Anda di halaman 1dari 27

KASUS UJIAN

Skizoafektif Episode Manik

Oleh :
ISRINA BASMALAH

Pembimbing :

dr. Maria Poluan, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PSIKIATRI


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
PERIODE 19 OKTOBER 21 NOVEMBER 2015
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 31-1-1975
Usia : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SI
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pengangguran
Alamat Rumah : Palmeriam Gg V/37 RT 16/08 JAKTIM
Tanggal masuk RS : 10 November 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Autoanamnesis : Hari Minggu, tanggal 14 November 2015
Alloanamnesis : Dengan ayah pasien pada hari kamis dan
minggu, tanggal 10 dan 14 November 2015

A. Keluhan Utama
Pasien datang pertama kali ke RSPAD karena tidak mau
minum obat, marah-marah dengan melempar benda, berbicara sendiri,
memukul dan menendang ayahnya sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit.

B. Keluhan Tambahan
Pasien memiliki halusinasi visual dengan mengatakan ada
pesawat tempur yang lewat di depan mukanya ketika di wawancara,
pasien memiliki halusinasi auditorik dan visual dengan mengatakan
bahwa tetangganya sering meminta makanan dan uang tetangganya
berjumlah 30 orang, satu orang memiliki perawakan besar, dan
beberapa remaja. Halusinasi visual karena mendengar bisikan
bapaknya mengatakan bahwa saudaranya di rawat di Amino lantai dua.
Pasien memiliki waham kebesaran dengan meyakini bahwa ayah
kandungnya adalah seorang Letjend Syarif Syamsoedin (menteri
pertahanan) dan ibu kandungnya adalah seorang putri Kiko Japan, dan
meyakini bahwa bapak angkatnya adalah seorang adjudan bung Karno.
Pasien juga meyakini bahwa dirinya seorang yang pintar dan ia adalah
salah satu pendesain senjata utama di Indonesia.

C. Riwayat Gangguan Sekarang


Menurut ayah pasien, ini merupakan ketujuh kalinya pasien
masuk ke Paviliun Amino RSPAD. Pasien ke RSPAD diantar oleh
ayahnya, Sudah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien marah
marah, membanting benda, berbicara sendiri, memukul dan
menendang ayahnya. Sudah 2 minggu pasien tidak mau minum obat,
pasien ingin obat serequel dengan dosis 100 mg diturunkan, ayah
kemudian pergi ke rumah sakit untuk memenuhi permintaan pasien,
namun oleh dokter dosis serequel dinaikan menjadi 400 mg. Saat itu
pasien tidak mau minum obat, pasien hanya mau minum obat satu kali
sehari atas bujukan ayahnya, pasien masih dapat mengontrol emosinya.
Namun empat hari ini pasien sulit mengontrol emosi dan cenderung
dapat melukai dirinya dan orang lain. Satu hari sebelum masuk rumah
sakit ayah datang RSPAD meminta perawat untuk menjemput pasien
dirumah, permintaan tidak dapat dipenuhi. Esok harinya, tiba-tiba
pasien mengatakan ingin dirawat Di RSPAD dan ayahnya segera
mengantarnya.
Pasien mengatakan, ia datang ke RSPAD dalam rangka
memperingati hari kesehatan nasional yang jatuh pada hari kamis dan
untuk menghindari para intel Israel yang akan menangkapnya karena
ia adalah seorang pendesain utama persejataan Indonesia, menurut
pasien RSPAD adalah tempat yang cukup aman untuk pasien
bersembunyi. Pasien mengatakan bahwa ia mendengar adiknya
Suyartono sakit dan sedang dirawat di lantai dua pavilium amino.
Pasien merasa kesal dengan tetangganya karena sering meminta makan
dan uang kepadanya tetangganya berjumlah 30 orang, satu orang
memiliki perawakan besar, dan beberapa remaja. Pasien meyakini
bahwa ia memiliki ayah kandung yaitu seorang Letjend Syafrie
Syamsoedin (menteri pertahanan) dan ibu seorang putri Kiko Japan.
Pasien mengatakan sejak usia 3 tahun ia ditinggal oleh bapak dan ibu
kandungnya dan dirawat oleh bapak Sukidi yang merupakan adjudan
bung Karno. Saat di konfirmasi kepada ayahnya pasien merupakan
anak kandung, dan adiknya Suyartono tidak sedang sakit. Menurut
ayah, pasien sering mengatakan ia memiliki gaji 200 juta yang
diberikan kepadanya, pasien sering meminta uang untuk shopping,
membeli makanan dan minuman kemudian diberikan kepada tetangga-
tetangganya.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien telah memiliki riwayat gangguan jiwa sejak 12
tahun yang lalu dengan diagnosa skizofrenia. Gejala muncul
pertama kali pada tahun 1993 ketika pasien berusia 18 tahun,
menurut ayah pasien sekolah di STM 1 Budi Utomo, pasien diajak
tawuran namun pasien menolaknya. Kemudian kepala bagian
depan pasien dipukul. Sesampainya dirumah pasien langsung
beranjak tidur karena pusing. Beberapa hari setelah kejadian,
pasien mengalami panas tinggi, tidak ada kejang. Kemudian pasien
dirawat di ICU RSPAD, pasien tidak sadarkan diri selama 2 hari.
Ketika sadar, pasien berbicara kacau dan mengatakan bahwa ia
adalah seorang yang hebat, pasien dirujuk ke kesehatan jiwa
RSPAD. Pasien sering keluar-masuk rumah sakit ketika kambuh
apabila tidak mau minum obat.

2. Riwayat Medis
Pasien memiliki riwayat trauma kepala, demam berdarah,
tifoid dan hepatitis B. Riwayat epilepsi, tumor otak disangkal ayah
pasien.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan disangkal
oleh ayah pasien.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut ayah, selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah
mengalami masalah kesehatan yang serius, ibu tidak mengalami
muntah yang berlebihan. Ibu tidak mengkonsumi alkohol maupun
obat-obatan secara bebas. Pasien lahir cukup bulan, spontan dan
langsung menangis, tidak ada cacat bawaan. Pasien lahir dengan
bantuan bidan dengan berat badan normal 3,2 kilogram.

B. Masa Kanak-Kanak (0-3 tahun)


Pasien dirawat oleh keluarganya sendiri dari kecil hingga
dewasa. Menurut ayah, tumbuh kembang pasien normal seperti bayi
seusianya. Pasien diberikan ASI oleh ibunya sampai usia 4 bulan.
Pasien dapat berjalan dan berbicara saat usia 1 tahun. Pasien
mendapatkan imunisasi secara lengkap, pasien tidak pernah mengalami
panas tinggi disertai kejang. Pasien termasuk anak yang aktif.
C. Masa Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien memulai jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar
(SD) menurut ayah pasien adalah seorang yang pendiam. disekolah
pasien adalah siswa yang rajin dan pintar

D. Masa Kanak Akhir dan Remaja


Setelah SD pasien melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) lalu Sekolah Tingkat Menengah (STM).
Menurut ayah pasien berprestasi disekolah, pasien berani
mengungkapkan pendapat ketika berdiskusi dengan temannya.
Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pada tahun 1981 pasien masuk SD Negeri Jakarta Pusat.
Tahun 1987 pasien masuk SMP Negeri 3, dan tahun 1990 pasien
masuk STM Budi Utomo, tahun 1994 pasien kuliah di Universitas
Assafiah jurusan tekhnik mesin. Pasien menyelesaikan S1 selama
sembilan tahun.

2. Riwayat Pekerjaan
Setelah menyelesaikan pendidikannya, pasien bekerja di
perusahaan krakatau selama 4 bulan kemudian pasien. Pasien
kemudian bekerja dibeberapa Bank namun sering pindah karena
tidak betah dan menginginkan gaji yang lebih besar.

3. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah, pasien pernah memiliki hubungan
dengan beberapa wanita namun tidak sampai melanjutkan ke
pernikahan karena ditinggal menikah oleh pihak wanitanya. Pasien
ingin menikah, menurutnya menikah adalah kewajiban bagi
seorang muslim.
4. Riwayat Beragama
Pasien beragama Islam dan merupakan penganut yang taat.
Pasien rajin solat dan mengaji.

5. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran
hukum maupun berurusan dengan pihak berwajib.

6. Riwayat Psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal yaitu
heteroseksual.

5. Aktivitas Sosial
Menurut ayah, sebelum pasien mengalami gangguan jiwa,
pasien adalah seorang pendiam, rajin menabung, teliti, rapih, pintar
namun sedikit keras kepala. Setelah mengalami gangguan jiwa
pasien mudah marah, kasar, penghayal, pemalas dan boros.

6. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Orang tua
pasien mencintai semua anak anaknya dengan sama rata.
Hubungan pasien dengan ibunya baik. Hubungan pasien dengan
saudara saudaranya baik dan pasien dekat dengan semua
saudaranya. Pasien lebih dekat dengan ayahnya. Tidak ada anggota
keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya.

7. Persepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya


Pasien tidak menyadari bahwa dirinya mengalami
gangguan jiwa dan berkata bahwa ia disini karena ingin merayakan
hari kesehatan nasional dan ia juga berkata bahwa setiap emosi
yang keluar darinya adalah sesuatu yang harus disyukurinya dan
merupakan nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya.

8. Persepsi Keluarga tentang Diri Pasien


Menurut ayahnya, pasien butuh orang lain untuk merawat
pasien dan ia sendiri tidak bisa merawat pasien secara penuh
karena sudah tua. Pasien sering marah dan membanting benda bila
keinginan pasien tidak diturutinya. Pasien sering berbicara
berlebihan kepada saudara dan ayahnya.

9. Situasi Kehidupan Sekarang


Saat ini tinggal bersama ayah dan ibunya
Pasien mendapat perhatian dari keluarganya, terutama ayahnya.
Pasien butuh orang lain untuk membantunya merawat diri.

Genogram

Keterangan :
- Hitam = pasien
- Putih = normal

Pria

Wanita
IV. STATUS MENTAL (dilakukan pada tanggal 10 dan 11 Juli 2014)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pria, 40 tahun, kurus, berkulit sawo matang, perawatan diri
kurang, dan tampak lebih muda dari usianya. Rambut pasien
kurang terawat dan ada bau badan dan bau mulut karena pasien
belum mandi. Pasien mengenakan baju berwarna krem dan celana
pendek.

2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Selama wawancara, pasien dalam posisi duduk dan tampak
gelisah. Ada kontak mata antara pasien dan pewawancara.

3. Sikap terhadap Pemeriksa


Pasien kooperatif terhadap pewawancara dan menjawab
semua pertanyaan yang diajukan pewawancara.

B. Mood dan Afek


1. Mood : hipertim
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : serasi

C. Bicara
Pasien berbicara spontan dan seringkali berbicara tanpa
ditanya. Intonasi suara pasien kuat. Pasien berbicara cepat dengan
artikulasi jelas.
D. Gangguan Persepsi
Saat di wawancara didapatkan gangguan persepsi berupa
halusinasi auditorik, visual, auditorik-visual.

E. Pikiran
Isi Pikir
Tidak ditemukan preokupasi pada pasien. Ditemukan kelainan
isi pikir berupa waham yaitu pasien meyakini bahwa ia memiliki ayah
kandung seorang menteri pertahanan bapak Syafrie Syamsoedin dan
ibu kandung seorang putri Kiko Japan. Dan ayah angkat pak Sugini
seorang adjudan bung Karno. Pasien juga meyakini bahwa dirinya
adalah seorang pendesain utama persenjataan Indonesia.

F. Sensorium dan Kognitif


1. Taraf Kesadaran dan Kesiagaan
Kompos mentis dan kesiagaan baik

2. Orientasi
Waktu : baik, pasien tahu kalau waktu sudah malam
Tempat : baik, pasien tahu kalau sedang dirawat di rumah
sakit
Orang : baik, pasien mengenali teman teman sebangsalnya,
suster, dan dokter di rumah sakit

3. Daya Ingat
Jangka Panjang : Baik, pasien masih ingat kapan ia dirawat
pertama kali di pavilium amino dan ingat
daerah asalnya
Jangka Sedang : Baik, pasien ingat nama saudara-
saudaranya.
Jangka Pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu makan
siangnya.
Jangka Segera : Baik, pasien dapat mengingat bahwa pak
Yuhandi meminta rokok kepadanya.

4. Konsentrasi dan Perhatian


Kurang. Pasien terkadang tidak memperhatikan
pewawancara dan terdistraksi oleh hal hal lain di sekitarnya.

5. Kemampuan Visuospasial
Cukup. Pasien dapat menyebutkan waktu dengan tepat saat
pewawancara meminta pasien untuk membaca jam.

5. Pikiran abstrak
Cukup, pasien dapat mengerti peribahasa air susu dibalas
dengan air tuba, buah tangan dan berakit-rakit kehulu
berenang-renang ketepian .

6. Intelegensia dan Kemampuan Informasi


Cukup, pasien mengetahui nama presiden Jokowi adalah
presiden republik Indonesia tahun 2015 dan Gubernur Jakarta
Ahok.

G. Kemampuan Mengendalikan Impuls


Pasien kooperatif dan tampak dapat mengendalikan diri selama
wawancara.
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap kooperatif terhadap pewawancara, dokter,
perawat, karyawan, dan pasien pasien lainnya di Paviliun Amino.
2. Penilaian Realita
Terganggu.
3. Tilikan
Derajat I, pasien mengatakan alasan dia berada di rumah sakit
karena ingin merayakan hari kesehatan nasional dan untuk
menghindari para intel Israel.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Kurang dapat dipercaya, karena ada beberapa keterangan yang
pasien utarakan yang tidak sesuai dengan pernyataan ayah pasien.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 15 November 2015
A. Status Interna
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Status Gizi : Baik
Tekanan Darah : 130/ 90
Frekuensi Nadi : 80 x/ menit
Frekuensi Nafas : 20 x/ menit
Suhu : Afebris
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik
THT : Tidak ada gangguan
Mulut dan Gigi : Gigi tidak ada kelainan
Thorax : Jantung paru dalam batas normal
Abdomen : Datar, bunyi usus normal
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi perifer baik, tidak ada
edema, ada luka di siku kedua tangan

B. Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal : Negatif
Tanda-tanda Efek Ekstrapiramidal : Negatif
Motorik : Baik
Sensorik : Baik

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pemeriksaan dilakukan pada Tn. S usia 40 tahun, agama Islam,
dibawa ke Paviliun Amino pada tanggal 10 November 2015 pukul 14.30
WIB dalam keadaan tenang, ayah pasien mengatakan pasien marah-marah,
banting benda, memukul dan menendang ayahnya sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit. Ditemukan juga halusinasi auditorik, visual, auditorik-
visual dan waham kebesaran pada pasien.

Dari autoanamnesa
Ketika ditemui untuk wawancara, pasien nampak tenang dan
sedang berbaring di tempat tidurnya di Paviliun Amino. Pasien memakai
kaos krem dengan celana pendek. Pasien bersikap kooperatif terhadap
pewawancara. Pasien menjawab pertanyaan dengan sesuai dan diselingi
dengan ide ide pasien yang banyak dan kontinuitasnya flight of ideas.
Pasien memiliki halusinasi visual dengan mengatakan ada pesawat tempur
yang lewat di depan mukanya ketika di wawancara, pasien memiliki
halusinasi auditorik-visual dengan mengatakan bahwa tetangganya sering
meminta makanan, meminta uang, tetangganya berjumlah 30 orang, satu
orang memiliki perawakan besar, dan beberapa remaja. Halusinasi visual
karena mendengar bisikan bapaknya mengatakan bahwa saudaranya di
rawat di Amino lantai dua. Pasien memiliki waham kebesaran dengan
meyakini bahwa ayah kandungnya adalah seorang Letjend Syafrie
Syamsoedin (menteri pertahanan) dan ibu kandungnya adalah seorang
putri Kiko Japan, dan meyakini bahwa bapak angkatnya adalah seorang
adjudan bung Karno. Pasien juga meyakini bahwa ia adalah salah satu
pendesain senjata utama di Indonesia.

Dari alloanamnesa
Pasien diketahui telah mengalami gangguan jiwa sejak 12 tahun
yang lalu dengan diagnosis skizofrenia. Gejala gangguan jiwa muncul
setelah pasien tidak sadarkan diri karena trauma kepala dan panas tinggi.
Pasien sering keluar-masuk rumah sakit ketika kambuh apabila tidak mau
minum obat. Menurut ayah, pasien sering mengatakan bahwa ia memiliki
gaji 200 juta yang diberikan kepadanya sehingga pasien sering meminta
uang untuk shopping, membeli makanan dan minuman kemudian
diberikan kepada tetangga-tetangganya. Pasien memiliki halusinasi visual,
auditorik dan waham kebesaran. Sebelum sakit pasien adalah seorang
pendiam, penurut, teliti, rapih dan pintar. Pasien merupakan orang yang
taat beribadah.

Status Mental
Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang pria,
penampilan lebih muda dari usianya, berkulit sawo matang, perawatan dan
kerapihan diri kurang, dan memakai koas berwana krem dan celana
pendek.
Kesadaran pasien dalam keadaan kompos mentis. Sikap dan
psikomotor pasien saat diwawancara oleh pemeriksa berlangsung
kooperatif dan tenang. Pasien bersikap sopan terhadap pemeriksa dan
menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa. Pembicaraan
spontan, artikulasi jelas, dan intonasi kuat. Mood saat itu hipertim dan
afek terbatas. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik.
visual dan auditorik-visual. Isi pikir berupa waham kebesaran. Proses pikir
flight of ideas. Orientasi dan daya ingat baik dan konsentrasi pasien
kurang. Kemampuan mengendalikan impuls dan daya nilai pasien baik.
RTA pasien terganggu dengan tilikan derajat I.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi, gangguan isi
pikir yang bermakna yang menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan
disability dalam kehidupan sosial pasien. Sehingga dapat disimpulkan
pasien mengalami gangguan jiwa.

Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah
menggunakan zat psikoaktif. Sehingga gangguan mental dan perilaku
akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan. Pasien memiliki
riwayat trauma kepala, pasien pernah mengalami demam tinggi namun
tidak kejang. Sehingga gangguan mental organik belum dapat
disingkirkan, untuk memastikannya harus dilakukan pemeriksaan
penunjang MRI/CT scan.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami gejala
afektif (manik) dan skizofrenik yang sama menonjol dan secara bersamaan
ada dalam episode yang sama. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik
menurut PPDGJ III pada ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan
dalam F25.0 Skizoafektif Episode Manik.

Aksis II
Tidak ada diagnosis gangguan jiwa (Z03.2)
Ditemukan ciri kepribadian anankastik, karena menurut ayah pasien
adalah seorang yang rapi, teliti dan keras kepala yang merupakan salah
satu ciri dari kepribadian anankastik
Aksis III
Riwayat trauma kepala 1993, riwayat hepatitis B

Aksis IV
Ditemukan masalah psikoedukatif yaitu pasien sebelumnya tidak
meminum obat secara teratur. Terdapat masalah Primary Support Group
(Keluarga) yaitu ayah pasien sudah tidak ingin merawatnya lagi karena
beliau sudah tua, ayah ingin pasien tidak pulang kerumah lagi dan tetap di
Pavilium Amino RSPAD.

Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global
Assement Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF
pada satu tahun terakhir adalah 50-41 yaitu adanya gangguan psikotik
berat berupa halusinasi dan waham yang cukup menonjol yang
menyebabkan ketidakmampuan melaksanakan pekerjaan dikantor dan
dirumahnya dengan baik. Pasien keluar dari pekerjaanya karena gejala
psikotik tersebut. Dan untuk saat ini didapatkan GAF 60-51 yaitu
disablitisa sedang karena sampai saat ini waham dan halusinasi pasien
belum hilang. Namun pasien sudah mampu berkomunikasi dengan baik,
kooperatif dan mampu mengendalikan emosinya.

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL


Aksis I : Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
Aksis II : Tidak ada diagnosis (Z03.2)
Aksis III : riwayat trauma kepala 1993, riwayat hepatitis B
Aksis IV : masalah ketidakpatuhan minum obat dan masalah primary
support group (keluarga)
Aksis V :
GAF pada satu tahun terakhir adalah 50-41 yaitu adanya gangguan
psikotik berat berupa halusinasi dan waham yang cukup menonjol yang
menyebabkan ketidakmampuan melaksanakan pekerjaan dikantor dan
dirumahnya dengan baik. Pasien keluar dari pekerjaanya karena gejala
psikotik tersebut. Dan untuk saat ini didapatkan GAF 60-51 yaitu
disablitisa sedang karena sampai saat ini waham dan halusinasi pasien
belum hilang. Namun pasien sudah mampu berkomunikasi dengan baik,
kooperatif dan mampu mengendalikan emosinya.

IX. DAFTAR MASALAH


A. Organobiologik
Riwayat trauma kepala, hepatitis B. Tidak ada faktor genetik pada
keluarga

B. Psikologis
Mood : Hipertim
Afek : terbatas
Gangguan persepsi : halusinasi auditorik, visual dan auditorik-
visual
Proses pikir : flight of ideas
Isi pikir : waham kebesaran
RTA : terganggu
Tilikan : derajat I

C. Lingkungan dan Sosioekonomi


Masalah primary support group pihak keluarga sudah tidak ingin
merawat pasien lagi karena sudah lelah dan ayah pasien sudah tua.

X. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Skizoafektif Tipe Manik (F.25.0)
Diagnosis banding : Skizofrenia Paranoid (F20)
Mania dengan gejala psikotik (F30.2)

XI. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Fungsi fungsi vital pasien masih baik.
Ad Sanationam : dubia ad malam
Dikarenakan pasien tidak mendapatkan dukungan
yang cukup dari keluarganya. Ayah pasien tidak
ingin merawatnya lagi karena sudah tua.
Ad Fungsionam : dubia ad malam
....
XII. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Serequel 1x 200 mg
Persidal 2x 2 mg
Depakote 2x 250 mg

B. Psikoterapi
1. Kepada pasien :
Psikoterapi suportif : berempati dan memberikan perhatian
pada pasien, tidak menghakimi pasien, mensuport segala usaha
adaptif pasien, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan
peduli pada aktivitas keseharian pasien.

2. Kepada keluarga :
Diperlukan peran serta keluarga dalam penanganan pasien.
Psikoedukasi dapat dilakukan dengan menjelaskan segala hal
tentang penyakit pasien dari penyebab, gejala-gejalanya, faktor-
faktor yang memberatkan, dan cara pencegahannya. Dengan begitu
keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien serta
mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang
diberikan pada pasien dengan menerangkan mengenai kegunaan
obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang dapat muncul.
Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum
obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta untuk
bekerja sama dalam berjalannya program terapi.

XIII. DISKUSI
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis untuk Skizoafektif
Tipe Manik adalah :
1. Kriteria ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik
yang tunggal maupun untuk gangguan yang berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
2. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tak begitu menonjol dikombinasi dengan irritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak.
3. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih
baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman diagnostik (a) sampai
dengan (d)).
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a) thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau thought
insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought
broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy =
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). delusional perception = pengalaman
indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat. delusion of influence =
waham dimana dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara
terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal
pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing
dan dunia lain).
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan yang
konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality)
dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Untuk gejala episode manik antara lain : afek yang meningkat
harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara,
optimistik, harga diri yang membumbung. Terdapat perburukan
fungsi sampai titik dimana ia tidak mampu merawat dirinya dan
gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran,
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar.
Pada pasien ini didapatkan gejala skizofrenia dan gejala
afektif (manik) berupa halusinasi auditorik dan visual serta waham
kebesaran. Pasien memiliki halusinasi visual dengan mengatakan
ada pesawat tempur yang lewat di depan mukanya ketika di
wawancara, pasien memiliki halusinasi auditorik-visual dengan
mengatakan bahwa tetangganya menyuruhnya membeli makanan,
meminta uang, tetangganya berjumlah 30 orang, satu orang
memiliki perawakan besar, dan beberapa remaja. Pasien juga
mendengar bisikan bapaknya mengatakan bahwa saudaranya di
rawat di Amino lantai dua. Pasien memiliki waham kebesaran
dengan meyakini bahwa ayah kandungnya adalah seorang Letjend
Syarif Syamsoedin (menteri pertahanan) dan ibu kandungnya
adalah seorang putri Kiko Japan, dan meyakini bahwa pak Sukidi
seorang adjudan bung Karno merupakan orangtua angkatnya.
Pasien juga meyakini bahwa ia adalah seorang pendesain senjata
utama Indonesia dan saat ini ia sedang menghindari intel Israel.
Untuk gejala episode manik didapatkan peningkatan afek,
peningkatan energi percepatan dan kebanyakan bicara, optimistik,
harga diri yang membumbung, konsentrasi terganggu, serta tidak
mampu merawat dirinya. Oleh karena itu, menurut PPDGJ-III
gejala diatas telah memenuhi kriteria untuk diagnosis skizoafektif
tipe manik (F.25.0)
Diagnosis banding yang pertama pada pasien ini adalah
skizofrenia paranoid (F20.0) karena pada pasien didapatkan gejala
umum skizofrenia yaitu halusinasi auditorik, visual, auditorik-
visual dan waham kebesaran. Diagnosis ini dapat disingkirkan
karena pada skizofrenia paranoid gejala halusinasi dan/atau waham
harus terlihat lebih menonjol dari gejala lain, namun pada pasien
ini selain gejala skizofrenia terdapat gejala afektif yang sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan.
Diagnosis banding yang kedua adalah mania dengan gejala
psikosis (F30.2) karena didapatkan gejala umum skizofrenia
berupa waham kebesaran dan halusinasi visual, auditorik, visual-
auditorik dan terdapat gejala episode manik diantaranya mood
hipertim, banyak berbicara, distraktibilitas. Namun bila dilihat dari
onset gejala pada mania dengan gejala psikosis onset berlangsung
selama satu minggu, sedangkan pada pasien ini sudah memiliki
riwayat skizoafektif sebelumnya dan skizofren yang dialami pasien
sudah 12 tahun lalu. Sehingga diangnosa banding mania dengan
gejala psikosis dapat disingkirkan.
Untuk terapi psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada
pasien ini adalah pemberian:
1. Quetiapin 1x 200 mg
Serequel (Quetiapine) adalah obat golongan antipsikosis atipikal.
Digunakan untuk pasien skizofrenia dengan episode manik yang
berhubungan dengan gangguan bipolar.
2. Persidal 2X 2mg
Persidal (Risperidone) termasuk ke dalam golongan antipsikosis
atipikal. Obat ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor
serotonin (5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor
dopamine (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin.
Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap
reseptor serotonin dan dopamine. Risperidon diberikan untuk
mengatasi gejala negatif ataupun positif skizofrenia.
3. Depakote 2x250 mg
Depakote (Natrium Divalproat) merupakan golongan obat anti
mania akut atau campuran dengan atau tanpa disertai psikosis. Obat
ini bekerja meningkatkan konsentrasi GABA dalam plasma dan
SSP dengan cara meningkatkan sintesis dan pelepasan GABA.
Depakote diberikan untuk mengatasi gejala mania.

LAMPIRAN
Discharge Planning
Tanggal masuk RS : 10 November 2015, Jam 16.00 WIB
Alasan masuk RS : Tidak mau minum obat
Tanggal perencanaan pemulangan pasien : masih dalam tahap evaluasi
Estimasi tanggal pemulangan pasien : masih dalam tahap evaluasi
Nama perawat : Mulyana

Keterangan Rencana Pemulangan


Pengaruh rawat inap terhadap :
Pasien dan keluarga pasien Ya
1
Pekerjaan Tidak
Keuangan Ya
Ya, mengenai pentingnya
2 Antisipasi terhadap masalah saat pulang
minum obat
3 Bantuan diperlukan dalam hal : Minum obat
Adakah yang membantu keperluan tersebut
4 Ya, keluarga
di atas?
Apakah pasien hidup/tinggal sendiri setelah
5 Tidak
keluar dari rumah sakit?
Apakah pasien menggunakan peralatan
6 medis di rumah setelah keluar rumah sakit Tidak
(kateter, NGT, double lumen, oksigen)?
Apakah pasien memerlukan alat bantu
7 setelah keluar dari RS (tongkat, kursi roda, Tidak
walker, dll)?
Apakah memerlukan bantuan/perawatan
8 khusus di rumah setelah keluar RS Tidak
(homecare, home visit)?
Apakah pasien bermasalah dalam memenuhi
9 Tidak
kebutuhan pribadinya setelah keluar dari
rumah sakit?
Apakah pasien memiliki nyeri kronis dan
10 Tidak
kelelahan setelah keluar dari RS?
Apakah pasien dan keluarga memerlukan
Ya, jadwal minum obat
edukasi kesehatan setelah keluar dari rumah
11 dan jadwal kontrol ke
sakit (obat obatan, nyeri, diet, mencari
poliklinik
pertolongan, follow up)?
Apakah pasien dan keluarga memerlukan
keterampilan khusus setelah keluar dari
12 Tidak
rumah sakit (perawatan luka, injeksi,
perawatan bayi, dll)?

Discharge planning:
1. Impulsivitas terkendali
Saat pulang impulsivitas pasien terkendali saat pulang dan bersikap
kooperatif
2. Insight meningkat (minimal derajat 4) : pasien memahami pentingnya
minum obat untuk mengatasi gejala gejala yang dialami
Saat pulang pasien memahami pentingnya minum obat tetapi insight pasien
derajat I karena pasien masih tidak menyadari bahwa dirinya sakit. Pasien
memahami pentingnya minum obat tetapi perlu tetap diingatkan untuk minum
obat.

Kelengkapan Status
No. Berkas Keterangan
1 Surat masuk rawat inap Ada
2 Surat rujukan Ada
Ringkasan masuk dan keluar dan GENERAL
3 Ada
CONSENT
4 Keterangan penjamin Ada
5 Formulir DPJP Ada
Pengkajian
a. Pengkajian awal keperawatan rawat jalan general Ada
b. Catatan medis gawat darurat Ada
c. Catatan medis awal rawat inap Ada
d. Pengkajian awal keperawatan rawat inap Ada
6
e. Pengkajian khusus (jiwa) Ada
f. Pengkajian nyeri Ada
g. Skoring pasien resiko jatuh Ada
h. Pengkajian dekubitus Ada
i. Skrining gizi lanjut Ada
Asuhan keperawatan
a. Keperawatan dan rencana pemulangan Ada
7 pasien/discharge planning
b. Asuhan ICU Tidak ada
c. Asuhan gizi Ada
8 Catatan perkembangan terintegrasi Ada
9 Edukasi terintegrasi Ada
Pemeriksaan diagnostik
10 a. Pemeriksaan laboratorium Ada
b. Pemeriksaan radiologi Tidak ada
11 Lembar konsultasi Tidak ada
12 Rencana tindakan keperawatan Ada
13 Lembar observasi pasien harian Ada
14 Pemantauan pemberian cairan Tidak ada
15 Daftar pemberian terapi Ada
16 Formulir surveilans (infeksi rumah sakit) Ada
17 Penolakan dan persetujuan tindakan Tidak ada
18 Anestesi Tidak ada
19 Pembedahan Tidak ada
Ada (pemindahan
20 Alih rawat/pindah/meninggal
dari/antar ruangan)
21 Laporan kematian (meninggal) Tidak ada
Resume pulang
a. Resume pasien pulang rawat inap (dokter) Ada
22
b. Resume pasien pulang rawat inap (perawat) Ada
c. Surat keterangan istirahat sakit Tidak ada
Lain lain:
a. Permohonan cuti
b. KDRT
c. Kekerasan seksual
d. Second opinion
23 e. Kekerasan fisik Tidak ada
f. DNR
g. Persetujuan, pembatalan dan hak peneliti
penelitian
h. Permintaan pelayanan kerohanian
i. Penundaan pelayanan
24 Formulir rencana kunjungan Tidak ada
25 Formulir rujukan pasien Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai