TERHADAP TIROTOKSIKOSIS
Oleh :
Adelea Tasya Putri NPM. 1417021001
Atthiya Nurfadilah NPM. 1417021015
Aulia Rozana NPM. 1417021016
Betara Sona NPM. 1417021021
Indah Yusni NPM. 1417021050
Indria Ratna Anggraeni NPM. 1417021051
Mitha Tryana NPM. 1417021074
Titin Aprilia NPM. 1417021119
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai usia, namun lebih banyak terjadi pada
usia 40-50 tahun (Semiardji, 2008; Djokomoeljanto, 2009). Berdasarkan data
tahun 2000, dua persen wanita dan 0,2 persen laki-laki menderita penyakit ini
di dunia (Sutjanto, 2010). Ekses yodium merupakan penyebab terjadinya
tirotoksikosis. Ini dapat menyebabkan aktivitas tiroid menjadi tidak terkontrol,
hal ini dikarenakan, jumlah yodium yang berlebihan dapat memblok fungsi
tiroid dalam membuat hormon. Ini meningkatkan risiko IIH (Iodine Induced
Hiperthyroidsm) (WHO, 2012).
Di dalam darah, sebagian besar hormon T4 dan T3 terikat oleh protein dan
bersifat tidak aktif. Satu persen berada dalam bentuk bebas (free) sehingga
disebut FT4 dan FT3, yang aktif mengendalikan metabolisme tubuh.
Pengukuran hormon tiroid total (T4 total atau T3 total) atau bentuk bebas (FT4
atau FT3) biasanya memberikan informasi yang sama, sehingga tidak perlu
diperiksa sekaligus (Semiardji, 2008).
Gejala klinis yang didapatkan akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan,
diantaranya: meningkatnya laju metabolik, rasa cemas yang berlebihan,
meningkatnya nafsu makan tetapi berat badan menurun, gerakan yang
berlebihan, gelisah dan instabilitas emosi, penonjolan pada bola mata, dan
tremor halus pada jari tangan. Salah satu pemeriksaan yang dapat digunakan
adalah dengan menggunakan indeks New Castle yang didasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang teliti, kemudian diteruskan dengan pemeriksaan
penunjang untuk konfirmasi diagnosis anatomis, status tiroid, dan etiologi
(Djokomoeljanto, 2009)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui mekanisme
disfungsional hormon tiroid dan pengaruhnya terhadap tirotoksikosis
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang
lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang
menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi
bernama koloid yang tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel
kuboid. Koloid ini tersusun atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon
tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase. Kemudian hormon ini akan
disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek pada organ target
Penyebab lain dari hipertiroid adalah ditandai dengan adanya satu atau lebih nodul
atau benjolan pada tiroid yang tumbuh dan membesar yang menggangu
pasien.sehngga total output hormon tiroid dalam darah meningkat dibanding
normal, kondisi ini di ketahui sebagai toxic nodular atau multi nodular goiter juga
disebut sebagai tiroiditis, kondisi ini disebabkan oleh masalah sistem hormon atau
infeksi virus yang menyababkan kelelnjar menghasilkan hormon tiroid.
III. PEMBAHASAN
A. Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus, pembuluh
darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia
pretrakealis dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga perempat
lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada permukaan
belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini dapat bervariasi.
Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus terletak
bersama dalam suatu sarung tertutup di latero dorsal tiroid. Nervus rekurens
terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus
simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis
(De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang
kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium
nonorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon
tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40 kali sehingga mempunyai
afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan
ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian
besar T4 kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di
dalam kelenjar yang kemudian mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon
tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin pengikat tiroid Thyroid Binding
Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat albumin Thyroxine Binding
Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar
tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang
dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting dalam proses pengeluaran
hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel
parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur
metabolisme kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang
(De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior
hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh
kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai umpan balik
negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas
tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(Guyton & Hall, 2006).
Gambar 2. Diagram pengaturan sekresi tiroid.