Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

Oleh :
Dwi Putri Agustina H1E114039

Dosen Mata Kuliah :


Dr. Andy Mizwar,ST.,M.Si
NIP. 19800707 200801 1 029

PROGRAM STUDI S1-TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
1. Cover lagon

Gambar 1. Cover Lagon


Cover lagoon adalah penutup seperti membran kain dan menempatkannya di
kolam penampungan limbah. Kemudian limbah diproses dan panas yang dihasilkan
diserap oleh penutup. Cover lagoon berfungsi sebagai penangkap gas yang
dihasilkan selama proses dekomposisi. Proses ini tidak cocok untuk limbah padat,
tetapi sistem ini paling sesuai untuk limbah cair.Cover Lagoon agak lebih sederhana
dan biayanya lebih efektif dibandingkan dengan dua tipe digester lainnya, tetapi
memiliki satu kelemahan yaitu produksinya tergantung pada suhu. Pada musim panas
ketika kolam penampung dipanaskan, produksi akan 35% lebih tinggi daripada di
musim dingin. Hal lain yang harus diperhatikan adalah paling tidak dibutuhkan waktu
2-3 tahun agar Cover Lagoon stabil dan menghasilkan biogas secara konsisten.
2. Continuous Stirred Tank Reaktor

Gambar 2. Continuous Stirred Tank Reaktor


Continuous Stirred Tank Reaktor (CSTR) adalah reaktor model berupa
tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tanki sangat
sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar
konsentrasi aliran yang keluar dari reaktor. Dengan prinsip kerja satu atau lebih
reagen fluida dimasukkan pada tangki sebuah reaktor yang dilengkapi dengan kipas
atau impeller, kemudian impeller mengaduk cairan untuk memastikan cairan tersebut
tercampur rata ada waktu suatu cairan berada di dalam tabung tersebut sebelum
keluar.
Beberapa aspek penting dalam CSTR yaitu :
1. Dalam keadaan tetap, fluida yang masuk harus sama dengan fluida yang
keluar
2. Semua kalkulasi yang dilakukan CSTR diasumsikan sebagai pencampuran
sempurna
3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak dalam waktu yang sama, dapat
dilakukan dengan memparalelkan CSTR.
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) dapat digunakan untuk mereaksikan
2 macam gas. Reaksinya dapat terjadi dalam keadaan endoterm maupun eksoterm.
Contohnya : reaksi antara etilen (reaktan A) dengan benzena (reaktan B) yang terjadi
dalam keadaan eksoterm, untuk memproduksi etilbenzena (produk C), bahan kimia
yang digunakana dalam pembuatan monomer stirena. Reaktan A dan B dimasukkan
ke dalam CSTR agar kedua reaktan tersebut tercampur dengan sempurna
menggunakan pemutar bermotor (motorized agitator).

3. Plug Flow Digester

Gambar 3. Plug Flow Digester


Plug flow digester biasanya berbentuk persegi panjang dengan tutup yang
dapat diubah dan kedap terhadap air. Digester ini memiliki tempat pengumpulan
kotoran, tempat pencampuran dan tangki digester. Dengan prinsip kerja bahan baku
dimasukkan dari salah satu sisi dan mendorong keluar buangan yang telah
terfermentasi di sisi lainnya.
Reaktor alir pipa (plug flow) merupakan reaktor di mana cairan bereaksi dan
mengalir dengan cara melewati tube (tabung) dengan kecepatan tinggi & tanpa terjadi
pembentukan arus putar pada aliran cepat. Reaktor alir pipa pada hakikatnya hampir
sama dengan pipa dan relatif cukup mudah dalam perancangannya. Reaktor ini
biasanya dilengkapi dengan selaput membran untuk menambah yield produk pada
reaktor. Produk secara selektif ditarik dari reaktor sehingga
k e s e i m b a n g a n d a l a m r e a k t o r s e c a r a k o n t i n u b e r g e s e r membentuk
lebih banyak produk. Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi dengan katalisator.
Seperti sebagian besar reaksi pada industri kimia& reaksinya membutuhkan
katalisator secara signifikan pada suhu layak (standar). Dalam reaktor plug flow &
satu atau lebih reaktan dipompakan ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang
digunakan pada reaktor ini adalah reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung
sepanjang pipa sehingga semakin panjang pipa maka konversi yield akan semakin
tinggi. Namun tidak mudah untuk menaikkan konversi karena di dalam reaktor plug
flow konversi terjadi secara gradien. Pada awalnya kecepatan reaksi berlangsung
secara cepat namun setelah panjang pipa tertentu atau pipa bertambah panjang maka
jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih lambat dan
akan semakin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya untuk mencapai konversi
100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
Beberapa hal penting dalam reaktor plug flow yaitu:
1. Perhitungan dalam model reaktor plug flow mengasumsikan tidak terjadi
pencampuran (mixing) dan reaktan bergerak secara aksial bukan radial.
2. Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik masukan
dimana katalisator ini diharapkan dapat mengoptimalkan reaksi dan terjadi
penghematan.
3. Umumnya reaktor plug flow memiliki konversi yang lebih besar
dibandingkandengan reaktor alir tangki berpengaduk dalam volume yang
sama. Artinya dengan waktu tinggal yang sama reaktor alir pipa memberikan
hasil yang lebih besar dibandingkan reaktor alir tangki berpengaduk.

4. Mixed Plug Flow Digester

5. Anaerobic Contact Digester


Metode Anaerobic Contact Process dalam sistemnya memerlukan agitator,
sangat sulit untuk memisahkan SRT (solid retention time) dan HRT (hydraulic
retention time) , memerlukan reaktor yang besar, memerlukan sistem
pemisahan antara effluen dan solid waste dengan cara sedimentasi dan
memerlukan unit recycle untuk waste solid. Metode ini tidak menguntungkan
untuk mengolah air limbah yang berkonsentrasi lebih kecil dari 6000 mg/L pada
temperatur 300C. Biaya peralatan dan operasi mahal, sehingga metode ini tidak
cocok untuk pengolahan limbah organik industri kecil.

6. Attached Growth Digester

7. Upflow Anaerobic Sludge Blanket Digester


Gambar 7. Upflow Anaerobic Sludge Blanket Digester

Reaktor UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket Digester) digunakan


dalam proses pengolah air limbah karena mampu membentuk sludge yang berat dan
aktif hingga konsentrasi 100 g/L di zone bawah reaktor dengan mekanisme retensi
dan separasi. Retensi terjadi di bawah reaktor akibat formasi biobutir dan separasi di
bagian atas reaktor (alat separator). Juga karena mampu mengolah polutan aromatik
seperti benzoat dan fenol. Artinya, diharapkan teknologi anaerob akan mampu
mengolah segala jenis limbah industri kimia.
Prinsip Kerja UASB yaitu air limbah masuk dari bagian bawah reaktor lalu
dialirkan secara vertikal ke atas. Air limbah pertama-tama akan melewati suatu
lapisan yang dinamakan sludge bed. Pada lapisan ini air limbah yang masuk akan
mengalami kontak dengan mikroba anaerob yang berbentuk granula (pellet) yang
menyusun sludge bed tersebut. Biogas yang terbentuk dari metabolisme anaerob akan
bergerak ke atas dan mengakibatkan terjadinya proses vertical mixing di dalam
reaktor. Dengan demikian, tidak diperlukan alat mekanik untuk pengadukan di dalam
reaktor.
Pada bagian atas reaktor terdapat dua jenis saluran, yaitu saluran untuk
mengeluarkan limbah hasil olahan (efluen) serta saluran untuk mengeluarkan biogas.
Karena gas dan efluen bergerak ke atas, maka diperlukan suatu struktur untuk
menahan granula agar tidak ikut terbawa ke aliran efluen. Struktur inilah yang
dinamakan Gas-Liquid-Solid separator (GLSS). Menurut Anh (2004), GLSS
merupakan bagian penting dari UASB karena memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Mengumpulkan, memisahkan, dan mengeluarkan biogas yang terbentuk
2. Mengurangi turbulensi di dalam kompartemen pengendapan yang terjadi
akibat pembentukan gas
3. Memungkinkan terjadinya pemisahan lumpur secara sedimentasi, flokulasi,
atau terperangkap di dalam sludge blanket
4. Membatasi ekspansi sludge bed
5. Mencegah terjadinya wash-out lumpur (terbawanya lumpur ke aliran efluen

Anda mungkin juga menyukai