PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam tujuan Pendidikan Nasional.
Sebagaimana tercantum dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.
Disamping itu, banyaknya tindak kriminal yang dilakukan para remaja dan seringnya terjadi
tawuran antar pelajar disinyalir sebagai akibat dari tidak berhasilnya Pembinaan Akhlak dan Budi
Pekerti pada siswa. Kegagalam pembina akhlak akan menimbulkan masalah yang sangat besar, bukan
saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga masa yang akan datang.
Ini pada posisi yang sangat penting, bahkan membina akhlak merupakan inti dari ajaran
islam. Rasulullah saw bersabda, yang diwirayatkan oleh Ahmad :
Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting atau
gorizah yang dibawa manusia sejak lahir. Dalam pandangan ini, maka akhlak yang tumbuh dengan
sendirinya walaupun tanpa dibentuk atau usahakan. (Abidin Nata, 1996 : 154)
Namun pendapat lain mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan,
pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh sungguh. Imam Al-Ghazali misalnya mengataka
sebagai berikut :
Artinya : Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batalah
fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinya hadist
nabi yang mengatakan Perbaikilah Akhlak kamu sekalian .(Abudin Nata,
1996 : 154)
Pada kenyataan di lapangan usaha-usaha pembina akhlak melalui berbagai lembaga
pendidikan dan mulia berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukan bahwa akhlak
memang pelu dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi
muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu bapaknya dan
sebagainya.
Untuk itu harus ada upaya pembinaan terhadap siswa di sekolah ataupun di luar sekolah, baik
itu oleh orang tua atau guru sebagai pendidik. Upaya tersebut agar dilakukan dalam hubungan
kerjasama yang harmonis, baik memalui pendidikan dalam keluarga maupun pendidikan (pembinaan
mental) yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Namun pada kenyataannya di lapangan, tidak sedikit kendala untuk mewujudkan kerjasama
semacam itu baik dikarenakan tingkatan pendidikan orang tua yang rendah, kesibukan orang tua,
maupun lingkungan masyarakat yang kurang menunjang. Disamping banyaknya, orang tua yang
apriori terhadap pendidikan anak, bahkan ada orang tua yang tersinggung ketika menerima laporan
mengenai keburukan tingkah laku anaknya.
Terlepas dari permasalahan diatas, peneliti ingin mencari gambaran yang kongkrit dan akurat
mengenai manfaat peran serta tokoh masyarakat dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina
akhlak siswa sehingga dapat memberikan kontribusi bagi keberhasilan pendidikan pada umumnya dan
keberhasilan pembinaan akhlak.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis menyusun perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana program bimbingan orang tua dengan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina
akhlak Siswa di SDN Gambut ?
2. Bagaimana bimbingan orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak Siswa di
SDN Gambut ?
3. Apa yang menjadi hambatan dalam bimbingan orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak Siswa di SDN Gambut ?
4. Bagaimana mengatasi hambatan bimbingan orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak Siswa di SDN Gambut ?
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima (5) bab, yaitu sebagai berikut:
Bab I pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi
operasional, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, kerangka pemikiran,
anggapan dan hipotesis serta sistematika penulisan.
Bab II tinjauan teoritis, yang berisi pembinaan akhlak anak
Bab III metode dan jenis penelitian, berisikan pendekatan dan jenis penelitian, subjek dan
objek penelitian, populasi dan sampel, data, sumber data, teknik pengumpulan data, Pengolahan Data,
Interpretasi Data, dan Analisis Data
Kisi-kisi Data dan Instrumen, dan prosedur penelitian.
Bab IV laporan hasil penelitian, berisikan gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data,
dan analisis data.
Bab V penutup, berisi simpulan dan saran.
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian diarahkan kepada peran serta tokoh masyarakat dan Guru Pendidikan
Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SDN Gambut
Sejalan dengan permasalahan tersebut diatas maka secara khusus tujuan penelitian yaitu :
1. Untuk mengetahui program bimbingan orang tua dengan guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak Siswa di SDN Gambut ?
2. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak Siswa di SDN Gambut ?
3. Untuk mengetahui hambatan dalam bimbingan orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina akhlak Siswa di SDN Gambut ?
4. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan bimbingan orang tua dan guru Pendidikan Agama
Islam dalam membina akhlak Siswa di SDN Gambut ?
F. Signifikan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan dalam peningkatan sumber belajar
mengajar tentang pembinaan akhlak anak sehingga dapat tercapai tujuan yang lebih baik.
2. Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam ilmu pendidikan,
terutama yang berkenaan dengan pembinaan akhlak anak
3. Penambah khazanah ilmu pengetahuan bagi orang yang ingin membacanya
4. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penulis tentang pembinaan akhlak
anak
G. Kajian Pustaka
Pokok dari semua ilmu pengetahuan agar berakhlak mulia adalah mengenal Allah SWT.
Tidak mengenal Allah sama halnya dengan bodoh, walaupun berpengetahuan tinggi tapi ia akan
bertingdak taka tahu arah, sembrono tidak sesuai dengan aturan, ia akan mempunyai akhlak yang
tidak baik.
Agar terciptanya manusia dan masyarakat Indonesia termasuk generasi muda yang tepat guna
dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin maju maka perlu
adanya bimbingan dan pembinaan terhadap mereka.
Jika diperhatikan akhir-akhir ini banyak sekali bentuk aktivitas anak yang menyimpang yang
tidak sesuai dengan norma-norma susila maupun norma-norma agama, seperti perkelahian,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan lain-lain.
Jadi kenakanlah anak dengan berbagai dinamikanya yang terjadi selama ini mutlak menuntut
perhatian serta usaha penaggulangnnya dari berbagai pihak, yaitu pemerintah, Orang Tua dan
Masyarakat. Usaha ini tidak bisa dilakukan secara sepihak melainkan harus ada kerjasama yang
harmonis dan seimbang. Kerjasama dimaksud ialah melakukan suatu usaha yang ditangani oleh
berbagai pihak yaitu orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam.
Mengingat kedudukan dan peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan Akhlak
siswa memiliki posisi yang strategis dalam hubungan ini Allah SWt berfirman dalam Al-Qur`an Ali
Imron ayat 104.
$rpRQ$$/ s:$#tbrB'tur n<) tbqt pB& N3YiB `3tF9ur
cqs=J9$# Nd 4y7s9'r&ur s3YJ9$# `t tbqygZtur
Artinya : Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung. (Al-Qur`an dan terjemahnya, Departemen Agama RI, 1984 : 93)
Peran serta orang tua terhadap pembinaan akhlak anak memiliki posisi yang strategis,
mengingat kedudukan orang tua adalah merupakan penaggungjawab pendidikan yang pertama dan
utama. Hal tersebut menunjukan bahwa keberhasilan dalam membina akhlak sangat ditentukan oleh
adanya pembinaan mental yang dilakukan melalui pendidikan dalam keluarga.
Dalam rangka upaya kerjasama tersebut tentunya tidak terlepas dari akan adanya faktor-faktor
penghambat terhadap pendukung serta faktor-faktor penghambat terhadap pembinaan akhlak anak.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
c) Tujuan Sementara
Tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
d) Tujuan Operasional
Tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu.
C. Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak Usaha secara sadar dan terarah guna menanamkan budi pekerti yang
luhur dan niai-nilai yang susila kepada anak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran islami dan tuntunan
serta peri kehidupan Rosulullah SAW, sebagai uswatun hasanah. (Barnawi Umary : 1996)
D. Hubungan Peran Serta Tokoh Masyarakat dan Guru dengan Pembina Akhlak
Peran serta tokoh masyrakat dan guru Pendidikan Agama Islam sangat diperlukan dalam
pembinaan akhlak terhadap siswa. Keberadaan anak di sekolah waktunya sangat terbatas, anak lebih
banyak berada di lingkungan orang tuanya dari pada di lingkungan sekolah. Apabila orang tua kurang
memperhatikan sikap dan tingkah laku anaknya di rumah, maka teori-teori pelajaran yang diberikan
oleh guru disekolah tidak dapat dilaksanakan dalam kehidupan praktis di lingkungan rumah.
(Zuhairini dkk : 1997)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, yaitu metode yang
bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik, populasi tertentu atau bidang tertentu
secara faktual dan cermat. (Wahyu MS, 1987 : 42)
B. Populasi
Populasi adalah karakteristik tertentu dari sekumpulan obyek yang lengkap yang ingin
dipelajari sifatnya (Sudjana 1989 : 6)
Yang menjadi populasi adalah siswa SDN Gambut
C. Sampel
Sampel adalah bagian atau seluruh elemen yang dapat mewakili dan menganalisasikan hasil
dari suatu penelitian. (Suyatna Basar, 1987 : 58)
Hamalik Damar. Strategi Belajar Mengajar. CV. Sinar Baru Bandung. 1990.
Zaeni Syahminan. Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Kalam Mulia. 1986.