PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir
dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada kosekuensi di
ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi
antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan
yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu
menghadapi stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai keadaan dari
diri individu pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat banyaknya warga
berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut
pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan kehidupan
modern dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan stress lainya. Perlu
diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung pada
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dalam makalah ini kami hanya
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Mengetahui pengertian emosi, komponen emosi, afek dan emosi, serta sakit mental karena
gangguan emosi.
2. Mengetahui pengertian stress, penggolongan stress, kemampuan individu menahan stress,
sumber stress psikologis, tahapan stress, reaksi-reaksi terhadap stress, dan cara mengendalikan
stress.
3. Mengetahui pengertian adaptasi dan dimensi adaptasi.
E. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Psikologi Keperawatan.
2. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan penyusunan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Emosi
Emosi adalah Manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak komponen
fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama(Maramis, 1990). Sedangkan menurut Bimo
Walgito, 1989 emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk
mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu. Bisa perasaan marah, takut, sedih,
senang, benci cinta, antusias, bosan dan lain-lain sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi pada
kita.
Jadi, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala
kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam
diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian, misalnya ketakutan
pada gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat dan jantung berdebar-debar.
1. Komponen Emosi
Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari :
a. Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik, misalnya bila
air mata
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak bisa dikontrol serta
dikuasai oleh pikiran. Biasanya afek disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut
jantung, dan pernapasan bisa cepat atu menjadi lemah. Dan emosi merupakan gejala kejiwaan
yang berhubungan dengan gejala kejasmanian itu. Contohnya, orang yang sedang marah akan
mengambil, melempar, dan membanting benda dari sekitarnya, disertai dengan muka merah,
manusia (proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling memengaruhi dan menentukan
terkejut.
Ciri-ciri somatik, misalnya debaran jantung yang cepat atau keras (palpitasi), keringat dingin
penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar.
palpitasi.
Faktor psikologik, misalnya perasaan was-was, khawatir, dan bicara cepat terputus-putus.
b. Neurosis histerik, yaitu fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya : kejang
harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Biasanya hal ini berakar
B. Stress
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu cepat
karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan etika. Beberapa contoh
perubahan pola hidup, misalnya pola hidup sosial religius berubah individualistis, materialistis,
dan sekuler, pola hidup produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah serta ambisi karier yang
bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha
keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan
tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
Stress dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor psikoedukatif/sosio kultural. Faktor
frisiologis berupa herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsilogik, dan neurohormonal.
tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal, lamanya, dan
umum. Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila ditinjau
:
Cita-cita atau ambisinya wajar
Berkompetensi secara sehat
Tidak agresif
Tidak memaksakan diri
Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, penyabar,
dan tenang
Kewaspadaan wajar
Self control wajar
Self confident wajar
Cara bicara tenang
Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat
Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat
Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi
Mudah bekerja sama (kooperatif)
Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan
Bersikap ramah
Mudah bergaul
Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar
Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur
Mampu menahan dan mengendalikan diri
berikut :
a. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang. Frustasi ada yang
bersifat instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, perselingkuhan, pengangguran, dan lain-
lain).
b. Konflik
Hal ini ditimbulkan karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
stress dapat terjadi oleh beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik dan tekanan.
5. Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang
Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar
dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki,
lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung
atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal ini karena cadangan
semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh
sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu,
gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul
berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta
d. Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali menjadi pelupa dan
santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada tenggorokan
seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot
bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih
kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran),
gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering dijumpai
berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung,
tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot
rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis
sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres
juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot
yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama
di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan.
Selain daripada itu sebagian atau seluruh tubuh terasa panas (subfebril) atau sebaliknya terasa
dingin.
j. Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya,
pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena asam lambung yang
berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam
dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga
dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air
Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing
(musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu, keluhan-
keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila
menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan
pegal-linu.
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar
gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan
menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Gangguan hormonal lain misalnya pada
wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a. Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan
diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan. Jantung berdebar, keluar
keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b. Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebuah
ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi.
Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan
jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindakan sadis dan usaha
membunuh orang.
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih
yang berkepanjangan.
7. Cara mengendalikan stress
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :
a. Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana tidak.
karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa yang telah terjadi
atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa ingat bahwa segala
Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya. Namun pada stress
penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah
pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya
memperkecil dampaknya.
c. Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres tidak
akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan. Namun,
tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi malapetaka. Buatlah perencanaan yang
baik untuk segala hal misalnya menikmati saat istirahat di rumah, hingga merencanakan
juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya menolak hal-hal yang tida
seorang lelaki.
f. Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada orang-orang
terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres terlalu lama.
g. Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan memiliki
rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai alat pendorong untuk
lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan stres yang positif.
h. Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak akan pernah
bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul yang namanya stres.
Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara mental dan fisik akan lebih siap
menghadapi stres.
i. Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan yang baik adalah
Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan akan muncul ketika
Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam menurunkan tekanan
darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil energi positif. Caranya mudah,
cukup hanya mengambil nafas panjang dan mengosongkan pikiran Anda. Lakukan meditasi10
menit.
m. Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan telah di sistem
kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan orang-orang positif.
n. Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan humor dalam hal-hal
dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh
kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam manajemen stres dengan
menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan endorfin (merasa-baik tubuh kimia).
C. Adaptasi
a. Menurut Soeharto Heerdjan (1987),Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya
perubahan yang ada di lingkungan dan dapat memengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu teramati
sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi
menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan
tidak mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap
stress.
Contoh :
Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan tidak merasa
tidak gemetar.
b. Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis bisa terjadi secara :
Sadar, individu mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah
Tidak sadar , menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
Menggunakan gejala fisik atau psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila seseorang mempunyai kesulitan atau hambatan dalam beradaptasi, baik berupa
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress
perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga
dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan
mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai
mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional
(Murata, 1994).
e. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi
stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan
kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor
seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup
seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami
gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan
berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri individu
yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut dapat
diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut
tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi
hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon
terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering
difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk
terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif
terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan
keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan
DAFTAR PUSTAKA
EGC