Makalah Tentang
Makalah Tentang
ALLAH.
KATA PENGANTAR
Hal yang paling mendasar yang mendorong kami menyusun makalah ini adalah tugas
dari mata kuliah agama, untuk mencapai nilai yang memenuhi syarat perkuliahan.
Pada kesempatan ini kami semua mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga
atas bimbingan dosen dan semua pihak sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan
baik
Andai ada kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
B. Pembagian Tauhid
C. Hakekat dan Inti Tauhid
D. Kesempurnaan Tauhid
E. Kedudukan Ilmu Tauhid di Antara Semua Ilmu
F. Tingkatan Tauhid
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia,
karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan. Hanya amal yang dilandasi
dengan tauhidullah, menurut tuntunan Islam, yang akan menghantarkan manusia kepada
kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam akhirat nanti.
Allah Taala berfirman dalam Al-Quran surat An Nahl ayat 97 yang Artinya :Barang
siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.
Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini
adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti bukti rasional tentang kebenaran wujud
(keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma
dan SifatNya.
Iblis mempercayai bahwa Tuhannya adalah Allah, bahkan mengakui keesaan dan
kemahakuasaan Allah dengan meminta kepada Allah melalui Asma dan SifatNya. Kaum
jahiliyah kuno yang dihadapi Rasulullah, juga meyakini bahwa Tuhan Pencipta, Pengatur,
Pemelihara dan Penguasa alam semesta ini adalah Allah. Namun, kepercayaan dan keyakinan
mereka itu belumlah menjadikan mereka sebagai makhluk yang berpredikat muslim, yang
beriman kepada Allah.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Tauhid dalam Islam yaitu
sebagai berikut :
1. Apa pengertian Tauhid?
2. Bagaimana pembagian Tauhid, Hakekat dan Inti Tauhid serta Keutamaan Tauhid?
3. Bagaimana Keagungan Kalimat Tauhid, Tingkatan Ilmu Tauhid dan Kesempurnaan Tauhid?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
Adapun yang dimaksud dengan makna harfiyah tersebut adalah meng-Esakan atau
mengakui dan menyakini akan ke-Esaan Allah SWT. Lawan dari tauhid adalah syirik, yaitu
menyekutukan atau membuat tandingan kepada Allah SWT. Dengan demikian tauhid adalah
mengakui dan menyakini ke-Esaan Allah SWT, dengan membersihkan keyakinan dan
pengakuan tersebut dari segala kemusyrikan. Maka bertauhid kepada Allah (tauhidullah)
adalah hanya mengakui hukum Allah SWT yang memiliki kebenaran mutlak, dan hanya
peraturan Allah SWT yang mengikat manusia secara mutlak.
Dengan demikian, tauhid adalah esensi aqidah dan iman dalam Islam. Tauhid
merupakan landasan utama dan pertama keyakinan Islam dan implementasi ajaran-ajarannya.
Tanpa tauhid tidak ada iman, tidak ada aqidah dan tidak ada Islam dalam arti yang
sebenarnya.
Dari kalimat tauhid tersebut mengandung dua prinsip yang harus dipegang seorang
Muslim, prinsip tersebut adalah Al-Nafyu artinya peniadaan, merupakan penegasan tentang
tidak adanya sesembahan yang haq selain Allah SWT. Selanjutnya prinsip Al-Isbat yang
artinya penetapan, yaitu menegaskan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya sesembahan yang
haq.
B. Pembagian Tauhid
Macam-macam tauhid ada empat yaitu :
1. Tauhid Uluhiyah (Rububiyah) yaitu meyakini bahwa allah yang menciptakan mahluk
2. Tauhid Ubudiyah yaitu allah itu satu-satunya zat yang harus di ibadahi
3. Tauhid Istianah yaitu allah satu-satunya zat yang patut dimintai pertolongan
4. Tauhid Asma Washufat yaitu allah maha segala-galanya, sifat dalam asmaul husna.
Tauhid dalam berbagai segi kehidupan yaitu pada :
a. Bidang pendidikan
b. Bidang IPTEK
c. Bidang sosial budaya
d. Bidang ekonomi
e. Bidang politik
Bertemu dengan allah itu dapat melalui ciptaannya, lafadz dzikir, asmanya, perilaku
dan peristiwa yang dialami, dan pelaksanaan ibadah. Buah dari tauhid itu adalah kebenaranm
keamanan, keselamatan, dan ketenangan.
1. Tauhid Rububiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai,
memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu.
Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll. Kecuali orang
atheis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb. Diantara penyimpangan yang lain yaitu kaum
Zoroaster yang meyakini adanya Pencipta Kebaikan dan Pencipta Kejelekan, hal ini juga
bertentanga dengan aqidah yang lurus.
2. Tauhid Uluhiyah
Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan
ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut,
khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum
musyrikin. Jadi seseorang belum cukup untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya
(Tauhid Rububiyah) tanpa menyertainya dengan mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-
Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena orang musyrikin dulu juga meyakini bahwa Allah yang
mencipta dan mengatur, tetapi hal tersebut belum cukup memasukkan mereka ke dalam
Islam.
Apabila ketiga tauhid di atas ada yang tidak lengkap, maka seorang hamba bisa
berkurang imannya atau bahkan telah keluar dari Islam.
Tauhid Rububiyah mengharuskan kepada Tauhid Uluhiyah. Siapa yang mengakui bahwa
Allah SWT Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta, Yang Memiliki, dan yang memberi rizki
niscaya mengharuskan dia mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah
SWT. Maka dia tidak boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak meminta
tolong kecuali kepadaNya, tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. Dia tidak memalingkan
sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah SWT semata, bukan kepada yang
lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi tauhid rububiyah agar setiap orang hanya
menyembah Allah SWT saja, tidak menyekutukan sesuatu dengannya. Dia harus meyakini
bahwa Allah SWT adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan pemiliknya.
Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-sama, akan tetapi
keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna Rabb adalah yang memiliki dan yang
mengatur dan sedangkan makna ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang berhak
untuk disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.
Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya Nabi Nuh alaihissalam tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata
kepada anaknya, Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan
kepadamu dua perkara dan melarangmu dari dua perkara.
Saya perintahkan kepadamu dengan kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang
berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis
bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang
berhak disembah) selain Allah) diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat
laa ilaaha illallah lebih berat. Dan jikalau tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan
sebuah lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan
subhanallahi wabihamdih (maha suci Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia
merupakan inti dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu
dari perbuatan syirik dan takabur HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad.
D. Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah SWT semata, tiada
sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut.
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa
sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang
ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.
Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu
tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya.
Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain
sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-
hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang
disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak
mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya.
Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam
perbuatan syirik. Waliyydzubillah. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim
mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al Utsaimin berkata: Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia
dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan
memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Taala,
tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya (Syarh Ushulil
Iman, 4).
Merupakan suatu perkara yang tidak bisa disangkal, bahwa alam semesta ini pasti ada
yang menciptakan. Yang mengingkari hal tersebut hanyalah segelintir orang. Itu pun karena
mereka tidak menggunakan akal sesuai dengan fungsinya. Sebab akal yang sehat akan
mengetahui bahwa setiap yang tampak di alam ini pasti ada yang mewujudkan. Alam yang
demikian teratur dengan sangat rapi tentu memiliki pencipta, penguasa, dan pengatur. Tidak
ada yang mengingkari perkara ini kecuali orang yang tidak berakal atau sombong dan tidak
mau menggunakan pikiran sehat. Mereka tidaklah bisa dijadikan tempat berpijak dalam
menilai.
Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemulian tema yang dibahasnya. Ilmu
kedokteran lebih mulia dari teknik perkayuan karena teknik perkayuan membahas seluk
beluk kayu sedangkan kedokteran membahas tubuh manusia. Begitu pula dengan ilmu tauhid,
ini ilmu paling mulia karena objek pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia. Adakah
yang lebih agung selain Pencipta alam semesta ini? Adakah manusia yang lebih suci daripada
para rasul? Adakah yang lebih penting bagi manusia selain mengenal Rabb dan
Penciptanya, mengenal tujuan keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan
bagaimana nasibnya setelah ia mati? Apalagi ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu
keislaman, sekaligus yang terpenting dan paling utama.
Karena itu, hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ain bagi setiap muslim dan
muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia
berada di atas agama yang benar. Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu
kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa.
F. Tingkatan Tauhid
Tauhid Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa Zat dan Sifat-sifat Allah
identik, dan bahwa berbagai Sifat-Nya tidak terpisah satu sama lain. Tauhid Zat artinya
adalah menafikan adanya apa pun yang seperti Allah, dan Tauhid Sifat-sifat-Nya artinya
adalah menafikan adanya pluralitas di dalam Zat-Nya. Allah memiliki segala sifat yang
menunjukkan kesempurnaan, keperkasaan dan ke-indahan, namun dalam Sifat-sifat-Nya tak
ada segi yang benar-benar terpisah dari-Nya. Keterpisahan zat dari sifat-sifat dan
keterpisahan sifat-sifat dari satu sama lain merupakan ciri khas keterbatasan eksistensi, dan
tak mungkin terjadi pada eksistensi yang tak terbatas. Pluralitas, perpaduan dan keterpisahan
zat dan sifat-sifat tak mungkin terjadi pada Wujud Mutlak.
Seperti Tauhid zat Allah, tauhid sifat-sifat Allah merupakan doktrin Islam dan salah
satu gagasan manusiawi yang paling bernilai, yang semata-mata mengkristal dalam mazhab
syiah.
Arti Tauhid dalam perbuatan-Nya adalah mengakui bahwa alam semesta dengan
segenap sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan
terwujud karena kehendak-Nya. Di alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri. Segala
sesuatu bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur'an, Dia adalah pemelihara alam semesta.
Dalam hal sebab-akibat, segala yang ada di alam semesta ini bergantung. Maka dari itu, Allah
tidak memiliki sekutu dalam Zat-Nya, Dia juga tak memiliki sekutu dalam perbuatan-Nya.
Setiap perantara dan sebab ada dan bekerja berkat Allah dan bergantung pada-Nya. Milik-
Nya sajalah segala kekuatan maupun kemampuan untuk berbuat.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan karena itu merupakan
ciptaan Allah. Seperti makhluk lainnya, manusia dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan
tidak seperti makhluk lainnya, manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun Allah sama
sekali tidak mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada manusia. Karena itu manusia tidak
dapat bertindak dan berpikir semaunya sendiri, "Dengan kuasa Allah aku berdiri dan duduk. "
Percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya, dapat berbuat semaunya
sendiri, berarti percaya bahwa makhluk tersebut dan Allah sama-sama mandiri dalam
berbuat.
Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat, maka kepercayaan tersebut
bertentangan dengan keesaan Zat Allah (Tauhid dalam Zat), lantas apa yang harus dikatakan
mengenai keesaan perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan).
Tiga tingkatan Tauhid yang dipaparkan di atas sifatnya teoretis dan merupakan
masalah iman. Ketiganya harus diketahui dan diterima. Namun Tauhid dalam ibadah
merupakan masalah praktis, merupakan bentuk "menjadi". Tingkatan-tingkatan tauhid di atas
melibatkan pemikiran yang benar. Tingkat keempat ini merupakan tahap menjadi benar.
Tahap teoretis tauhid, artinya adalah memiliki pandangan yang sempurna. Tahap praktisnya
artinya adalah berupaya mencapai kesempurnaan.
Tauhid teoretis artinya adalah memahami keesaan Allah, sedangkan tauhid praktis
artinya adalah menjadi satu. Tauhid teoretis adalah tahap melihat, sedangkan tauhid praktis
adalah tahap berbuat. Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang tauhid praktis, perlu
disebutkan satu masalah lagi mengenai tauhid teoretis. Masalahnya adalah apakah mungkin
mengetahui Allah sekaligus dengan keesaan Zat-Nya, keesaan Sifat-sifat-Nya dan keesaan
perbuatan-Nya, dan jika mungkin, apakah pengetahuan seperti itu membantu manusia untuk
hidup sejahtera dan bahagia; atau dan berbagai tingkat dan tahap tauhid, hanya tauhid praktis
saja yang bermanfaat.
Kelemahan akidah akan berakibat pada amal dan produktivitas mereka. Dengan
semakin luasnya kerusakan itu, maka orang-orang yang memusuhi Islam akan mudah
mengalahkan mereka. Menjajah negeri mereka dan menghinakan mereka di negeri mereka
sendiri.Sejarah membuktikan bahwa umat Islam generasi awal sangat memperhatikan tauhid
sehingga mereka mulia dan memimpin dunia. Sejarah juga mengajarkan kepada kita, ketika
umat Islam mengabaikannnya akidah, mereka menjadi lemah. Kelemahan perilaku dan amal
umat Islam telah memberi kesempatan orang-orang kafir untuk menjajah negeri dan tanah air
umat Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang berarti ikatan, at-
Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu ()
tautsiiqu ( ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-
ihkaamu ( ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (
) yang berarti mengikat dengan kuat.
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Tiga macam pembagian tauhid menurut Ulama:
Tauhid Rububiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti mencipta, menguasai,
memberikan rizki, mengurusi makhluk, dll yang semuanya hanya Allah semata yang mampu.
Dan semua orang meyakini adanya Rabb yang menciptakan, menguasai, dll.
Tauhid Uluhiya
Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu mengikhlaskan
ibadah kepada Allah, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut,
khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah yang membedakan umat Islam dengan kaum
musyrikin. theis yang berkeyakinan tidak adanya Rabb.
Tauhid Asma Wa Sifat
Mengimani dan menetapkan apa yang sudah ditetapkan Allah di dalam Al Quran dan
oleh Nabi-Nya di dalam hadits mengenai nama dan sifat Allah tanpa merubah makna,
mengingkari, mendeskripsikan bentuk/cara, dan memisalkan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Maktabah Abu Syeikha Bin Imam Al Magety, Rahasia di balik kalimat Tauhid dalam ayat-
ayat Al Quran,
(http://www.4shared.com/file/41066124/ed75e1eb/RAHASIA_KALIMAT_TAUHID.html?s
=1, 2008)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhidullah merupakan akumulasi kesadaran akan fakta bahwa alam berasal dari dan akan kembali
kepada Allah. Tauhidullah mempunyai misi untuk membebaskan manusia dari segala belenggu,
dominasi atau kendali yang cenderung merusak kemanusiaan dan kemanusiatulan manusia, karena
manusia harus bergerak menuju kesempurnaan sesuai dengan kodrat-Nya, untuk itu kita perlu
memahami Tauhidullah.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dan lebih mendalami Tauhidullah.
BAB II
TAUHIDULLAH
A. Pengertian Tauhidullah
Tauhid merupakan akumulasi dari kesadaran akan fakta bahwa alam semesta berada
berkat suatu kekuatan dan rencana maha tinggi, dan bahwa sistem alam semesta ini berjalan atas
suatu kehendak yang arif dan maha bijak Konsep Tauhid ini ingin mengatakan bahwa alam semesta
berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Islam meletakan konse Tauhidullah sebagai prinsip
yang komprehensif dan integral, memandang segala kenyataan alam dan perjalanan kehidupan
sebagai suatu kesatuan system yang integral, memandang segala kenyataan alam dan perjalanan
kehidupan sebagai suatu kesatuan system yang integral Tauhidullah juga harus diartikan
menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-satunya sentral dalam pencitaan,
pertimbangan dan tindakan. Menemapatkan Allah sebagai satu-satunya sentral tidak berarti bahwa
manusia harus mereduksi kemanusiaan islam adalah sebuah humanisme yakni agama yang
mementingkan manusia sebagai suatu kepentingan utama. Humanisme islam adalah humanisme
teosentris yakni yang merujukan prinsip dan nilai-nilainya pada Tuhan.
B. Misi Tauhidullah
Misi utama Tauhidullah adalah membebaskan manusia dari segala belenggu, dominasi
atau kendali yang cenderung merusak kemanusiaan dan kemanusiawian manusia. Belenggu,
dominasi dan kendali tersebut bisa berupa kepercayaan, khurafat, nafsu, thagut, syetan, aliran atau
ideologi ideologi yang secara prensipal bertentangan dengan tuntunan ilahiyah. Tauhidullah
mengakumulasikan konsep manusia utuh dan hanya ditemukan dalam kebersamaannya dengan
yang maha mutlak. Karena itu manusia bertauhid atau manusia utuh tidak akan kesepian.
C. Macam-Macam Tauhidullah
Macam-macam Tauhidullah disini digali dari surat Al-Fatihah. Tidakk diragukan lagi bahwa Al-Quran
merupakan wacana global menyangkut segala hal mengandung multi dimensi makna.
1. Tauhidul Rubudiyah
Secara teoritis berarti bahwa Allah adalah satu-satunya yang mencipta, memiliki, mengatur dan
mengurus semesta alam. Secara praktis tauhid ini berarti manusia harus melucuti sifat-sifat tercela
terutama sombong dan angkuh karena pada dasarnya manusia tidak punya apa-apa.
Secara teoritis berarti meyakinkan bahwa Allah memiliki nama dan sifat-sifat yang sempurna. Secra
praktis, manusia harus mengarahkan perkembangan kesempurnaan pribadinya hanya kepada sifat-
sifat Allah.
3. Tauhidul Ibadah
4. Tauhidul Istianah
Berarti menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-satunya tempat berharap dan
bergantung.
Tidak akan terjadi pertentangan antara pengetahuan akliyah dan pengetahuan naqliyah,
apabila ilmu akliyah telah dikaji secara objektif dan ilmu naqliyah dipahami secara benar. Karena
keduanya harus bertemu dan mengatakan satu kebenaran
Tauhidullah ini menempatkan Allah sebagai sang maha pemiliki mutlak dan manusia
sebagai pemilik hak guna pakai yang beraifat sementara.
Tauhidullah memandang kekuasaan yang ada pada tangan manusia bersifat nisbi, bukan
miliknya secara penuh, yaitu memandang kekuasaan yang dicapai manusia adalah suatu amanat.
E. Marifatullah
Allah adalah awal dan akhir segala sesuatu. Dialah yang paling nampak dari segala sesuatu dan
Dialah yang berada dibelakang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan marifatullah yakni
pertemuann fikiran dan kesadaran manusia dengan kebesaran, keagungan, harapan dan ridla-Nya.
Allah memperkenalkan diri kepada manusia dengan segala cara dan segala jalur
komunikasi yang dapat diterima oleh manusia, yaitu tentang ayat-ayat Allah baik ayat kauniyah dan
ayat kauliyah yang dapat menyentuh seluruh sisi hidup dan kesadaran manusia
Untuk bertemu dengan Allah melalui ayat-ayat Allah, manusia diberi kekuatan bashar dan
kekuatan bashirah. Kekuatan bashar dan bashirah harus menumbuhkan kesadaran tinggi,
mengantarkan pertemuan indah antara manusia dengan khaliknya, itulah pertemuan fikiran dan
kesadaran manusia dengan ridla-Nya.
Dalam kitab Al- Adzkar tulisan imam Nawawio adalah salah satu kitab yang
mengumpulkan berbagai dzikir dan doa. Rasulullah pada seluruh aktivitas manusia. Doa atau lapadz
dzikir bukan untuk sekedar diucapkan tanpa makna, tapi dengan lafadz-lafadz itu manusia tetapi
menghayati kehadiran dan keterlibatan Allah dalam seluruh keadaannya dengan demikian seluruh
langkah, usaha, harapan dan tujuannya akan tersandar dan terarah kepada Nya dan disinilah
sesungguhnya tertumpu kekuatann, keberanian, ketenangan dan kepuasan apa yang telah
diperolehnya. Pada dasarnya doa dan dzikir bermakna memohon pertolongan dan perlindungan
dari Allah serta harapan kebaikan secara umum. Lafadz dzikir itu banyak sekali baik yang ditentukan
atau tanpa penentuan waktu/ kondisi misalnya bismillah, al-hamdulillah, subhanallah inalilhi dan
lain-lain
Melalui asma-asma Allah serta meyakini bahwa makna tersebut adalah milik Allah, kita
memohon kepada Allah melalui Al-asma al-Husna. Muhammad Ali menejelaskan bahwa yang
dimaksud dengan al-asma al-husna yakni nama-nama yang menampakan sifat-sifat paling baik dari
Dzat Allah. Selain dengan al-asma al-husna ada juga yang disebut faduhu biha berarti bahwa
manusia harus menyimpan sifat-sifat Illahi dalam fikirannya dan berusaha memiliki sifat-sifat
tersebut, sebab dengan itu dapat mencapai kesempurnaan itulah pertemuan indah antara manusia
dengan Allah yakni melalui sifat-sifatnya.
Perilaku dan peristiwa dalam hidup ini hanya bolak balik antara hasil dan gagal, antara
senang dan tidak senang. Peristiwa apapun yang dialami manusia akan dapat mempertemukan
fikiran dan kesadaran manusia dengan rencana, kehendak dan pilihan Allah pasti lebih baik dari
rencana siapapun. Allah maha pengasih dan maha penyayang disatu pihak dan maha adil di lain
pihak, karena itu, mustahil Allah berbuat aniaya, mustahil Allah salah mempelakukan siapapun.
Ibadah merupakan wujud aktualisasi diri sebagai hamba. Shalat merupakan kunci untuk
bertemu dengan Allah. Pertemuan dengan Allah melalui ibadah khusus itu bukan shalat saja banyak
ibadah-ibadah lainnya yang secara khusus ditetapkan dan ditata seluruh aturab dan caranya
langsung oleh Allah dan Rasulnya.
F. Implikasi Tauhidullah
Tauhidullah sebagai pondasi kehidupan seorang muslim akan memberi cara pandang
mendasar terhadap segala segi dan aspek kehidupannya, mewarnai corak hidupnya secara khas,
akhirnya akan membawa implikasi terhadap kondisi dan penataan sikap dan kepribadiannya.
Tauhidullah akan menimbulkan sikap keberanian, keamanan, keselamatanm ketenangan dan lain-
lain.
1. Keberanian
Tatkala tentara muslim telah berhadapan dengan tentara Quraisy dalam perang uhud
2. Keamanan
Saat utusan Quraisy yang berpura-pura sebagai kafilah dagang sampai di Madinah untuk menakut-
nakuti tentare muslim supaya tidak berangkat ke Badar
3. Keselamatan
4. Ketenangan
Rasulullah SAW pernah diancam dibunuh oleh seorang musrik Quraisy. Waktu itu beliau sedang
beristirahat dibawah pohon kurma, tiba-tiba datanglah seorang musrik menghunuskan pedang
dihdapan mukanya sambil berkata Hai Muhammad siapakah yang akan menolongmu dari pedangku
ini ? karena keterarahan dan kepercayaan yang penuh hanya kepada Allah, beliau sama sekali tidak
gentar atau takut. Beliau menjawab : Hanya Allahlah yang menjagaku dengan ketenangan dan
keteguhan hatinya yang penuh bertumpu hanya kepada Allah.
BAB III
KESIMPULAN
Tauhidullah merupakan akumulasi kesadaran akan pakta bahwa alam berasal dari dan
kembali kepada Allah, semuanya bergerak menuju kesempurnaan sesuai dengan kodratnya, karena
itu, Tauhidullah harus diartikan menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-satunya
rujukan dan sandaran dalam seluruh gerak dan diam manusia. Syahadat berarti bahwa saeluruh
kenyataan, gerak dan diamnya merupakan kesaksian dan perwujudan Tauhidullah. Karena itu, fikiran
dan kesadaran manusia harus senantiasa bertemu dengan kehadiran dan harapan-Nya. Pertemuan
inilah yang sesungguhnya dapat memberi jaminan keberuntungan, keamanan, kesenangan dan
ketenangan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayh-Nyalah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam
semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulisan makalah ini bertujuan agar kita mampu mengamalkan Tauhidullah atau
menghayatinya kehadiran Allah, menjalankan misinya, mengimplementasikannya dalam berbagai
segi kehidupan dan mengetahui implikasinya.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa bantuan
moril maupun materil.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan maupun penyusunan makalah ini, masih jauh dari
sempurna, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisannya maupun
penyusunannya. Untuk itu penulis sangat kesempurnaan penyusunan dan penulisan makalah kami.
Akhirnya, penulis mengharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya, bagi para pembaca umumnya.