Bab Ii - 131711055
Bab Ii - 131711055
Angin adalah gerakan udara di atas permukaan bumi, yang bertiup dari
daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Daerah udara
bertekanan tinggi terbentuk jika suatu massa udara mengalami pendinginan di atas
permukaan tanah atau laut. Pendinginan ini menyebabkan lapisan udara menyusut
dan menjadi lebih tipis. Kemudian, penyusutan ini menyebabkan udara sekeliling
pada troposfir sebelah atas akan mengisi ruang ekstra akibat penyusutan tadi.
Penambahan berat akibat udara ekstra ini menyebabkan tekanan yang lebih tinggi
pada permukaan. Udara bertekanan lebih tinggi pada permukaan ini bertiup menuju
ke daerah bertekanan lebih rendah, tetapi karena perputaran bumi, maka angin
menjadi berbelok.[1]
II-1
II-2
Berdasarkan sumber BMKG bahwa angin bergerak dari arah timur menuju
arah barat daya di wilayah Bandung memiliki kecepatan angin 15 knot atau setara
dengan 7,72 m/s untuk kondisi maksimum.
Turbin angin sumbu horizontal ialah jenis turbin angin yang paling banyak
digunakan. Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya terdapat rangka
dan sudu yang berfungsi sebagai rotor yang menghadap atau membelakangi arah
angin.
Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi:
1 2 3 4
Turbin angin yang di asumsikan oleh Beltz adalah turbin angin yang ideal
yaitu turbin angin yang tidak mempunyai poros dan mempunyai jumlah sudu yang
tak terbatas tapi tidak menimbulkan gaya hambat (Drag Force) pada angin yang
melaluinya. Beltz mengasumsikan kecepatan udara yang melewati rotor dianggap
bergerak secara aksial.
II-4
Energi mekanik yang dihasilkan turbin angin besarnya akan sama dengan
energi kinetik angin sebelum melewati turbin angin dikurangi dengan energi kinetik
angin sesudah melewati turbiin angin. Jika angin yang melewati turbin angin
dianggap inkompresible, maka menurut hukum kontinuitas dapat ditulis:
1 1 = 2 2 ............................................................... (2.1)
Gambar II-4 Kondisi aliran udara akibat ekstraksi energi mekanik dari aliran
udara bebas sesuai dengan teori Betlz.
(Sumber : Eric Hau, 2006)
Energi kinetik dari massa udara sebesar m yang bergerak pada kecepatan
v dinyatakan sebagai :
1
= 2 ............................................................................... (2.2)
2
= . .....................................................................................(2.3)
Dan bila kerapatan udara adalah , maka laju aliran massa udara adalah
= . . ..................................................................................(2.4)
1
= . . 3 . ......................................................................... (2.5)
2
II-5
1 1
= . 1 . 1 3 2 . 2 . 2 3 .................................................. (2.6)
2
. 1 . 1 = . 2 . 2 .................................................................. (2.7)
1
= . 1 . 1 . (1 2 2 2 ) ..................................................... (2.8)
2
1
= . . (1 2 )(1 + 2 ) ................................................ (2.9)
4
1
= . . 3 .
2
Rasio antara daya mekanik yang dapat diekstraksi dan daya angin sebelum
mencapai rotor disebut koefisien daya (power coefficient) Cp, yaitu :
1
(1 2 2 2 )+(1 2 +2 2 )
= = 4 1 ........................................... (2.10)
2
2
1 2 2
= = 2 |1 (2 ) | |1 + (2 ) | ..................................... (2.11)
1 1
II-6
16
= 27 = 0,593
Ketika suatu benda apapun bergerak melalui sebuah fluida , suatu interaksi
antara benda dengan fluida melalui tekanan dan tegangan geser dimana gaya
resultan dalam arah yang sama dengan kecepatan hulu disebut sebagai drag (gaya
seret), dan juga apabila gaya resultan yang tegak lurus terhadap arah kecepatan hulu
disebut sebagai lift (gaya angkat).
Semua jenis rotor turbin angin modern didesain dengan memanfaatkan lift
ini dan turbin angin sumbu horizontal merupakan yang paling cocok.
Diameter sudu yang dipilih berkaitan dengan besar luaran daya yang
diperlukan. Pemilihan diameter sudu ini, berdasarkan daya yang dibutuhkan dengan
pedoman nilai Cp = 0,3 -0,4 untuk turbin modern yang mempunyai sudu sebanyak
3 buah. (Piggott Hugh, 2005).
= 3 .........................................................................(2.12)
. . .
2 4
Dimana :
Cp = koefisien daya
Pemilihan jumlah sudu berkaitan dengan rasio kecepatan ujung (tip speed
ratio) yang diinginkan dan juga aspek keindahan. Jumlah sudu yang banyak akan
menghasilkan tip speed ratio yang kecil. Sedangkan jumlah sudu yang lebih sedikit
akan menghasilkan tip speed ratio yang besar.
Tip speed ratio (rasio kecepatan ujung) adalah rasio kecepatan ujung rotor
terhadap kecepatan angin bebas. Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang
turbin angin adalah berapa daya yang ingin dihasilkan dan berapa kecepatan angin
yang bisa didapatkan. Hal pertama yang harus diperhitungkan adalah tip speed ratio
atau perbandingan kecepatan ujung dan kecepatan angin yang didapat oleh kincir.
Tip speed ratio dapat dihitung sebagai berikut :
2
= = 60
= ............................................................(2.13)
60
Dimana :
n = putaran (rpm)
Bentuk sudu adalah fungsi dari tip speed ratio, diameter rotor dan jumlah
sudu. Elemen penting yang dipilih dalam merancang sudu adalah bentuk planform
sudu, lebar sudu (chord), jari-jari pangkal (root radius), tebal sudu dan sudut pitch.
II-10
16( )
=
........................................................................(2.14)
92
Dimana:
B = jumlah sudu
60
= (.) ......................................................................(2.15)
Dimana :
n = putaran (rpm)
= ..................................................................................(2.16)
= ......................................................................... (2.17)
Dimana :
F = gaya (N)
II-11
m = massa (kg)
g = gravitasi (/ 2 )
T = torsi (Nm)
= ............................................................................... (2.18)
2
=
60
Dimana :
T = torsi (Nm)