KECURANGAN MATERIAL
Pendahuluan
Audit laporan keuangan merupakan bagian terpenting dari berbagai assurance service.
Dalam melaksanakan audit laporan keuangan, para auditor perlu mengetahui standar yang
digunakan serta tanggung jawabnya sebagai auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Auditor,
dalam menjalankan tugasya, sering dihadapkan pada persoalan materialitas dan salah-saji,
terutama salah-saji yang dibiarkan begitu saja oleh penyusun laporan keuangan, yang dari
perspektif auditor eksternal dikenal dengan istilah salah saji tak terkoreksi (uncorrected
misstatement). Materilitas dan salah-saji tak terkoreksi memiliki hubungan yang sangat erat.
Hasil audit laporan keuangan harus memiliki manfaat baik bagi pihak internal maupun
eksternal perusahaan. Selain itu, laporan audit juga memiliki keterbatasan tertentu dan beberapa
penyimpangan dari standar laporan audit dan auditor harus mengetahui semuanya, untuk itu
auditor harus mendapatkan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
kesalahan penyajian material.
Pembahasan
Standar auditing (SA 200 Para 11) menyatakan tujuan keseluruhan auditor adalah
Dalam melaksanaakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan audit adalah
a) Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah lapoan keuangna secara kseluruhan bebas
dai kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan,
dan oleh karena itu memugkinkan auditor untuk mnyatakan suatu opini tentang apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku; dan
b) Melaporkan atas laporan keuangan dan mengkomunikasikannya sebagaimana itentukan oleh
SA berdasarkan temuan auditor.
Kesenjangan Ekspektasi
Standar auditing membedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan dan kecurangan. Kedua
tipe ini bisa material dan bisa jura tidak material. Kesalahan adalah salah saji dalam laporan
keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan adalah salah saji yang disengaja.
Kecurangan adalah suatu tindakan yang disengaja oleh satu indiidu atau lebh dalam
manajemen, pihak yang bertanggung jab atas tata kelolaa, karyawan atau pihak ketiga , yang
melibatkan penggnaan tipu muslihat untuk memperoleh suatu keuntungan secra tidak adil atau
melanggar hukum.Kecurangan dibedakan menjadi penyalahgunaan aset, dan pelaporan keuangan
yang mengandung kecurangan
Standar auditing tidak membedakan antara tanggngjawab auditor untuk mencari kesalahan
dan kecurangan, baik unuk kesalahan maupun kecurangan, auditor harus mendapatkan keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material. Standar juga
mengakui bahwa kecurangan seringkali lebih sulit ditemukan karena manajemen atau karyawan
yang melakukan kecurangan akan berusaha menutupi kecurangan. Namun demikian kesulitan
untuk mendeteksi kecurangan tidak mengubah tanggungjawab auditor untuk merencanakan dan
melaksanakan audit dengan tepat guna mendeteksi kesalahan penyajian material baik yang
disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan.
Karakteristik kecurangan
Kecurangan dalam pelaporan keuangan atau penyalahgunaaan asset dapat terjadi karena :
1. Dorongan (insentif) atau tekanan untuk melakukan pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan, dapat timbul ketik manajemen dalam tekanan baik dari pihak luar maupun dii
dalam entutas untuk mencapai suatu harapan target laba atau hasil keuangan,
2. Peluang untuk melakukan kecurangan, mungkin ada jika individu percaya bahwa
pengendalian internal dapat diabaikannya,
3. Pembenaran atas tindakan tersebut, beberapa individu memilki tingkah laku, karakter atau
serangkaian nilai etka yang tindakan mereka secara sadar dan sengaja melakukan tindakan
yang tidak jujur.
Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Kesimpulan :
Auditor bertanggungjawab untuk pencegahan dan pendeteksian kecurangan berada pada dua
pihak yaitu yang bertanggungjawab atas tata kelola, dan manajemen. auditor harus mendapatkan
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
Walupun kecurangan seringkali lebih sulit ditemukan karena manajemen atau karyawan yang
melakukan kecurangan akan berusaha menutupi kecurangan, auditor harus tetap mendeteksi
kecurangan tidak mengubah tanggungjawab auditor untuk merencanakan dan melaksanakan audit
dengan tepat guna mendeteksi kesalahan penyajian material baik yang disebakan oleh kesalahan
atau kecurangan.
Sumber:
Jusup, Al. Haryono (2011). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II. Yogyakarta: Bagian
Penerbitan STIE YKPN
Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN