Antalgin
( SIRUP )
Kelas : E
Kelompok : IV (Empat)
Anggota : - Jelita G 701 15 102
- Muhlisa Nugrah G 701 15 030
- Nurhafsa Busra G 701 15 232
Hari/Tgl : Sabtu, 24 Maret 2017
Asisten : Sulistyawati
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
I. Latar belakang
a. Rute pemberian
Oral
b. Efek farmakologi
Antalgin termasuk derivat metan sulfanat dari amydopyrin
yang mudah larut dalam air cepat diserap kedalam tubuh. Bekerja
secara sentral diotak dalam menghilangkan nyeri, menurunkan
demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin mempengaruhi
hipotalamus dalam menurunkan sensitivitas reseptor, rasa pahit dan
thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto,1986)
c. Dosis
Oral 0,5 4 gram sehari dalam 3 4 dosis
V. Rancangan Formula
4 Air Ad 60 ml 60 ml pelarut
VI. Penimbangan
A. Perhitungan bahan
Dibuat sediaan 60 ml dengan takaran 250 mg/5 ml
60 ml
1. Antalgin = x 250 mg = 3000 mg
5 ml
0,2
2. Methy paraben = 100 60 = 0,12
=0,12 1,352 3 = 0,16
= 0,16 + 3 % = 0,1648
65
3. Sukrosa = 60 39 1,6 3 = 62,4 .
100
B. Perhitungan dosis
DL = 500mg/- (ISO:32)
15 375
1. Usia 15 tahun = 20 + 500mg = 375mg = 250/5 = 7,5ml
16 400
2. Usia 16 tahun = 20 + 500mg = 400mg = 250/5 = 8ml
17 425
3. Usia 17 tahun = 20 + 500mg = 425mg = 250/5 = 8,5ml
18 450
4. Usia 18 tahun = 20 + 500mg = 450mg = 250/5 = 9ml
19 475
5. Usia 19 tahun = 20 + 500mg = 475mg = 250/5 = 9,5ml
20 500
6. Usia 20 tahun = 20 + 500mg = 500mg = 250/5 = 10ml
C. Aturan pakai
Untuk umur 15 20 tahun sdt sekali pakai.
VII. Cara kerja
SASALGIN
Komposisi :
Dalam 5 ml mengandung :
methampiron. 250 mg
Methyl paraben . 0,2 %
sukrosa .. 65 %
Efek Samping Denyut nadi cepat dan perasaan dingin pada tangan dan
kaki, jarang, anafilaksis dan gejala mukosa,disnea.
Angioedema parah, bronkospasme, aritmia jantung,
penurunan tekanan darah, dan shok sirkulasi. jarang, ruam
sebagai sindrom stevens-jonson atau sindron lyell. Urin
berwarna merah.
Kemasan Botol
Di produksi Oleh
PT. Karunia Farma
Palu, Indonesia
IX. Pembahasan
Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu
jenis obat atau lebih dalam pelarut, dimaksudkan untuk digunakan sebagai
obat dalam, obat luar atau untuk dimasukkan kedalam rongga mulut. Sirup
adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok didalamnya
ditambahkan obat atau zat pewangi, merupakan larutan jernih berasa
manis (Formularium Nasional Edisi Kedua, 1978. Hal: 332).
Pada sediaan Antalgin digunakan zat aktif Metampiron yang
termasuk derivat metasulfonat dari aminopirin yang mudah larut dalam air
dan cepat diserap kedalam tubuh. Bekerja secara sentral diotak dalam
menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik.
Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitivitas
reseptor, rasa pahit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto,
1986). Antalgin sebagai obat nyeri dengan intensitas rendah sampai
sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif terhadap nyeri yang
berkaitan dengan inflamasi. Obat ini tidak menimbulkan ketagihan (adiksi)
dan efek samping sentral yang merugikan. Analgetika bekerja secara
sentral untuk meningkatkan kemampuan menahan nyeri. Analgesia yaitu
suatu keadaan dimana setelah pemberian analgetik bercirikan perubahan
perilaku pada respon terhadap nyeri dan kemampuan yang berkurang
untuk menerima implus nyeri tanpa kehilangan kesadaran (Ganiswan,
1981). Antalgin mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak langsung
melintasi sel membran (Anief, 1991). Pada pemakaian yang teratur dan
untuk jangka waktu yang lama, penggunaan obat yang mengandung
metampiron kadang-kadang dapat menimbulkan kasus agranulositosis
fatal. Untuk mendeteksi hal tersebut,selama penggunaan obat ini perlu
dilakukan uji darah secara teratur. Jika gejala tersebut timbul, penggunaan
obat ini harus segera dihentikan (Lukmanto,1986).
Beberapa eksipien yang digunakan dalam pembuatan sirup
Antalgin yaitu sirup simpleks (aquadest, metil paraben dan sukrosa). Sirup
simpleks digunakan sebagai pelarut, pemanis, sekaligus sebagai pengawet.
Hal ini dikarenakan kadar gula pada sirup simpleks yaitu 60% dimana
dalam kadar itu berfungsi sebagai pengawet karena pada sediaan cair
mudah ditumbuhi mikroba, sirup simpleks yang digunakan sebanyak 40
ml.
Sirup antalgin diformulasikan untuk mengobati nyeri dan
menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Dengan aturan
pemakaian, dewasa: Untuk umur 15 20 tahun sendok teh sekali pakai.
Pada proses pembuatan sirup antalgin dilakukan dengan 2 tahap,
yaitu pembuatan sirup simpleks dan pembuatan sirup. Pada pembuatan
sirup simpleks pertama-tama dilakukan penimbangan sukrosa dan
aquadest setelah itu larutkan dalam air panas dan diaduk-aduk hingga
homogen, kemudian simpan dalam wadah.
Selanjutnya pada pembuatan sirup, ditimbang antalgin sebanyak 3
gram, metilparaben 0,1648 gram larutkan dalam air secukupnya kemudian
masukkan larutan metilparaben kedalam gelas kimia yang berisi serbuk
antalgin diaduk hingga homogen. Kemudian masukkan sirup simpleks
kedalam gelas kimia yang berisi larutan antalgin dan metilparaben diaduk
dan panaskan hingga homogen.
Selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan berupa uji organoleptis, uji
volume terpindahkan, uji pH, dan uji tekstur. Berdasarkan hasil percobaan
uji organoleptis diperoleh rasa manis, bau harum, tekstur halus dan warna
bening kekuning-kuningan pada sediaan dengan volume terpindahkan
98% dan pH 6,45.
Hasil yang diperoleh untuk pH telah sesuai dengan literatur,
dimana nilai pH yang dianjurkan untuk sirup adalah berkisar antara 4-7
(Anonim, 1995). Sedangkan untuk volume terpindahkan, hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan literatur, dimana volume terpindahkan, jika
dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume sedian seperti yang
tertera pada etiket (Anonim, 1995). Hal ini menunjukkan bahwa volume
terpindahkan yang seharusnya diperoleh adalah 100%. Ketidaksesuaian
hasil dari volume terpindahkan dikarenakan kesalahan dalam hal
pengukuran atau penentuan jumlah bahan yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief. M., 1991, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Gajah Mada
University, Yogyakarta.
Ganiswan. S., 1981, Farmakologi Dan Terapi Edisi IV, Elex Media, Universitan
Indonesia Press, Jakarta.
Gunawan, S.G., 2000, Farmakologi dan Terapi Edisi IV, Farmakologi FKUI,
Jakarta.
Lukmanto. H,. 1986, Informasi Akurat Produk farmasi Di Indonesia Edisi II,
Jakarta.