SURVEY EPIDEMIOLOGI
OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERISTAS SRIWIJAYA
2016
GAMBARAN STATUS KARIES GIGI PADA ANAK USIA 12 TAHUN
SURVEY EPIDEMIOLOGI
OLEH:
Disusun Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga laporan penelitian survey epidemiologi yang berjudul Gambaran
Status Karies Gigi pada Anak Usia 12 Tahun di SDN 213 Palembang dapat
diselesaikan. Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGM) di
Puskesmas Sei Selincah Palembang.
Kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak lain berkat bantuan dan
dorongan dari petugas Puskemas Sei Selincah terkait. Ucapan terima kasih dan
penghargaan juga disampaikan kepada drg. Porman Sinaga yang telah meluangkan
waktu, tenaga serta pikirannya untuk bimbingan, arahan, saran dan kritik yang
diberikan.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, diharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga laporan
ini dapat memberikan manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dalam bidang kedokteran gigi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
iv
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 19
3.1 Jenis Penelitian ............................................................ 19
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................... 19
3.2.1 Tempat Penelitian ........................................................ 19
3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................... 19
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................. 19
3.3.1 Populasi Penelitian ...................................................... 19
3.3.2 Sampel Penelitian ....................................................... 19
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 20
3.5 Definisi Operasional .................................................... 20
3.6 Alat dan Bahan ........................................................... 20
3.6.1 Alat ............................................................................. 20
3.6.2 Bahan ........................................................................... 21
3.7 Prosedur Penelitian ..................................................... 21
3.7.1 Persiapan Pasien .......................................................... 21
3.7.2 Pengukuran DMFT ...................................................... 21
3.8 Analisis Data ............................................................... 22
3.9 Alur Penelitian ............................................................. 22
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Faktor Etiologi Karies .............................................................. 5
Gambar 2 Klasifikasi Karies Menurut G.V Black .................................... 13
Gambar 3 Diagram distribusi indeks DMFT ............................................. 23
Gambar 4 Diagram distribusi indeks DMFT berdasarkan jenis kelamin .. 24
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
manusia, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Salah satu penyakit gigi dan mulut yang
paling banyak ditemukan di masyarakat luas adalah karies gigi. Karies gigi adalah
penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif pada jaringan keras gigi
yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (email) hingga
1
meluas ke pulpa. Karies gigi yang dibiarkan berlanjut akan menjadi sumber infeksi
dalam rongga mulut sehingga menyebabkan nyeri, tanggalnya gigi, infeksi, dan
Karies gigi dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor utama penyebab
2
karies ada empat, yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu. Selain itu,
terdapat faktor lain yang dapat memengaruhi keparahan karies, antara lain
pengalaman karies, sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, geografis, dan
3
perilaku terhadap kesehatan gigi. Pada anak-anak, karies lebih rentan terjadi karena
(Decay Missing Filling Tooth).4 Pengukuran pada anak kelompok usia 12 tahun
pada usia 12 tahun anak lebih muda diajak berkomunikasi dan diperkirakan semua
gigi permanen telah erupsi kecuali gigi molar tiga, serta usia tersebut merupakan
1
kelompok yang mudah dijangkau oleh usaha kesehatan gigi sekolah. Oleh karena itu,
4,5
usia 12 tahun ditetapkan sebagai usia pemantauan global untuk karies.
prevalensi karies di Indonesia mencapai 72,1% dan skor DMFT mencapai 4,8.
Menurut WHO, skor DMFT di Indonesia tergolong tinggi. Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2009 juga menunjukkan bahwa 73% penduduk Indonesia
Hingga saat ini, penelitian mengenai gambaran status karies gigi pada anak
usia 12 tahun di belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk
mengetahui gambaran status karies gigi anak usia 12 tahun di SDN 213 Palembang.
Bagaimana gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di SDN 213
Palembang ?
Untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di
2
1.4. Manfaat Penelitian
2. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut pada
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang terdiri dari
disebabkan oleh suatu interaksi antara host, substrat, mikroorganisme, dan waktu.
terjadi demineralisasi jaringan keras gigi akibat kerusakan bahan organik gigi.
Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke
jaringan periapikal yang dapat menyebabkan nyeri.6 Karies gigi adalah penyakit
infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras
permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah.7 Karies gigi adalah penyakit
jaringan keras gigi ditandai dengan kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor
penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada
permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung
mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja
seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi
4
selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1860-an karies dinyatakan sebagai
terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host
atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor
1).7 Kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang
rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur email,
faktor kimia dan kristalografis.7 Pit dan fisur pada gigi molar sangat rentan terhadap
karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit
5
dan fisur yang dalam. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak
jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral
(kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar email
mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat
dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal email sangat menentukan kelarutan
email. Semakin banyak email mengandung mineral maka kristal email semakin padat
dan email akan semakin resisten. Gigi desidui lebih mudah terserang karies daripada
gigi tetap.6,7 Hal ini disebabkan karena email gigi desidui mengandung lebih banyak
bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap.
Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi desidui tidak sepadat gigi tetap. 6,7
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
Gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
serta beberapa strain lainnya.6,7 Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan
adanya Lactobasillus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah Lactobasillus
pada plak gigi berkisar 104 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang
6
diakui sebagai penyebab utama karies.7 S. mutans bersifat asidogenik (menghasilkan
asam) dan asidodurik (mampu tinggal pada lingkungan asam) dan menghasilkan
suatu polisakarida yang lengket disebut dekstran. Oleh karena kemampuan ini, S.
mutans bisa menyebabkan lengket dan mendukung bakteri lain menuju ke email gigi,
pertumbuhan bakteri asidodurik yang lainnya, dan asam yang dapat melarutkan email
gigi.9
permukaan email. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies.7 Hasil penelitian
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat
D. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
7
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
faktor risiko karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah
pengalaman karies, penggunaan fluor, oral hygiene, jumlah bakteri, saliva, dan pola
makan.7
A. Pengalaman Karies
parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat
B. Penggunaan Fluor
Mekanisme kerja fluor berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan
sesudah gigi erupsi. Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal
merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies karena
air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan
fluorosis.7 Pada tahun 1838, Dr. Trendly Dean melaporkan bahwa ada hubungan
8
timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.
optimum dan terjadinya mottled email yang minimal apabila konsentrasi kurang dari
1 ppm.6,7
C. Oral Hygiene
Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies
dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan plak secara mekanis dari permukaan
gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif. Peningkatan oral
dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat
karies.6,7
D. Jumlah Bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai
jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia,
yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi dengan jumlah S. mutans yang banyak,
maka pada usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi
9
E. Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-
sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada anak-anak meningkat sampai anak
tersebut berusia 10 tahun, namun setelah dewasa hanya terjadi sedikit peningkatan.
Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat
secara signifikan.7,10
F. Pola Makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang
bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga
terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Saat
makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi.7
Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka
risiko karies pada masing-masing individu. Ada juga yang disebut faktor risiko
demografi seperti usia, jenis kelamin, sosial ekonomi dan lain-lain. Beberapa ahli
10
G. Usia
sejalan dengan bertambahnya usia. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan
terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang
sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan
gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi
mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies
akar.7
H. Jenis Kelamin
yang lebih tinggi daripada pria.7 Walaupun demikian, umumnya oral hygiene
perempuan lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (Missing) yang lebih
sedikit daripada pria. Pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam
skor DMFT.7
I. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok
sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan
pendidikan.6,10 Pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi
tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga
11
akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.11 Jumlah gigi yang tinggal di
rongga mulut di usia 35 tahun sebesar 26.6% pada pendidikan tinggi sedangkan pada
pendidikan rendah sebesar 17.8%. Pada sekelompok ibu-ibu rumah tangga berusia
DMFT lebih rendah daripada kelompok pendidikan rendah. Selain itu, skor filling
lebih banyak dijumpai pada kelompok pendidikan tinggi sedangkan skor decay dan
A. Berdasarkan Kedalaman
1. Karies Superfisial yaitu karies yang hanya mengenai email. Biasanya pasien belum
merasa sakit.
2. Karies Media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah
dentin. Menyebabkan reaksi hiperemi pulpa, gigi biasanya ngilu, nyeri bila terkena
rangsangan panas atau dingin dan akan berkurang bila rangsangannya dihilangkan.
3. Karies Profunda yaitu karies yang mengenai lebih dari setengah dentin dan
1. Klas I : Karies ini terjadi pada pit dan fisur dari semua gigi, meskipun lebih
ditujukan pada gigi molar atau pada 2/3 oklusal, baik pada permukaan
12
2. Klas II : Kavitas yang terdapat pada permukaan proksimal gigi posterior, karies
Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya
(mesio-oklusal-distal).
3. Klas III : Karies ini terdapat pada permukaan proksimal dari gigi-geligi depan dan
4. Klas IV : Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas Klas III. Lesi ini pada
permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika
karies ini luas atau abrasi hebat dapat melemahkan sudut insisal dan
5. Klas V : Karies yang terdapat pada 1/3 servikal dari permukaan bukal/labial atau
kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan tepi insisal gigi anterior.
Pembentukan yang tidak sempurna pada ujung tonjol atau edge insisal seringkali
Merupakan jenis karies yang terjadi pada permukaan yang licin dan paling bisa
dicegah dengan menggosok gigi, proses terjadinya paling lambat. Karies dimulai
sebagai bintik putih buram (white spot) yang terjadi karena telah terjadi pelarutan
Terbentuk pada gigi molar, yaitu pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada
bagian gigi yang berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit dibersihkan karena
kesulitan dalam membersihkan daerah akar gigi. Pembusukan akar merupakan jenis
pembusukan yang paling sulit dicegah. Pembusukan akan menyebar lebih cepat dan
masuk ke dalam pulpa setelah menembus ke dalam lapisan kedua (dentin, lebih
lunak).14
pengalaman karies seseorang atau dalam suatu populasi.10 Skor DMFT adalah skor
untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies
14
gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah
singkatan dari Decay Missing Filling-Teeth. D (Decay) adalah jumlah gigi karies
yang masih dapat ditambal, M (Missing) adalah jumlah gigi tetap yang telah/harus
dicabut karena karies, dan F (Filling) adalah jumlah gigi yang telah ditambal. Angka
DMFT menggambarkan banyaknya karies yang telah diderita seseorang dari dulu
sampai sekarang.15 Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya gigi
pasien menggunakan kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator dan nierbeken. Untuk
Kategori penilaian:
b. 1,2-2,6 : rendah
15
c. 2,7-4,4 : sedang
d. 4,5-6,5 : tinggi
Komponen:
16
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen masuk kategori
D.
4. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies masuk kategori M.
5. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan
8. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak masuk kategori M.6
Gigi yang tidak dihitung dalam pemeriksaan DMFT adalah sebagai berikut:
4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan ortodonti
Penelitian yang dilakukan oleh Diana dkk pada anak usia 12 tahun memiliki
prevalensi karies yang tinggi, yaitu sebesar 77%. Pada Negara berkembang lain
seperti Negara India, sebanyak 23% anak usia 12 tahun terkena karies dan terdapat
17
peningkatan presentase karies dari 80% ke 85%. Menurut WHO usia 12 tahun adalah
usia yang sangat penting untuk dijadikan subjek penelitian. Banyak negara yang
menggunakan Last Birthday Call (usia terakhir anak) untuk dijadikan sampel, anak
usia 12 tahun merupakan kelompok usia yang mudah dijangkau oleh usaha kesehatan
gigi sekolah. Selain itu, anak usia 12 tahun lebih mudah diajak berkomunikasi dan
diperkirakan semua gigi permanen telah erupsi kecuali gigi molar tiga. Anak usia 12
tahun telah dipilih sebagai indikator kelompok usia secara global untuk perbandingan
Karies
Tingkat keparahan
karies
Indeks DMFT
BAB 3
18
METODE PENELITIAN
cross sectional untuk melihat gambaran status karies gigi pada anak usia 12 tahun di
Populasi penelitian ini adalah siswa/i kelas VI SDN 213 Palembang yang berusia 12
tahun.
skor indeks DMFT pada semua anak kelas VI berusia 12 tahun di SDN 213
Palembang.
3.6.1 Alat
Peneliti menjelaskan kepada responden tentang apa saja yang akan dilakukan
pada saat penelitian berlangsung dan responden mengisi formulir informed consent
menggunakan alkohol 70%. Responden diminta untuk duduk di kursi dengan posisi
tegak, kepala agak tengadah, dan membuka mulut. Peneliti berdiri di depan atau di
Seluruh gigi diperiksa dengan menggunakan sonde dan kaca mulut untuk
mendapatkan berapa jumlah gigi berlubang, ditambal atau dicabut karena karies.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan
memaparkan data secara numerik dan grafis (dalam bentuk tabel dan grafik) status
Pengumpulan data
Kesimpulan
BAB 4
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
anak di SDN 213 Palembang sebesar 2,9 dan berdasarkan kriteria dari WHO,
indeks ini berada pada kategori status karies sedang. Dari hasil pemeriksaan
DMFT pada anak usia 12 tahun di SDN 213 Palembang, total indeks D
(Gambar 3).
JUMLAH
INDEKS DMFT
tidak ada dan berdasarkan hasil pemeriksaan, 12 anak laki-laki ini memiliki
indeks rata-rata DMFT sebesar 2,1. Data hasil penelitian pada 14 anak
23
perempuan di SDN 213 Palembang untuk total indeks D (decay) berjumlah
43, M (missing) berjumlah 7 dan F (filling) tidak ada dan berdasarkan hasil
3,3. Hasil pemeriksaan indeks rata-rata DMFT pada anak usia 12 tahun di
rata-rata indeks DMFT lebih rendah yaitu sebesar 2,1 dibandingkan dengan
anak perempuan yang memiliki rata-rata indeks DMFT sebesar 3,3 (Gambar
4).
INDEKS DMFT
JENIS KELAMIN
Dari tabel distribusi indeks DMFT dan status karies berdasarkan jenis kelamin
DMFT menurut WHO, nilai DMFT yang masuk dalam kategori tinggi ditemui pada 5
anak perempuan dengan nilai DMFT 5. Jika dilihat dari banyaknya anak untuk
masing-masing kategori DMFT, ada dua kategori pada anak laki-laki dan dua
kategori pada anak perempuan dengan nilai presentase dari jumlah anak yang paling
24
banyak, yaitu dengan kategori status karies sangat rendah sebanyak 3 anak laki-laki
dan 1 anak perempuan, kategori status karies rendah sebanyak 6 anak laki-laki dan 2
anak perempuan, kategori status karies sedang sebanyak 3 anak laki-laki dan 6 anak
perempuan serta 5 anak perempuan dalam kategori status karies tinggi (Tabel 3).
Tabel 3. Distribusi indeks DMFT dan status karies berdasarkan jenis kelamin
4.2 Pembahasan
anak berjenis kelamin perempuan dan 12 anak berjenis kelamin laki-laki. Subjek
penelitian adalah anak 12 tahun karena menurut WHO, usia 12 tahun adalah usia
yang penting karena pada usia ini anak lebih mudah diajak berkomunikasi dan
diperkirakan semua gigi permanen telah erupsi kecuali gigi molar tiga, serta usia
tersebut merupakan kelompok yang mudah dijangkau oleh usaha kesehatan gigi
sekolah.18,19
Dari hasil pemeriksaan DMFT pada 26 anak ini, diperoleh total indeks D
(Decay) berjumlah 67, M (Missing) berjumlah 9, dan F (Filling) tidak ada (Gambar
25
3). Jika data dibagi berdasarkan jenis kelamin, 12 anak laki-laki memiliki indeks D
(Decay) berjumlah 24, M (Missing) berjumlah 2 dan F (Filling) tidak ada. Sedangkan
berjumlah 7 dan F (Filling) tidak ada. Dari pengukuran berdasarkan jenis kelamin, 12
anak laki-laki usia 12 di SDN 213 Palembang memiliki rata-rata indeks DMFT
sebesar 2,1. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata indeks DMFT
karies lebih tinggi daripada laki-laki.20 Hasil penelitian dari Sihombing tentang
bahwa pengalaman karies lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki selama
periode anak-anak sampai remaja.21 Usia 12 tahun merupakan masa peralihan dari
perempuan karena dipengaruhi oleh erupsi gigi yang cepat serta perubahan
hormonal.6,22 Umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan dapat lebih cepat 1
hingga 6 bulan dibandingkan anak laki-laki disebabkan karena faktor hormonal yakni
perkembangan sewaktu anak perempuan mencapai pubertas. Erupsi gigi yang lebih
cepat mungkin mengakibatkan gigi lebih lama terpapar oleh makanan kariogenik.
Selain itu, komposisi saliva pada masa pubertas dan menstruasi juga dapat mengalami
perubahan. Faktor-faktor tersebut merupakan salah satu penyebab jumlah karies lebih
26
Berdasarkan kategori status karies dalam perhitungan DMFT menurut WHO,
sebanyak 4 anak (15,38%) termasuk dalam kategori sangat rendah, 8 anak (30,76%)
dalam kategori rendah, 9 anak (34,61%) dalam kategori sedang, dan 5 anak (19,23%)
dalam kategori tinggi, sehingga prevalensi karies yang paling banyak terdapat dalam
kategori sedang.
Dari tabel distribusi indeks DMFT, nilai DMFT yang masuk dalam kategori
sangat tinggi ditemui pada 5 anak perempuan dengan nilai DMFT sebesar 5 (Tabel
3). Tingginya indeks DMFT ini dapat disebabkan oleh kurangnya motivasi anak dan
orang tua untuk memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya bila belum ada keluhan
BAB 5
Status karies anak usia 12 tahun di SDN 213 Palembang berada pada
kategori status karies sedang dengan rata-rata indeks DMFT sebesar 2,9.
5.2. Saran
1. Penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, serta
cara sikat gigi yang benar harus lebih sering dilakukan untuk mencegah
anak.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press,
1997: 4-2
2. Taluk, Tamil N. Dental caries and treatment needs. Indian J Dent Res. 2008; 19:
186-90
3. Moses J. Prevalence of dental caries, sosio-economic status and treatment needs
among 5 to 15 year old school going children of Chidambaram. J Clin Diagn
Res. 2011; 5(1): 46-51
4. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat
Kesehatan Gigi; Profil Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Indonesia Pada Pelita VI.
Jakarta, th 1999, halaman 17 69
5. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013
Desember
6. Sondang P, Taizo H. Menuju Gigi dan Mulut Sehat; pencegahan dan
pemeliharaan. Ed 3. Medan: USU Press, 2014. H 4-19
7. Tadakamadla, Santhosh K. Dental caries in relation to socio-behavioral factors of
6-year-old school children in rural Udaipur, Rajasthan. Indian J Dent Res 2009;
20(1); 256-60
8. Kidd, EAM. Essential of dental caries. New York: Oxford University Press.
2005. H 109-19.
9. Dwi F. Hubungan biofilm Streptococcus mutans terhadap resiko terjadinya
karies gigi stomatognatik (J.K.G Unej). 20011: 8(3): 127-130
10. Dhar V, Bhatnagae M. Dental caries and treatment needs of children (6-10 years)
in rural Udaipur, Rajasthan. Indian J Dent Res 2009; 20(1); 256-60
11. Herijulianti E. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2001. H 44-51.
12. Fisher J. Michael G. A new model for caries classification and management.
JADA. 2012: 45(2): 230-39
13. Baum L. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed 3. Jakarta: EGC. 2012. H 252-291.
14. Roberson T, Heymann H. Sturdevants art & science of operative dentistry 4th
Ed. Missouri: Mosby Inc. 2002: 3(1): 409-410.
15. Suwargiani A. Indeks def-t dan DMF-t masyarakat Desa Cipondoh dan Desa
Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten Karawang. J Penelitian FKG
UNPAD. 2008. 2(3): 12-7
16. Amaniah N. Hubungan faktor manajemen dan tenaga pelaksana UKGS dengan
cakupan pelayanan UKGS serta kasus kesehatan gigi dan mulut murid sekolah
dasar di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2009. 2009; 3(1): 3-7
17. Sss
18. Haryani W. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan tingkat keparahan
karies gigi pada anak usia prasekolah di Kecamatan Depok, Sleman Daerah
IstimewaYogyakarta.
URL:http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDeta
il&act=view&typ=html&buku_id=19632&obyek_id=4
19. Warni L. Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan
mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Delitua Kabupaten Deli
Serdang tahun 2009.
29
URL: http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/7903/1/10E00470.pdf
20. Berwulo H. Gambaran tingkat karies berdasarkan status kebersihan gigi dan
mulut pada siswa sekolah dasar di Desa Ranowangko II Kecamatan Kombi
[Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi, 2009.
21. Sihombing J. Karakteristik penderita karies yang berobat di RSU Dr. Pirngadi
Medan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatra Utara, 2009.
22. Hidayati L. Hubungan karakteristik keluarga dan kebiasaan konsumsi makanan
kariogenik dengan keparahan karies gigi anak sekolah dasa [Skripsi]. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2005.
23. Sihombing J. Karakteristik penderita karies yang berobat di RSU Dr. Pirngadi
Medan [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatra Utara, 2009.
30
Lampiran 2. Lembar status Karies Gigi Anak (Indeks DMFT)
31
LEMBAR STATUS KARIES GIGI ANAK
(INDEKS DMFT)
1. Nama : JK : L/P
D (Decay) :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 M (Missing) :
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 F (Filling) :
DMF-T :
2. Nama : JK : L/P
D (Decay) :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 M (Missing) :
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 F (Filling) :
DMF-T :
3. Nama : JK : L/P
D (Decay) :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 M (Missing) :
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 F (Filling) :
DMF-T :
4. Nama : JK : L/P
D (Decay) :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 M (Missing) :
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 F (Filling) :
DMF-T :
5. Nama : JK : L/P
D (Decay) :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 M (Missing) :
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 F (Filling) :
DMF-T :
6. Nama : JK : L/P
D (Decay) :
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 M (Missing) :
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38 F (Filling) :
DMF-T :
32
Lampiran 3. Data Penelitian
33
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
34
Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian
35
36