Anda di halaman 1dari 16

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

A. PENGERTIAN KBK
KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa, prosedur penilaian, kegiatan belajar-
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah (Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2002:3). KBK
berorientasi pada pencapaian hasil (output-oriented) yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi. KBK bertitik tolak dari kompetensi yang harus dimiliki siswa.
Penerapan KBK berorientasi pada pemebalajaran tuntas (mastery learning), dan
kurikulumnya bersifat holistik dan menyeluruh. KBK sangat menekankan
diversifikasi, yakni sekolah dapat mengembangkan, menyusun, mengevaluasi
silabus berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan secara nasional
(Depdiknas,2000f:1; Sidi, 2001:8). Ranah kompetensi yang terdapat dalam KBK,
antara lain: kompetensi akademik (academic competency), kompetensi kehidupan
(life competency), dan kompetensi karakter nasional (national character
competency). Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka pembelajaran ditekankan
pada bagaimana siswa belajar tentang belajar (learning how to learn), bukan pada
apa yang harus dipelajari oleh siswa (learning what to be learnt).

B. LANDASAN KBK
Dalam penyusunan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tentunya ada
landasan-landasan yang dijadikan sebagai fondasi (dasar hukum) serta pegangan
dalam penerapannya.Adapun landasan-landasan KBK meliputi:
a) Pancasila sebagai landasan filosofis pengembangan kurikulum nasional.
Sebagai suatu sistem kurikulum nasional, KBK mengakomodasikan berbagai
perbedaan secara tanggap budaya dengan memadukan beragam kepentingan
dan kemampuan daerah. KBK menerapkan strategi yang meningkatkan
kebermaknaan pembelajaran untuk semua peserta didik terlepas dari latar
budaya, etnik, agama, dan gender melalui pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah. Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan filosofis
Pancasila sebagai dasar pengembangan kurikulum. Pancasila sangat relevan
untuk penerapan filosofi pendidikan yang mendunia seperti empat pilar belajar
(learning to be, learning to know, learning to do, dan learning to life together).
b) Dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999/BAB IV.E, GBHN (1999-2004) bab V
tentang Arah Kebijakan Pendidikan dan UU RI No. 22 Tahun 1999 serta
peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000. Tentang otonomi daerah. Dimana
sebagai daerah yang otonom substansinya menuntut perubahan dalam
pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke desentralistik.
Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pendidikan ini merupakan
upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan
secara berkelanjutan, terarah dan menyeluruh.
c) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas : di nyatakan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Sementara itu, agak berbeda dengan landasan-landasan di atas E. Mulyana


menegaskan ada tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) yaitu:
1) Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual.
2) Pengembangan konsep belajar tuntas/belajar sebagai penguasaan.
3) Pendefinisian kembali terhadap bakat (2003 : 40-41)

C. TUJUAN DARI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)


Kurikulum berbasis kompetensi bertujuan untuk mempersiapkan generasi
menjadi anggota masyarakat dunia yang memiliki kompetensi yang memadai untuk
mengembangkan dirinya ke arah tenaga kerja yang profesional, sesuai dengan
bidang-bidang lapangan kerja yang dikehendaki. Selain tujuan tersebut KBK juga
bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang
akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan kondisi lingkungan. Selain itu
adapun tujuan penyusunan KBK adalah sebagai:
a) acuan penyusunan silabus dan satuan pembelajaran;
b) acuan penyusunan bahan ajar seperti: modul dan buku pelajaran kursus dan
pelatihan. serta buku pelajaran bagi yang belajar mandiri;
c) sarana pembinaan dan pengembangan kursus.
D. ISI KBK
Dalam kurikulum berbasis kompetensi ini terdapat 9 mata pelajaran yang
diajarkan yaitu, pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan
sosial, bahasa Indonesia, matematika, IPA, kerajinan tangan dan kesenian,
pendidikan jasmani, dan ditambahi kegiatan yang mendukung kebiasaan, dan
muatan lokal. Dalam Kurikulum berbasis kompetensi juga terdapat 4 kompetensi
dasar yang harus dimiliki sesuai dengan tuntutan KBK:
1. Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara
independent.
2. Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan
mampu beradaptasi terhadap dunia kerja.
3. Kompetensi kultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri
sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat yang pluralistik.
4. Kompetensi temporal, artinya peserta didik tetap eksis dalam menjalani
kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga kemampuan dasar yang telah
dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman. (Sanjaya 2005 : 8).

E. KARAKTERISTIK KBK
Secara umum, karakteristik kurikulum berbasis kompetensi meliputi enam hal,
yaitu:
1. Sistem belajar dengan modul. Tujuan dari sistem modul ini adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah. Keunggulan
pembelajaran dengan sistem modul adalah adanya kontrol terhadap hasil
belajar, berfokus pada kemampuan individu, dan relevansi kurikulum
ditunjukkan dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya.
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar. Sumber belajar merupakan segala
sesuatu yang dapat memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
memperoleh informasi, pengetahuan, pegalaman, dan keterampilan dalam
proses bealajar. Sumber belajar dapat berrupa manusia, bahan, lungkungan, alat
dan peralatan, serta aktivitas.
3. Pengalaman lapangan. Pengalamamn lapangan ini untuk menumbuhkan
komunikasi antara guru dengan murid. Pengalaman lapangan dapat secara
sistematis melibatkan masyarakat dalam pengembangan program, aktivitas, dan
evaluasi pembelajaran.
4. Strategi belajar individual personal. Tujuannya adalah agar siswa mampu
belajar mandiri. Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar
peserta didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi educatif berdasarkan
keunikaan peserta didik seperti minat, bakat, dan kemampuan.
5. Kemudahan belajar. Kemudahan ini diberikan melalui perpaduan antara
pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan, dan
pembelajaran secara tim.
6. Belajar tuntas. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal,
maka pembelajaran harus dilakukan dengan sistematis, yang akan tercermin
dari strategis yang dilakukan terutama dalam mengorganisasi tujuan dan baha
ajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik
yang gagal mencapai tujuan.

F. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KBK


1) Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur
2) Penguatan identitas nasional
3) Keseimbangan etika
4) Adaptasi terhadap abad pengetahuan dan teknologi
5) Mengembangkan keterampilan hidup
6) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif
7) Kesamaan memperoleh kesempatan
8) Belajar sepanjang hayat
9) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

G. KOMPONEN KBK
1. Kurikulum dan hasil belajar yang berisi tentang perencanaan pengembangan
kompetensi yang perlu dicapai secara keseluruhan
2. Penilaian berbasis kelas yang di dalamnya berisi prinsip, sasaran dan
pelaksanaan penilaian yang konsisten
3. Kegiatan belajar mengajar
4. Pengelolaan Kurikulum berbasis sekolah yang berisi tentang berbagai bentuk
pola pengembangan dan pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya
lain untuk meningkatkan mutu pendidikan.

H. KELEBIHAN KBK
1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didk pada setiap aspek mata
pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu
sendiri.
2. KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena berangkat berfokus dan bermuara
pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai
dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan
subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk
bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer
pengetahuan.
3. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian
tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, serta aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
4. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik/siswa
(student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar
dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh
serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, peserta dapat
belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar,
belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan
memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat
diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa,
berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu.
5. Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang
diajarkan.
6. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata
pelajaran memudahkan evaluasi &perbaikan pada kekurangan peserta didik
dalam pembelajaran.
7. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk
mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian
yang terfokus pada konten.
8. Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam
pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama
yang berkaitan dengan ketrampilan.

I. KELEMAHAN KBK
1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator
sebaiknya disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang
kondisi peserta didik dan lingkungan
2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang
pembelajaran secara berkelanjutan.
3. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum
sebelumnya yang lebih pada teacher oriented
4. Memandang kompetensi sebagai sebuah entitas yang bersifat tunggal, padahal
kompetensi merupakan a complex combination of knowledge,attitudes, skills
and values displayed in the context of task performance. (Gonczi,1997)
Sistem pengukuran perilaku yang menggunakan paradigma behaviorisme
ditengarai tidak mampu mengukur sesuatu perilaku yang dihasilkan dari
pembelajaran bermakna (significant learning) (Barrie dan Pace,1997), dan
kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan KBK adalah waktu,biaya
dan tenaga yang banyak.

J. IMPLEMENTASI KBK
Menurut garis besarnya impelementasi KBK mencakup tiga kegiatan pokok
yaitu:
a) Pengembangan program
Pengembangan KBK menyangkut pengembangan program tahunan, program
semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan dan harian,
program pengayaan dan remidial serta program bimbingan dan konseling
b) Pelaksanaan pembelajaran
Dalam pembelajaran tugas pendidik yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahanperilaku peserta didik.
Umumnya palaksanaan pembelajaran mencakup 3 hal yaitu pretes, proses dan
postes
c) Evaluasi
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi KBK dilakukan dengan penilaian
kelas tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertivikasi,
bench-marking dan penilaian program.
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
dikembangkan oleh dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Dalam hal
ini, sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkan kurikulumnya. Namun
demikian, tidak berarti sekolah bebas tanpa batas untuk mengembangkan
kurikulumnya. Dalam pelaksanaannya tetap berpegang atau merujuk pada prinsip-
prinsip dan rambu-rambu operasional standard yang dikembangkan oleh
pemerintah, serta merujuk pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standard
Isi (SI) yang telah ditetapkan melalui Permen Nomor 23 Tahun 2006 untuk Standar
Kompetensi Lulusan, dan Permen Nomor 22 Tahun 2006 untuk Standar Isi.

B. LANDASAN KTSP
Pendidikan.dan pengembangan KTSP didasarkan pada landasan empiris,
yuridis dan teoritis. Yang menjadi landasan empiris diantaranya adalah pertama,
adanya kenyataan rendahnya kualitas pendidikan karena cenderung berorientasi
pada pengembangan kognitif (intelektual). Sedangkan pada pengembangan sikap
dan psikomotor cenderung terabaikan. Kedua, Indonesia mempunyai keberagaman
sosial budaya dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda. Ketiga, melihat peran
sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum bersifat pasif. Sedangkan
yang menjadi landasan yuridis yaitu KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat
yang tertuang dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Sedangkan landasan
teoritis adalah munculnya penolakan terhadap paham behaviorisme dalam
pembelajaran.
Selain itu, penyelenggaraan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
saat ini diterapkan di Indonesia dilandasi oleh kebijakan perundang-undangan
sebagai berikut:
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (19); Pasal 18 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 32
ayat (1), (2), (3); Pasal 35 ayat (2); Pasal 36 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 37 ayat
(1), (2), (3); Pasal 38 ayat (1), (2).
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 ayat (5), (13), (14), (15); Pasal 5 ayat (1),
(2); Pasal 6 ayat (6); Pasal 7 ayat (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8); Pasal 8 ayat
(1), (2), (3); Pasal 10 ayat (1), (2), (3); Pasal 11 ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 13
ayat (1), (2), (3), (4); Pasal 14 ayat (1), (2), (3); Pasal 16 ayat (1), (2), (3), (4),
(5); Pasal 17 ayat (1), (2); Pasal 18 ayat (1), (2), (3); Pasal 20.
c) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar
isi ini mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk
dalam standar isi adalah: kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada
setiap semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Standar Kompetensi Lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
e) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
C. TUJUAN KTSP
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga penddikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipasif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP untuk:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber
daya yang ada.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.

D. ISI KTSP
Struktur KTSP memuat: mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan
diri, pengaturan beban, kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, pendidikan
kecakapan hidup, serta endidikan berbasis keunggulan lokal dan global (Mulyasa,
2006:180). Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran
sebagai berikut.
1. Kelompokmata pelajaran agama dan akhlak mulia
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Kelompok mata pelajaran estetika
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam
satu jenjang pendidikan selama enam tahun, mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI.

E. KARATERISTIK KTSP
1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah Dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kondisi setempat & kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk
mengembangkan pembelajaran serta menggali dan mengelola sumber dana
sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2. Partisipasi Masyarakat Dan Orang Tua Yang Tinggi
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya medukung sekolah melalu
bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan
merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan
orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Dalam
pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan proses bottom
up secara demokratis, sehingga semua pihak bertanggung jawab pada
keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
4. Tim Kerja Yang Kompak Dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran
didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak
yang terlibat dalam pendidikan.

F. PRINSIP PENGEMBANGAN KTSP


1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan serta kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Prinsip ini mengandung makna bahwa peserta didik
memiliki posisi central manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
2. Beragam dan terpadu. Pengembangan KTSP harus memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan,
perbedaan agama, suku, budaya, sosial, ekonomi, bahkan perbedaan gender.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni selalu berkembang secara dinamis. Oleh
karena itu KTSP harus dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta
didik untuk mengikuti & memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan hidup. Kurikulum dikembangkan untuk menjamin
relevansi pendidikan dan kebutuhan kehidupan baik di masyarakat ataupun di
dunia kerja. Pengembangan keterampilan pribadi, berpikir, sosial, dan
akademik, serta vokasional merupakan suatu hal yang harus disiapkan oleh
KTSP.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran
yang direncanakan dan disajikan secara berkelanjutan dan berkesinambungan
antar semua pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. KTSP mengarah pada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. KTSP
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

G. KOMPONEN KTSP
1. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
2. Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
3. Kalender pendidikan
4. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
H. KELEBIHAN KTSP
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam menyelenggarakan
pendidikan. Tidak dapat diungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan
pelaksanaan kurikulum di masa lalu ialah adanya penyeragaman kurikulum di
seluruh Indonesia, tidak melihat kepada situasi riil di lapangan, dan kurang
menghargai atau meninjau potensi keunggulan local yang ada bias dimunculkan
sekolah didaerah atau provinsi.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk
semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-
program pendidikan dan dapat tercapainya pendidikan karakter.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata
pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa
4. Untuk mengantisipasi permasalahan pendidikan ,namun secara umum,KTSP
bias diandalkan menjadi patokan mengadapi tantangan masa depan dengan
pembekalan keterampilan peserta didik.
5. Peserta didik juga diajak bicara,diskusi,wawancara dan membahas masalah-
masalah yang kontekstual yang dalam kenyataanya memang diperlukan
sehingga peserta didik menjadi lebih mengerti dan menjiwai permasalahannya
karena sesuai dengan keadaan peserta didik dalam kehidupan sehari- hari.
6. Peserta didik tidak hanya dituntun menghafal namun yang lebih penting sudah
adalah belajar proses sehingga mendorong peserta didik untuk meneliti dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
7. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20 persen.
8. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
9. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
10. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah,
kemampuan peserta didik dan kondisi daerahnya masing-masing.
11. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik
kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
12. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan
yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap
potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan
diberikan oleh lingkungan.
13. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar peserta didik
14. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan
pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
15. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
16. Kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan
17. Menggunakan berbagai sumber belajar.
18. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
19. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar siswa.

I. KELEMAHAN KTSP
1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan
dari pelaksanaan KTSP .
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan
profesi.
5. Pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas guru.
6. Tidak tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif juga
merupakan kendala yang banyak dijumpai di lapangan, banyak satuan
pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas penunjang yang
menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.
7. Diperlukannya waktu yang cukup oleh pedidik dalam membina perkembangan
peserta didiknya,terutama peserta didik yang berkemampuan dibawah rata-rata.
Kenyataan membuktikan, kondisi sosial, ekonomi yang menghimpit
kesejahteraan hidup para guru.
8. Kendala lain yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan
bagaimana melakukan evaluasi dengan prtofolio. Karena ketidakpemahaman ini
mereka kembali kepada pola assessment lama dengan tes dan ulangan yang
cognitive based semata.

J. IMPLEMENTASI KTSP
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut kreatifitas dan
kearifan pendidik dalam menciptakan dan menambahkan kegiatan peserta didik
sesuai dengan rencana yang diprogramkan secara efektif dan menyenangkan.
Sehingga dalam implementasinya seorang pendidik harus mampu:
1. Menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
2. Memiliki pendekatan yang tepat
3. Membentuk kompetensi peserta didik, meliputi:
a) Kegiatan awal/pembukaan seperti pembinaan keakraban dan pre-test
b) Kegiatan inti
c) Kegiatan akhir/penutup, dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan pos-
test.
4. Kriteria keberhasilan
5. Pengembangan organisasi dan manajemen pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai