Anda di halaman 1dari 22

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi

1. Definisi Karies Gigi

Penyakit karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai

dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fissure dan

daerah interproksimal) meluas ke daerah pulpa. Penyakit karies terjadi

karena adanya proses demineralisasi email dan dentin oleh bakteri organik

yang bersifat asam, yaitu Lactobacillus acidophilus dan Streptococcus

muntans (Moynihan, 2005).

2. Proses Terjadinya Karies Gigi

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di

permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses

menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan

menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan

demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010). Secara

perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui

lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi

baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-

kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan

mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis

6
7

dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan

keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik,

kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan

enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di

dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi

cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan

menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat

lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana

dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati,

2010).

3. Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi

Menurut Yuwono (2003), faktor yang memungkinkan terjadinya

karies yaitu :

a. Umur

Terdapat tiga fase umur yang dilihat dari sudut gigi geligi yaitu :

1. Periode gigi campuran, di sini molar 1 paling sering terkena karies.

2. Periode pubertas (remaja) umur antara 14 tahun sampai 20 tahun pada

masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan

pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang

terjaga. Hal ini yang menyebabkan persentase karies lebih tinggi.

3. Umur antara 40-50 tahun, pada umur ini sudah terjadi retraksi atau

menurunya gusi dan papil sehingga sisa-sisa makanan lebih sukar

7
8

dibersihkan

b. Kerentanan permukaan gigi

1. Morfologi gigi

Daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat mungkin terjadi

karies.

2. Lingkungan gigi

Lingkungan gigi meliputi jumlah dan isi saliva (ludah), derajat

kekentalan dan kemampuan buffer yang berpengaruh terjadinya

karies, ludah melindungi jaringan dalam rongga mulut dengan cara

pelumuran elemen gigi yang mengurangi keausan okulasi yang

disebabkan karena pengunyahan, pengaruh buffer sehingga naik turun

pH dapat ditekan dan diklasifikasikan elemen gigi dihambat, agrogasi

bakteri yang merintangi kolonisasi mikroorganisme, aktivitas anti

bakterial, pembersihan mekanis yang dapat mengurangi akumulasi

plak.

c. Air ludah

Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama

dalam mempengaruhi kekerasan email. Air ludah ini dikeluarkan oleh

kelenjar parotis, kelenjar sublingualis, dan kelenjar submandibularis.

Selama 24 jam, air ludah dikeluarkan oleh glandula sebanyak 1000-1500

ml, kelenjar submandibularis mengeluarkan 40% dan kelenjar parotis

sebanyak 26%. Pada malam hari pengeluaran air ludah lebih sedikit,

secara mekanis air ludah ini berfungsi membasahi rongga mulut dan

8
9

makanan yang dikunyah. Sifat enzimatis air ludah ini ikut di dalam

pengunyahan untuk memecahkan unsur-unsur makanan.

Hubungan air ludah dengan karies gigi telah diketahui bahwa pasien

dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki

persentase karies gigi yang semakin meninggi misalnya oleh karena

terapi radiasi kanker ganas, xerostomia, klien dalam waktu singkat akan

mempunyai persentase karies yang tinggi (Yuwono, 2003).

d. Bakteri

Menurut Yuwono (2003), tiga jenis bakteri yang sering

menyebabkan karies yaitu :

1. Streptococcus

Bakteri kokus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan

jumlahnya terbanyak di dalam mulut, salah satu spesiesnya yaitu

Streptococus mutans, lebih dari dibandingkan yang lain dapat

menurunkan pH medium hingga 4,3%. Streptococcus mutans terutama

terdapat populasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa.

2. Actynomyces

Semua spesies aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama

membentuk asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format.

Actynomyces visocus dan Actynomyces naesundil mampu membentuk

karies akar, fisur dan merusak periodontium.

3. Lactobacillus

Populasinya mempengaruhi kebiasaan makan, tempat yang paling

9
10

disukai adalah lesi dentin yang dalam. Lactobacillus hanya dianggap

faktor pembantu proses karies.

e. Plak

Plak ini trerbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah

seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa

makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang lama

kelamaan menjadi kelat, tempat bertmbuhnya bakteri (Yuwono, 2003).

f.Frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (makanan

kariogenik)

Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi

juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada

waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada saat waktu

makan utama (Yuwono, 2003).

4. Akibat Karies yang Tidak Dirawat

Terjadinya demineralisasi lapisan email, menyebabkan email

menjadi rapuh. Jika karies gigi dibiarkan tidak dirawat, proses karies akan

terus berlanjut sampai ke lapisan dentin dan pulpa gigi, apabila sudah

mencapai pulpa gigi biasanya penderita mengeluh giginya terasa sakit. Jika

tidak dilakukan perawatan, akan menyebabkan kematian pulpa, serta

proses radang berlanjut sampai ke tulang alveolar. Beberapa masalah akan

timbul pada karies yang tidak terawat apabila dibiarkan seperti pulpitis,

ulserasi, fistula dan abses (Kawuryan, 2008).

10
11

1. Pulpitis

Pulpitis adalah proses radang pada jaringan pulpa gigi, yang pada

umumnya merupakan kelanjutan dari proses karies. Jaringan pulpa

terletak di dalam jaringan keras gigi sehingga bila mengalami proses

radang, secara klinis sulit untuk menentukan seberapa jauh proses

radang tersebut terjadi. Atap pulpa mempunyai persarafan terbanyak

dibandingkan bagian lain pada pulpa. Jadi, saat melewati pembuluh

saraf yang banyak ini, bakteri akan menimbulkan peradangan awal

pulpitis. Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis,

pulpitis dibagi menjadi (Kawuryan, 2008):

a. Pulpitis reversible, yaitu inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika

penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa

kembali normal. Gejala Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh

rasa sakit yang tajam dan hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan

oleh makanan dan minuman dingin dari pada panas. Tidak timbul

spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya di hilangkan.

b. Pulpitis irrevesible, yaitu lanjutan dari pulpitis reversible. Pulpitis

irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak bisa pulih

walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan

menjadi nekrosis. Biasanya, gejala asimtomatik atau pasien hanya

mengeluhkan gejala yang ringan. Nyeri pulpitis irreversible ini dapat

tajam, tumpul, setempat, atau difus (menyebar) dan dapat

berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam.

11
12

2. Ulkus Traumatik

Ulkus traumatik atau ulserasi adalah ulserasi akibat trauma, dapat

disebabkan kontak dengan sisa mahkota gigi atau akar yang tajam

akibat proses karies gigi. Ulserasi akibat trauma sering terjadi pada

daerah mukosa pipi dan bagian perifer lidah. Secara klinis ulserasi

biasanya menunjukkan permukaan sedikit cekung dan oval bentuknya.

Pada awalnya daerah eritematous dijumpai di bagian perifer, yang

perlahan-lahan warnanya menjadi lebih muda karena proses

keratinisasi. Bagian tengah ulkus biasanya berwarna kuning-kelabu.

Setelah pengaruh traumatik hilang, ulkus akan sembuh dalam waktu 2

minggu (Kawuryan, 2008).

3. Fistula

Fistula terjadi karena peradangan karies kronis dan pernanahan

pada daerah sekitar akar gigi (periapical abcess). Peradangan ini akan

menyebabkan kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi.

Peradangan yang terlalu lama menyebabkan pertahanan tubuh akan

berusaha melawan, dan mengeluarkan jaringan yang telah rusak dengan

cara mengeluarkan nanah keluar tubuh melalui permukaan yang

terdekat, daerah yang terdekat adalah menembus tulang tipis dan gusi

yang menghadap ke pipi, melalui saluran yang disebut fistula. Jika

saluran ini tersumbat, maka akan terjadi pengumpulan nanah

(Kawuryan, 2008).

12
13

4. Abses

Saluran pulpa yang sempit menyebabkan drainase yang tidak

sempurna pada pulpa yang terinfeksi, sehingga menjadi tempat

berkumpulnya bakteri dan menyebar ke arah jaringan periapikal secara

progresif. Pada saat infeksi mencapai akar gigi, patofisiologi proses

infeksi ini dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi bakteri, ketahanan

host, dan anatomi jaringan yang terlibat (Kawuryan, 2008).

Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang

disebabkan infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam

proses pembentukan abses yaitu

Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus

aureus dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase

yang fungsinya untuk mendeposisi fibrin, sedangkan Streptococcus

mutans memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam penyebaran

infeksi gigi, yaitu streptokinase, streptodornase, dan hyaluronidase

(Kawuryan, 2008).

5. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan

radang pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara

tiba-tiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat bersifat parsial atau total

(Kawuryan, 2008).

13
14

B. Pengetahuan, Sikap, Perilaku

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan

tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai (Salam,

2003). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (knowledge) adalah hasil

tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan What.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan,

penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Bloom dan Skinner, pengetahuan adalah kemampuan

seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam

bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut

merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik

lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003).

2. Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Menurut Newcomb, sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan

motif tertentu. Sehingga berdasarkan pengertian diatas sikap bersifat

tertutup dan merupakan predisposisi prilaku seseorang terhadap suatu

stimulus. Terdapat beberapa sikap yakni :

14
15

1. Menerima

Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus

yang di berikan.

2. Menanggapi

Menanggapi di artikan apabila seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap suatu objek sebagai mengerjakan atau mendiskusikan suatu

pekerjaan.

3. Menghargai

Menghargai di artikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap

suatu objek seperti mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab

Seseorang pada tingkatan ini harus berani mengambil resiko apabila ada

orang lain yang mencomooh ataupun resiko lainnya (Notoatmodjo,

2003).

3. Perilaku

1. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup terjadi apabila

respon dari suatu stimulus belum dapat diamati oleh orang lain secara

jelas. Respon seseorang terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap.

2. Perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku terbuaka terjadki apabila

respon terhadap suatu stimulus dapat diamati oleh orang lain. Respon

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam suatu tindakan atau praktik

yang jelas dalam suatu tindakan atau praktik yang dapat dengan mudah

15
16

diamati oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

4. Kategori Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur

dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo,

2007). Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di

atas (Arikunto, 2006).

Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap item pertanyaan yang

akan diberikan peneliti kepada responden.

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100%

dari seluruh petanyaan

b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pertanyaan

c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari

seluruh pertanyaan

16
17

5. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi

dua, yakni:

a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan

sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :

1. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak

berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai

didapatkan hasil mencapai kebenaran.

2. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada

masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang

dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula

menggunakan cara tersebut.

17
18

4. Melalui Jalan Pikiran

Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam

memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikiran.

b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah (Notoatmodjo, 2007).

6. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

18
19

pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,

akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua

aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya

akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan

sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

b. Media Massa atau Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dan penyuluhan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-

pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

19
20

c. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

e. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari pengalaman

pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal

20
21

mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa.

Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan

hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana,

semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah

pengetahuan Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan

hidup :

1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah

tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat

diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya

usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya

kosakata dan pengetahuan umum.

C. Perawatan Gigi

Perawatan gigi memiliki tujuan untuk menjaga struktur dan mencegah

kerusakan lebih lanjut. Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang

merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak

ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, kehilangan gigi, infeksi,

berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal

sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah

dikenal sejak zaman perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan.

Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola

21
22

makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia

(Chow, 2009).

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun

remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan

dapat dipertahankan. Flourida topikal dapat digunakan untuk merangsang

remineralisasi untuk lesi yang kecil. Kemudian dapat diberikan perawatan

khusus untuk lesi yang besar. Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk

perawatan karies. Perawatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah

dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi

lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri (Rosenstiel, 2006).

Preparasi dapat dilakukan untuk membuang struktur yang sudah

berlubang. Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik

penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.

Material untuk perawatan dapat dari bahan seperti amalgam, resin untuk gigi,

porselen, dan emas. Resin dan porselen dapat digunakan untuk menyamakan

warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak

dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas,

porselen atau porselen yang dicampur logam (Summit, 2001).

Pada kasus tertentu, diperlukan terapi perawatan saluran akar. Terapi

perawatan endodontic direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi

atau trauma. Saat terapi, pulpa termasuk saraf dan pembuluh darahnya

dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta

22
23

percha. Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies,

bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan (Summit, 2001).

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang harus melakukan perawatan

gigi, antara lain:

1. Usia

Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa usia merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi perawatan kesehatan gigi dan mulut. Usia

erat hubungannya dengan tinkat kedewasaan teknik maupun psikologis.

Semakin bertambahnya usia seseorang maka berbanding lurus dengan

pengethuan yang ia miliki.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin memliki factor yang mempengaruhi terhadap kejadian

masalah kesehatan gigi. Terdapat perbedaan anak laki-laki dan anak

perempuan memiliki prevalesi angka morbilitas masalah kesehatan gigi.

Anak perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi dibandingkan anak laki-

laki. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan gigi pada anak pada

perempuan lebih awal dibandingkan dengan anak laki-laki.

3. Pengalaman

Pengalaman yang dialami menjadikan seorang dapat mengambil pelajaran

dari kejadian-kejadian yang telah ada sehingga dapat mengantisipasi hal

negative terulang kembali dihari kemudian.

23
24

4. Fasilitas

Fasilitas sebagai sarana informasi yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Seseorang dapat mengakses lewat media elektronik untuk

mencari tau informasi-informasi mengenai kesehatan gigi guna untuk

menambahn pengetahuan.

5. Penghasilan

Tingkat pengahasilan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk

memperoleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dengan baik. Penghasilan

memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga

biaya yang mahal menjadi faktor utama orang mengabaikan kunjungan

rutin kedokteran gigi (Notoatmodjo, 2003).

1. Tindakan Perawatan Gigi

1. Penambalan

Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat

disembuhkan dengan sendirinya maupun pemberian obat-obatan. Gigi

tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan

semula dengan melakukan preparasi, yang pada akhirnya gigi tersebut

akan ditambal. Dalam proses penambalan, hal yang pertama dilakukan

adalah pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan

gigi yang rusak, dan jaringan gigi yang sehat di sekelilingnya, karena

biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian

24
25

gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi ulang (Rosenstiel, 2006).

Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam

gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang

digunakan adalah perak amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca,

emas tuang, dan porselen. Perak amalgam merupakan tambalan yang

paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan

warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan

bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat

dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar. Campuran porselen

digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati warna gigi,

sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal dari pada

perak amalgam dan tidak tahan lama terutama pada gigi belakang yang

digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer merupakan tambalan

dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk

melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih pada orang-orang

yang cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer

juga digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena

penggosokan gigi yang berlebihan (Rosenstiel, 2006).

2. Pencabutan

Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak, sehingga untuk

penambalan sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain

mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan

25
26

maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal

yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan

pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan

sakit pada saat pencabutan dilakukan (Wiguna, 2011).

Gigi perlu dicabut karena berbagai alasan, beberapa di antaranya

adalah sebagai berikut :

a. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth atau crowding teeth

Keadaan tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi

permanen. Oleh karena itu, pencabutan gigi harus segera dilakukan.

Juga merupakan predisposisi terjadinya penyakit periodontal yang

prematur pada gigi geligi permanen karena adanya akumulasi dental

plak dan kalkulus, serta akan menyebabkan trauma pada jaringan

lunak.

b. Penyakit periodontal yang parah

Penyakit periodontal yaitu apabila terdapat abses periapikal,

poket periodontal yang meluas ke apeks gigi, atau yang

menyebabkan gigi goyang.

c. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal

Perlu dilakukan pencabutan apabila sudah tidak dapat dilakukan

perawatan endodontik atau bila pasien menolak perawatan

endodontik.

d. Gigi tidak dapat dipertahankan lagi apabila gigi sudah tidak dapat

direstorasi

26
27

Gigi yang terletak pada garis fraktur. Gigi ini harus dicabut

sebelum dilakukan fiksasi rahang yang mengalami fraktur karena

gigi tersebut dapat menghalangi penyembuhan fraktur.

e. Gigi impaksi

Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-

gangguan misalnya pada hidung, kepala, Temporo Mandibular Joint,

atau rasa sakit pada wajah.

f. Tujuan ortodontik

Perawatan ortodontik beberapa gigi premolar atau molar

permanen harus dicabut (pencabutan terapeutik). Serial extraction

juga merupakan salah satu wujud tindakan yang bijaksana ketika

beberapa gigi berlebih.

3. Pencegahan Tersier

Pelayanan yang ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit

yang dilakukan untuk mencegah kehilangan fungsi, meliputi :

a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan

perawatan yang parah, misalnya pulp capping, perawatan saluran

akar, pencabutan gigi dan sebagainya.

b. Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau

pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya

pembuatan gigi tiruan (protesa) (Natamiharja, 2002).

27

Anda mungkin juga menyukai