Anda di halaman 1dari 2

Status Ovulasi Dari Hewan Resipien Transfer Embrio Berhubungan Dengan

Efisiensi Keberhasilan Babi Kloning

Yanjun Huan, Kui Hu, Bingteng Xie, Yongqian Shi, Feng Wang, Yang Zhou, Shichao Liu, Bo Huang, Jiang Zhu,
Zhongfeng Liu, Yilong He, Jingyu Li, Qingran Kong, Zhonghua Liu

Abstract : Sel somatik nuklir transfer (SCNT) adalah sebuah teknik reproduksi yang
dapat menyalin/mengkloning ternak dengan sangat baik akan tetapi teknik ini memiliki
efisiensi yang masih rendah. Selama kloning, kelompok kloning embrio berasal
landrace atau babi putih besar yang diperbaiki dengan cara hibridisasi. Dalam jurnal ini
yang diperiksa adalah faktor utama yang mempengaruhi efisiensi kloning pada babi.
Fase estrus pada babi resepien yang menjadi perbandingannya yaitu, kelompok embrio
transfer pada hari ke 2 dari estrus menunjukkan angka signifikan lebih tinggi terjadi
kehamilan, rata-rata jumlah babi yang lahir, rata-rata hidup anakan cloning. efisiensi
dari group pada hari ke 1, 3,4 dan 5, (p0,05).

Introduction : SCNT dapat menghasilkan beberapa salinan ternak unggul dan memiliki
prospek yang menarik untuk mempercepat dengan skala yang besar genotipe-genotip
unggul. Namun hingga kini, kloning keseluruhan efisiensi masih rendah dan membatasi
aplikasi yang luas untuk perbanyakan babi unggul. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kloning salah satunya ovulasi babi resipien. untuk menyelidiki dan
mengoptimalkan faktor-faktor ini mungkin dapat meningkatkan efisiensi kloning dan
memfasilitasi aplikasi yang luas.

Materials and Methods : Porcine adult fibroblast (PAFs) culture: di isolasi dari telinga
landrace (babi besar putih yang telah dihibridisasi), Koleksi oosit dan pematangan oosit
secara in vitro : setelah ovarium dikoleksi dari indukan babi di RPH babi. Folikel
disedot dari ovarium dikulture dalam medium pematangan. SCNT dan embrio culture:
Setelah di enukleasi , sel donor dimasukan ke dalam ruang perivitelline. Lalu embrio
direkonstruksi dan dibiakkan hingga pembelahan 3 zygotic dan blastocyst ditunggu 48-
156 jam.

Jumlah sel blastocysts : kloning blastocyst setelah 156 jam diaktivasi lalu setelah
beberapa metode dan dilakukan pewarnaan kloning embrio dicuci. Kemudian, jumlah
sel blastocyst diperiksa di bawah sinar ultraviolet dibawah mikroskop fluoresens.
Embryo transfer, diagnosis kebuntingan dan kelahiran : transfer embrio dilakukan
setelah 12 jam diculture, embrio kloning dengan morfologi yang baik diseleksi dan
disimpan kedalam medium dan dibawa ke pertenakan menggunakan incubator dengan
suhu 39C paling lama 1 jam. Lalu babi resipien dipilih dan diseleksi dengan fase
timbul estrus yang berbeda dan embrio ditransfer dengan cara dilaparotomi. Diagnosis
kebuntingan dilakukan setelah 30 hari embrio transfer dengan ultrasonografi. Ketika
kelahiran betina resipien disuntik dengan prostaglandin atau dibedah Caesar lalu anak
babi cloning dimonitoring selama 2 jam.

Results : Selama penelitian kloning babi yang dilakukan 13.620 embrio cloning
dipindahkan ke 79 babi betina resipien, 50 betina (63.29 %) bunting, 43 betina (54.43
%) melahirkan anakan kloning dan 119 dari 177 anak babi yang dikloning lahir dan
mampu bertahan hidup. Efisiensi kloning (jumlah hidup babi/jumlah embrio ditransfer)
adalah 0.93 %. Dan diamati secara sistematis terhadap jumlah embrio klon yang
ditransfer perresipien, tahap estrus dari babi resipien, status ovulasi dan tata cara
transfer embrio ke resipien. kloning embrio ditransfer perresipien tidak menunjukkan
dampak yang signifikan terhadap keseluruhan efisiensi cloning. Donor tidak
menunjukkan dampak yang signifikan dari sel jenis pada keseluruhan efisiensi cloning.
jumlah lahir dan hidup babi pe-resipien dan efisiensi cloning.

Discussion : Faktor yang mempengaruhi keberhasilan cloning babi unggul termasuk


jenis sel donor, jumlah embrio kloning yang ditransfer per resipien, status estrus dan
ovulasi babi betina resipien. Dan juga disimpulkan di penelitian ini bahwa status ovulasi
dari babi betina resipien adalah faktor penentu mendasar yang mempengaruhi efisiensi
kloning secara keseluruhan. Jenis sel donor dianggap sebagai salah satu faktor utama
keberhasilan cloning. Sampai saat ini belum diketahui jenis sel donor paling cocok
untuk kloning babi. Umumnya, sel fibroblas janin biasanya digunakan untuk
menghasilkan babi cloning.

Conclusion : Hasil menunjukkan bahwa L-PAFs dan LW-PAFs memiliki efisiensi


kloning ini pada dasarnya konsisten yang dilaporkan berasal dari fibroblas janin.
Peneliti berhasil mengkloning sejumlah babi yang unggul genetiknya, dan hasil yang
didapat pada penelitian ini bahwa memilih resipien dengan fase estrus pada Hari 2.

Anda mungkin juga menyukai