A. Etiologi
dengue. Virus Dengue merupakan salah satu virus yang termasuk dalam famili
kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri dari asam ribonuleat berserat tunggal
panjangnya kira-kira 11 kilobasa. Genon terdiri dari protein structural dan protein
selubung (Envelope).1
Genus: Flavivirus
Virus Dengue adalah virus dengan untaian tunggal, virus RNA (famili
Flaviviridae) yang muncul dengan empat serotype antigen yang berbeda. Setiap
(terutama infeksi primer) simtomatik sama, seluruh tipe virus ini berhubungan
dengan demam Dengue, dan demam adalah gejala minor. Infeksi primer
lainnya. Hal ini meningkatkan dalam resiko kebanyakan hasil dari reaksi silang
antibodi dan sel T yang meningkatkan tingkat infeksi dan secara langsung
dan keluarga Flaviridae. Virus Dengue dewasa terdiri dari genom asam ribo
nukleat berserat tunggal yang dikelilingi oleh nukleo kapsid dengan diameter
sekitar 30 nm. Nukleo kapsid dikelilingi oleh selubung lemak dengan ketebalan
sekitar 10 nm. Diameter keseluruhan dari virion tersebut kira-kira 50 nm. Genom
struktural dan protein non struktural. Protein strukturalnya yaitu protein core atau
nukleo kapsid (C), protein envelove (E), dan protein pre membran (pre-M).
Sedangkan protein non struktural terdiri dari protein NS-1, NS-2A, NS-2B, NS-3,
NS-4A, NS-4B, dan NS-5. Dalam merangsang pembentukan anti bodi diantara
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk-
nyamuk ini termasuk dalam famili Culicidae, sub genus Stegomyia yang tersebar
secara kosmopolit. Epidemi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, tersebar
di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan dan Pasifik. Di Indonesia, nyamuk
pada ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut. Nyamuk betina
menghisap darah vertebra sedangkan yang jantan menghisap air madu atau air
gula. Bila sudah dewasa nyamuk mempunyai sayap berwarna hitam, badan dan
air. Nyamuk ini mempunyai jarak terbang kira-kira 50 meter dan menggigit
terutama siang hari, di dalam rumah atau tempat-tempat yang tidak diterangi
matahari.3
jantan menghisap air madu atau air gula. Bila sudah dewasa, nyamuk mempunyai
sayap berwarna hitam, badan dan kaki berbercak putih, lalu bertelur di mana saja
kira 50 m dan menggigit terutama siang hari, di dalam rumah atau tempat-tempat
seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi sel-sel darah
putih dan jaringan limfatik. Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah. Di
tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas intrinsik 4-6 hari sebelum
menimbulkan penyakit. Nyamuk kedua akan menghisap virus yang ada di darah
manusia. Kemudian virus bereplikasi di usus dan organ lain yang selanjutnya
akan menginfeksi kelenjar ludah nyamuk. Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah
Periode ini disebut masa tunas ekstrinsik yaitu 8-10 hari. Sekali virus dapat masuk
mempercepat replikasi virus pad monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1
organ yang meliputi organ SSP, hati, ginjal, dan organ lainnya.6,7 Hal ini
diakibatkan oleh komplikasi dari syok berat atau kondisi penyakit penyerta/
Ensefalopati dengue dapat disebabkan oleh syok berat akibat syok yang
neurotropik langsung virus dengue, pada studi binatang menunjukkan bahwa virus
menyebabkan kerusakan sawar darah otak yang dimediasi oleh sitokin. Studi yang
lain mengamati virus dengue pada CSS (5/6 pasien) dengan ensefalitis
menunjukkan bahwa virus dapat melewati sawar darah otak dan secara langsung
disertai infeksi SSP menunjukkan lesi yang tidak spesifik, edema, kongesti
dengue dengan infeksi SSP adalah infeksi primer, 13/21 (61,9%) dengan infeksi
khususnya pada pasien DBD, namun pada umumnya ringan dan tidak meningkat
lebih dari lima kali nilai normal. Peningkatan enzim hati pada pasien DBD sering
dicetuskan oleh cedera mukosa saluran cerna lewat translokasi bakteri atau respon
inflamasi sistemik.16 Pada keadaan ini antibiotik dapat diberikan untuk mengobati
Dapus:
http://med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2006vol2007/artikel%20masuk%2
02006%20ok/TPTeknik%20Identifikasi%20_dr.%20Muh.%20Nasrum.pdf
lia%20kusumawati.pdf.
2011;48:180-1
6. George R, Liam CK, Chua CT, Lam SK, Pang T, Geethan R, Foo LS.
Health. 1987;18:398-406.
8. Rampengan TH. Penyakit infeksi tropik pada anak edisi 2. Jakarta, EGC
2008; 122-49.
9. Cam BV, Fonsmark L, Hue NB, Phuong NT, Poulsen A, Heegaard ED.
11. Hadinegoro SR, Satari HI, penyunting. Demam berdarah dengue naskah
lengkap pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak dan dokter spesialis
penyakit dalam dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit FKUI 2000.
12. Lum LC, Lam SK, Choy YS, George R, Harun F. Dengue encephalitis: a