Anda di halaman 1dari 13

ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN PADA BENDUNGAN

UTAMA TUGU KABUPATEN TRENGGALEK

JURNAL
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh :
MUCHAMMAD ILHAM
NIM. 0810640058 - 64

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2015
ANALISA STABILITAS TUBUH BENDUNGAN PADA BENDUNGAN
UTAMA TUGU KABUPATEN TRENGGALEK

Muchammad Ilham1, Heri Suprjanto2, Runi Asmaranto2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
Jalan M.T. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
email : ilhammuchammad@hotmail.com

ABSTRAK
Bendungan Tugu adalah bendungan tipe urugan yang akan dibangun di Desa
Nglinggis, Kecamatan Tugu, Kabupater Trenggalek, Provinsi Jawa Timur, dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi, air baku, PLTMH, dan pengendalian banjir,
sehingga merupakan prioritas penting. Bendungan ini memiliki luas daerah tergenang
sebesar 41,70 ha dan mengalir ke Sungai Keser.
Skripsi ini akan menganalisa (a) stabilitas tubuh bendungan, (b) kondisi geologi
pondasi bendungan untuk mengetahui jenis dan kelas batuan guna menentukan perbaikan
pondasi yang tepat, (c) tegangan vertikal yang terjadi di pondasi, (d) penjabaran material
bahan penyusun tubuh bendungan, (e) keamanan bendungan terhadap gejala buluh
(piping) dan sembulan (boiling), (f) pelaksanaan penimbunan tubuh bendungan untuk
mengetahui besar dan waktu penurunan.
Analisa kapasitas rembesan dan stabilitas lereng metode fellenius menggunakan
program Geostudio 2007 dan cara manual. Analisa pelaksanan penimbunan tubuh
bendungan Tugu bersifat umum.
Perhitungan yang dilakukan menunjukkan hasil (a) pondasi bendungan sebagian
besar akan bertumpu pada breksi vulkanik dan batu pasir tufaan yang mempunyai derajat
pelapukan sedang-segar dan mempunyai kekerasan menengah (CL-CH) dari formasi
Mandalika, (b) untuk memperkecil nilai permeabilitas akan dilaksanakan perbaikan
pondasi dengan grouting tirai sampai pada kedalaman 30 m, (c) tegangan vertikal yang
bekerja pada pondasi (zas main dam = 183, 017 ton/m2) dan (zas cofferdam = 183, 017 ton/m2)
< nilai qu (unconfined compression strength) batuan kelas (1000-5000 kN/m2), (d) sifat
fisik dan mekanis material penyusun tubuh bendungan memenuhi kriteria yang ada, (e)
kapasitas debit rembesan yang terjadi adalah sebesar < 1% dari Q rata-rata yang masuk,
tanpa dan dengan grouting, (f) kecepatan rembesan masih di bawah kecepatan kritis, (g)
factor keamanan piping dan boiling adalah > 4, (h) kestabilan lereng dalam berbagai
kondisi pembebanan masih dalam kriteria aman, (i) penurunan pada zona inti bendungan
Tugu sebesar 0,7 m selama 27 tahun, (j) arahan penimbunan meliputi pengambilan,
penempatan, pemadatan, dan pengecekan kualitas hasil timbunan.

Kata kunci: Bendungan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Kestabilan tubuh bendungan Tugu
Abstract
Tugu dam is a high priority embankment dam which will be build in Nglinggis
village, Tugu sub-district, Trenggalek regency, East Java province, and use for irrigation,
raw water supply, micro hydro power generator, and flood control. Tugu dam withholds
reservoir of 41,70 ha which flows to Keser river.
This paper will analyze (a) dam body stability, (b) geology condition of dam
foundation to determine type and class of rocks used in foundation renovation, (c) vertical
pressure in the foundation, (d) materials used to build the dam, (e) dam safety towards
piping and boiling failures, (f) amount and duration of settlement.
Seepage capacity and slope stability analyzed using Fellenius method on
Geostudio 2007 and analytic method. Dam embankment analyzed in general.
Analysis and calculation result shows (a) major part of dam foundation will be
supported on volcanic breccias and tufa sandstone with decay degree of medium-fresh and
medium hardness (CL-CH) from Mandalika formation, (b) grout curtain will be made up
to 30 m deep, to decrease permeability value, (c) vertical pressure on foundation (zas main
2 2
dam = 183, 017 ton/m ) dan (zas cofferdam = 183, 017 ton/m ) < qu (unconfined compression
2
strength) for (1000-5000 kN/m ) class of rock, (d) physical and mechanical characteristics
of materials used for dam body meet the criteria, (e) seepage debit capacity is < 1% of
average Qinflow, with and without grouting, (f) seepage velocity is less than critical
velocity, (g) piping and boiling safety factor is > 4, (h) slope stability in varies
pembebanan condition meet safety criteria, (i) core zone degradation of Tugu dam is 0,7
m during 27 years, (j) Stockpiling procedure including loading, unloading, compaction,
and embankment quality control.
Keywords: Tugu dam, Trenggalek regency, Tugu dam body stability
PENDAHULUAN 6. Bagaimana arahan proses
Bendungan sebagai penampung pelaksanaan penimbunan tubuh
air harus direncanakan dengan bahan Bendungan Utama Tugu?
pembentuk tubuh bendungan yang baik
dan berdiri diatas pondasi yang stabil. METODOLOGI PENELITIAN
Pondasi bendungan sebagai penopang Kondisi Geologi Pondasi Bendungan
tubuh bendungan harus memenuhi Kondisi geologi pondasi bendungan
persyaratan tertentu..Persyaratan pondasi dapat diketahui dengan nilai Lugeon dan
agar bendungan stabil salah satunya RQD (Rock Quality Designation). Nilai
adalah stabil terhadap erosi akibat Lugeon dan RQD didapat dari hasil
rembesan. Disamping persyaratan yang logging bor atau menggunakan rumus
lain yaitu mempunyai daya dukung dan berikut : (Sosrodarsono, 1981: 65)
kuat geser yang cukup serta kedap air
(Masrevaniah,2010). (1)
Analisa stabilitas tubuh dimana :
bendungan sangat diperlukan dalam Lu = nilai Lugeon (1 Lu = k (1.10-5
perencanaan sebuah bendungan. cm/dt))
Rembesan pada bendungan dan Q = debit yang masuk melalui lubang
pondasi merupakan faktor penting dalam bor (l/menit)
stabilitas bendungan. Rembesan p = tekanan uji (kg/cm2)
merupakan aliran yang secara terus L = panjang bagian yang diuji (m)
menerus mengalir dari hulu menuju k = koeffisien permeabilitas (cm/dt)
hilir.Aliran air ini merupakan aliran dari
RQD = 100 (0,1 + 1) e-0.1 (2)
air waduk melalui material yang lulus air
(permeable), baik melalui tubuh dimana :
bendungan maupun pondasi. Untuk itu, RQD = Rock Quality Designation (%)
maka pola aliran dan debit rembesan = rasio antara jumlah kekar dengan
yang keluar melalui tubuh bendungan panjang scan-line (kekar/m)
dan pondasi sangat penting dan perlu Kemampuan pondasi Bendungan
untuk diperhatikan. Tugu dalam memikul tubuh bendungan,
menggunakan analisis tegangan vertikal
RUMUSAN MASALAH pada pondasi bendungan tepat pada As
Dengan memperhatikan latar bendungan. (Christady Hardiyatmo,2007:
belakang yang telah disebutkan di atas, 27)
maka rumusan masalah pada penelitian (3)
sat
tersebut adalah :
1. Bagaimana kondisi pondasi dimana :
Bendungan Tugu? q = beban timbunan tubuh bendungan
2. Bagaimana kondisi material untuk (kN/m)
timbunan Bendungan Tugu? H = tinggi main dam = 58 m
3. Berapakah angka keamanan = tinggi cofferdam = 24,75 m
stabilitas lereng Bendungan sat = berat material timbunan terbesar
Utama Tugu? (kN/m3) = 21,26 kN/m3
4. Apakah akan terjadi kemungkinan Analisa tegangan yang terjadi
sufosi (piping) dan sembulan dibawah pondasi tubuh Bendungan Tugu
(boiling) pada tubuh Bendungan dibagi menjadi 2, pada main dam dan
Utama Tugu? main cofferdam dengan z = 15 m.
5. Berapakah besar dan lama waktu Tegangan vertikal pada as bendungan
penurunan yang terjadi pada dapat dihitung dengan rumus :
tubuh Bendungan Utama Tugu? (4)
dimana : Icr = gradien hidraulik dari material
z = tegangan vertikal yang terjadi pada timbunan atau pondasi
kedalaman z (kN/m) Gs = berat jenis material, specific
I = faktor pengaruh gravity
e = angka porositas
(5)
q = beban tubuh bendungan (kN/m) Stabilitas Lereng Tubuh Bendungan
a = panjang lengan pada bidang miring Dalam menganalisa stabilitas lereng
tubuh bendungan (m) Bendungan Tugu digunakan 2 metode
b = panjang lengan pada bidang datar yaitu Fellenius dan Bishop, kedua
tubuh bendungan (m) metode ini dihitung secara manual dan
z = kedalaman tegangan vertikal pada menggunakan program Geo-Studio
pondasi (m) = 15 m Slope/W 2007.
1 = sudut pengaruh kedalaman Perhitungan stabilitas lereng
berdasarkan panjang a (radian) dengan metode Fellenius dapat
2 = sudut pengaruh kedalaman digunakan rumus sebagai berikut : (M.
berdasarkan panjang b (radian) Das, 1994: 56)
n p

Rembesan Pada Tubuh Bendungan (c.l ( N U N e ) tan )


n 1
Dasar teori untuk persamaan Fs = n p
(11)
perhitungan rembesan adalah dengan (T Te )
menggunakan rumus Darcy sebagai n 1

berikut : (Sosrodarsono, 1981: 96) dimana :


Q=A.k.i (6) Fs = faktor keamanan
Q = . k. h . L (7) c = angka kohesi tiap pias (kN)
V=k.i (8) b
dimana : l = (12)
A = luas penampang basah (m2) cos
k = koefisien permeabilitas (m/dt) b = lebar tiap pias (m)
i = gradien hidrolis = sudut yang dibentuk jari jari
h = tinggi muka air (m) bidang longsor (o)
L = panjang profil melintang tubuh N = momen yang menahan bidang
bendungan (m) longsor (kN)
V = kecepatan air rembesan (m/dt) U = gaya uplift (kN)
Nf = angka pembagi dari garis trayektori Ne= komponen vertikal beban seismis
aliran filtrasi T = momen yang menyebabkan geser
Np = angka pembagi dari garis equi- Te= komponen tangensial beban seismis
potensial Perhitungan stabilitas lereng
Analisa rembesan yang dengan metode Bishop dapat digunakan
mengindikasikan terjadinya piping, rumus sebagai berikut : (M. Das, 1994:
ditentukan berdasarkan faktor keamanan 59)
n p
terhadap piping sebagai berikut : 1
(cbn Wn tan )
(Hardiyatmo, 2007: 36) m (n)
Fs = n 1 n p (13)
(9)
(Wn sin n g )
- n 1
(10) dimana :
dimana : Fs = faktor keamanan
FKpiping = minimal 4 c = angka kohesi tiap pias (kN)
Ical = gradien hidraulik debit b = lebar tiap pias (m)
W = gaya berat (kN) sedangkan zona timbunan dapat dilihat
= sudut tiap zona material timbunan pada gambar 2.
m= hasil coba coba dari nilai FS
= sudut yang dibentuk jari jari
bidang longsor (o)
g = komponen tangensial beban seismis
Pada saat kondisi gempa, dapat
digunakan rumus sebagai berikut : (M.
Das, 1994: 62)
(14)
Ad = z . Ac . v (15)
dimana :
k = koeffisien gempa
Ad = percepatan gempa terkoreksi (gal)
Ac = percepatan gempa dasar (gal) Gambar 1 Lokasi Daerah Studi
z = koeffisien gempa dasar (sumber:http://rovicky.wordpress.com/2010/07/19/pe
berdasarkan peta zona gempa ta-administrasi-kab.Trenggalek-2010/)
wilayah Indonesia
v = faktor koreksi pengaruh jenis tanah
setempat
g = percepatan gravitasi

Penurunan Tanah
Besarnya penurunan bendungan
( H) yang disebabkan oleh adanya
proses konsolidasi dihitung dengan
rumus :
(16)
dimana :
H = Besar penurunan tubuh bendungan
(m) Gambar 2 zona timbunan tubuh bendungan
H = Tinggi bendungan (m) (Sumber : Studi Material Konstruksi Proyek
mv = Koefisien kompresibilitas (cm/kg) Pembangunan Bendungan Tugu, 2010)
= Selisih pertambahan tegangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
vertikal awal dan akhir (kg/cm)
Kondisi Geologi Pada Pondasi
Waktu penurunan bendungan (t)
Bendungan Tugu
yang disebabkan oleh adanya proses
Secara khusus investigasi geologi
konsolidasi dihitung dengan rumus :
pada pondasi bendungan Tugu dibagi
(17) 3, yaitu sandaran kanan (right bank),
Dimana : dasar sungai (riverbed), dan sandaran kiri
t = Waktu penurunan (tahun) (left bank).
H = Tinggi bendungan (m) Dari data borlog untuk
T = Time faktor Bendungan Tugu pada kedalaman 0 40
Cv = Koefisien konsolidasi (cm/dt) m rata rata memiliki nilai RQD sebagai
berikut :
Deskripsi Wilayah Studi Sandaran kiri = 100 %
Lokasi pembangunan bendungan Riverbed = 20 %
Tugu dapat dilihat pada gambar 1, Sandaran kanan = 90 %
Dari rata rata RQD secara kasar Keser, karena disamping cadangannya
tersebut apabila disesuaikan dengan terlalu sedikit , pasir yang ada di lokasi
table. 1 kualitas batuan, untuk lokasi ini banyak tercampur dengan material
Riverbed termasuk kelas sangat jelek lempung dan bahan organik.
(verypoor) , Sandaran kanan termasuk Bahan pasir di lokasi ini sementara sudah
kelas baik (good) dan lokasi Sandaran diusahakan penduduk, dengan perkiraan
kiri termasuk kelas istimewa (excellent). cadangan sebagai berikut :
Dilihat dari kekerasan batuan lokasi - Panjang sungai 3 km
Riverbed termasuk kelas lunak (soft) dan - Tebal 3 m
Sandaran kanan termasuk kelas - Lebar sungai 50 m
menengah keras (moderately osft) dan - Volume 450.000 m3
lokasi Sandaran kiri termasuk kelas keras Cadangan pasir ini masih bisa
(sound). dikembangkan lebih besar lagi mengingat
Core Recovery RQD qu di sepanjang sungai K. Brantas di lokasi
Kekerasan Batuan Kualitas Batuan E.fd/E.lab*
(%) (%) (kg/cm)
ini terdiri dari material yang sama (pasir-
Keras Istimewa
>85
(sound)
> 90
(excellent)
kerikil),
> 2200 0,15 serta kedalamannya bahkan bisa
Menengah Keras Baik jauh lebih besar lagi.
50 ~ 85 75 ~ 90 500 ~ 2200 0,20
(moderately sound (good)
Menengah Lunak Menengah
35 ~ 50 50 ~ 75 140 ~ 500 0,25
(moderately soft) (fair) Material Rip-Rap
<35
Lunak
<25
Sangat jelek Material
9 ~ 35 0,7 ~ 1,0 batu yang akan
(Soft) (very poor) digunakan untuk rip-rap akan diambil
qu : unconfined
(Sumber compresive strength
: Pedoman Grouting Untuk Bendungan,
Efd : modulusE.lab
elastisitas
: modulus
lapangan
elastisitas
dari quarry site pada perbukitan sebelah
2005) laboratorium
E.lab : modulus Material
elastisitas laboratorium kanan daerah genangan dari lokasi
Kondisi Tubuh Bendungan
bendungan berjarak kurang lebih 300
Tugu
Material bahan bangunan meter.
meliputi material untuk timbunan
bendungan dan material untuk bahan Tegangan Pada Pondasi Bendungan
beton dan dapat diklasifikasikan sbb. Tugu
Perhitungan tegangan vertikal pada
Material Inti as pondasi bendungan utama (main dam)
Lokasi ketersediaan material tanah dan bendungan pengelak (cofferdam)
untuk inti tubuh bendungan diperoleh di dengan kedalaman z = 15 m adalah :
sebelah utara atau kiri sungai K. Keser, Sehingga,
merupakan endapan coluvial yang sat
umumnya berkembang material lempung.
untuk main dam
Material Timbunan Batu sat
Bahan material batu untuk
material timbunan batu dan rip-rap dapat untukcofferdam
diperoleh dari dua lokasi yaitu : 1. Tegangan vertikal as main dam
1. Bolder endapan sungai di
sepanjang K. Keser
2. G. Temon
Bolder di sepanjang sungai K. z = 15 m
Keser berukuran antara 20 sampai 500 a = 120 m bagian kanan
cm, rata-rata 50 cm b = 6 m bagian kanan
Material Filter Halus dan kasar 1 = 75.08
Material pasir tidak mungkin 1,32 bagian
diambilkan dari endapan sungai K. kanan
2 = 2.87 Perbaikan pondasi
Sesuai dengan ketinggian hidrostatis di
0,05 bagian muka bendungan, perencanaan
kanan kedalaman sementasi tirai mengacu pada
a = 130.5 m bagian kiri kriteria USBR:
b = 6 m bagian kiri
1 = 70.94
Dimana,
1,237 bagian D =Kedalaman lubang grouting (m)
kiri h = Tinggi bendungan (m)
2 = 2.87 C = Konstanta
(7,5 m pada batuan utuh)
0,05 bagian kiri (10,5 m pada batuan rekah-rekah /
Pengaruh bagian kanan porous)
Sehingga kedalaman curtain
grouting Bendungan Tugu adalah sebagai
berikut,
Diketahui :
h = 84,88 m Sta 11
C = 10,5 m didasarkan pada
bor log di riverbed
dari tabel koeffisien
tegangan vertikal
Pengaruh bagian kiri

Analisa Rembesan Bendungan Tugu


Analisa rembesan yang dianalis
menggunakan program SEEP/W 2007,
adalah pada muka air waduk kondisi
maksimum (el. +256,65 m), kondisi
dari tabel koeffisien
normal (el. +252,20 m), dan kondisi
tegangan vertikal
minimum (MWL el. +215,50 m). Ketiga
Jadi, tegangan vertikal yang terjadi pada
analisa tersebut dijalankan tanpa curtain
pondasi as main dam pada z = 15 m
grouting pada bagian pondasinya.
adalah sebagai berikut,
Dari hasil analisa kapasitas rembesan
menggunakan program SEEP/W didapat
kapasitas rembesan untuk masing-masing
ton/m elevasi muka air waduk, adalah sebagai
2. Tegangan vertical as cofferdam berikut :
- El +256,65 m = 0,001042 m/dt.
tegangan vertikal yang terjadi pada
- El +252,20 m = 0,00099395 m/dt.
pondasi as cofferdam pada z = 15 m
adalah sebagai berikut, - El +215,50 m = 0,0003152 m/dt.
- Rata rata = 0,00085808 m/dt.
Mengacu batasan yang berlaku di
ton/m Jepang (Japanese Institute of Irrigation
and Drainage), besarnya angka
kebocoran yang melewati pondasi dan
tubuh bendungan tidak boleh lebih dari 1
% rata rata debit sungai yang masuk ke No Material
sat wet dry K C
(ton/m) (ton/m) (ton/m) (cm/dt) (ton/m2) (o)
waduk. (Departemen Pekerjaan Umum,
Inti Kedap
Pedoman Grouting untuk Bendungan, 1
Air
1.839 1.71 1.345 2.10E-07 3.39 17.2

2005: 21). 2 Filter Halus 1.888 1.649 1.434 0.025 0 30


3 Filter Kasar 1.987 1.736 1.513 0.0055 0 35
Diketahui :
Random
- Q sungai rata-rata = 1,33 m/dt 4
Tanah
1.9 1.875 1.561 0.00073 2.1 23.5

- 1 % dari Q rata-rata sungai 5


Timbunan
2.24 1.92 1.85 0 0 37
Batu
= 0,013m/dt. 6 Rip Rap 2.32 2.1 1.92 0 0 40
- Ratarata kapasitas rembesan
= 0,00085808 m/dt (Sumber : Studi Material Konstruksi Proyek
Rata-rata kapasitas rembesan < 1 % Pembangunan Bendungan Tugu, 2010)
dari Q rata-rata sungai (0,013 m/dt). Analisa Stabilitas Terhadap Rembesan
Sehingga, dapat diketahui kapasitas (Filtarsi)
rembesan yang terjadi pada pondasi dan a. Penentuan Formasi Garis Depresi
tubuh Bendungan Tugu masih memenuhi Tinggi air di hulu (h) = 84,88 m
dari syarat yang ditetapkan. l1 = 21,22 m ; 0,3 . l1 = 6,366 m;
l2 = 29.21 m
Dari hasil analisa kapasitas d = 0,3 . l1 + l2
rembesan menggunakan program = 6,366 + 29,21
SEEP/W didapat kapasitas rembesan = 35,576 m
untuk masing-masing elevasi muka air Dengan demikian, maka
waduk, adalah sebagai berikut : Y0 =
- El +256,65 m = 0,0004493 m/dt.
- El +252,20 m = 0,0004136 m/dt. =
- El +215,50 m = 0.0000666 m/dt. = 56,46 m
- Rata rata = 0,0009521 m/dt. = 28,23
Parabola bentuk dasar dapat ditentukan
Diketahui : melalui persamaan :
- Q sungai rata-rata =
1,33 m/dt Y =
- 1 % dari Q rata-rata sungai =
0,013m/dt. =
- Ratarata kapasitas rembesan = =
0,0009521 m/dt Sehingga diperoleh koordinat parabola :
Rata-rata kapasitas rembesan Tabel. 3 Koordinat Titik Garis Depresi
x y x y
(0,0009521 m/dt) < 1 % dari Q rata-rata -28.23 0 0 56.46
sungai (0,013 m/dt). Sehingga, dapat -28.01 5 5 61.25
diketahui kapasitas rembesan yang terjadi -27.34 10 7 63.07
-26.24 15 9 64.84
pada pondasi dan tubuh Bendungan Tugu -24.69 20 11 66.56
masih memenuhi dari syarat yang -22.69 25 13 68.23
-20.26 30 15 69.87
ditetapkan. -17.38 35 17 71.46
-14.06 40 19 73.03
Analisa Stabilitas Lereng Tubuh -10.3 45 21 74.56

Bendungan Tugu
Paramater timbunan yang
digunakan dalam analisa stabilitas lereng
Bendungan Tugu tersaji dalam table.2
dibawah ini,
Tabel. 2 Spesifikasi Material Penyusun Tubuh
Bendungan Tugu
tidak akan terjadi peristiwa piping dan
boiling.
Perhitungan Faktor Keamanan
Terhadap Piping
Dalam perhitungan ini dipilih
keadaan air di hulu bendungan berada
pada elevasi +256.65 m.
-
-
..................................... 12)
Gambar. 3 pola garis depresi pada tubuh
bendungan ........
(sumber : analisa data)
..............................................
b. Kapasitas aliran filtrasi ......................................................(3-14)
Dari gambar penentuan garis depresi Dimana :
diperoleh data : = Gradien hidraulik kritis
Nd = 8, N = 12 (tanpa dimensi)
Data lain yang terkait, = Gradien keluaran dari
H = 84,88 m hasil analisa rembesan (tanpa
L = 407,56 m dimensi)
k = 2,12 . 10-6 cm/det Faktor keamanan
terhadap gejala piping (tanpa
Q = . k . H. L dimensi (>4) )
Gs = Specific Grafity
= x 2,12 . 10-9 x 84,88 x e = Void ratio
407,56 H = Tinggi muka air waduk (m)
= 4,889 x 10 -5 m3/det < 1 % dari d = Tinggi rembesan di hilir (m)
Q rata-rata sungai (0,013 m/dt). =
c. Perhitungan Kecepatan Aliran
Filtrasi =
Persamaan yang digunakan untuk b = lebar dasar daerah inti (m)
mengetahui kecepatan aliran filtrasi - FK Terhadap Piping
adalah sebagai berikut :

..
Didapatkan hasil perhitungan
Sehingga, kecepatan kritis dapat faktor keamanan terhadap piping
diperoleh dengan, > 4) maka, dapat dikatakan
tidak akan terjadi peristiwa piping.

Analisa Stabilitas Lereng Dengan


Beban Gempa
cm/dt Untuk stabilitas lereng Bendungan
Karena kecepatan kritis Tugu menggunakan beban gempa,
cm/dt) > kecepatan rembesan koefisien gempa yang digunakan dapat
- dihitung dengan rumus empiris sebagai
cm/dt) dapat dikatakan
berikut,
.....(3-16)
Dimana,
K = Koefisien gempa
Ad = Percepatan gempa terkoreksi (gal)
Ac = Percepatan gempa dasar (gal)
Waktu penurunan dapat dihitung dengan
Tabel. 4 Ringkasan Hasil Analisa Stabilitas Lereng Bendungan Tugu

Angka Keamanan FS Kritis (software ) keterangan FS Kritis (manual) keterangan


No Kondisi Koef. Gempa
Minimum
Hulu Hilir Hulu Hilir Hulu Hilir Hulu Hilir
1 kosong 0 1.3 1.822 1.568 aman aman 2.109 1.804 aman aman
2 256.65 0 1.5 1.904 1.621 aman aman 3,304 2.602 aman aman
3 215.5 0 1.5 1.507 1.56 aman aman 2.739 2.716 aman aman
4 susut tiba tiba 0 1.2 1.372 1.457 aman aman 2,176 2,602 aman aman
5 kosong 0.254 1 1.208 1.146 aman aman 1.269 1.336 aman aman
6 256.65 0.254 1 1.211 aman aman 1.937 1.812 aman aman
7 215.5 0.254 1 1.109 aman aman 1.547 1.989 aman aman
(sumber : analisa data) persamaan sebagai berikut :
T .H 2
Penurunan Pada Tubuh Bendungan t =
Tugu Cv
Besarnya penurunan bendungan dimana :
( H) yang disebabkan oleh adanya t = waktu penurunan (tahun)
proses konsolidasi dihitung dengan Cv = koefisien konsolidasi
rumus : (1,36 x 10-2 cm2/detik), sumber : data
. hasil penyelidikan tanah.
Dimana : T90 = time factor 90% (0,85)
= penurunan yang terjadi pada H = tinggi bendungan (104,88 m)
tubuh bendungan Jadi
H = Tinggi bendungan (m) 0,85 104,88 2
= pertambahan tegangan
t = 1,36x10 2
= koefisien kompresibilitas.
= 27,07 tahun
v = faktor koreksi pengaruh jenis tanah
setempat
g = Percepatan gravitasi (9,81 cm/dt)
Z = Koefisien zona gempa berdasar
peta zonasi gempa Wil. Indonesia.
Jadi,
H = 2,14 x 10-5 cm2/gram . 340
KESIMPULAN DAN SARAN
gram/cm2 . 10488 cm
= 76,31 cm = 0,76 m Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengamatan dari
Perhitunagn Stabilitas Lereng
boring log, didapatkan data mengenai
Seluruh hasil perhitungan nilai SF pada
pondasi Bendungan Tugu sebagai
analisis stabilitas lereng tubuh bendungan
berikut:
Tugu dapat dilihat pada tabel di bawah
Permeabilitas pondasi bendungan
ini :
sebagian besar mempunyai nilai
Lugeon (Lu) antara 10-100 atau Rata-rata kapasitas rembesan
setara dengan (k) 1x10-4 sampai (0,00085808 m/dt) < 1 % dari Q rata-
1x10-3, sebagian ada yang lolos air rata sungai (0,013 m/dt). Sehingga,
(lubang bor DD-05 sandaran kiri). dapat diketahui kapasitas rembesan
Untuk mencegah rembesan air lewat yang terjadi pada pondasi dan tubuh
pondasi perlu dilakukan perbaikan Bendungan Tugu masih memenuhi
pondasi (grouting), dan bila dari syarat yang ditetapkan.
dijumpai zona rapuh di bagian atas Dari hasil analisa tersebut diketahui,
pondasi perlu dilakukan dental grout kapasitas rembesan yang terjadi
ataupun slush grout. menjadi lebih kecil setelah grouting
2. Hasil analisa Stabilitas lereng diterapkan pada pondasi Bendungan
Bendungan Tugu adalah sebagai berikut: Tugu. Rata-rata kapasitas rembesan
Analisa stabilitas lereng pada tubuh (0,0003098 m/dt) < 1 % dari Q rata-
Bendungan Tugu secara manual dan juga rata sungai (0,013m/dt).
menggunakan bantuan program Kapasitas aliran filtrasi
GeoStudio Slope/W 2007 diperoleh Q = 0,009 m3/det = 770,887 m3/hari
kondisi aman pada berbagai kondisi
pembebanan. Kecepaten aliran filtrasi
3. Faktor kemanan terhadap piping dan Dari hasil perhitungan manual didapat
boiling. kecepatan kritis cm/dt) >
-
Dari hasil perhitungan faktor kecepatan rembesan
keamanan terhadap piping dan cm/dt) dapat dikatakan tidak akan
boiling didapat angka keamanan terjadi peristiwa piping dan
boiling.Penurunan tubuh Bendungan
> 4). Maka, dapat dikatakan Tugu
tidak akan terjadi peristiwa piping Penurunan pada bagian inti
atau boiling. Bendungan Tugu yang diakibatkan
Dari hasil perhitungan tegangan adanya proses konsolidasi adalah
vertikal didapatkan hasil sebagai sebesar 0,76 m selama 27,07 tahun.
berikut :
Tegangan vertikal yang bekerja pada Saran
pondasi as main dam dan as cofferdam Untuk pelaksanaan trial
dengan kedalaman 15 m. Hasilnya embankment dibutuhkan data meterial
adalah ton/m dan yang lebih akurat dan lengkap. Hal ini
ton/m. dimaksudkan agar analisa yang
Dari data pemboran lubang DD-8 didapatkan dari hasil trial embankment
didapatkan kedalaman endapan sungai dapat menjadi spesifikasi teknis yang
mencapai 35.50 m yang menempati akurat untuk dijadikan pedoman
palung sungai, selanjutnya ditemukan penimbunan bendungan nantinya.
breksi lapuk sampai kedalaman 38 m
dan dari kedalaman 38 m kebawah DAFTAR PUSTAKA
baru ditemukan batuan breksi segar. Anonim. 2005. Pedoman Grouting Untuk
Pondasi pada riverbed Bendungan Bendungan. Jakarta: Departemen
Tugu yang berada pada kelas batuan Pekerjaan Umum.
CL - CM dianggap memenuhi sebagai Anonim. 2009. Pelatihan Keamanan
tumpuan untuk penimbunan tubuh Bendungan Piping. Jakarta.
bendungan. Karena nilai qu masih Anonim. 2009. Pelatihan Keamanan
lebih besar daripada tegangan vertikal Bendungan Rembesan. Jakarta.
yang bekerja pada pondasi akibat
beban dari tubuh bendungan.
Anonim. 2009. Perhitungan Stabilitas Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1981.
Bendungan Gonggang. Magetan: Mekanika Tanah Dan Teknik
Departemen Pekerjaan Umum. Pondasi. Jakarta: PT Pradnya
Anonim. 2010. Peta Zonasi Gempa. Paramita.
Diakses pada tanggal 30 Desember
2012,
<http://rovicky.wordpress.com/20
10/07/19/peta-zonasi-gempa-
2010/>.
Anonim. 2010. Laporan Geologi &
Mekanika Tanah: Detail Desain
Bendungan Tugu Kabupaten
Trenggalek. Trenggalek: PT Indra
Karya.
Boediono, Bambang. 2008. Training
Pengawas Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Pemadatan Tanah.
Cirebon: PT Indra Karya.
Christady Hardiyatmo, Hary. 2007.
Mekanika Tanah 1 Edisi Keempat.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Christady Hardiyatmo, Hary. 2007.
Mekanika Tanah 2 Edisi Keempat.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Christady Hardiyatmo, Hary. 2010.
Mekanika Tanah 2 Edisi Kelima.
Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Craig, R.F. 1994. Mekanika Tanah Edisi
Keempat, Jakarta: Erlangga.
M. Das, Braja, dkk. 1993. Mekanika
Tanah Jilid 1 (Prinsip-Prinsip
Rekayasa Geoteknik). Jakarta:
Erlangga.
M. Das, Braja, dkk. 1994. Mekanika
Tanah Jilid 2 (Prinsip-Prinsip
Rekayasa Geoteknik). Jakarta:
Erlangga.
Masrevaniah, Aniek. 2010. Konstruksi
Bendungan Urugan I. Malang: CV
Asrori Malang
Punmia, B. C. 1970. Soil Mechanics And
Foundations. New Delhi: Standard
Book House.
Sosrodarsono, S. dan N. Kazuto. 1981.
Bendungan Type Urugan. Jakarta:
PT Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai