Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan Sound Pressure Level (SPL)
yaitu kemampuan suatu suara (bunyi) untuk melampauai suatu level. Dengan
membandingkan antara gelombang suara yang tidak memakai pembatas dengan
gelombang suara yang memakai pembatas maka akan didapatkan nilai amplitude
yang berbeda-beda. Pada dasarnya semakin banyak pembatas suara yang
diberikan maka akan semakin sedikit amplitudo yang dihasilkan oleh gelombang
suara tersebut. Gelombang itu sendiri merupakan rambatan energy dengan tidak
disertai dengan perpindahan partikelnya atau bentuk dari suatu getaran yang
merambat dalam suatu medium.

1.2. Batasan Masalah


Pada percobaan ini pembatas yang digunakan adalah pembatas yang
terbuat dari gabus, dimana suara yang akan masuk ke sensor suara akan dibatasi
oleh beberapa gabus dengan batasan yang berbeda-beda sehingga nantinya akan
didapatkan amplitudo yang berbeda-beda untuk setiap masing-masing gabus yang
digunakan.

1.3. Tujuan Praktikum


Setelah menyelesaikan praktikum ini praktikan diharapkan dapat :
1. Mengetahui klasifikasi dan karateristik gelombang.
2. Mengetahui hubungan antara parameter gelombang.
3. Dapat menentukan Sound Pressure Level (SPL).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Gelombang adalah rambatan energi dengan tidak disertai
perpindahan partikelnya. Pada gelombang yang merambat adalah
gelombangnya, bukan medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat
panjangnya dengan mengetahui jarak antara lembah dan bukit (gelombang
transversal) atau menghitung jarak antara satu rapatan dengan satu
regangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak
yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik.
2.2 Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi adalah kompresi mekanikal atau gelombang
longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara
ini dapat berupa zat cair, padat, atau gas. Jadi, gelombang bunyi dapat
merambat misalnya didalam air, batubara, atau udara. Kebanyakan suara
merupakan gabungan dari berbagai sinyal, tetapi suara murni secara
teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang
diukur dalam Herzt (Hz) dan amplitude atau penyaringan bunyi dengan
pengukuran dalam desible (dB).
Manusia memiliki batas pendengaran terhadap bunyi. Bunyi yang
berfrekuensi sangat rendah dan berfrekuensi terlalu tinggi tidak dapat
didengar oleh telinga manusia. Berdasarkan frekuensinya, gelombang
bunyi dibedakan menjadi tiga, yaitu gelombang infrasonik, gelombang
audiosonik, dan gelombang ultrasonik.
1. Gelombang Infrasonik
Gelombang infrasonik adalah gelombang yang mempunyai
frekuensi di bawah jangkauan manusia, yaitu lebih kecil dari 20 Hz.
Gelombang infrasonik hanya mampu didengar oleh beberapa binatang
seperti jangkrik, kucing, dan kelelawar.

2
2. Gelombang Audiosonik
Gelombang audiosonik adalah gelombang yang mempunyai
frekuensi antara 20 sampai 20.000 Hz. Gelombang audiosonik
merupakan gelombang yang mampu didengar oleh pendengaran
manusia dan sebagian besar binatang.
3. Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik mempunyai frekuensi di atas jangkauan
pendengaran manusia, yaitu lebih besar dari 20.000 Hz. Kelelawar
pada malam hari memancarkan gelombang ultrasonik dari mulutnya.
Gelombang ini akan dipantulkan kembali bila mengenai benda. Dari
gelombang pantul yang didengar tadi, kelelawar dapat mengetahui
jarak dan ukuran benda yang berada di depannya. Gelombang
ultrasonik dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai bidang, antara
lain:
a. Untuk mengukur kedalaman air laut,
b. Untuk sterilisasi pada makanan,
c. Digunakan dalam bidang kedokteran untuk memeriksa tubuh
manusia (ultrasonografi), dan
d. kacamata tunanetra.
2.3 Sifat-sifat Gelombang Bunyi
2.3.1 Pemantulan Gelombang Bunyi
Keras-lemahnya bunyi pantul tergantung dari cepat rambat bunyi,
jarak antara pendengar dengan dinding pemantul, dan jarak sumber
bunyi dengan dinding pemantul. Bunyi pantul dibedakan menjadi 3,
yaitu bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli, gaung atau kerdam,
dan gema.
a. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli
Yaitu bunyi pantul yang terdengar hampir bersamaan dengan
bunyi aslinya sehingga bunyi asli terdengar lebih keras. Bunyi pantul
ini terjadi jika jarak antara sumber bunyi dan pendengar dekat dengan

3
dinding pantul sehingga bunyi dipantulkan dengan sangat cepat. Untuk
lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi berikut.
Bunyi asli : bu nyi bu nyi
Bunyi pantul : bu nyi bu nyi

Selisih waktu
b. Gaung atau kerdam
Yaitu bunyi pantul yang terdengar sebagian bersamaan dengan
bunyi asli sehingga bunyi asli hanya terdengar sebagian. Gaung terjadi
karena sumber bunyi dan pendengar jaraknya cukup dekat dengan
dinding pantul. Gaung juga dapat terjadi karena bunyi memantul pada
bidang pantul yang tidak rata. Akibatnya, bunyi-bunyi pantul yang
terjadi saling bertumpuk. Bertumpuknya bunyi-bunyi pantul
menyebabkan sebagian bunyi asli mengalami pelemahan dan sebagian
lainnya mengalami penguatan sehingga bunyi asli terdengar tidak jelas.
Perhatikan ilustrasi berikut.
Bunyi asli : bu nyi bu nyi
Bunyi pantul : bu nyi bu nyi

Selisih waktu
Gaung merupakan jenis pemantulan bunyi yang merugikan. Gaung
sering terjadi pada tebing-tebing terjal, gua, aula, dan gedung bioskop.
Oleh karena itu, dalam aula dan gedung bioskop digunakan peredam
suara untuk mengurangi gaung. Bahan-bahan yang sering digunakan
sebagai peredam antara lain karpet, kertas karton, kain wol, gabus, dan
busa.

4
c. Gema
Yaitu bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai
terdengar. Bunyi pantul ini terjadi apabila jarak sumber bunyi dan
pendengar jauh dari dinding pemantul.
Perhatikan ilustrasi berikut.
Bunyi asli : bu nyi
Bunyi pantul : bu nyi

Selisih waktu
Selisih waktu antara terjadinya bunyi asli dan bunyi pantul
pada peristiwa gema dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan 2.1, yaitu s = v . t. Pada peristiwa gema, selisih waktu
antara bunyi asli dan bunyi pantul merupakan waktu yang diperlukan
untuk menempuh jarak bolak-balik dari sumber bunyi menuju
pendengar.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa bunyi dapat merambat
pada zat padat, cair, dan gas (udara). Cepat rambat bunyi pada
berbagai medium besarnya berbeda-beda. Tabel 2.1 berikut
menampilkan cepat rambat bunyi pada beberapa medium.
Tabel 2.1 Cepat rambat bunyi pada beberapa medium
No Medium Cepat Rambat Bunyi (m/s)
1 Udara 0 oC 332
2 Udara 25 oC 267
3 Gas Karbon 500
4 Tembaga 3.560
5 Air 15 oC 1450
6 Air laut 1440
7 Kaca 5000
8 Alumunium 20 oC 5100
9 Besi 20 oC 5130
10 Timah 20 oC 1230

5
2.3.2 Interferensi Gelombang Bunyi
Interferensi adalah hasil kerja sama dua gelombang atau lebih
yang bertemu pada satu titik di dalam ruang dan menimbulkan
fenomena fisik yang dapat diamati. Interferensi dapat kita lihat dalam
kehidupan sehari-hari misalnya pada air yang berisi lapisan minyak
diatasnya terlihat berwarna, gelembung sabun, lapisan tipis(thin film)
dan lain sebagainya. Untuk menghasilkan interferensi dibutuhkan
sumber-sumber gelombang(cahaya) yang bersifat koheren yaitu
gelombang yang mempunyai frekuensi sama dan beda fase tetap dalam
penjalarannya. Dalam konteks koheren dikenal dengan temporal
coherence yang berhubungan dengan waktu dan spatial coherence
yang berhubungan dengan jarak.
Peristiwa interferensi gelombang bunyi dapat diamati dengan
percobaan sebagai berikut: Dua buah pengeras suara berdekatan
dihubungkan dengan pembangkit frekuensi audio Jika kita melintas di
depan kedua pengeras suara itu pada kedudukan-kedudukan tertentu
dapat didengar bunyi yang paling kuat dan bunyi yang paling lemah.
Kuat lemahnya bunyi ini dihasilkan oleh interferensi dua gelombang.
Interferensi konstruktif (saling menguatkan) menghasilkan bunyi keras
dan interferensi destruktif (saling melemahkan) menghasilkan bunyi
lemah. Gelombang-gelombang bunyi yang dihasilkan oleh kedua
pengeras suara dari sebuah audio generator adalah gelombang-
gelombang bunyi yang koheren yaitu dua gelombang yang mempunyai
frekuensi sama, amplitudo sama dan beda fase yang tetap.
2.3.3 Pembiasan Gelombang Bunyi
Pada siang hari gelombang bunyi dari sumber bunyi yang
relatif jauh agak sukar ditangkap hal ini berbeda dengan pada waktu
malam hari. Makin besar kerapatan medium (udara) makin mudah
dilalui gelombang bunyi begitu sebaliknya makin kecil
kerapatanmedium makin sukar dilalui gelombang bunyi.

6
Gambar 2.1 Bentuk Pembiasaan Gelombang Bunyi
2.3.4 Cepat Rambat Bunyi
Saat kita memerhatikan kilat dan guntur, terkadang ada selisih
waktu yang lama antara terjadinya kilat dengan guntur. Hal ini terjadi
karena cepat rambat bunyi (guntur) lebih lambat daripada cepat rambat
cahaya (kilat). Semakin jauh jarak yang ditempuh bunyi (guntur),
semakin lama waktu yang diperlukan untuk dapat didengar oleh
pendengar. Hubungan cepat rambat bunyi, jarak, dan waktu
dirumuskan secara matematis sebagai berikut.
s=vt 2.1
Keterangan:
s : jarak tempuh bunyi (m)
v : cepat rambat bunyi (m/s)
t : waktu tempuh bunyi (s)

Bunyi merupakan gelombang longitudinal. Cepat rambat gelombang


dapat ditentukan dengan rumus berikut :
V =  f atau v = /T 2.2
Keterangan:
 : panjang gelombang bunyi (m)
T : periode (s)
f : frekuensi bunyi (Hz)

7
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Prinsip kerja Alat


1. Pembangkit sinyal (generator), untuk menghasilkan sinyal
2. Tweeter speaker, untuk memperbesar suara dalam bentuk output
3. Mik, untuk memperbesar suara dalam bentuk input
4. Sensor suara (sound sensor), sebagai pengkonversi transmisi
gelombang suara
5. Gabus, untuk menghambat sinyal suara yang sampai ke mik
6. Osiloskop, untuk melihat keluaran yang dihasilkan dari gelombang
suara
Berikut peralatan-peralatan yang digunakan dalam praktikum ini:

Gambar 3.1 Pembangkit sinyal (generator)

Gambar 3.2 Tweeter speaker

8
Gambar 3.3 Gabus

Gambar 3.4 Osiloskop

Gambar 3.5 Sensor suara

9
3.2. Teknik Pengambilan Data
1. Generator dihubungkan dengan tweeter speaker
2. Tweeter speaker diletakkan di depan sensor suara
3. Osiloskop dihubungkan dengan sensor suara dan mik
4. Generator dihudupkan dan dicek dahulu pada frekuensi 0 Hz apakah tidak
menghasilkan tegangan
5. Generator diset dengan frekuensi 800 Hz
6. Amplitudo gelombang suara yang digunakan dimaksimalkan
7. Keluaran dilihat pada osiloskop, volt/div dan tinggi gelombang dicatat
8. Satu buah Gabus diletakkan didepan tweeter speaker, diulangi langkah 7
9. Dengan menggunakan 2,3 dan 4 buah gabus, diulangi langkah 7
10. Generator diset kembali pada frekuensi 1000 Hz, 1200 Hz dan 1400 Hz,
langkah 7 sampai 9 diulangi.

3.3 Teknik Pengolahan Data


Pada praktikum ini, untuk lebih jelasnya teknik pengolahan data bisa
langsung dilihat pada hasil dan pembahasan.

10
JURNAL

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II

TRANSMISI GELOMBANG SUARA

A. f = 800 Hz
No. Gabus Volt (V) SPL (dB)

1 0 0,226 -

2 1 0,063 9,118

3 2 0,032 9,172

4 3 0,060 9,045

5 4 0,035 9,118

B. f = 1000 Hz
No. Gabus Volt (V) SPL (dB)

1 0 0,318 -

2 1 0,353 9,044

3 2 0,113 9,041

4 3 0,141 9,056

5 4 0,098 9,118

11
C. f = 1200 Hz
No. Gabus Volt (V) SPL (dB)

1 0 0,424 -

2 1 0,282 9,056

3 2 0,247 9,048

4 3 0,141 9,056

5 4 0,098 9,118

D. f =1400 Hz
No. Gabus Volt (V) SPL (dB)

1 0 0,459 -

2 1 0,282 9,056

3 2 0,212 9,036

4 3 0,141 9,056

5 4 0,106 9,036

Padang, 16 Juni 2010

Asisten, Praktikan,

(ADI SASTRA) (GALOEH OTOMO)

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1 Hasil Pengambilan Data Praktikum
Terlampir

4.1.2 Perhitungan
A. f = 800 Hz
a. Tidak menggunakan gabus
V p  p  div.V .volt / div

= 3,8 div . 0,2 V/div


= 0,64 volt

V p p
Vref 
2 2
0,64volt
=  0,226volt
2 2

b. Menggunakan Gabus

V1 p  p  div.V .volt / div

= 3,6 div . 50 mV/div


= 0,18 volt

V p p
V1ref 
2 2
0,18volt
=  0,063volt
2 2
 V 
SPL1  20 log 1 
V 
 ref 

13
 0,18 
SPL1  20 log 
 0,063 
SPL1  9,118dB

V 
SPL2  20 log 2 
V 
 ref 
 0,092 
SPL2  20 log 
 0,032 
SPL2  9,172dB

Tabel 4.1 Data untuk frekuensi 800 Hz

No. Gabus Vp-p Vref (V) SPL (dB)

1 0 0,640 0,226 -

2 1 0,180 0,063 9,118

3 2 0,092 0,032 9,172

4 3 0,170 0,060 9,045

5 4 0,100 0,035 9,118

0.25

0.2
Tegangan (V)

0.15

0.1

0.05

0
0 1 2 3 4 5
Gabus

Gambar 4.1 Perbandingan antara tegangan dan banyaknya gabus yang digunakan

pada frekuensi 800 Hz

14
B. f = 1000 Hz

Tabel 4.2 Data untuk frekuensi 1000 Hz

No. Gabus Vp-p Vref (V) SPL (dB)

1 0 0,900 0,318 -

2 1 1,000 0,353 9,044

3 2 0,320 0,113 9,041

4 3 0,400 0,141 9,056

5 4 0,280 0,098 9,118

0.4
0.35
0.3
Tegangan (V)

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5
Gabus

Gambar 4.2 Perbandingan antara tegangan dan banyaknya gabus yang digunakan

pada frekuensi 1000 Hz

15
C. f = 1200 Hz

Tabel 4.3 Data untuk frekuensi 1200 Hz

No. Gabus Vp-p Vref (V) SPL (dB)

1 0 1,200 0,424 -

2 1 0,800 0,282 9,056

3 2 0,700 0,247 9,048

4 3 0,400 0,141 9,056

5 4 0,280 0,098 9,118

0.45
0.4
0.35
Tegangan (volt)

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5
Gabus

Gambar 4.3 Perbandingan antara tegangan dan banyaknya gabus yang digunakan

pada frekuensi 1200 Hz

16
D. f = 1400 Hz

Tabel 4.4 Data untuk frekuensi 1400 Hz

No. Gabus Vp-p Vref (V) SPL (dB)

1 0 1,300 0,459 -

2 1 0,800 0,282 9,056

3 2 0,600 0,212 9,036

4 3 0,400 0,141 9,056

5 4 0,300 0,106 9,036

0.5
0.45
0.4
Tegangan (volt)

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5
Gabus

Gambar 4.4 Perbandingan antara tegangan dan banyaknya gabus yang digunakan

pada frekuensi 1400 Hz

17
IV. PEMBAHASAN

Kuat lemahnya bunyi ditentukan oleh besar kecilnya amplutido. Bunyi


yang kuat (nyaring) memiliki amplitudo besar sebaliknya untuk bunyi yang
lemah memiliki amplitudo kecil. Saat bunyi tersebut dihalangi (terhalang)
oleh suatu benda (dalam percobaan ini benda yang dimaksud adalah gabus)
maka akan menyebabkan bunyi yang dihasilkannya akan berkurang karena
terhalang oleh benda tersebut sehingga menyebabkan amplitude dari bunyi
tersebut akan berkurang. Jika semakin banyak benda yang menghalangi
jalannya bunyi maka akan semakin kecil amplitude yang dihasilkannya.
Pada percobaan pertama yaitu gelombang bunyi dengan menggunakan
frekuensi 800 Hz didapatkan Vp-p (tegangan puncak ke puncak) yang tidak
teratur begitu juga dengan Vref yang didapatkan, sehingga SPL (Sound
Pressure Level) yang didapatkan memiliki nilai yang tidak teratur dimana
pada dasarnya semakin banyak benda (gabus) yang menghalangi jalannya
bunyi maka SPL yang didapatkan akan semakin kecil. Hal ini dapat
diakibatkan karena kemungkinan ada sela-sela lubang yang tidak rapat saat
dibatasi oleh gabus sehingga tidak semua bunyi yang masuk tertahan oleh
gabus dengan baik atau bisa juga terjadi karena saat pengambilan data
terdapat banyak gerakan atau suara yang dapat mempengaruhi nilai SPL yang
didapatkan.
Pada grafik 4.1 dapat diketahui bahwa pada data dengan menggunakan
3 buah gabus memiliki nilai tegangan yang besar dari pada tegangan yang
didapatkan pada data dengan menggunakan 2 dan 1 gabus. Pada dasarnya
semakin banyak gabus yang digunakan maka akan semakin kecil nilai
tegangannya. Hal ini bias disebabkan karena saat malakukan pembatasan
dengan menggunakan gabus tidak rapat sehingga bunyi tidak seluruhnya
terhalang oleh gabus.
Pada percobaan kedua yaitu gelombang bunyi dengan menggunakan
frekuensi 1000 Hz didapatkan Vp-p (tegangan puncak ke puncak) yang tidak
teratur begitu juga dengan Vref yang didapatkan, sehingga SPL (Sound
Pressure Level) yang didapatkan memiliki nilai yang tidak teratur dimana

18
pada dasarnya semakin banyak benda (gabus) yang menghalangi jalannya
bunyi maka SPL yang didapatkan akan semakin kecil. Hal ini dapat
diakibatkan karena kemungkinan ada sela-sela lubang yang tidak rapat saat
dibatasi oleh gabus sehingga tidak semua bunyi yang masuk tertahan oleh
gabus dengan baik atau bisa juga terjadi karena saat pengambilan data
terdapat banyak gerakan atau suara yang dapat mempengaruhi nilai SPL yang
didapatkan.
Pada grafik 4.2 dapat diketahui bahwa pada data dengan menggunakan
3 buah gabus memiliki nilai tegangan yang besar dari pada tegangan yang
didapatkan pada data dengan menggunakan 2 gabus. Pada dasarnya semakin
banyak gabus yang digunakan maka akan semakin kecil nilai tegangannya.
Pada percobaan terdapat hal yang yang tidak wajar yaitu tegangan yang
dihasilkan oleh bunyi tanpa gabus lebih kecil dari pada tegangan dengan
menggunakan satu gabus. Hal ini bias disebabkan karena saat malakukan
pembatasan dengan menggunakan gabus tidak rapat sehingga bunyi tidak
seluruhnya terhalang oleh gabus.
Pada percobaan ketiga yaitu gelombang bunyi dengan menggunakan
frekuensi 1200 Hz didapatkan Vp-p (tegangan puncak ke puncak) yang teratur
begitu juga dengan Vref yang didapatkan, akan tetapi SPL (Sound Pressure
Level) yang didapatkan memiliki nilai yang tidak teratur dimana pada
dasarnya semakin banyak benda (gabus) yang menghalangi jalannya bunyi
maka SPL yang didapatkan akan semakin kecil. Hal ini dapat diakibatkan
karena kemungkinan ada sela-sela lubang yang tidak rapat saat dibatasi oleh
gabus sehingga tidak semua bunyi yang masuk tertahan oleh gabus dengan
baik atau bisa juga terjadi karena saat pengambilan data terdapat banyak
gerakan atau suara yang dapat mempengaruhi nilai SPL yang didapatkan.
Pada grafik 4.3 dapat diketahui bahwa grafik yang didapatkan telah
sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu semakin banyak gabus maka
tegangan yang didapatkannya akan semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada
grafik tersebut.

19
Pada percobaan keempat yaitu gelombang bunyi dengan menggunakan
frekuensi 1400 Hz didapatkan Vp-p (tegangan puncak ke puncak) yang teratur
begitu juga dengan Vref yang didapatkan, nilai SPL (Sound Pressure Level)
yang didapatkan memiliki nilai yang tidak teratur akan tetapi memiliki
kesalahan yang tidak terlalu besar dari percobaan-percobaan sebelumnya. Hal
ini dapat diakibatkan karena kemungkinan ada sela-sela lubang yang tidak
rapat saat dibatasi oleh gabus sehingga tidak semua bunyi yang masuk
tertahan oleh gabus dengan baik atau bisa juga terjadi karena saat
pengambilan data terdapat banyak gerakan atau suara yang dapat
mempengaruhi nilai SPL yang didapatkan.
Pada grafik 4.3 dapat diketahui bahwa grafik yang didapatkan telah
sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu semakin banyak gabus maka
tegangan yang didapatkannya akan semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada
grafik tersebut.
Pada percobaan ini, besarnya frekuensi gelombang suara yang
digunakan mempengaruhi nilai SPL (Sound Pressure Level) dimana semakin
besar frekuensi yang digunakan maka akan semakin kecil nilai SPL yang
didapatkan. Hasil ini didapatkan setelah merata-ratakan nilai SPL pada semua
frekuensi yang digunakan dalam percobaan ini.
Nilai V1 dan V2 pada frekuensi 800 Hz lebih kecil dari pada nilai pada
V1 dan V2 pada frekuensi 1000 Hz. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan
dimana dengan frekuensi yang lebih besar maka akan menghasilkan tegangan
yang lebih besar pula. Pada nilai V1 pada frekuensi 800 Hz lebih besar dari
pada nilai pada V1 pada frekuensi 1000 Hz. Hal ini tidak sesuai dengan yang
diharapkan dimana dengan frekuensi yang lebih besar maka akan
menghasilkan tegangan yang lebih besar pula. Pada nilai V2 pada frekuensi
800 Hz lebih kecil dari pada nilai pada V2 pada frekuensi 1000 Hz. Hal ini
sesuai dengan yang diharapkan dimana dengan frekuensi yang lebih besar
maka akan menghasilkan tegangan yang lebih besar pula. Pada nilai V1 dan
V2 pada frekuensi 800 Hz lebih kecil dari pada nilai pada V1 dan V2 pada
frekuensi 1000 Hz. Hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan dimana

20
dengan frekuensi yang lebih besar maka akan menghasilkan tegangan yang
lebih besar pula.
Tegangan yang didapatkan pada V1 sampai V4 pada frekuensi 800 Hz
memiliki nilai tegangan yang semakin kecil sesuai dengan apa yang
diharapkan yaitu semakin banyak gabus yang dipakai maka akan semakin
kecil tegangan yang dihasilkan. Hal ini terjadi juga pada frekuensi-frekuensi
lainnya yang digunakan dalam percobaan ini. Ini menunjukkan bahwa bunyi
suara tertahan oleh gabus yang digunakan.

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan tentang transmisi gelombang


suara maka didapatkan suatu kesimpulan yaitu semakin banyak (tebal) lapisan
gabus yang menghalangi gelombang suara maka akan semakin kecil
amplitudo yang akan didapatkan karena akan semakin berat gelombang suara
untuk menembus lapisan gabus-gabus tersebut. Sehingga dibutuhkan frekuensi
gelombang suara yang besar agar dapat melalui gabus-gabus tersebut.

5.2 Saran

Kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti lagi dalam menutup


lubang suara, diusahakan lubang suara yang tertutup benar-benar rapat
sehingga tidak ada celah yang keluar. Saat pengambilan data pada osiloskop
diharapkan tenang (tidak bersuara) dan tidak banyak bergerak karena akan
mempengaruhi pembacaan gelombang suara oleh osiloskop.

22

Anda mungkin juga menyukai