
6 jam sesudah birahi : 62,5%
12 jam sesudah birahi : 32,5%
18 jam sesudah birahi : 28%
24 jam sesudah birahi : 12%

Faktor - Faktor Penyebab Rendahnya Kebuntingan


Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan adalah :

1. Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;


2. Inseminator kurang / tidak terampil;
3. Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
4. Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
5. Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.

Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi
sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi
dengan baik dengan cara:

Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);


petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi.

Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah
dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar /
menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.
Penanganan bidang reproduksi adalah suatu hal yang rumit. Ia membutuhkan suatu kerja sama dan
koordinasi yang baik antara petugas yang terdiri atas dokter hewan, sarjana peternakan dan tenaga
menengah seperti inseminator, petugas pemeriksa kebuntingan, asisten teknis reproduksi. Koordinasi
juga bukan hanya pada bidang keahlian tetapi juga pada jenjang birokrasi karena pelaksanaan
Inseminasi Buatan (IB) masih lewat proyek yang dibiayai oleh pemerintah sehingga birokrasi masih
memegang peranan yang besar disini. Koordinasi dari berbagai tingkatan birokrasi ini yang biasanya
selalu disoroti dengan negatif oleh para petugas lapang dan petani. Keterbuakaan adalah kunci
keberhasilan keseluruhan program ini.
Sinkronisasi Birahi
Pada beberapa proyek pemerintah, seringkali inseminasi buatan dilaksanakan secara crash-program
dimana pada suatu saat yang sama harus dilaksanakan Inseminasi padahal tidak semua betina birahi
pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu harus dilaksanakan apa yang disebut dengan sinkronisasi
birahi.
Pada dasarnya, sinkronisasi birahi adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan
menggunakan hormon Progesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon sintetik dari jenis
Prostaglandin F2a. Nama dagang yang paling sering ditemui di Indonesia adalah Enzaprost F.
Sinkronisasi birahi ini mahal biayanya karena harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta
biaya lain untuk petugas lapang.

Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :

Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :

Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia);
Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka
keguguran akan terjadi.

Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama;
Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua.

Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:

1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing)
terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya
dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik
adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oC,
selama 7-18 detik.
2. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
3. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan
menggunakan gunting bersih
4. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw
5. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat
6. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan
dimasukkan ke dalam rektum
7. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan
memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih
dahulu

Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke
empat'. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix
dengan perlahan-lahan.

Pemilihan Inseminasi Buatan atau Kawin Alami


Keuntungan yang dapat diperoleh jika peternak menggunakan atau beralih ke inseminasi buatan
(IB) adalah:
1. Kualitas genetik ternak babi dapat dipertahankan atau bahkan dipertahankan secara mudah
dengan biaya yang murah.
2. Semen dari pejantan unggul dapat lebih mudah dan cepat disebarluaskan untuk menginseminasi
beberapa indukan.
3. Kualitas semen yang dihasilkan dapat lebih dikontrol.
4. Meminimalisir penularan atau masuknya penyakit.
5. Dapat megatasi kendala akibat perbedaan yang signifikan antara bobot tubuh ternak jantan dan
betina.
6. Mengatasi kekurangan pejantan, misalnya jika dalam suatu peternakan terjadi estrus yang
bersamaan.
7. Mengurangi adanya kemahiran musiman.
8. Biaya operasional peternakan dapat ditekan.
9. Mengurangi resiko peternak tergigit karena pejantan yang beringas.
Keuntungan perkawinan alami dibandingkan inseminasi buatan yaitu:
1. Estrus pada induk akan terjadi lebih cepat jika sering dipertemukan dengan pejantan.
2. Jumlah spermatozoa yang terpakai dalam satu kali perkawinan lebih banyak.
3. Diperlukan sedikit pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengawinkan babinya.

Tahapan Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan


a. Melatih Pejantan untuk Ditampung Semennya
Perlu adanya kesabaran dan waktu yang cukup untuk melatih pejantan agar mau menunggangi
betina tiruan. Perangsangan kepada pejantan yang belum pernah mengawini betina dapat
dilakukan dengan cara:
- Menuangkan semen dari pejantan lain ke atas betina tiruan.
- Dikontakan terlebih dahulu dengan pejantan atau betina sebelum dimasukan ke kandang
penampungan semen.
- Meletakan betina birahi di dekat kandang penampungan semen.
- Pejantan yang sedang dilatih diberikan kesempatan untuk melihat pejantan lain yang sedang
menunggangi betina tiruan.
b. Prosedur Penampungan Semen
1. Kandang Penampungan Semen
Aspek penting dari kandang penampungan semen yaitu: ruangan yang cukup terang, terdapat
adanya kemungkinan bagi peternak untuk menghindar dari serangan pejantan, lantai kandang
tidak licin dan mudah dibersihkan, tersedianya betina tiruan yang tingginya dapat diatur.
2. Peralatan Penampungan Semen
Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam penampungan semen yaitu: wadah yang berinsulasi,
kantong plastik tempat penampungan semen, serta kain kasa dan karet gelang untuk menyaring
semen.
3. Teknik Penampungan Semen
Teknik penampungan semen dapat dilakukan dengan teknik hand method, massage, dan vagina
buatan.
Prosesing Semen
a. Laboraturium pengolahan semen
Laboraturium pengolahan semen seyogyanya dibagi menjadi 5 bagian untuk mengurangi adanya
kontaminasi yaitu:
- Bagian penerimaan semen untuk menentukan volume semen dan konsentrasi spermatozoa.
- Bagian evaluasi semen dilakukan evaluasi morfologi spermatozoa.
- Bagian pengenceran semen
- Bagian pencatatan dan pelabelan semen
- Bagian penyimpanan semen
b. Kegiatan pengolahan semen
Dosis akhir semen untuk menginseminasi betina mengandung 3x10 pangkat 9 spermatozoa
dalam 80 ml semen encer. Kriteria penilaian terhadap morfologi spermatozoa yaitu mortalitasnya
>60%, spermatozoa dengan morfologi kepala dan ekor normal >70% dan spermatozoanya
mengelompok <30%.
c. Penyimpanan semen
Semen diencerkan dengan bahan pengencer yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup
spermatozoa sampai 3 hari. Semen encer hendaknya secaraberngsur angsur di dinginkan sampai
suhunya mencapai 17-18C
Inseminasi semen
Ha-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan agar pemasukan semen kedalam saluran
reproduksi betina dapat berlangsung dengan baik yaitu :
a. Pastikan betina yang akan di inseminasi benar-benar dalamkeadaan birahi.
b. Beri kesempatan betina untuk kontak kepala dengan kepala pejantan dewasa, sebelum dan
selama inseminasi.
c. Bersihkan vulva dengan air atau kertas pembersih.
d. Vulva dibersihkan dengan alkohol konsentrasi rendah, dilanjutkan dengan mencuci vulva
dengan sodium kloridi 0,9%.
e. Beri pelicin pada ujung kateter inseminasi (biasanya melrose cateter) dengan mengoleskan
pelicin nonspermisidal (misalnya vaselin)
f. Masukan kateter kedalam vagina dengan arah sedikit miring ke atas untuk mencegah kateter
masuk kedalam uretra.
g. Bila kateter yang dipakai ujungnya spiral, masukan dengan memutarnya berlawanan dengan
arah jarum jam.
h. Setelah ujung kateter terjepit dalam leher uterus (cervix), tempelkan botol semen pada kateter
dan angkat sampai berada sedikit lebih tinggi dari betinanya.
i. Biarkan semen mengalir keluar botol semen dan masuk ke dalam saluran reproduksi betina.
j. Biarkan semen mengalir dengan sendirinya sampai botol semen menjadi kosong.
k. Selama inseminasi berlangsung betina tersebut terus dirangsang dengan meraba-raba bagian
samping dan daerah putingnya.
l. Setelah botol semen kosong, biarkan kateter berada dalam saluran reproduksi betina tersebut
selama2-5 menit hingga semen dalam kateter semuanya tumpah,perangsangan tetap dilakukan.
m. Setelah kateter dikeluarkan biarkan betina tersebut tetap berada di dalam kandang inseminasi,
yang bertujuan agar spermatozoa mampu bergerak ke tempat berlangsungnnya fertilisas

8.

Anda mungkin juga menyukai